نِيَابَةُ حَذۡفِ النُّونِ عَلَى الۡفَتۡحَةِ:
Penggantian hadzf an-nun (penghilangan huruf nun) dari harakat fatah:
قَوۡلُهُ: (وَأَمَّا حَذۡفُ النُّونِ فَيَكُونُ عَلَامَةً لِلنَّصۡبِ فِي الۡأَفۡعَالِ الۡخَمۡسَةِ الَّتِي رَفۡعُهَا بِثَبَاتِ النُّونِ).
Ucapan mualif, “Adapun hadzf an-nun (penghilangan huruf nun) menjadi tanda nashab pada al-af’al al-khamsah yang di-rafa’ dengan tetap adanya huruf nun.”
الۡأَفۡعَالُ الۡخَمۡسَةُ هِيَ: (يَفۡعَلُونَ وَتَفۡعَلُونَ وَيَفۡعَلَانِ، وَتَفۡعَلَانِ وَتَفۡعَلِينَ)، تُرۡفَعُ بِثُبُوتِ النُّونِ، وَتُنۡصَبُ بِحَذۡفِ النُّونِ.
مِثَالُهُ: تَقُولُ (لَنۡ يَفۡعَلَا):
(لَنۡ): هَٰذَا حَرۡفُ نَفۡيٍ، وَنَصۡبٍ، وَاسۡتِقۡبَالٍ.
(يَفۡعَلَا): فَتَحۡذِفُ النُّونَ.
وَمِثۡلُهُ فِي: (لَنۡ تَفۡعَلَا)، وَ(لَنۡ يَفۡعَلُوا)، وَ(لَنۡ تَفۡعَلُوا)، وَ(لَنۡ تَفۡعَلِي).
Al-af’al al-khamsah adalah يَفۡعَلُونَ, تَفۡعَلُونَ, يَفۡعَلَانِ, تَفۡعَلَانِ, dan تَفۡعَلِينَ di-rafa’ dengan tsubut nun (tetap adanya nun) dan di-nashab dengan hadzf nun (menghilangkan huruf nun).
Contohnya engkau katakan, “لَنۡ يَفۡعَلَا (Keduanya tidak akan berbuat).”
لَنۡ adalah huruf nafi, nashab, dan istiqbal.
يَفۡعَلَا engkau hilangkan huruf nun.
Yang semisal itu adalah, “لَنۡ تَفۡعَلَا”, “لَنۡ يَفۡعَلُوا”, “لَنۡ تَفۡعَلُوا”, dan “لَنۡ تَفۡعَلِي”.
مِثَالٌ: (لَمۡ يَرۡمِيَا):
(لَمۡ): حَرۡفُ نَفۡيٍ وَجَزۡمٍ وَقَلۡبٍ.
(يَرۡمِيَا): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَجۡزُومٌ وَعَلَامَةُ جَزۡمِهِ حَذۡفُ النُّونِ نِيَابَةً عَنِ الضَّمَّةِ؛ لِأَنَّهُ مِنَ الۡأَفۡعَالِ الۡخَمۡسَةِ وَالۡأَلِفُ فَاعِلٌ.
Contoh, “لَمۡ يَرۡمِيَا (Keduanya tidak melempar).”
لَمۡ adalah huruf nafi, jazm, dan qalb.
يَرۡمِيَا adalah fiil mudhari’ yang di-jazm. Tanda jazm-nya adalah hilangnya huruf nun sebagai ganti dari harakat damah sukun karena termasuk al-af’al al-khamsah dan huruf alif adalah fa’il.
قَالَ اللهُ –تَبَارَكَ وَتَعَالَى-: ﴿وَلَن تَفۡعَلُوا﴾ [البقرة: ٢٤]، وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَن يَتَمَنَّوۡهُ﴾ [البقرة: ٩٥].
