Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6073, 6074, dan 6075

٦٢ - بَابُ الۡهِجۡرَةِ
62. Bab Pemboikotan


وَقَوۡلِ رَسُولِ اللهِ ﷺ: (لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنۡ يَهۡجُرَ أَخَاهُ فَوۡقَ ثَلَاثٍ).

Dan sabda Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Tidak halal bagi seorang pun untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga malam.”

٦٠٧٣، ٦٠٧٤، ٦٠٧٥ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَوۡفُ بۡنُ مَالِكِ بۡنِ الطُّفَيۡلِ، هُوَ ابۡنُ الۡحَارِثِ، وَهُوَ ابۡنُ أَخِي عَائِشَةَ زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ لِأُمِّهَا، أَنَّ عَائِشَةَ حُدِّثَتۡ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ الزُّبَيۡرِ قَالَ فِي بَيۡعٍ أَوۡ عَطَاءٍ أَعۡطَتۡهُ عَائِشَةُ: وَاللهِ لَتَنۡتَهِيَنَّ عَائِشَةُ أَوۡ لَأَحۡجُرَنَّ عَلَيۡهَا، فَقَالَتۡ: أَهُوَ قَالَ هٰذَا؟ قَالُوا: نَعَمۡ، قَالَتۡ: هُوَ لِلهِ عَلَيَّ نَذۡرٌ، أَنۡ لَا أُكَلِّمَ ابۡنَ الزُّبَيۡرِ أَبَدًا،

6073, 6074, 6075. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: ‘Auf bin Malik bin Ath-Thufail menceritakan kepadaku—beliau adalah putra Al-Harits dan putra saudara laki-laki seibu ‘Aisyah istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam—: ‘Aisyah diberitahu bahwa ‘Abdullah bin Az-Zubair berkata tentang suatu penjual atau pemberian yang diberikan oleh ‘Aisyah, “Demi Allah, ‘Aisyah harus berhenti atau aku pasti akan menghalanginya.”

‘Aisyah bertanya, “Apa benar dia mengatakan ini?”

Mereka menjawab, “Iya.”

‘Aisyah mengatakan, “Aku bernazar kepada Allah untuk tidak berbicara kepada Ibnu Az-Zubair selama-lamanya.”

فَاسۡتَشۡفَعَ ابۡنُ الزُّبَيۡرِ إِلَيۡهَا، حِينَ طَالَتِ الۡهِجۡرَةُ، فَقَالَتۡ: لَا وَاللهِ لَا أُشَفِّعُ فِيهِ أَبَدًا، وَلَا أَتَحَنَّثُ إِلَى نَذۡرِي، فَلَمَّا طَالَ ذٰلِكَ عَلَى ابۡنِ الزُّبَيۡرِ، كَلَّمَ الۡمِسۡوَرَ بۡنَ مَخۡرَمَةَ وَعَبۡدَ الرَّحۡمٰنِ بۡنَ الۡأَسۡوَدِ بۡنِ عَبۡدِ يَغُوثَ، وَهُمَا مِنۡ بَنِي زُهۡرَةَ، وَقَالَ لَهُمَا: أَنۡشُدُكُمَا بِاللهِ لَمَّا أَدۡخَلۡتُمَانِي عَلَى عَائِشَةَ، فَإِنَّهَا لَا يَحِلُّ لَهَا أَنۡ تَنۡذُرَ قَطِيعَتِي.

Ibnu Az-Zubair meminta perantaraan orang untuk bisa berbicara dengan ‘Aisyah ketika masa pemboikotan sudah berlangsung lama. Lalu ‘Aisyah berkata, “Tidak, demi Allah, aku tidak berkenan apabila ada yang membantunya dalam masalah ini selama-lamanya dan aku tidak akan membatalkan nazarku.”

Ketika keadaan itu dirasa lama oleh Ibnu Az-Zubair, beliau berbicara kepada Al-Miswar bin Makhramah dan ‘Abdurrahman bin Al-Aswad bin ‘Abd Yaghuts. Mereka berdua dari bani Zuhrah. Beliau berkata kepada mereka berdua, “Aku meminta kalian dengan nama Allah supaya memasukkanku ke kediaman ‘Aisyah karena tidak halal baginya untuk bernazar memutus hubungan denganku.”

