Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3165

٣١٦٥ - وَقَالَ إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ طَهۡمَانَ، عَنۡ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ بۡنِ صُهَيۡبٍ، عَنۡ أَنَسٍ: أُتِيَ النَّبِيُّ ﷺ بِمَالٍ مِنَ الۡبَحۡرَيۡنِ، فَقَالَ: (انۡثُرُوهُ فِي الۡمَسۡجِدِ)، فَكَانَ أَكۡثَرَ مَالٍ أُتِيَ بِهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ، إِذۡ جَاءَهُ الۡعَبَّاسُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَعۡطِنِي، إِنِّي فَادَيۡتُ نَفۡسِي وَفَادَيۡتُ عَقِيلًا، قَالَ: (خُذۡ). فَحَثَا فِي ثَوۡبِهِ، ثُمَّ ذَهَبَ يُقِلُّهُ، فَلَمۡ يَسۡتَطِعۡ، فَقَالَ: أۡمُرۡ بَعۡضَهُمۡ يَرۡفَعۡهُ إِلَىَّ. قَالَ: (لَا)، قَالَ: فَارۡفَعۡهُ أَنۡتَ عَلَىَّ، قَالَ: (لَا)، فَنَثَرَ مِنۡهُ ثُمَّ ذَهَبَ يُقِلُّهُ فَلَمۡ يَرۡفَعۡهُ، فَقَالَ: أۡمُرۡ بَعۡضَهُمۡ يَرۡفَعۡهُ عَلَىَّ، قَالَ: (لَا). قَالَ: فَارۡفَعۡهُ أَنۡتَ عَلَىَّ، قَالَ: (لَا) فَنَثَرَ ثُمَّ احۡتَمَلَهُ عَلَى كَاهِلِهِ، ثُمَّ انۡطَلَقَ، فَمَا زَالَ يُتۡبِعُهُ بَصَرَهُ حَتَّى خَفِيَ عَلَيۡنَا، عَجَبًا مِنۡ حِرۡصِهِ، فَمَا قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَثَمَّ مِنۡهَا دِرۡهَمٌ. [طرفه في: ٤٢١].

3165. Ibrahim bin Thahman berkata: Dari ‘Abdul ‘Aziz bin Shuhaib, dari Anas: Harta dari Bahrain dibawa kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu beliau bersabda, “Letakkan harta itu di dalam masjid!”

Itu adalah harta terbanyak yang dibawa kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Tiba-tiba Al-‘Abbas datang seraya berkata, “Wahai Rasulullah, berikanlah aku (sebagian harta itu) karena aku telah menebus diriku dan aku juga menebus ‘Aqil.”

Rasulullah bersabda, “Ambillah!”

Al-‘Abbas mengambil harta tersebut ke dalam pakaiannya, lalu beliau mencoba mengangkatnya namun tidak mampu. Al-‘Abbas berkata, “Wahai Rasulullah, perintahkan sebagian mereka agar mengangkatkannya ke pikulanku.”

Rasulullah bersabda, “Tidak.”

Al-‘Abbas berkata, “Kalau begitu, tolong engkau angkatkan itu ke pikulanku.”

Rasulullah bersabda, “Tidak.”

Al-‘Abbas pun mencecerkan sebagiannya kemudian menggendongnya, namun masih tidak mampu. Al-‘Abbas berkata, “Perintahkan sebagian mereka untuk mengangkatkannya kepadaku.”

Rasulullah bersabda, “Tidak.”

Al-‘Abbas berkata, “Kalau begitu, tolong engkau angkatkan itu ke pikulanku.”

Rasulullah bersabda, “Tidak.”

Al-‘Abbas mencecerkan sebagiannya lagi kemudian beliau memikulnya di atas punggungnya. Kemudian Al-‘Abbas pergi. Pandangan Rasulullah terus mengikuti kepergian Al-‘Abbas hingga dia tidak terlihat oleh kami. Rasulullah heran akan semangatnya.

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidaklah berdiri dalam keadaan masih ada dirham di situ.

Musnad Ahmad hadis nomor 16156

١٦١٥٦ (١٦٠٥٩) – حَدَّثَنَا يُونُسُ بۡنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّحۡمَٰنِ بۡنُ الۡغَسِيلِ. قَالَ: حَدَّثَنِي أَسِيدُ بۡنُ عَلِيٍّ، عَنۡ أَبِيهِ عَلِيِّ بۡنِ عُبَيۡدٍ، عَنۡ أَبِي أُسَيۡدٍ (٣/٤٩٨) صَاحِبِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَكَانَ بَدۡرِيًّا وَكَانَ مَوۡلَاهُمۡ. قَالَ: قَالَ أَبُو أُسَيۡدٍ: بَيۡنَمَا أَنَا جَالِسٌ عِنۡدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ إِذۡ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الۡأَنۡصَارِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ هَلۡ بَقِيَ عَلَيَّ مِنۡ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيۡءٌ بَعۡدَ مَوۡتِهِمَا أَبَرُّهُمَا بِهِ؟ قَالَ: نَعَمۡ، خِصَالٌ أَرۡبَعَةٌ: الصَّلَاةُ عَلَيۡهِمَا، وَالۡاِسۡتِغۡفَارُ لَهُمَا، وَإِنۡفَاذُ عَهۡدِهِمَا، وَإِكۡرَامُ صَدِيقِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا رَحِمَ لَكَ إِلَّا مِنۡ قِبَلِهِمَا، فَهُوَ الَّذِي بَقِيَ عَلَيۡكَ مِنۡ بِرِّهِمَا بَعۡدَ مَوۡتِهِمَا.

16156. (16059). Yunus bin Muhammad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdurrahman bin Al-Ghasil menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Asid bin ‘Ali menceritakan kepadaku dari ayahnya, ‘Ali bin ‘Ubaid, dari Abu Usaid, sahabat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau adalah veteran perang Badr dan maula bani Sa’idah. ‘Ali bin ‘Ubaid berkata: Abu Usaid berkata:

Ketika aku sedang duduk di dekat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, tiba-tiba seorang Ansar datang seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, apa masih tersisa perbuatan yang termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua sepeninggal keduanya yang bisa kulakukan?”

Rasulullah menjawab, “Iya. Ada empat perkara: mendoakan kebaikan untuk keduanya, memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman mereka berdua, silaturahmi dengan orang yang tidak punya hubungan kerabat denganmu kecuali dari arah kedua orang tuamu. Itu bentuk bakti kepada kedua orang tua yang masih bisa engkau lakukan sepeninggal keduanya.”

Musnad Ahmad hadis nomor 20281

٢٠٢٨١ (٢٠٠٢٨) – حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا بَهۡزُ بۡنُ حَكِيمِ بۡنِ مُعَاوِيَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ جَدِّهِ. قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَنۡ أَبَرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قُلۡتُ: ثُمَّ مَنۡ؟ قَالَ: ثُمَّ أُمَّكَ، قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، ثُمَّ مَنۡ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: قُلۡتُ: ثُمَّ مَنۡ؟ قَالَ: ثُمَّ أَبَاكَ، ثُمَّ الۡأَقۡرَبَ فَالۡأَقۡرَبَ. [صححه الحاكم (٤/١٥٠). وقد حسنه الترمذي. قال الألباني: حسن (أبو داود: ٥١٣٩، الترمذي: ١٨٩٧)]. [انظر: ٢٠٣٠٧].

20281. (20028). Yazid telah menceritakan kepada kami: Bahz bin Hakim bin Mu’awiyah menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari kakeknya.

Beliau mengatakan: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbakti?”

Rasulullah menjawab, “Ibumu.”

Aku bertanya, “Kemudian siapa?”

Beliau menjawab, “Kemudian ibumu.”

Kakeknya Bahz berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, kemudian siapa?”

Rasulullah menjawab, “Ibumu.”

Kakeknya Bahz berkata: Aku bertanya, “Kemudian siapa?”

Rasulullah menjawab, “Kemudian ayahmu. Kemudian kerabat yang paling terdekat dan seterusnya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3049

٣٠٤٩ - وَقَالَ إِبۡرَاهِيمُ، عَنۡ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ بۡنِ صُهَيۡبٍ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: أُتِيَ النَّبِيُّ ﷺ بِمَالٍ مِنَ الۡبَحۡرَيۡنِ، فَجَاءَهُ الۡعَبَّاسُ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَعۡطِنِي، فَإِنِّي فَادَيۡتُ نَفۡسِي وَفَادَيۡتُ عَقِيلًا فَقَالَ: (خُذۡ). فَأَعۡطَاهُ فِي ثَوۡبِهِ. [طرفه في: ٤٢١].

3049. Ibrahim berkata: Dari ‘Abdul ‘Aziz bin Shuhaib, dari Anas. Beliau mengatakan:

Sejumlah harta dari Bahrain dibawa kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Al-‘Abbas datang kepada beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah, berilah aku (harta), karena aku telah menebus diriku dan aku juga telah menebus ‘Aqil (menggunakan hartaku).”

Nabi bersabda, “Ambillah!”

Nabi pun memberikan harta kepada Al-‘Abbas di bajunya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7336

٧٣٣٦ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا جُوَيۡرِيَةُ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: سَابَقَ النَّبِيُّ ﷺ بَيۡنَ الۡخَيۡلِ، فَأُرۡسِلَتِ الَّتِي ضُمِّرَتۡ مِنۡهَا، وَأَمَدُهَا إِلَى الۡحَفۡيَاءِ إِلَى ثَنِيَّةِ الۡوَدَاعِ، وَالَّتِي لَمۡ تُضَمَّرۡ، أَمَدُهَا ثَنِيَّةُ الۡوَدَاعِ إِلَى مَسۡجِدِ بَنِي زُرَيۡقٍ، وَإِنَّ عَبۡدَ اللهِ كَانَ فِيمَنۡ سَابَقَ. [طرفه في: ٤٢٠].