قَوۡلُهُ: ﴿وَلَن تَفۡعَلُوا﴾ حُذِفَتِ النُّونُ وَأَصۡلُهَا (تَفۡعَلُونَ)، وَقَوۡلُهُ: ﴿وَلَن يَتَمَنَّوۡهُ﴾ حُذِفَتِ النُّونُ وَأَصۡلُهَا (يَتَمَنَّوۡنَهُ)، وَلِهَٰذَا لَمَّا جَاءَتۡ مَنۡفِيَةً بِـ(لَا) لَمۡ تُحۡذَفِ النُّونُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿وَلَا يَتَمَنَّوۡنَهُ أَبَدًا﴾ فِي سُورَةِ الۡجُمۡعَةِ –بِإِثۡبَاتِ النُّونِ-، وَفِي سُورَةِ الۡبَقَرَةِ، قَالَ: ﴿وَلَن يَتَمَنَّوۡهُ﴾ بِحَذۡفِهَا، لِأَنَّ (لَا) لَا تَنۡصِبُ، وَ(لَنۡ) تَنۡصِبُ.
Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, “وَلَنۡ تَفۡعَلُوا (Dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya)).” (QS. Al-Baqarah: 24). Allah taala juga berfirman, “وَلَن يَتَمَنَّوۡهُ (Dan mereka tidak akan menginginkannya).” (QS. Al-Baqarah: 95).
Firman Allah, “وَلَنۡ تَفۡعَلُوا”, huruf nun-nya dihilangkan. Aslinya adalah تَفۡعَلُونَ. Dan firman Allah, “وَلَن يَتَمَنَّوۡهُ”, huruf nun-nya dihilangkan. Aslinya adalah يَتَمَنَّوۡنَهُ. Ketika ada kata yang dinafikan dengan لَا, maka huruf nun-nya tidak dihilangkan. Allah taala berfirman, “وَلَا يَتَمَنَّوۡنَهُ أَبَدًا (Dan mereka tidak menginginkannya selama-lamanya)” di dalam surah Al-Jum’ah. Huruf nun-nya tetap ada. Sementara di surah Al-Baqarah, “وَلَنۡ يَتَمَنَّوۡهُ” dengan menghilangkan huruf nun karena لَا tidak me-nashab, sementara لَنۡ me-nashab.
مِثَالٌ: (لَمۡ يَفۡعَلُوا):
(لَمۡ): حَرۡفُ نَفۡيٍ وَجَزۡمٍ وَقَلۡبٍ.
(يَفۡعَلُوا): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَجۡزُومٌ بِـ(لَمۡ)، وَعَلَامَةُ جَزۡمِهِ حَذۡفُ النُّونِ وَالۡوَاوُ فَاعِلٌ.
Contoh, “لَمۡ يَفۡعَلُوا”:
لَمۡ adalah huruf nafi, jazm, dan qalb.
يَفۡعَلُوا adalah fiil mudhari’ yang di-jazm dengan لَمۡ. Tanda jazm-nya adalah hilangnya huruf nun. Huruf wawu adalah fa’il.
فَإِنۡ قِيلَ: (يُعۡجِبُنِي أَنۡ تَفۡهَمُوا) أَوۡ (يُعۡجِبُنِي أَنۡ تَفۡهَمُونَ)، فَالصَّحِيحُ (أَنۡ تَفۡهَمُوا)، أَمَّا (أَنۡ تَفۡهَمُونَ) فَخَطَأٌ؛ لِأَنَّ الۡأَفۡعَالَ الۡخَمۡسَةَ تُنۡصَبُ بِحَذۡفِ النُّونِ.
Jika ada yang berkata, “يُعۡجِبُنِي أَنۡ تَفۡهَمُوا (Pahamnya kalian menggembirakanku)” atau “يُعۡجِبُنِي أَنۡ تَفۡهَمُونَ”. Maka yang benar adalah أَنۡ تَفۡهَمُوا. Adapun أَنۡ تَفۡهَمُونَ keliru karena al-af’al al-khamsah di-nashab dengan menghilangkan huruf nun.
