٦٢ - بَابُ الۡهِجۡرَةِ
62. Bab Pemboikotan
وَقَوۡلِ رَسُولِ اللهِ ﷺ: (لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنۡ يَهۡجُرَ أَخَاهُ
فَوۡقَ ثَلَاثٍ).
Dan sabda Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Tidak halal bagi seorang
pun untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga malam.”
٦٠٧٣، ٦٠٧٤، ٦٠٧٥ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ
الزُّهۡرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَوۡفُ بۡنُ مَالِكِ بۡنِ الطُّفَيۡلِ، هُوَ
ابۡنُ الۡحَارِثِ، وَهُوَ ابۡنُ أَخِي عَائِشَةَ زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ
لِأُمِّهَا، أَنَّ عَائِشَةَ حُدِّثَتۡ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ الزُّبَيۡرِ
قَالَ فِي بَيۡعٍ أَوۡ عَطَاءٍ أَعۡطَتۡهُ عَائِشَةُ: وَاللهِ لَتَنۡتَهِيَنَّ
عَائِشَةُ أَوۡ لَأَحۡجُرَنَّ عَلَيۡهَا، فَقَالَتۡ: أَهُوَ قَالَ هٰذَا؟
قَالُوا: نَعَمۡ، قَالَتۡ: هُوَ لِلهِ عَلَيَّ نَذۡرٌ، أَنۡ لَا أُكَلِّمَ
ابۡنَ الزُّبَيۡرِ أَبَدًا،
6073, 6074, 6075. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib
mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: ‘Auf bin Malik bin
Ath-Thufail menceritakan kepadaku—beliau adalah putra Al-Harits dan putra
saudara laki-laki seibu ‘Aisyah istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam—:
‘Aisyah diberitahu bahwa ‘Abdullah bin Az-Zubair berkata tentang suatu penjual
atau pemberian yang diberikan oleh ‘Aisyah, “Demi Allah, ‘Aisyah harus
berhenti atau aku pasti akan menghalanginya.”
‘Aisyah bertanya, “Apa benar dia mengatakan ini?”
Mereka menjawab, “Iya.”
‘Aisyah mengatakan, “Aku bernazar kepada Allah untuk tidak berbicara kepada
Ibnu Az-Zubair selama-lamanya.”
فَاسۡتَشۡفَعَ ابۡنُ الزُّبَيۡرِ إِلَيۡهَا، حِينَ طَالَتِ الۡهِجۡرَةُ،
فَقَالَتۡ: لَا وَاللهِ لَا أُشَفِّعُ فِيهِ أَبَدًا، وَلَا أَتَحَنَّثُ إِلَى
نَذۡرِي، فَلَمَّا طَالَ ذٰلِكَ عَلَى ابۡنِ الزُّبَيۡرِ، كَلَّمَ الۡمِسۡوَرَ
بۡنَ مَخۡرَمَةَ وَعَبۡدَ الرَّحۡمٰنِ بۡنَ الۡأَسۡوَدِ بۡنِ عَبۡدِ يَغُوثَ،
وَهُمَا مِنۡ بَنِي زُهۡرَةَ، وَقَالَ لَهُمَا: أَنۡشُدُكُمَا بِاللهِ لَمَّا
أَدۡخَلۡتُمَانِي عَلَى عَائِشَةَ، فَإِنَّهَا لَا يَحِلُّ لَهَا أَنۡ تَنۡذُرَ
قَطِيعَتِي.
Ibnu Az-Zubair meminta perantaraan orang untuk bisa berbicara dengan ‘Aisyah
ketika masa pemboikotan sudah berlangsung lama. Lalu ‘Aisyah berkata, “Tidak,
demi Allah, aku tidak berkenan apabila ada yang membantunya dalam masalah ini
selama-lamanya dan aku tidak akan membatalkan nazarku.”
Ketika keadaan itu dirasa lama oleh Ibnu Az-Zubair, beliau berbicara kepada
Al-Miswar bin Makhramah dan ‘Abdurrahman bin Al-Aswad bin ‘Abd Yaghuts. Mereka
berdua dari bani Zuhrah. Beliau berkata kepada mereka berdua, “Aku meminta
kalian dengan nama Allah supaya memasukkanku ke kediaman ‘Aisyah karena tidak
halal baginya untuk bernazar memutus hubungan denganku.”