7336. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Juwairiyah menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari ‘Abdullah. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melombakan kuda. Beliau melepas kuda yang di-tadhmir, batasnya dari Al-Hafya` sampai Tsaniyyat Al-Wada’. Beliau melepas kuda yang di-tadhmir, batasnya dari Tsaniyyat Al-Wada’ sampai masjid bani Zuraiq. ‘Abdullah termasuk orang yang mengikuti lomba tersebut.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2870

٥٨ - بَابُ غَايَةِ السَّبۡقِ لِلۡخَيۡلِ الۡمُضَمَّرَةِ
58. Bab batas akhir lomba kuda yang di-tadhmir


٢٨٧٠ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ: حَدَّثَنَا أَبُو إِسۡحَاقَ، عَنۡ مُوسَى بۡنِ عُقۡبَةَ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: سَابَقَ رَسُولُ اللهِ ﷺ بَيۡنَ الۡخَيۡلِ الَّتِي قَدۡ أُضۡمِرَتۡ، فَأَرۡسَلَهَا مِنَ الۡحَفۡيَاءِ، وَكَانَ أَمَدُهَا ثَنِيَّةَ الۡوَدَاعِ فَقُلۡتُ لِمُوسَى: فَكَمۡ كَانَ بَيۡنَ ذٰلِكَ؟ قَالَ: سِتَّةُ أَمۡيَالٍ أَوۡ سَبۡعَةٌ، وَسَابَقَ بَيۡنَ الۡخَيۡلِ الَّتِي لَمۡ تُضَمَّرۡ، فَأَرۡسَلَهَا مِنۡ ثَنِيَّةِ الۡوَدَاعِ، وَكَانَ أَمَدُهَا مَسۡجِدَ بَنِي زُرَيۡقٍ. قُلۡتُ: فَكَمۡ بَيۡنَ ذٰلِكَ؟ قَالَ: مِيلٌ أَوۡ نَحۡوُهُ. وَكَانَ ابۡنُ عُمَرَ مِمَّنۡ سَابَقَ فِيهَا. [طرفه في: ٤٢٠].

2870. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami: Mu’awiyah menceritakan kepada kami: Abu Ishaq menceritakan kepada kami dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melombakan kuda yang telah di-tadhmir. (Tadhmir artinya kuda diberi makan sampai gemuk, lalu makannya dikurangi kecuali makanan pokoknya, kemudian dimasukkan di kandang yang tertutup dan diselimuti jilal/selubung sampai gerah dan berkeringat. Jika keringatnya sudah kering, kuda itu akan ringan dagingnya dan cepat larinya). Beliau melepasnya dari Al-Hafya`, sedang finisnya di Tsaniyyat Al-Wada’.

Aku (Abu Ishaq) bertanya kepada Musa, “Berapa jarak antara kedua tempat itu?”

Beliau menjawab, “Enam atau tujuh mil.”

Rasulullah juga melombakan kuda yang tidak di-tadhmir. Beliau melepasnya dari Tsaniyyat Al-Wada’, sedang finisnya di masjid bani Zuraiq.

Aku bertanya, “Berapa jarak antara keduanya?”

Beliau menjawab, “Satu mil atau sekitar itu.”

Saat itu, Ibnu ‘Umar termasuk orang yang mengikuti perlombaan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2869

٥٧ - بَابُ إِضۡمَارِ الۡخَيۡلِ لِلسَّبۡقِ
57. Bab men-tadhmir kuda untuk lomba


٢٨٦٩ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ يُونُسَ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ سَابَقَ بَيۡنَ الۡخَيۡلِ الَّتِي لَمۡ تُضَمَّرۡ، وَكَانَ أَمَدُهَا مِنَ الثَّنِيَّةِ إِلَى مَسۡجِدِ بَنِي زُرَيۡقٍ، وَأَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ كَانَ سَابَقَ بِهَا. [طرفه في: ٤٢٠].

2869. Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—: Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melombakan kuda yang tidak di-tadhmir. (Tadhmir artinya kuda diberi makan sampai gemuk, lalu makannya dikurangi kecuali makanan pokoknya, kemudian dimasukkan di kandang yang tertutup dan diselimuti jilal/selubung sampai gerah dan berkeringat. Jika keringatnya sudah kering, kuda itu akan ringan dagingnya dan cepat larinya). Batas lombanya dari Tsaniyyah sampai masjid bani Zuraiq. Ketika itu, ‘Abdullah bin ‘Umar mengikuti lomba tersebut.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2868

٥٦ - بَابُ السَّبۡقِ بَيۡنَ الۡخَيۡلِ
56. Bab lomba kuda


٢٨٦٨ - حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: أَجۡرَى النَّبِيُّ ﷺ مَا ضُمِّرَ مِنَ الۡخَيۡلِ مِنَ الۡحَفۡيَاءِ إِلَى ثَنِيَّةِ الۡوَدَاعِ، وَأَجۡرَى مَا لَمۡ يُضَمَّرۡ مِنَ الثَّنِيَّةِ إِلَى مَسۡجِدِ بَنِي زُرَيۡقٍ، قَالَ ابۡنُ عُمَرَ: وَكُنۡتُ فِيمَنۡ أَجۡرَى.

قَالَ عَبۡدُ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنِي عُبَيۡدُ اللهِ، قَالَ سُفۡيَانُ: بَيۡنَ الۡحَفۡيَاءِ إِلَى ثَنِيَّةِ الۡوَدَاعِ خَمۡسَةُ أَمۡيَالٍ أَوۡ سِتَّةٌ، وَبَيۡنَ ثَنِيَّةٍ إِلَى مَسۡجِدِ بَنِي زُرَيۡقٍ مِيلٌ. [طرفه في: ٤٢٠].

2868. Qabishah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melombakan kuda yang sudah di-tadhmir (Tadhmir artinya kuda diberi makan sampai gemuk, lalu makannya dikurangi kecuali makanan pokoknya, kemudian dimasukkan di kandang yang tertutup dan diselimuti jilal/selubung sampai gerah dan berkeringat. Jika keringatnya sudah kering, kuda itu akan ringan dagingnya dan cepat larinya) dari Al-Hafya` sampai Tsaniyyat Al-Wada’ dan melombakan kuda yang tidak di-tadhmir dari Tsaniyyah sampai masjid bani Zuraiq.

Ibnu ‘Umar mengatakan: Aku termasuk orang yang mengikuti lomba itu.

‘Abdullah berkata: Sufyan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Ubaidullah menceritakan kepadaku. Sufyan berkata: Antara Al-Hafya` sampai Tsaniyyat Al-Wada’ berjarak lima atau enam mil. Antara Tsaniyyah sampai masjid bani Zuraiq berjarak satu mil.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6644

٦٦٤٤ - حَدَّثَنِي إِسۡحَاقُ: أَخۡبَرَنَا حَبَّانُ: حَدَّثَنَا هَمَّامٌ: حَدَّثَنَا قَتَادَةُ: حَدَّثَنَا أَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (أَتِمُّوا الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ، فَوَالَّذِي نَفۡسِي بِيَدِهِ، إِنِّي لَأَرَاكُمۡ مِنۡ بَعۡدِ ظَهۡرِي إِذَا مَا رَكَعۡتُمۡ، وَإِذَا مَا سَجَدۡتُمۡ). [طرفه في: ٤١٩].

6644. Ishaq telah menceritakan kepadaku: Habban mengabarkan kepada kami: Hammam menceritakan kepada kami: Qatadah menceritakan kepada kami: Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami bahwa beliau mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sempurnakan rukuk dan sujud! Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku benar-benar melihat kalian dari belakang punggungku ketika kalian rukuk dan ketika kalian sujud.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 741 dan 742

٨٨ - بَابُ الۡخُشُوعِ فِي الصَّلَاةِ
88. Bab khusyuk ketika salat


٧٤١ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (هَلۡ تَرَوۡنَ قِبۡلَتِي هَاهُنَا؟ وَاللهِ مَا يَخۡفَى عَلَىَّ رُكُوعُكُمۡ وَلَا خُشُوعُكُمۡ، وَإِنِّي لَأَرَاكُمۡ وَرَاءَ ظَهۡرِي). [طرفه في: ٤١٨].

741. Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Abu Az-Zinad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah: Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apakah kalian menyangka aku hanya bisa melihat ke arah kiblat saja (ketika salat)? Demi Allah, rukuk dan khusyuk kalian tidak tersembunyi dariku. Sesungguhnya aku benar-benar melihat kalian di belakang punggungku.”

٧٤٢ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ قَالَ: سَمِعۡتُ قَتَادَةَ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (أَقِيمُوا الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ، فَوَاللهِ إِنِّى لَأَرَاكُمۡ مِنۡ بَعۡدِي - وَرُبَّمَا قَالَ: مِنۡ بَعۡدِ ظَهۡرِي - إِذَا رَكَعۡتُمۡ وَسَجَدۡتُمۡ). [طرفه في: ٤١٩].

742. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ghundar menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Qatadah, dari Anas bin Malik, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Sempurnakan rukuk dan sujud! Demi Allah, sungguh aku benar-benar melihat kalian dari belakangku—barangkali dia berkata: dari belakang punggungku—ketika kalian rukuk dan sujud.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6111

٦١١١ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا جُوَيۡرِيَةُ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: بَيۡنَا النَّبِيُّ ﷺ يُصَلِّي، رَأَى فِي قِبۡلَةِ الۡمَسۡجِدِ نُخَامَةً، فَحَكَّهَا بِيَدِهِ، فَتَغَيَّظَ، ثُمَّ قَالَ: (إِنَّ أَحَدَكُمۡ إِذَا كَانَ فِي الصَّلَاةِ، فَإِنَّ اللهَ حِيَالَ وَجۡهِهِ، فَلَا يَتَنَخَّمَنَّ حِيَالَ وَجۡهِهِ فِي الصَّلَاةِ). [طرفه في: ٤٠٦].

6111. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Juwairiyah menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sedang salat, beliau melihat ada ludah di kiblat masjid. Beliau mengikisnya dengan tangan. Beliau geram lalu bersabda, “Apabila salah seorang kalian sedang salat, sesungguhnya Allah di hadapan wajahnya. Jadi jangan sekali-kali meludah ke depan ketika salat.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1213

١٢ - بَابُ مَا يَجُوزُ مِنَ الۡبُصَاقِ وَالنَّفۡخِ فِي الصَّلَاةِ
12. Bab meludah dan meniup yang dibolehkan ketika salat


وَيُذۡكَرُ عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرٍو: نَفَخَ النَّبِيُّ ﷺ فِي سُجُودِهِ فِي كُسُوفٍ.

Disebutkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meniup ketika beliau sujud dalam salat gerhana.