لَوۡ خَاطَبۡتَ امۡرَأَةً فَقُلۡتَ لَهَا: (يُعۡجِبُنِي أَنۡ تَتَأَدَّبِينَ) فَهَٰذَا خَطَأٌ، وَالصَّوَابُ أَنۡ تَقُولَ: (يُعۡجِبُنِي أَنۡ تَتَأَدَّبِي) بِالۡيَاءِ، وَلَا تَقُلۡ: (تَتَأَدَّبِينَ)؛ لِأَنَّ الۡأَفۡعَالَ الۡخَمۡسَةَ تُنۡصَبُ بِحَذۡفِ النُّونِ.
Kalau engkau berbicara dengan seorang wanita, lalu engkau katakan kepadanya, “يُعۡجِبُنِي أَنۡ تَتَأَدَّبِينَ”, ini keliru. Yang benar adalah kau katakan, “يُعۡجِبُنِي أَنۡ تَتَأَدَّبِي (Terdidiknya engkau menggembirakanku)” dengan huruf ya. Jangan engkau katakan, “تَتَأَدَّبِينَ” karena al-af’al al-khamsah di-nashab dengan hilangnya huruf nun.
(لَا تَمۡشِي فِي الۡأَسۡوَاقِ).
(لَا): حَرۡفُ نَهۡيٍ.
(تَمۡشِي): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَجۡزُومٌ بِـ(لَا) النَّاهِيَةِ، وَعَلَامَةُ جَزۡمِهِ حَذۡفُ النُّونِ؛ لِأَنَّهُ مِنَ الۡأَفۡعَالِ الۡخَمۡسَةِ، وَ(الۡيَاءُ) فَاعِلٌ.
“لَا تَمۡشِي فِي الۡأَسۡوَاقِ (Jangan engkau berjalan di pasar-pasar).”
لَا adalah huruf larangan.
تَمۡشِي adalah fiil mudhari’ di-jazm dengan لَا larangan. Tanda jazm-nya adalah hilangnya huruf nun karena termasuk al-af’al al-khamsah. Huruf ya adalah fa’il.
وَلِنُعۡرِبۡ: قَوۡلَ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَلَن تَفۡعَلُوا﴾:
(لَنۡ): حَرۡفُ نَفۡيٍ، وَنَصۡبٍ، وَاسۡتِقۡبَالٍ، حَرۡفُ نَفۡيٍ؛ لِأَنَّكَ لَوۡ قُلۡتَ: (لَنۡ تَفۡعَلُوا) نَفَيۡتَ الۡفِعۡلَ، وَنَصۡبٍ؛ لِأَنَّهَا تَنۡصِبُ الۡفِعۡلَ، وَاسۡتِقۡبَالٍ؛ لِأَنَّهَا تُحَوِّلُ الۡمُضَارِعَ إِلَى مُسۡتَقۡبَلٍ، وَالۡمُضَارِعُ يَصۡلُحُ لِلۡحَالِ وَالۡاسۡتِقۡبَالِ، لٰكِنۡ قَدۡ تَقۡتَرِنُ بِهِ حُرُوفٌ تُحَوِّلُهُ لِلۡمَاضِي، وَقَدۡ تَقۡتَرِنُ بِهِ حُرُوفٌ تُحَوِّلُهُ لِلۡمُسۡتَقۡبَلِ، وَقَدۡ تَقۡتَرِنُ بِهِ حُرُوفٌ تُحَوِّلُهُ لِلۡحَالِ، فَـ(لَنۡ) تُحَوِّلُهُ لِلۡمُسۡتَقۡبَلِ، وَنُرِيدُ بِالۡمُسۡتَقۡبَلِ مَا بَعۡدَ زَمَنِ الۡتَكَلُّمِ، وَلَوۡ بِلَحۡظَةٍ، يَعۡنِي: لَا نُرِيدُ بِالۡمُسۡتَقۡبَلِ الۡمُسۡتَقۡبَلَ الۡبَعِيدَ.