فَأَقۡبَلَ بِهِ الۡمِسۡوَرُ وَعَبۡدُ الرَّحۡمٰنِ مُشۡتَمِلَيۡنِ بِأَرۡدِيَتِهِمَا، حَتَّى اسۡتَأۡذَنَا عَلَى عَائِشَةَ، فَقَالَا: السَّلَامُ عَلَيۡكِ وَرَحۡمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ أَنَدۡخُلُ؟ قَالَتۡ عَائِشَةُ: ادۡخُلُوا، قَالُوا: كُلُّنَا؟ قَالَتۡ: نَعَمِ، ادۡخُلُوا كُلُّكُمۡ، وَلَا تَعۡلَمُ أَنَّ مَعَهُمَا ابۡنَ الزُّبَيۡرِ، فَلَمَّا دَخَلُوا دَخَلَ ابۡنُ الزُّبَيۡرِ الۡحِجَابَ، فَاعۡتَنَقَ عَائِشَةَ وَطَفِقَ يُنَاشِدُهَا وَيَبۡكِي، وَطَفِقَ الۡمِسۡوَرُ وَعَبۡدُ الرَّحۡمٰنِ يُنَاشِدَانِهَا إِلَّا مَا كَلَّمَتۡهُ، وَقَبِلَتۡ مِنۡهُ، وَيَقُولَانِ: إِنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَهَى عَمَّا قَدۡ عَلِمۡتِ مِنَ الۡهِجۡرَةِ، فَإِنَّهُ: (لَا يَحِلُّ لِمُسۡلِمٍ أَنۡ يَهۡجُرَ أَخَاهُ فَوۡقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ).

Lalu Al-Miswar dan ‘Abdurrahman berangkat dengannya dengan menyelimutkan pakaian luar bagian atas hingga mereka berdua meminta izin kepada ‘Aisyah. Keduanya berkata, “Assalāmu ‘alaiki waraḥmatullāhi wabarakātuh. Apakah kami boleh masuk?”

‘Aisyah menjawab, “Masuklah kalian!”

Mereka bertanya, “Kami semua?”

‘Aisyah menjawab, “Iya. Masuklah kalian semuanya!”

‘Aisyah tidak mengetahui bahwa Ibnu Az-Zubair bersama mereka berdua. Ketika mereka masuk, Ibnu Az-Zubair masuk ke tirai lalu memeluk ‘Aisyah dan mulai memintanya dengan nama Allah dan menangis. Al-Miswar dan ‘Abdurrahman pun meminta dengan nama Allah agar ‘Aisyah mau berbicara dan menerima Ibnu Az-Zubair. Keduanya berkata, “Sesungguhnya Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang pemboikotan sebagaimana yang engkau ketahui, karena ‘tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga malam’.”

فَلَمَّا أَكۡثَرُوا عَلَى عَائِشَةَ مِنَ التَّذۡكِرَةِ وَالتَّحۡرِيجِ، طَفِقَتۡ تُذَكِّرُهُمَا وَتَبۡكِي وَتَقُولُ: إِنِّي نَذَرۡتُ، وَالنَّذۡرُ شَدِيدٌ، فَلَمۡ يَزَالَا بِهَا حَتَّى كَلَّمَتِ ابۡنَ الزُّبَيۡرِ، وَأَعۡتَقَتۡ فِي نَذۡرِهَا ذٰلِكَ أَرۡبَعِينَ رَقَبَةً، وَكَانَتۡ تَذۡكُرُ نَذۡرَهَا بَعۡدَ ذٰلِكَ، فَتَبۡكِي حَتَّى تَبُلَّ دُمُوعُهَا خِمَارَهَا. [طرفه في: ٣٥٠٣].

Ketika mereka banyak mengingatkan dan mendesak ‘Aisyah, ‘Aisyah mulai mengingatkan mereka berdua (akan nazarnya), menangis, dan berkata, “Sesungguhnya aku telah bernazar dan nazar itu urusannya berat.”

Namun mereka berdua terus mendesak ‘Aisyah, sampai ‘Aisyah akhirnya mau berbicara dengan Ibnu Az-Zubair. ‘Aisyah memerdekakan empat puluh budak dalam pembatalan nazarnya itu. Setelah itu, ‘Aisyah kadang masih teringat nazarnya, lalu menangis sampai air matanya membasahi kerudungnya.