١٢١٣ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ رَأَى نُخَامَةً فِي قِبۡلَةِ الۡمَسۡجِدِ، فَتَغَيَّظَ عَلَى أَهۡلِ الۡمَسۡجِدِ، وَقَالَ: (إِنَّ اللهَ قِبَلَ أَحَدِكُمۡ، فَإِذَا كَانَ فِي صَلَاتِهِ، فَلَا يَبۡزُقَنَّ، أَوۡ قَالَ: لَا يَتَنَخَّمَنَّ). ثُمَّ نَزَلَ فَحَتَّهَا بِيَدِهِ. وَقَالَ ابۡنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: إِذَا بَزَقَ أَحَدُكُمۡ فَلۡيَبۡزُقۡ عَلَى يَسَارِهِ. [طرفه في: ٤٠٦].

1213. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Hammad menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—:

Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melihat ludah di kiblat masjid. Beliau geram terhadap orang-orang yang ada di masjid dan bersabda, “Sesungguhnya Allah di hadapan kalian. Apabila kalian sedang salat, jangan sekali-kali mendahak.” Atau beliau bersabda, “Jangan sekali-kali meludah.” Kemudian beliau turun dan mengikisnya dengan tangan.

Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan, “Apabila salah seorang kalian mendahak, mendahaklah ke samping kirinya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 753

٩٤ - بَابٌ هَلۡ يَلۡتَفِتُ لِأَمۡرٍ يَنۡزِلُ بِهِ، أَوۡ يَرَى شَيۡئًا، أَوۡ بُصَاقًا فِي الۡقِبۡلَةِ؟
94. Bab apakah boleh menoleh karena ada perihal yang menimpanya atau melihat sesuatu atau dahak di arah kiblat?


وَقَالَ سَهۡلٌ: الۡتَفَتَ أَبُو بَكۡرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، فَرَأَى النَّبِيَّ ﷺ.

Sahl berkata: Abu Bakr—radhiyallahu ‘anhu—menoleh, lalu beliau melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

٧٥٣ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا لَيۡثٌ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ: أَنَّهُ رَأَى النَّبِيُّ ﷺ نُخَامَةً فِي قِبۡلَةِ الۡمَسۡجِدِ وَهُوَ يُصَلِّي بَيۡنَ يَدَىِ النَّاسِ، فَحَتَّهَا، ثُمَّ قَالَ حِينَ انۡصَرَفَ: (إِنَّ أَحَدَكُمۡ إِذَا كَانَ فِي الصَّلَاةِ، فَإِنَّ اللهَ قِبَلَ وَجۡهِهِ، فَلَا يَتَنَخَّمَنَّ أَحَدٌ قِبَلَ وَجۡهِهِ فِي الصَّلَاةِ). رَوَاهُ مُوسَى بۡنُ عُقۡبَةَ، وَابۡنُ أَبِي رَوَّادٍ، عَنۡ نَافِعٍ. [طرفه في: ٤٠٦].

753. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Laits menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar:

Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melihat ludah di kiblat masjid ketika sedang salat di hadapan manusia, lalu beliau mengikisnya. Seusai salat, beliau bersabda, “Apabila salah seorang kalian sedang salat, sesungguhnya Allah di hadapan wajahnya. Jangan sekali-kali seorang pun meludah ke arah depan ketika salat.”

Musa bin ‘Uqbah dan Ibnu Abu Rawwad meriwayatkannya dari Nafi’.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7251

٧٢٥١ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ دِينَارٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ قَالَ: بَيۡنَا النَّاسُ بِقُبَاءٍ فِي صَلَاةِ الصُّبۡحِ، إِذۡ جَاءَهُمۡ آتٍ فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَدۡ أُنۡزِلَ عَلَيۡهِ اللَّيۡلَةَ قُرۡآنٌ، وَقَدۡ أُمِرَ أَنۡ يَسۡتَقۡبِلَ الۡكَعۡبَةَ فَاسۡتَقۡبِلُوهَا، وَكَانَتۡ وُجُوهُهُمۡ إِلَى الشَّأۡمِ، فَاسۡتَدَارُوا إِلَى الۡكَعۡبَةِ. [طرفه في: ٤٠٣].

7251. Isma’il telah menceritakan kepada kami: Malik menceritakan kepadaku dari ‘Abdullah bin Dinar, dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Beliau mengatakan: Ketika orang-orang sedang salat Subuh di masjid Quba`, tiba-tiba seseorang datang kepada mereka seraya berkata: Sesungguhnya ayat Alquran telah diturunkan kepada Rasulullah tadi malam. Beliau diperintahkan untuk menghadap kiblat. Menghadaplah kalian ke kiblat! Tadinya mereka menghadap ke Syam, lalu mereka berputar ke arah Kakbah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4494

٢٠ - بَابٌ ﴿وَمِنۡ حَيۡثُ خَرَجۡتَ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَحَيۡثُمَا كُنۡتُمۡ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُ﴾ ۝١٥٠
20. Bab “Dari mana saja engkau keluar, palingkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kalian berada, palingkanlah wajah kalian ke arahnya.” (QS. Al-Baqarah: 150)


٤٤٩٤ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: عَنۡ مَالِكٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ دِينَارٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ قَالَ: بَيۡنَمَا النَّاسُ فِي صَلَاةِ الصُّبۡحِ بِقُبَاءٍ، إِذۡ جَاءَهُمۡ آتٍ فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَدۡ أُنۡزِلَ عَلَيۡهِ اللَّيۡلَةَ، وَقَدۡ أُمِرَ أَنۡ يَسۡتَقۡبِلَ الۡكَعۡبَةَ فَاسۡتَقۡبِلُوهَا، وَكَانَتۡ وُجُوهُهُمۡ إِلَى الشَّأۡمِ، فَاسۡتَدَارُوا إِلَى الۡقِبۡلَةِ. [طرفه في: ٤٠٣].

4494. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari ‘Abdullah bin Dinar, dari Ibnu ‘Umar. Beliau berkata: Ketika orang-orang sedang salat Subuh di Quba`, tiba-tiba ada yang datang kepada mereka seraya berkata, “Sesungguhnya (wahyu) telah diturunkan kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—malam tadi. Beliau telah diperintahkan untuk menghadap Kakbah. Menghadaplah kalian ke sana!” Tadinya, mereka (salat) menghadap Syam, lalu mereka berputar ke arah kiblat.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4493

١٩ - بَابٌ ﴿وَمِنۡ حَيۡثُ خَرَجۡتَ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَإِنَّهُ لَلۡحَقُّ مِنۡ رَبِّكَ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ﴾ ۝١٤٩
19. Bab “Dari mana saja engkau keluar, palingkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Allah tidaklah lalai dari apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 149)


شَطۡرُهُ: تِلۡقَاؤُهُ.

شَطۡرُهُ artinya menghadapnya.

٤٤٩٣ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ مُسۡلِمٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ دِينَارٍ قَالَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَقُولُ: بَيۡنَا النَّاسُ فِي الصُّبۡحِ بِقُبَاءٍ، إِذۡ جَاءَهُمۡ رَجُلٌ فَقَالَ: أُنۡزِلَ اللَّيۡلَةَ قُرۡآنٌ، فَأُمِرَ أَنۡ يَسۡتَقۡبِلَ الۡكَعۡبَةَ فَاسۡتَقۡبِلُوهَا، فَاسۡتَدَارُوا كَهَيۡئَتِهِمۡ، فَتَوَجَّهُوا إِلَى الۡكَعۡبَةِ، وَكَانَ وَجۡهُ النَّاسِ إِلَى الشَّأۡمِ. [طرفه في: ٤٠٣].

4493. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul ‘Aziz bin Muslim menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Dinar menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan: Ketika orang-orang sedang salat Subuh di Quba`, tiba-tiba seseorang datang kepada mereka seraya berkata, “Ada ayat Alquran yang diturunkan malam ini. Nabi diperintahkan untuk (salat) menghadap ke Kakbah. Menghadaplah kalian ke sana!” Orang-orang (yang sedang salat) pun berputar tetap dalam keadaan mereka, menghadap ke Kakbah. Tadinya mereka menghadap ke Syam.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4490

١٦ - بَابٌ ﴿وَلَئِنۡ أَتَيۡتَ الَّذِينَ أُوتُوا الۡكِتَابَ بِكُلِّ آيَةٍ مَا تَبِعُوا قِبۡلَتَكَ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ﴾ ۝١٤٥
16. Bab “Jika engkau membawakan semua ayat (keterangan) kepada orang-orang yang diberi Alkitab, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu,” sampai firman-Nya, “Sesungguhnya engkau jika demikian tentu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 145)


٤٤٩٠ - حَدَّثَنَا خَالِدُ بۡنُ مَخۡلَدٍ: حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ دِينَارٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: بَيۡنَمَا النَّاسُ فِي الصُّبۡحِ بِقُبَاءٍ، جَاءَهُمۡ رَجُلٌ فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَدۡ أُنۡزِلَ عَلَيۡهِ اللَّيۡلَةَ قُرۡآنٌ، وَأُمِرَ أَنۡ يَسۡتَقۡبِلَ الۡكَعۡبَةَ، أَلَا فَاسۡتَقۡبِلُوهَا، وَكَانَ وَجۡهُ النَّاسِ إِلَى الشَّأۡمِ، فَاسۡتَدَارُوا بِوُجُوهِهِمۡ إِلَى الۡكَعۡبَةِ. [طرفه في: ٤٠٣].

4490. Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami: Sulaiman menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Dinar menceritakan kepadaku dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—: Ketika orang-orang salat Subuh di Quba`, seseorang datang kepada mereka seraya berkata, “Sesungguhnya ada ayat Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tadi malam. Beliau diperintahkan untuk (salat) menghadap Kakbah. Ayo, menghadaplah ke sana!” Tadinya orang-orang menghadap ke Syam, lalu mereka berputar menghadap ke Kakbah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4488

١٤ - بَابٌ ﴿وَمَا جَعَلۡنَا الۡقِبۡلَةَ الَّتِي كُنۡتَ عَلَيۡهَا إِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنۡ يَنۡقَلِبُ عَلَى عَقِبَيۡهِ وَإِنۡ كَانَتۡ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللهُ وَمَا كَانَ اللهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمۡ إِنَّ اللهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾ ۝١٤٣
14. Bab “Tidaklah Kami menjadikan kiblat yang dulu engkau menghadap ke arahnya kecuali agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membangkan. Hal (pemindahan kiblat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang Allah beri hidayah. Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian. Sesungguhnya Allah sangat pengasih lagi penyayang terhadap manusia.” (QS. Al-Baqarah: 143)


٤٤٨٨ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ سُفۡيَانَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ دِينَارٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: بَيۡنَا النَّاسُ يُصَلُّونَ الصُّبۡحَ فِي مَسۡجِدِ قُبَاءٍ، إِذۡ جَاءَ جَاءٍ فَقَالَ: أَنۡزَلَ اللهُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ قُرۡآنًا أَنۡ يَسۡتَقۡبِلَ الۡكَعۡبَةَ فَاسۡتَقۡبِلُوهَا، فَتَوَجَّهُوا إِلَى الۡكَعۡبَةِ. [طرفه في: ٤٠٣].