(تَفۡعَلُوا): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(لَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ حَذۡفُ النُّونِ، وَالۡوَاوُ فَاعِلٌ.
Coba kita i’rab firman Allah taala, “وَلَنۡ تَفۡعَلُوا”:
لَنۡ: adalah huruf nafi, nashab, dan istiqbal. Huruf nafi karena kalau engkau katakan, “لَنۡ تَفۡعَلُوا”, maka engkau meniadakan perbuatan. Huruf nashab karena me-nashab fiil. Huruf istiqbal karena mengubah fiil mudhari’ kepada makna yang akan datang. Fiil mudhari’ bisa untuk saat sedang terjadi dan masa yang akan datang. Tetapi terkadang disandingkan dengan huruf yang mengubah menjadi makna lampau. Terkadang disandingkan dengan huruf-huruf yang mengubah menjadi makna yang akan datang. Terkadang pula disandingkan dengan huruf-huruf yang mengubahnya menjadi bermakna sedang terjadi. Maka, لَنۡ mengubahnya menjadi masa yang akan datang. Yang kita maukan dengan masa yang akan datang adalah zaman setelah waktu pembicaraan walaupun hanya sejenak. Yakni, kita tidak menginginkan dengan masa yang akan datang adalah masa yang jauh di depan.
تَفۡعَلُوا adalah fiil mudhari’ yang di-nashab dengan لَنۡ. Tanda nashab-nya adalah hilangnya huruf nun. Huruf wawu adalah fa’il.
إِذَا قَالَ الرَّجُلُ: (لَنۡ تَسۡتَعۡجِلُونِي) فَهَٰذِهِ النُّونُ لَيۡسَتۡ نُونَ إِعۡرَابٍ، بَلۡ هِيَ نُونُ وِقَايَةٍ، أَمَّا لَوۡ جَاءَتۡ نُونُ الۡإِعۡرَابِ لَصَارَ الۡكَلَامُ: (لَنۡ تَسۡتَعۡجِلُونَنِي).
Jika seseorang berkata, “لَنۡ تَسۡتَعۡجِلُونِي (Kalian jangan minta aku menyegerakan)”, huruf nun ini bukan nun i’rab. Akan tetapi itu merupakan huruf nun wiqayah. Adapun jika huruf nun diadakan, maka ucapan tadi akan menjadi, “لَنۡ تَسۡتَعۡجِلُونَنِي”.
(لَنۡ تَفۡعَلَا) أَصۡلُهَا: (تَفۡعَلَانِ) فَإِذَا دَخَلَ عَلَيۡهَا نَاصِبٌ حُذِفَتِ النُّونُ.
وَنَقُولُ فِي إِعۡرَابِهَا:
(لَنۡ): حَرۡفُ نَفۡيٍ، وَنَصۡبٍ، وَاسۡتِقۡبَالٍ.
(تَفۡعَلَا): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(لَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ حَذۡفُ النُّونِ.
“لَنۡ تَفۡعَلَا” aslinya adalah تَفۡعَلَانِ. Jika diawali oleh huruf nashab maka huruf nun dihilangkan.
Kita katakan dalam i’rab-nya:
لَنۡ adalah huruf nafi, nashab, dan istiqbal.
تَفۡعَلَا adalah fiil mudhari’ yang di-nashab dengan لَنۡ. Tanda nashab-nya adalah hilangnya huruf nun.