فَأَقۡبَلَ بِهِ الۡمِسۡوَرُ وَعَبۡدُ الرَّحۡمٰنِ مُشۡتَمِلَيۡنِ
بِأَرۡدِيَتِهِمَا، حَتَّى اسۡتَأۡذَنَا عَلَى عَائِشَةَ، فَقَالَا: السَّلَامُ
عَلَيۡكِ وَرَحۡمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ أَنَدۡخُلُ؟ قَالَتۡ عَائِشَةُ:
ادۡخُلُوا، قَالُوا: كُلُّنَا؟ قَالَتۡ: نَعَمِ، ادۡخُلُوا كُلُّكُمۡ، وَلَا
تَعۡلَمُ أَنَّ مَعَهُمَا ابۡنَ الزُّبَيۡرِ، فَلَمَّا دَخَلُوا دَخَلَ ابۡنُ
الزُّبَيۡرِ الۡحِجَابَ، فَاعۡتَنَقَ عَائِشَةَ وَطَفِقَ يُنَاشِدُهَا
وَيَبۡكِي، وَطَفِقَ الۡمِسۡوَرُ وَعَبۡدُ الرَّحۡمٰنِ يُنَاشِدَانِهَا إِلَّا
مَا كَلَّمَتۡهُ، وَقَبِلَتۡ مِنۡهُ، وَيَقُولَانِ: إِنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَهَى
عَمَّا قَدۡ عَلِمۡتِ مِنَ الۡهِجۡرَةِ، فَإِنَّهُ: (لَا يَحِلُّ لِمُسۡلِمٍ
أَنۡ يَهۡجُرَ أَخَاهُ فَوۡقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ).
Lalu Al-Miswar dan ‘Abdurrahman berangkat dengannya dengan menyelimutkan
pakaian luar bagian atas hingga mereka berdua meminta izin kepada ‘Aisyah.
Keduanya berkata, “Assalāmu ‘alaiki waraḥmatullāhi wabarakātuh. Apakah kami
boleh masuk?”
‘Aisyah menjawab, “Masuklah kalian!”
Mereka bertanya, “Kami semua?”
‘Aisyah menjawab, “Iya. Masuklah kalian semuanya!”
‘Aisyah tidak mengetahui bahwa Ibnu Az-Zubair bersama mereka berdua. Ketika
mereka masuk, Ibnu Az-Zubair masuk ke tirai lalu memeluk ‘Aisyah dan mulai
memintanya dengan nama Allah dan menangis. Al-Miswar dan ‘Abdurrahman pun
meminta dengan nama Allah agar ‘Aisyah mau berbicara dan menerima Ibnu
Az-Zubair. Keduanya berkata, “Sesungguhnya Nabi—shallallahu ‘alaihi wa
sallam—melarang pemboikotan sebagaimana yang engkau ketahui, karena ‘tidak
halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga malam’.”
فَلَمَّا أَكۡثَرُوا عَلَى عَائِشَةَ مِنَ التَّذۡكِرَةِ وَالتَّحۡرِيجِ،
طَفِقَتۡ تُذَكِّرُهُمَا وَتَبۡكِي وَتَقُولُ: إِنِّي نَذَرۡتُ، وَالنَّذۡرُ
شَدِيدٌ، فَلَمۡ يَزَالَا بِهَا حَتَّى كَلَّمَتِ ابۡنَ الزُّبَيۡرِ،
وَأَعۡتَقَتۡ فِي نَذۡرِهَا ذٰلِكَ أَرۡبَعِينَ رَقَبَةً، وَكَانَتۡ تَذۡكُرُ
نَذۡرَهَا بَعۡدَ ذٰلِكَ، فَتَبۡكِي حَتَّى تَبُلَّ دُمُوعُهَا خِمَارَهَا.
[طرفه في: ٣٥٠٣].
Ketika mereka banyak mengingatkan dan mendesak ‘Aisyah, ‘Aisyah mulai
mengingatkan mereka berdua (akan nazarnya), menangis, dan berkata,
“Sesungguhnya aku telah bernazar dan nazar itu urusannya berat.”
Namun mereka berdua terus mendesak ‘Aisyah, sampai ‘Aisyah akhirnya mau
berbicara dengan Ibnu Az-Zubair. ‘Aisyah memerdekakan empat puluh budak dalam
pembatalan nazarnya itu. Setelah itu, ‘Aisyah kadang masih teringat nazarnya,
lalu menangis sampai air matanya membasahi kerudungnya.