4488. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari ‘Abdullah bin Dinar, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—: Ketika orang-orang sedang salat Subuh di masjid Quba`, tiba-tiba ada yang datang seraya berkata, “Allah telah menurunkan ayat Alquran kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—agar beliau (salat) menghadap kiblat. Menghadaplah ke sana!” Mereka pun menghadap ke Kakbah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4916

قَوۡلُهُ: ﴿عَسَى رَبُّهُ إِنۡ طَلَّقَكُنَّ أَنۡ يُبَدِّلَهُ أَزۡوَاجًا خَيۡرًا مِنۡكُنَّ مُسۡلِمَاتٍ مُؤۡمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبۡكَارًا﴾ ۝٥

Firman Allah, “Jika Nabi menceraikan kalian, bisa jadi Tuhannya akan menggantikan untuknya istri-istri yang lebih baik daripada kalian, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang beribadah, yang berpuasa, yang janda, dan yang perawan.” (QS. At-Tahrim: 5).

٤٩١٦ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ عَوۡنٍ: حَدَّثَنَا هُشَيۡمٌ، عَنۡ حُمَيۡدٍ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: اجۡتَمَعَ نِسَاءُ النَّبِيِّ ﷺ فِي الۡغَيۡرَةِ عَلَيۡهِ، فَقُلۡتُ لَهُنَّ: عَسَى رَبُّهُ إِنۡ طَلَّقَكُنَّ أَنۡ يُبَدِّلَهُ أَزۡوَاجًا خَيۡرًا مِنۡكُنَّ، فَنَزَلَتۡ هَٰذِهِ الۡآيَةُ. [طرفه في: ٤٠٢].

4916. ‘Amr bin ‘Aun telah menceritakan kepada kami: Husyaim menceritakan kepada kami dari Humaid, dari Anas. Beliau berkata: ‘Umar—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: Istri-istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersepakat untuk cemburu terhadap beliau. Aku (‘Umar) berkata kepada mereka, “Jika Nabi menceraikan kalian, bisa jadi Tuhannya menggantikan untuknya istri-istri yang lebih baik daripada kalian.” Lalu ayat ini turun.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4790

٧ - بَابٌ قَوۡلُهُ: ﴿‏َلَا تَدۡخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنۡ يُؤۡذَنَ لَكُمۡ إِلَى طَعَامٍ غَيۡرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَكِنۡ إِذَا دُعِيتُمۡ فَادۡخُلُوا فَإِذَا طَعِمۡتُمۡ فَانۡتَشِرُوا وَلَا مُسۡتَأۡنِسِينَ لِحَدِيثٍ إِنَّ ذَلِكُمۡ كَانَ يُؤۡذِي النَّبِيَّ فَيَسۡتَحۡيِي مِنۡكُمۡ وَاللهُ لَا يَسۡتَحۡيِي مِنَ الۡحَقِّ وَإِذَا سَأَلۡتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسۡأَلُوهُنَّ مِنۡ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمۡ أَطۡهَرُ لِقُلُوبِكُمۡ وَقُلُوبِهِنَّ وَمَا كَانَ لَكُمۡ أَنۡ تُؤۡذُوا رَسُولَ اللهِ وَلَا أَنۡ تَنۡكِحُوا أَزۡوَاجَهُ مِنۡ بَعۡدِهِ أَبَدًا إِنَّ ذَلِكُمۡ كَانَ عِنۡدَ اللهِ عَظِيمًا﴾ ۝٥٣
7. Bab firman Allah, “Janganlah kalian masuk rumah-rumah Nabi kecuali diizinkan untuk makan dengan tanpa menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kalian diundang, makanlah. Apabila kalian sudah makan, keluarlah dan jangan memperlama percakapan. Sungguh hal itu mengganggu Nabi, lalu beliau malu dari kalian, dan Allah tidak malu dari (menerangkan) kebenaran. Apabila kalian meminta sesuatu kepada istri-istri Nabi, mintalah dari belakang hijab. Cara itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tidak boleh mengganggu Rasulullah dan kalian tidak boleh menikahi istri-istri sepeninggal beliau selama-lamanya. Sesungguhnya perbuatan itu di sisi Allah amat besar (dosanya).” (QS. Al-Ahzab: 53)


يُقَالُ: إِنَاهُ: إِدۡرَاكُهُ، أَنَى يَأۡنِي أَنَاةً.

Ada yang berkata: إِنَاهُ artinya waktu masak (makanan), dari kata أَنَى يَأۡنِي أَنَاةً.

﴿‏لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا﴾ [٦٣]: إِذَا وَصَفۡتَ صِفَةَ الۡمُؤَنَّثِ قُلۡتَ: قَرِيبَةً، وَإِذَا جَعَلۡتَهُ ظَرۡفًا وَبَدَلًا، وَلَمۡ تُرِدِ الصِّفَةَ، نَزَعۡتَ الۡهَاءَ مِنَ الۡمُؤَنَّثِ، وَكَذٰلِكَ لَفۡظُهَا فِي الۡوَاحِدِ وَالۡاِثۡنَيۡنِ وَالۡجَمِيعِ، لِلذَّكَرِ وَالۡأُنۡثَى.

“Boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (QS. Al-Ahzab: 63).

Jika engkau menyematkan sifat muanas, engkau katakan: قَرِيبَةً. Jika engkau menjadikannya sebagai zharaf (keterangan waktu) atau badal dan tidak menginginkan sebagai sifat, engkau tanggalkan huruf ha (ta marbuthah) dari kata muanas tadi. Lafaznya tetap seperti itu baik untuk bentuk tunggal, dua, atau jamak, untuk muzakar maupun muanas.

٤٧٩٠ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، عَنۡ يَحۡيَى، عَنۡ حُمَيۡدٍ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، يَدۡخُلُ عَلَيۡكَ الۡبَرُّ وَالۡفَاجِرُ، فَلَوۡ أَمَرۡتَ أُمَّهَاتِ الۡمُؤۡمِنِينَ بِالۡحِجَابِ، فَأَنۡزَلَ اللهُ آيَةَ الۡحِجَابِ. [طرفه في: ٤٠٢].

4790. Musaddad telah menceritakan kepada kami dari Yahya, dari Humaid, dari Anas. Beliau mengatakan: ‘Umar—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, orang yang baik dan orang yang jahat masuk ke tempatmu. Andai engkau perintahkan ibu-ibu kaum mukminin agar berhijab.” Lalu Allah menurunkan ayat hijab.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4483

٩ - بَابٌ: ﴿وَاتَّخِذُوا مِنۡ مَقَامِ إِبۡرَاهِيمَ مُصَلًّى﴾ ۝١٢٥
9. Bab “Jadikan sebagian makam Ibrahim (batu tempat pijakan Nabi Ibrahim ketika membangun Kakbah) tempat salat!” (QS. Al-Baqarah: 125)


‏﴿مَثَابَةً﴾ [١٢٥] يَثُوبُونَ: يَرۡجِعُونَ.

مَثَابَةً (tempat berkumpul). (QS. Al-Baqarah: 125). يَثُوبُونَ artinya mereka kembali.

٤٤٨٣ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: عَنۡ يَحۡيَى بۡنِ سَعِيدٍ، عَنۡ حُمَيۡدٍ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ عُمَرُ: وَافَقۡتُ اللهَ فِي ثَلَاثٍ، أَوۡ وَافَقَنِي رَبِّي فِي ثَلَاثٍ، قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، لَوِ اتَّخَذۡتَ مِنۡ مَقَامَ إِبۡرَاهِيمَ مُصَلًّى، وَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، يَدۡخُلُ عَلَيۡكَ الۡبَرُّ وَالۡفَاجِرُ، فَلَوۡ أَمَرۡتَ أُمَّهَاتِ الۡمُؤۡمِنِينَ بِالۡحِجَابِ، فَأَنۡزَلَ اللهُ آيَةَ الۡحِجَابِ، قَالَ: وَبَلَغَنِي مُعَاتَبَةُ النَّبِيِّ ﷺ بَعۡضَ نِسَائِهِ، فَدَخَلۡتُ عَلَيۡهِنَّ، قُلۡتُ: إِنِ انۡتَهَيۡتُنَّ أَوۡ لَيُبَدِّلَنَّ اللهُ رَسُولَهُ ﷺ خَيۡرًا مِنۡكُنَّ، حَتَّى أَتَيۡتُ إِحۡدَى نِسَائِهِ، قَالَتۡ: يَا عُمَرُ، أَمَا فِي رَسُولِ اللهِ ﷺ مَا يَعِظُ نِسَاءَهُ، حَتَّى تَعِظَهُنَّ أَنۡتَ؟ فَأَنۡزَلَ اللهُ: ﴿عَسَى رَبُّهُ إِنۡ طَلَّقَكُنَّ أَنۡ يُبَدِّلَهُ أَزۡوَاجًا خَيۡرًا مِنۡكُنَّ مُسۡلِمَاتٍ﴾ [التحريم: ٥] الۡآيَةَ.

وَقَالَ ابۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ: أَخۡبَرَنَا يَحۡيَى بۡنُ أَيُّوبَ: حَدَّثَنِي حُمَيۡدٌ: سَمِعۡتُ أَنَسًا، عَنۡ عُمَرَ. [طرفه في: ٤٠٢].

4483. Musaddad telah menceritakan kepada kami dari Yahya bin Sa’id, dari Humaid, dari Anas. Beliau berkata: ‘Umar mengatakan: Aku bersesuaian dengan Allah dalam tiga perkara, atau Rabi bersesuaian denganku dalam tiga perkara.

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, andai engkau menjadikan sebagian makam Ibrahim (batu tempat pijakan Nabi Ibrahim ketika membangun Kakbah) sebagai tempat salat.”

Aku juga berkata, “Wahai Rasulullah, orang yang baik dan orang yang jelek masuk ke tempatmu. Andai engkau memerintahkan ibu-ibu kaum mukminin agar berhijab.” Lalu Allah menurunkan ayat hijab.