لَوۡ قَالَ قَائِلٌ: (لَنۡ تَفۡعَلَانِ) فَهَٰذَا خَطَأٌ، وَلَحۡنٌ، لَا يَجُوزُ فِي اللُّغَةِ الۡعَرَبِيَّةِ أَنۡ تَقُولَ: (لَنۡ تَفۡعَلَانِ)، فَـ(تَفۡعَلُونَ) فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مِنَ الۡأَفۡعَالِ الۡخَمۡسَةِ يَنۡصِبُ بِحَذۡفِ النُّونِ، فَتَقُولُ: (لَنۡ تَفۡعَلُوا) وَتَحۡذِفُ النُّونَ. وَ(لَنۡ) حَرۡفُ نَفۡيٍ وَنَصۡبٍ وَاسۡتِقۡبَالٍ. (تَفۡعَلُوا): فِعۡلٌ مُضَارِعٌ مَنۡصُوبٌ بِـ(لَنۡ) وَعَلَامَةُ نَصۡبِهِ حَذۡفُ النُّونِ وَ(الۡوَاوُ): فَاعِلٌ. فَلَوۡ قُلۡتَ: (لَنۡ تَفۡعَلُونَ) لَكَانَ خَطَأٌ، لِأَنَّهُ لَا بُدَّ مِنۡ حَذۡفِ النُّونِ.
(تَفۡعَلِينَ) تُخَاطِبُ بِهِ الۡمَرۡأَةَ، فَتَقُولُ: (أَنۡتِ تَفۡعَلِينَ) وَلَوۡ أَدۡخَلۡتَ عَلَيۡهَا (لَنۡ) الَّتِي تَنۡصِبُ قُلۡتَ: (لَنۡ تَفۡعَلِي)؛ لِأَنَّهَا تُنۡصَبُ بِحَذۡفِ النُّونِ.
Jika ada yang berkata, “لَنۡ تَفۡعَلَانِ”, maka ini keliru dan salah ucap. Tidak boleh dalam bahasa Arab engkau katakan, “لَنۡ تَفۡعَلَانِ”. Jadi تَفۡعَلُونَ adalah fiil mudhari’ termasuk al-af’al al-khamsah di-nashab dengan hilangnya huruf nun. Maka, engkau katakan, “لَنۡ تَفۡعَلُوا”, engkau hilangkan huruf nun-nya. لَنۡ adalah huruf nafi, nashab, dan istiqbal. تَفۡعَلُوا adalah fiil mudhari’ yang di-nashab dengan لَنۡ. Tanda nashab-nya adalah hilangnya huruf nun. Huruf wawu adalah fa’il. Kalau engkau katakan, “لَنۡ تَفۡعَلُونَ”, tentu keliru karena harus dibuang nun-nya.
تَفۡعَلِينَ engkau sedang mengajak bicara seorang wanita, sehingga engkau berkata, “أَنۡتِ تَفۡعَلِينَ”, kalau engkau masukkan لَنۡ yang me-nashab, maka engkau katakan, “لَنۡ تَفۡعَلِي”, karena kata tersebut di-nashab dengan membuang nun.
تَفۡعَلِينَ engkau sedang mengajak bicara seorang wanita, sehingga engkau berkata, “أَنۡتِ تَفۡعَلِينَ”, kalau engkau masukkan لَنۡ yang me-nashab, maka engkau katakan, “لَنۡ تَفۡعَلِي”, karena kata tersebut di-nashab dengan membuang nun.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿لَن يَضُرُّوكُمۡ إِلَّآ أَذًى﴾ [آل عمران: ١١١] أَصۡلُ (يَضُرُّوكُمۡ) يَضُرُّونَكُمۡ، فَلَمَّا دَخَلَتۡ عَلَيۡهَا (لَنۡ) وَهِيَ تَنۡصِبُ حُذِفَتِ النُّونُ فَصَارَتۡ ﴿لَن يَضُرُّوكُمۡ﴾.
Allah taala berfirman, “لَن يَضُرُّوكُمۡ إِلَّآ أَذًى (Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudarat kepada kalian, selain dari gangguan-gangguan celaan saja).” (QS. Ali ‘Imran: 111). Asal dari يَضُرُّوكُمۡ adalah يَضُرُّونَكُمۡ. Ketika dimasuki oleh لَنۡ yang me-nashab, maka huruf nun dihilangkan menjadi “لَن يَضُرُّوكُمۡ”.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الۡحَدِيثِ الۡقُدۡسِيِّ: (يَا عِبَادِي إِنَّكُمۡ لَنۡ تَبۡلُغُوا نَفۡعِي)، وَأَصۡلُهَا: تَبۡلُغُونَ، فَلَمَّا دَخَلَتۡ عَلَيۡهَا (لَنۡ) –وَهِيَ تَنۡصِبُ الۡفِعۡلَ الۡمُضَارِعَ- حُذِفَتِ النُّونُ.