‘Umar berkata: Kabar teguran Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—terhadap sebagian istri beliau sampai kepadaku. Aku pun masuk menemui mereka, lantas aku katakan, “Hendaknya kalian berhenti melakukan itu. Kalau tidak, Allah pasti akan memberi ganti untuk Rasul-Nya—shallallahu ‘alaihi wa sallam—istri yang lebih baik daripada kalian.”

Hingga aku mendatangi salah satu istri beliau (yang lain). Dia berkata, “Wahai ‘Umar, bagaimana engkau turut campur dalam urusan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang beliau sendiri tidak menasihati para istrinya, namun malah engkau yang menasihati mereka?”

Lalu Allah menurunkan ayat, “Jika Nabi menceraikan kalian, bisa jadi Tuhannya menggantikan untuknya istri-istri yang lebih baik daripada kalian, yang patuh.” (QS. At-Tahrim: 5).

Ibnu Abu Maryam berkata: Yahya bin Ayyub mengabarkan kepada kami: Humaid menceritakan kepadaku: Aku mendengar Anas, dari ‘Umar.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7249

٧٢٤٩ - حَدَّثَنَا حَفۡصُ بۡنُ عُمَرَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡحَكَمِ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَلۡقَمَةَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: صَلَّى بِنَا النَّبِيُّ ﷺ الظُّهۡرَ خَمۡسًا، فَقِيلَ: أَزِيدَ فِي الصَّلَاةِ؟ قَالَ: (وَمَا ذَاكَ؟). قَالُوا: صَلَّيۡتَ خَمۡسًا، فَسَجَدَ سَجۡدَتَيۡنِ بَعۡدَ مَا سَلَّمَ. [طرفه في: ٤٠١].

7249. Hafsh bin ‘Umar telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Al-Hakam, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari ‘Abdullah. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat Zuhur mengimami kami sebanyak lima rakaat.

Ada yang bertanya, “Apakah salat tadi memang ditambah?”

Nabi menjawab, “Apa maksudmu?”

Para sahabat berkata, “Engkau tadi salat lima rakaat.”

Lalu Nabi sujud dua kali seusai salam.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6671

٦٦٧١ - حَدَّثَنِي إِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: سَمِعَ عَبۡدَ الۡعَزِيزِ بۡنَ عَبۡدِ الصَّمَدِ: حَدَّثَنَا مَنۡصُورٌ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَلۡقَمَةَ، عَنِ ابۡنِ مَسۡعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ نَبِيَّ اللهِ ﷺ صَلَّى بِهِمۡ صَلَاةَ الظُّهۡرِ، فَزَادَ أَوۡ نَقَصَ مِنۡهَا - قَالَ مَنۡصُورٌ: لَا أَدۡرِي إِبۡرَاهِيمُ وَهِمَ أَمۡ عَلۡقَمَةُ – قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَقَصُرَتِ الصَّلَاةُ أَمۡ نَسِيتَ؟ قَالَ: (وَمَا ذَاكَ؟). قَالُوا: صَلَّيۡتَ كَذَا وَكَذَا، قَالَ: فَسَجَدَ بِهِمۡ سَجۡدَتَيۡنِ، ثُمَّ قَالَ: (هَاتَانِ السَّجۡدَتَانِ لِمَنۡ لَا يَدۡرِي: زَادَ فِي صَلَاتِهِ أَمۡ نَقَصَ، فَيَتَحَرَّى الصَّوَابَ، فَيُتِمُّ مَا بَقِيَ، ثُمَّ يَسۡجُدُ سَجۡدَتَيۡنِ). [طرفه في: ٤٠١].

6671. Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepadaku. Beliau mendengar ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdush Shamad: Manshur menceritakan kepada kami dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari Ibnu Mas’ud—radhiyallahu ‘anhu—:

Bahwa Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat Zuhur mengimami mereka, namun beliau kelebihan atau kekurangan.

Manshur berkata: Aku tidak tahu, Ibrahim atau ‘Alqamah yang lupa.

Ibnu Mas’ud melanjutkan: Ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, apakah salat tadi diringkas atau engkau lupa?”

Rasulullah bertanya, “Apa maksudmu?”

Para sahabat berkata, “Engkau tadi salat begini dan begini.”

Ibnu Mas’ud berkata: Lalu Rasulullah sujud dua kali bersama mereka, kemudian bersabda, “Dua sujud ini disyariatkan bagi siapa saja yang tidak tahu apakah dia kelebihan atau kekurangan dalam salatnya. Dia hendaknya memilih yang dia anggap benar lalu dia sempurnakan yang tersisa, lalu dia sujud dua kali.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1226

٢ - بَابٌ إِذَا صَلَّى خَمۡسًا
2. Bab apabila salat lima rakaat


١٢٢٦ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡوَلِيدِ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡحَكَمِ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَلۡقَمَةَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ صَلَّى الظُّهۡرَ خَمۡسًا، فَقِيلَ لَهُ: أَزِيدَ فِي الصَّلَاةِ؟ فَقَالَ: (وَمَا ذَاكَ؟). قَالَ: صَلَّيۡتَ خَمۡسًا، فَسَجَدَ سَجۡدَتَيۡنِ بَعۡدَ مَا سَلَّمَ. [طرفه في: ٤٠١].

1226. Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Al-Hakam, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat Zuhur lima rakaat.

Ada yang berkata kepada beliau, “Apakah salat tadi ditambah?”

Rasulullah balik bertanya, “Apa maksudmu?”

Orang tadi menjawab, “Engkau salat lima rakaat.”

Rasulullah lalu sujud dua kali seusai salam.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4140

٣٥ - بَابُ غَزۡوَةِ أَنۡمَارٍ
35. Bab perang Anmar


٤١٤٠ - حَدَّثَنَا آدَمُ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي ذِئۡبٍ: حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ سُرَاقَةَ، عَنۡ جَابِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ الۡأَنۡصَارِيِّ قَالَ: رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ فِي غَزۡوَةِ أَنۡمَارٍ، يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ، مُتَوَجِّهًا قِبَلَ الۡمَشۡرِقِ، مُتَطَوِّعًا. [طرفه في: ٤٠٠].

4140. Adam telah menceritakan kepada kami: Ibnu Abu Dzi`b menceritakan kepada kami: ‘Utsman bin ‘Abdullah bin Suraqah menceritakan kepada kami dari Jabir bin ‘Abdullah Al-Anshari. Beliau mengatakan: Aku melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika perang Anmar, beliau salat sunah di atas tunggangannya menghadap ke arah timur.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1099

١٠٩٩ - حَدَّثَنَا مُعَاذُ بۡنُ فَضَالَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ، عَنۡ يَحۡيَى، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ ثَوۡبَانَ قَالَ: حَدَّثَنِي جَابِرُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ نَحۡوَ الۡمَشۡرِقِ، فَإِذَا أَرَادَ أَنۡ يُصَلِّيَ الۡمَكۡتُوبَةَ نَزَلَ فَاسۡتَقۡبَلَ الۡقِبۡلَةَ. [طرفه في: ٤٠٠].

1099. Mu’adz bin Fadhalah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hisyam menceritakan kepada kami dari Yahya, dari Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Tsauban. Beliau berkata: Jabir bin ‘Abdullah menceritakan kepadaku: Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah salat di atas tunggangannya menghadap timur. Apabila beliau hendak salat wajib, beliau turun, lalu (salat) menghadap kiblat.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1094

١٠٩٤ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ قَالَ: حَدَّثَنَا شَيۡبَانُ، عَنۡ يَحۡيَى، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ: أَنَّ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يُصَلِّي التَّطَوُّعَ وَهُوَ رَاكِبٌ فِي غَيۡرِ الۡقِبۡلَةِ.

1094. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syaiban menceritakan kepada kami dari Yahya, dari Muhammad bin ‘Abdurrahman: Bahwa Jabir bin ‘Abdullah mengabarkan kepadanya: Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah salat sunah dalam keadaan mengendarai tunggangan tidak menghadap kiblat.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4288

٤٢٨٨ - حَدَّثَنِي إِسۡحَاقُ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الصَّمَدِ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ لَمَّا قَدِمَ مَكَّةَ، أَبَى أَنۡ يَدۡخُلَ الۡبَيۡتَ وَفِيهِ الۡآلِهَةُ، فَأَمَرَ بِهَا فَأُخۡرِجَتۡ، فَأُخۡرِجَ صُورَةُ إِبۡرَاهِيمَ وَإِسۡمَاعِيلَ فِي أَيۡدِيهِمَا مِنَ الۡأَزۡلَامِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (قَاتَلَهُمُ اللهُ، لَقَدۡ عَلِمُوا مَا اسۡتَقۡسَمَا بِهَا قَطُّ). ثُمَّ دَخَلَ الۡبَيۡتَ، فَكَبَّرَ فِي نَوَاحِي الۡبَيۡتِ، وَخَرَجَ وَلَمۡ يُصَلِّ فِيهِ.

تَابَعَهُ مَعۡمَرٌ، عَنۡ أَيُّوبَ. وَقَالَ وُهَيۡبٌ: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. [طرفه في: ٣٩٨].

4288. Ishaq telah menceritakan kepadaku: ‘Abdush Shamad menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku: Ayyub menceritakan kepada kami dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—:

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika tiba di Makkah, beliau enggan masuk Kakbah yang di dalamnya masih ada tuhan-tuhan berhala. Beliau memerintahkan agar berhala-berhala tersebut dikeluarkan. Dikeluarkan pula gambar Nabi Ibrahim dan Isma’il dengan anak-anak panah (untuk mengundi nasib) di tangan keduanya. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Semoga Allah memerangi mereka (orang musyrikin pembuat gambar tersebut). Mereka padahal sudah mengetahui bahwa kedua nabi tersebut tidak pernah sama sekali mengundi nasib menggunakannya.”

Setelah itu, beliau masuk Kakbah. Beliau bertakbir di sisi-sisi Kakbah. Beliau keluar dan beliau tidak salat di dalamnya.

Ma’mar mengiringi ‘Abdush Shamad dari Ayyub. Wuhaib berkata: Ayyub menceritakan kepada kami dari ‘Ikrimah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3351 dan 3352

٣٣٥١ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سُلَيۡمَانَ قَالَ: حَدَّثَنِي ابۡنُ وَهۡبٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عَمۡرٌو: أَنَّ بُكَيۡرًا حَدَّثَهُ، عَنۡ كُرَيۡبٍ مَوۡلَى ابۡنِ عَبَّاسٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: دَخَلَ النَّبِيُّ ﷺ الۡبَيۡتَ، فَوَجَدَ فِيهِ صُورَةَ إِبۡرَاهِيمَ وَصُورَةَ مَرۡيَمَ، فَقَالَ: (أَمَا لَهُمۡ، فَقَدۡ سَمِعُوا أَنَّ الۡمَلَائِكَةَ لَا تَدۡخُلُ بَيۡتًا فِيهِ صُورَةٌ، هَٰذَا إِبۡرَاهِيمُ مُصَوَّرٌ، فَمَا لَهُ يَسۡتَقۡسِمُ). [طرفه في: ٣٩٨].

3351. Yahya bin Sulaiman telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Wahb menceritakan kepadaku. Beliau berkata: ‘Amr mengabarkan kepadaku bahwa Bukair menceritakan kepadanya dari Kuraib maula Ibnu ‘Abbas, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk Kakbah. Beliau mendapati di dalamnya ada gambar Ibrahim dan gambar Maryam. Beliau bersabda, “Bagaimana orang-orang Quraisy itu?! Padahal mereka sudah tahu bahwa malaikat tidak akan masuk ke suatu rumah yang di dalamnya ada gambar. Ini Nabi Ibrahim digambar (memegang anak panah untuk mengundi nasib), padahal beliau tidak pernah mengundi nasib (dengannya).”

٣٣٥٢ - حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ مُوسَى: أَخۡبَرَنَا هِشَامٌ، عَنۡ مَعۡمَرٍ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ لَمَّا رَأَى الصُّوَرَ فِي الۡبَيۡتِ لَمۡ يَدۡخُلۡ حَتَّى أَمَرَ بِهَا فَمُحِيَتۡ، وَرَأَى إِبۡرَاهِيمَ وَإِسۡمَاعِيلَ عَلَيۡهِمَا السَّلَامُ بِأَيۡدِيهِمَا الۡأَزۡلَامُ، فَقَالَ: (قَاتَلَهُمُ اللهُ، وَاللهِ إِنِ اسۡتَقۡسَمَا بِالۡأَزۡلَامِ قَطُّ). [طرفه في: ٣٩٨].

3352. Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada kami: Hisyam mengabarkan kepada kami dari Ma’mar, dari Ayyub, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—:

Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika melihat gambar-gambar di dalam Kakbah, beliau tidak masuk hingga beliau memerintahkan agar gambar-gambar tersebut dihapus. Beliau melihat (gambar) Nabi Ibrahim dan Isma’il—‘alaihimas salam—memegang anak-anak panah di tangan keduanya, lantas beliau bersabda, “Semoga Allah memerangi mereka (yaitu orang-orang musyrik yang menggambarnya). Demi Allah, kedua nabi tersebut tidak pernah mengundi nasib menggunakan anak panah sama sekali.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4289

٥١ - بَابُ دُخُولِ النَّبِيِّ ﷺ مِنۡ أَعۡلَى مَكَّةَ
51. Bab masuknya Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dari atas Makkah


٤٢٨٩ - وَقَالَ اللَّيۡثُ: حَدَّثَنِي يُونُسُ قَالَ: أَخۡبَرَنِي نَافِعٌ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ أَقۡبَلَ يَوۡمَ الۡفَتۡحِ مِنۡ أَعۡلَى مَكَّةَ عَلَى رَاحِلَتِهِ، مُرۡدِفًا أُسَامَةَ بۡنَ زَيۡدٍ وَمَعَهُ بِلَالٌ، وَمَعَهُ عُثۡمَانُ بۡنُ طَلۡحَةَ مِنَ الۡحَجَبَةِ، حَتَّى أَنَاخَ فِي الۡمَسۡجِدِ، فَأَمَرَهُ أَنۡ يَأۡتِيَ بِمِفۡتَاحِ الۡبَيۡتِ، فَدَخَلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَمَعَهُ أُسَامَةُ بۡنُ زَيۡدٍ وَبِلَالٌ وَعُثۡمَانُ بۡنُ طَلۡحَةَ، فَمَكَثَ فِيهِ نَهَارًا طَوِيلًا، ثُمَّ خَرَجَ فَاسۡتَبَقَ النَّاسُ، فَكَانَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ أَوَّلَ مَنۡ دَخَلَ، فَوَجَدَ بِلَالًا وَرَاءَ الۡبَابِ قَائِمًا، فَسَأَلَهُ: أَيۡنَ صَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ؟ فَأَشَارَ لَهُ إِلَى الۡمَكَانِ الَّذِي صَلَّى فِيهِ. قَالَ عَبۡدُ اللهِ: فَنَسِيتُ أَنۡ أَسۡأَلَهُ كَمۡ صَلَّى مِنۡ سَجۡدَةٍ؟ [طرفه في: ٣٩٧].

4289. Al-Laits berkata: Yunus menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Nafi’ mengabarkan kepadaku dari ‘Abdullah bin ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—:

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang pada hari Fathu Makkah dari atas Makkah di atas tunggangannya. Beliau memboncengkan Usamah bin Zaid. Bersama beliau, ada Bilal dan ada ‘Utsman bin Thalhah yang termasuk penjaga pintu Kakbah. Hingga ketika beliau telah menderumkan tunggangannya di masjid, beliau memerintahkan ‘Utsman untuk membawa kunci Kakbah. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk bersama Usamah bin Zaid, Bilal, dan ‘Utsman bin Thalhah. Beliau tinggal lama di dalamnya di siang hari. Kemudian beliau keluar. Orang-orang berlomba masuk. ‘Abdullah bin ‘Umar-lah orang pertama yang masuk. Beliau mendapati Bilal berdiri di belakang pintu.

‘Abdullah bertanya kepada Bilal, “Di mana Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam­—salat?” Bilal menunjukkan kepadanya tempat Rasulullah salat.

‘Abdullah berkata, “Aku lupa menanyakan kepada Bilal, berapa rakaat Rasulullah salat?”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2988

٢٩٨٨ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ: قَالَ يُونُسُ: أَخۡبَرَنِي نَافِعٌ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ أَقۡبَلَ يَوۡمَ الۡفَتۡحِ مِنۡ أَعۡلَى مَكَّةَ عَلَى رَاحِلَتِهِ، مُرۡدِفًا أُسَامَةَ بۡنَ زَيۡدٍ، وَمَعَهُ بِلَالٌ، وَمَعَهُ عُثۡمَانُ بۡنُ طَلۡحَةَ مِنَ الۡحَجَبَةِ، حَتَّى أَنَاخَ فِي الۡمَسۡجِدِ، فَأَمَرَهُ أَنۡ يَأۡتِيَ بِمِفۡتَاحِ الۡبَيۡتِ فَفَتَحَ، وَدَخَلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَمَعَهُ أُسَامَةُ وَبِلَالٌ وَعُثۡمَانُ، فَمَكَثَ فِيهَا نَهَارًا طَوِيلًا، ثُمَّ خَرَجَ، فَاسۡتَبَقَ النَّاسُ، وَكَانَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ أَوَّلَ مَنۡ دَخَلَ، فَوَجَدَ بِلَالًا وَرَاءَ الۡبَابِ قَائِمًا، فَسَأَلَهُ أَيۡنَ صَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ؟ فَأَشَارَ لَهُ إِلَى الۡمَكَانِ الَّذِي صَلَّى فِيهِ. قَالَ عَبۡدُ اللهِ: فَنَسِيتُ أَنۡ أَسۡأَلَهُ كَمۡ صَلَّى مِنۡ سَجۡدَةٍ. [طرفه في: ٣٩٧].

2988. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami: Yunus berkata: Nafi’ mengabarkan kepadaku dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—:

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang pada hari Fathu Makkah dari daerah atas Makkah dengan menaiki tunggangan beliau, memboncengkan Usamah bin Zaid. Bersama beliau ada Bilal dan ada ‘Utsman bin Thalhah yang termasuk penjaga pintu Kakbah. Hingga setelah beliau menderumkan tunggangan di masjid, beliau memerintahkan ‘Utsman untuk membawa kunci Kakbah lalu membukanya. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk bersama Usamah, Bilal, dan ‘Utsman. Beliau tinggal lama di dalamnya di waktu siang. Kemudian beliau keluar.

Orang-orang berlomba-lomba masuk. Saat itu, ‘Abdullah bin ‘Umar-lah yang pertama kali masuk. Beliau mendapati Bilal berdiri di belakang pintu. ‘Abdullah bin ‘Umar bertanya kepada Bilal, di mana Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat. Bilal menunjukkan tempat Rasulullah salat. ‘Abdullah berkata: Aku lupa bertanya kepada Bilal, berapa rakaat Rasulullah salat.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1167

١١٦٧ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ قَالَ: حَدَّثَنَا سَيۡفٌ: سَمِعۡتُ مُجَاهِدًا يَقُولُ: أُتِيَ ابۡنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا فِي مَنۡزِلِهِ، فَقِيلَ لَهُ: هَٰذَا رَسُولُ اللهِ ﷺ قَدۡ دَخَلَ الۡكَعۡبَةَ. قَالَ: فَأَقۡبَلۡتُ، فَأَجِدُ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَدۡ خَرَجَ، وَأَجِدُ بِلَالًا عِنۡدَ الۡبَابِ قَائِمًا، فَقُلۡتُ: يَا بِلَالُ، صَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي الۡكَعۡبَةِ؟ قَالَ: نَعَمۡ، قُلۡتُ: فَأَيۡنَ؟ قَالَ: بَيۡنَ هَاتَيۡنِ الۡأُسۡطُوَانَتَيۡنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ فِي وَجۡهِ الۡكَعۡبَةِ. قَالَ أَبُو عَبۡدِ اللهِ: قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَوۡصَانِي النَّبِيُّ ﷺ بِرَكۡعَتَيِ الضُّحَى. وَقَالَ عِتۡبَانُ: غَدَا عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَبُو بَكۡرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، بَعۡدَ مَا امۡتَدَّ النَّهَارُ، وَصَفَفۡنَا وَرَاءَهُ فَرَكَعَ رَكۡعَتَيۡنِ فِي وَجۡهِ الۡكَعۡبَةِ. [طرفه في: ١١٦٧].

1167. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Saif menceritakan kepada kami: Aku mendengar Mujahid berkata:

Ada yang mendatangi Ibnu ‘Umar di rumahnya, lalu beliau dikabari: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah masuk Kakbah sekarang. Ibnu ‘Umar berkata: Akupun pergi (ke Kakbah). Aku mendapati Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah keluar dan aku mendapati Bilal berdiri di dekat pintu.

Aku bertanya, “Wahai Bilal, apakah Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat di dalam Kakbah?”

Bilal menjawab, “Iya.”

Aku bertanya, “Di mana?”

Bilal menjawab, “Di antara dua pilar ini. Kemudian beliau keluar lalu salat dua rakaat di depan Kakbah.”

Abu ‘Abdullah berkata: Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mewasiatkan aku dengan dua rakaat salat Duha.

‘Itban berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan Abu Bakr—radhiyallahu ‘anhu—pergi ke tempatku setelah hari sudah agak siang. Kami berbaris di belakang beliau, lalu beliau salat dua rakaat.

Sunan At-Tirmidzi hadits nomor 1897

١ - بَابُ مَا جَاءَ فِي بِرِّ الۡوَالِدَيۡنِ
1. Bab riwayat tentang berbakti kepada kedua orang tua


١٨٩٧ – (حسن) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ، قَالَ: أَخۡبَرَنَا يَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ، قَالَ: أَخۡبَرَنَا بَهۡزُ بۡنُ حَكِيمٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنۡ جَدِّي، قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ مَنۡ أَبَرُّ؟ قَالَ: (أُمَّكَ). قَالَ: قُلۡتُ: ثُمَّ مَنۡ؟ قَالَ: (أُمَّكَ). قَالَ: قُلۡتُ: ثُمَّ مَنۡ؟ قَالَ: (أُمَّكَ). قَالَ: قُلۡتُ: ثُمَّ مَنۡ؟ قَالَ: (ثُمَّ أَبَاكَ، ثُمَّ الۡأَقۡرَبَ فَالۡأَقۡرَبَ). وَفِي الۡبَابِ عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، وَعَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمَرٍو وَعَائِشَةَ، وَأَبِي الدَّرۡدَاءِ. وَبَهۡزُ بۡنُ حَكِيمٍ هُوَ: ابۡنُ مُعَاوِيَةَ بۡنِ حَيۡدَةَ الۡقُشَيۡرِيُّ. وَهَٰذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ. وَقَدۡ تَكَلَّمَ شُعۡبَةُ فِي بَهۡزِ بۡنِ حَكِيمٍ، وَهُوَ ثِقَةٌ عِنۡدَ أَهۡلِ الۡحَدِيثِ، وَرَوَى عَنۡهُ مَعۡمَرٌ وَسُفۡيَانُ الثَّوۡرِيُّ وَحَمَّادُ بۡنُ سَلَمَةَ، وَغَيۡرُ وَاحِدٍ مِنَ الۡأَئِمَّةِ. [(المشكاة)(٤٩٢٩)].

1897. [Hasan] Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya bin Sa’id mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Bahz bin Hakim mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari kakekku.

Beliau berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbakti?”

Rasulullah menjawab, “Ibumu.”

Beliau berkata: Aku bertanya, “Kemudian siapa?”

Rasulullah menjawab, “Ibumu.”

Beliau berkata: Aku bertanya, “Kemudian siapa?”

Rasulullah menjawab, “Ibumu.”

Beliau berkata: Aku bertanya, “Kemudian siapa?”

Rasulullah menjawab, “Kemudian ayahmu, setelah itu baru kerabat yang paling dekat, dan seterusnya.”

Dalam bab ini ada riwayat dari Abu Hurairah, ‘Abdullah bin ‘Amr, ‘Aisyah, dan Abu Ad-Darda`.

Bahz bin Hakim adalah cucu Mu’awiyah bin Haidah Al-Qusyairi. Ini adalah hadis hasan. Syu’bah memperbincangkan tentang Bahz bin Hakim, namun dia tsiqah (tepercaya) menurut ahli hadis. Ma’mar, Sufyan Ats-Tsauri, Hammad bin Salamah, dan lebih dari satu imam meriwayatkan darinya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5973

٤ - بَابٌ لَا يَسُبُّ الرَّجُلُ وَالِدَيۡهِ
4. Bab seseorang tidak boleh mencela kedua orang tuanya


٥٩٧٣ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ يُونُسَ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ سَعۡدٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ حُمَيۡدِ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرٍو رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِنَّ مِنۡ أَكۡبَرِ الۡكَبَائِرِ أَنۡ يَلۡعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيۡهِ). قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَكَيۡفَ يَلۡعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيۡهِ؟ قَالَ: (يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أَمَّهُ).

5973. Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami: Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Humaid bin ‘Abdurrahman, dari ‘Abdullah bin ‘Amr—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya termasuk dosa besar yang paling besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya.”

Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang bisa melaknat kedua orang tuanya?”

Beliau menjawab, “Seseorang mencela ayah orang lain, lalu orang itu balas mencela ayahnya. Begitu pula dia mencela ibunya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2654

٢٦٥٤ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا بِشۡرُ بۡنُ الۡمُفَضَّلِ: حَدَّثَنَا الۡجُرَيۡرِيُّ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ أَبِي بَكۡرَةَ، عَنۡ أَبِيهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (أَلَا أُنَبِّئُكُمۡ بِأَكۡبَرِ الۡكَبَائِرِ؟) ثَلَاثًا، قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: (الۡإِشۡرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوقُ الۡوَالِدَيۡنِ - وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا، فَقَالَ - أَلَا وَقَوۡلُ الزُّورِ). قَالَ: فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلۡنَا: لَيۡتَهُ سَكَتَ. وَقَالَ إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا الۡجُرَيۡرِيُّ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّحۡمَٰنِ. [الحديث ٢٦٥٤ – أطرافه في: ٥٩٧٦، ٦٢٧٣، ٦٢٧٤، ٦٩١٩].

2654. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Bisyr bin Al-Mufadhdhal menceritakan kepada kami: Al-Jurairi menceritakan kepada kami dari ‘Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari ayahnya—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Maukah aku beritakan kepada kalian dosa besar yang terbesar?” Sebanyak tiga kali.

Para sahabat menyahut, “Tentu, wahai Rasulullah.”

Nabi bersabda, “Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua,” beliau duduk, padahal tadinya beliau bersandar, “Begitu juga perkataan dusta.”

Abu Bakrah berkata: Beliau terus mengulanginya hingga kami berkata: Andai beliau diam.

Isma’il bin Ibrahim berkata: Al-Jurairi menceritakan kepada kami: ‘Abdurrahman menceritakan kepada kami.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3564

٣٥٦٤ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا بَكۡرُ بۡنُ مُضَرَ، عَنۡ جَعۡفَرِ بۡنِ رَبِيعَةَ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ مَالِكٍ بۡنِ بُحَيۡنَةَ الۡأَسۡدِيِّ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا سَجَدَ فَرَّجَ بَيۡنَ يَدَيۡهِ حَتَّى نَرَى إِبۡطَيۡهِ.

قَالَ: وَقَالَ ابۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا بَكۡرٌ: بَيَاضَ إِبۡطَيۡهِ. [طرفه في: ٣٩٠].

3564. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Bakr bin Mudhar menceritakan kepada kami dari Ja’far bin Rabi’ah, dari Al-A’raj, dari ‘Abdullah bin Malik bin Buhainah Al-Asdi. Beliau berkata: Apabila Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sujud, beliau merenggangkan kedua tangannya hingga kami bisa melihat kedua ketiak beliau.

Beliau berkata: Ibnu Bukair berkata: Bakr menceritakan kepada kami: putihnya kedua ketiak beliau.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 807

١٣٠ - بَابٌ يُبۡدِي ضَبۡعَيۡهِ وَيُجَافِي فِي السُّجُودِ
130. Bab menampakkan kedua pangkal lengan bagian dalam dan menjauhkan (perut dari paha) ketika sujud


٨٠٧ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ قَالَ: حَدَّثَنِي بَكۡرُ بۡنُ مُضَرَ، عَنۡ جَعۡفَرٍ، عَنِ ابۡنِ هُرۡمُزَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ مَالِكٍ ابۡنِ بُحَيۡنَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ إِذَا صَلَّى فَرَجَ بَيۡنَ يَدَيۡهِ، حَتَّى يَبۡدُوَ بَيَاضُ إِبۡطَيۡهِ. وَقَالَ اللَّيۡثُ: حَدَّثَنِي جَعۡفَرُ بۡنُ رَبِيعَةَ نَحۡوَهُ. [طرفه في: ٣٩٠].

807. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Bakr bin Mudhar menceritakan kepadaku dari Ja’far, dari Ibnu Hurmuz, dari ‘Abdullah bin Malik bin Buhainah: Bahwa apabila Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat, beliau merenggangkan kedua tangannya sampai putih ketiaknya tampak.

Al-Laits berkata: Ja’far bin Rabi’ah menceritakan kepadaku semisal itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 808

١٣٢ - بَابٌ إِذَا لَمۡ يُتِمَّ السُّجُودَ
132. Bab apabila tidak menyempurnakan sujud


٨٠٨ - حَدَّثَنَا الصَّلۡتُ بۡنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا مَهۡدِيٌّ، عَنۡ وَاصِلٍ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ حُذَيۡفَةَ: رَأَى رَجُلًا لَا يُتِمُّ رُكُوعَهُ وَلَا سُجُودَهُ، فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ قَالَ لَهُ حُذَيۡفَةُ: مَا صَلَّيۡتَ، قَالَ: وَأَحۡسِبُهُ قَالَ: وَلَوۡ مُتَّ مُتَّ عَلَى غَيۡرِ سُنَّةِ مُحَمَّدٍ ﷺ. [طرفه في: ٣٨٩].

808. Ash-Shalt bin Muhammad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Mahdi menceritakan kepada kami dari Washil, dari Abu Wa`il, dari Hudzaifah: Beliau melihat seseorang tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Ketika orang itu merampungkan salatnya, Hudzaifah berkata kepadanya, “Engkau belum salat.”

Abu Wa`il berkata: Aku mengira Hudzaifah berkata, “Kalau engkau mati, engkau mati tidak sesuai sunah Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 791

١١٩ - بَابٌ إِذَا لَمۡ يُتِمَّ الرُّكُوعَ
119. Bab apabila tidak menyempurnakan rukuk


٧٩١ - حَدَّثَنَا حَفۡصُ بۡنُ عُمَرَ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ قَالَ: سَمِعۡتُ زَيۡدَ بۡنَ وَهۡبٍ قَالَ: رَأَى حُذَيۡفَةُ رَجُلًا لَا يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ، قَالَ: مَا صَلَّيۡتَ، وَلَوۡ مُتَّ مُتَّ عَلَى غَيۡرِ الۡفِطۡرَةِ الَّتِي فَطَرَ اللهُ مُحَمَّدًا ﷺ عَلَيۡهَا. [طرفه في: ٣٨٩].

791. Hafsh bin ‘Umar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Sulaiman. Beliau berkata: Aku mendengar Zaid bin Wahb. Beliau berkata: Hudzaifah melihat seseorang yang tidak menyempurnakan rukuk dan sujud. Beliau mengatakan, “Engkau belum salat. Kalau engkau mati, engkau mati tidak sesuai dengan fitrah yang Allah ciptakan Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menurut fitrah tersebut.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1208

٩ - بَابُ بَسۡطِ الثَّوۡبِ فِي الصَّلَاةِ لِلسُّجُودِ
9. Bab menghamparkan pakaian ketika salat untuk sujud


١٢٠٨ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا بِشۡرٌ: حَدَّثَنَا غَالِبٌ، عَنۡ بَكۡرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كُنَّا نُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي شِدَّةِ الۡحَرِّ، فَإِذَا لَمۡ يَسۡتَطِعۡ أَحَدُنَا أَنۡ يُمَكِّنَ وَجۡهَهُ مِنَ الۡأَرۡضِ، بَسَطَ ثَوۡبَهُ فَسَجَدَ عَلَيۡهِ. [طرفه في: ٣٨٥].

1208. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Bisyr menceritakan kepada kami: Ghalib menceritakan kepada kami dari Bakr bin ‘Abdullah, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Kami pernah salat bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika cuaca panas terik sehingga apabila salah seorang dari kami tidak mampu meletakkan wajahnya lama-lama di atas tanah, diapun menggelar pakaiannya lalu sujud di atasnya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 542

٥٤٢ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ، يَعۡنِي ابۡنَ مُقَاتِلٍ، قَالَ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا خَالِدُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ: حَدَّثَنِي غَالِبٌ الۡقَطَّانُ، عَنۡ بَكۡرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ الۡمُزَنِيِّ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ قَالَ: كُنَّا إِذَا صَلَّيۡنَا خَلۡفَ رَسُولِ اللهِ ﷺ بِالظَّهَائِرِ، فَسَجَدۡنَا عَلَى ثِيَابِنَا اتِّقَاءَ الۡحَرِّ. [طرفه في: ٣٨٥].

542. Muhammad bin Muqatil telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Khalid bin ‘Abdurrahman mengabarkan kepada kami: Ghalib Al-Qaththan menceritakan kepadaku dari Bakr bin ‘Abdullah Al-Muzani, dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan: Dahulu, apabila kami salat di belakang Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di waktu-waktu Zuhur, kami sujud di atas pakaian-pakaian kami untuk melindungi dari panas.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6276

٣٧ - بَابُ السَّرِيرِ
37. Bab tempat tidur


٦٢٧٦ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ أَبِي الضُّحَى، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُصَلِّي وَسۡطَ السَّرِيرِ، وَأَنَا مُضۡطَجِعَةٌ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ الۡقِبۡلَةِ، تَكُونُ لِيَ الۡحَاجَةُ، فَأَكۡرَهُ أَنۡ أَقُومَ فَأَسۡتَقۡبِلَهُ، فَأَنۡسَلُّ انۡسِلَالًا. [طرفه في: ٣٨٢].

6276. Qutaibah telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Abu Adh-Dhuha, dari Masruq, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah salat di tengah tempat tidur, sedangkan aku berbaring di antara beliau dengan kiblat. Lalu aku memiliki hajat, namun aku tidak suka berdiri lalu menghadap beliau. Aku pun turun pelan-pelan dari tempat tidur.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1209

١٠ - بَابُ مَا يَجُوزُ مِنَ الۡعَمَلِ فِي الصَّلَاةِ
10. Bab tindakan yang diperbolehkan ketika salat


١٢٠٩ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ: حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنۡ أَبِي النَّضۡرِ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: كُنۡتُ أَمُدُّ رِجۡلِي فِي قِبۡلَةِ النَّبِيِّ ﷺ وَهُوَ يُصَلِّي، فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي فَرَفَعۡتُهَا، فَإِذَا قَامَ مَدَدۡتُهَا. [طرفه في: ٣٨٢].

1209. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami: Malik menceritakan kepada kami dari Abu An-Nadhr, dari Abu Salamah, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Aku pernah menyelonjorkan kakiku di arah kiblat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika beliau sedang salat. Apabila beliau sujud, beliau menyentuhku, lalu aku angkat kakiku. Apabila beliau telah berdiri, aku menyelonjorkan kakiku kembali.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 997

٣ - بَابُ إِيقَاظِ النَّبِيِّ ﷺ أَهۡلَهُ بِالۡوِتۡرِ
3. Bab Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membangunkan istrinya untuk salat witir


٩٩٧ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى قَالَ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنۡ عَائِشَةَ قَالَتۡ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُصَلِّي وَأَنَا رَاقِدَةٌ، مُعۡتَرِضَةً عَلَى فِرَاشِهِ، فَإِذَا أَرَادَ أَنۡ يُوتِرَ أَيۡقَظَنِي فَأَوۡتَرۡتُ.

[طرفه في: ٣٨٢].

997. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hisyam menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari ‘Aisyah. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah salat ketika aku tidur melintang di atas kasur beliau. Apabila hendak salat witir, beliau membangunkanku, lalu akupun salat witir.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 333

٣١ – بَابٌ
31. Bab


٣٣٣ - حَدَّثَنَا الۡحَسَنُ بۡنُ مُدۡرِكٍ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ حَمَّادٍ قَالَ: أَخۡبَرَنَا أَبُو عَوَانَةَ مِنۡ كِتَابِهِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا سُلَيۡمَانُ الشَّيۡبَانِيُّ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ شَدَّادٍ قَالَ: سَمِعۡتُ خَالَتِي مَيۡمُونَةَ، زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ: أَنَّهَا كَانَتۡ تَكُونُ حَائِضًا لَا تُصَلِّي، وَهِيَ مُفۡتَرِشَةٌ بِحِذَاءِ مَسۡجِدِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَهُوَ يُصَلِّي عَلَى خُمۡرَتِهِ، إِذَا سَجَدَ أَصَابَنِي بَعۡضُ ثَوۡبِهِ.

[الحديث ٣٣٣ – أطرافه في: ٣٧٩، ٣٨١، ٥١٧، ٥١٨].

333. Al-Hasan bin Mudrik telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya bin Hammad menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu ‘Awanah mengabarkan kepada kami dari kitabnya. Beliau berkata: Sulaiman Asy-Syaibani mengabarkan kepada kami dari ‘Abdullah bin Syaddad. Beliau berkata: Aku mendengar khalah (bibi dari jalur ibu)-ku, yaitu Maimunah, istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—: Bahwa suatu ketika Maimunah haid tidak salat. Maimunah berbaring di sebelah tempat salat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika beliau sedang salat di atas khumrah (sajadah kecil dari anyaman pelepah kurma) beliau. Apabila beliau sujud, sebagian pakaian beliau mengenai aku.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6684

٢٠ - بَابُ مَنۡ حَلَفَ أَنۡ لَا يَدۡخُلَ عَلَى أَهۡلِهِ شَهۡرًا، وَكَانَ الشَّهۡرُ تِسۡعًا وَعِشۡرِينَ
20. Bab barang siapa bersumpah tidak menggauli istrinya selama sebulan dan satu bulan ada yang dua puluh sembilan hari


٦٦٨٤ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ بِلَالٍ، عَنۡ حُمَيۡدٍ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: آلَى رَسُولُ اللهِ ﷺ مِنۡ نِسَائِهِ، وَكَانَتِ انۡفَكَّتۡ رِجۡلُهُ، فَأَقَامَ فِي مَشۡرُبَةٍ تِسۡعًا وَعِشۡرِينَ لَيۡلَةً ثُمَّ نَزَلَ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، آلَيۡتَ شَهۡرًا؟ فَقَالَ: (إِنَّ الشَّهۡرَ يَكُونُ تِسۡعًا وَعِشۡرِينَ). [طرفه في: ٣٧٨].

6684. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sulaiman bin Bilal menceritakan kepada kami dari Humaid, dari Anas. Beliau mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengilak para istrinya. Saat itu, kaki beliau mengalami dislokasi. Beliau tinggal di kamar loteng selama dua puluh sembilan malam. Kemudian beliau turun.

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah engkau mengilak selama satu bulan?”

Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya satu bulan bisa dua puluh sembilan malam.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5289

٢١ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿لِلَّذِينَ يُؤۡلُونَ مِنۡ نِسَائِهِمۡ تَرَبُّصُ أَرۡبَعَةِ أَشۡهُرٍ فَإِنۡ فَاؤُوا﴾: رَجَعُوا ﴿فَإِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ وَإِنۡ عَزَمُوا الطَّلَاقَ فَإِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ﴾
21. Bab firman Allah taala, “Kepada orang-orang yang mengilak istrinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jika mereka berazam untuk menalak, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”


٥٢٨٩ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ أَبِي أُوَيۡسٍ، عَنۡ أَخِيهِ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ حُمَيۡدٍ الطَّوِيلِ: أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بۡنَ مَالِكٍ يَقُولُ: آلَى رَسُولُ اللهِ ﷺ مِنۡ نِسَائِهِ، وَكَانَتِ انۡفَكَّتۡ رِجۡلُهُ، فَأَقَامَ فِي مَشۡرُبَةٍ لَهُ تِسۡعًا وَعِشۡرِينَ، ثُمَّ نَزَلَ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، آلَيۡتَ شَهۡرًا؟ فَقَالَ: (الشَّهۡرُ تِسۡعٌ وَعِشۡرُونَ). [طرفه في: ٣٧٨].

5289. Isma’il bin Abu Uwais telah menceritakan kepada kami dari saudaranya, dari Sulaiman, dari Humaid Ath-Thawil: Bahwa beliau mendengar Anas bin Malik mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah mengilak istri-istrinya. Saat itu, kaki beliau mengalami dislokasi. Beliau tinggal di kamar loteng beliau selama dua puluh sembilan hari, kemudian beliau turun.

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah engkau mengilak selama sebulan?”

Rasulullah menjawab, “Bulan kemarin ini dua puluh sembilan hari.”