Allah taala berfirman di dalam hadis qudsi, “يَا عِبَادِي إِنَّكُمۡ لَنۡ تَبۡلُغُوا نَفۡعِي (Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan dapat menyampaikan manfaat kepada-Ku).”[1] Asalnya adalah تَبۡلُغُونَ. Ketika dimasuki oleh لَنۡ yang me-nashab fiil mudhari’, maka huruf nun dihilangkan.
كَيۡفَ نُجِيبُ عَنۡ قَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿فَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذَنُوبًا مِّثۡلَ ذَنُوبِ أَصۡحَٰبِهِمۡ فَلَا يَسۡتَعۡجِلُونِ﴾ [الذاريات: ٥٩]؟
الۡجَوَابُ: أَنَّ النُّونَ فِي (يَسۡتَعۡجِلُونِ) نُونُ الۡوِقَايَةِ، وَلَيۡسَتۡ نُونَ الۡإِعۡرَابِ.
Bagaimana kita menjawab firman Allah taala, “فَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذَنُوبًا مِّثۡلَ ذَنُوبِ أَصۡحَٰبِهِمۡ فَلَا يَسۡتَعۡجِلُونِ (Maka sesungguhnya untuk orang-orang zalim ada bagian (siksa) seperti bagian teman mereka (dahulu); maka janganlah mereka meminta kepada-Ku untuk menyegerakannya).” (QS. Adz-Dzariyat: 59)?
Jawab: Bahwa huruf nun pada kata يَسۡتَعۡجِلُونِ adalah nun wiqayah dan bukan nun i’rab.
إِذَنۡ: عَلَامَاتُ النَّصۡبِ خَمۡسَةٌ: الۡفَتۡحَةُ، وَالۡأَلِفُ، وَالۡكَسۡرَةُ، وَالۡيَاءُ، وَحَذۡفُ النُّونِ.
Jadi tanda nashab ada lima, yaitu: harakat fatah, huruf alif, harakat kasrah, huruf ya, dan hilangnya huruf nun.
فَائِدَةٌ: ثَنَّى الۡمُؤَلِّفُ بِالۡأَلِفِ بَعۡدَ الۡفَتۡحَةِ؛ لِأَنَّكَ إِذَا أَشۡبَعۡتَ الۡفَتۡحَةَ صَارَتۡ أَلِفًا، فَإِذَا قُلۡتَ: (زَيۡدًا) وَأَشۡبَعَتِ الۡفَتۡحَةَ، صَارَتۡ أَلِفًا.
وَأَتَى بَعۡدَ الۡأَلِفِ بِالۡكَسۡرَةِ؛ لِأَنَّ الۡكَسۡرَةَ حَرَكَةٌ، فَكَانَتۡ أَوۡلَى بِالتَّقۡدِيمِ مِنَ الۡحَرۡفِ؛ لِأَنَّ نِيَابَةَ الۡكَسۡرَةِ عَنِ الۡفَتۡحَةِ نِيَابَةُ حَرَكَةٍ عَنۡ حَرَكَةٍ، وَنِيَابَةُ الۡيَاءِ عَنِ الۡفَتۡحَةِ نِيَابَةُ حَرۡفٍ عَنۡ حَرَكَةٍ، وَنِيَابَةُ الۡحَرَكَةِ عَنِ الۡحَرَكَةِ أَنۡسَبُ مِنۡ نِيَابَةِ الۡحَرۡفِ عَنِ الۡحَرَكَةِ.
وَأَتَى بِالۡيَاءِ بَعۡدَ الۡكَسۡرَةِ؛ لِأَنَّ الۡكَسۡرَةَ إِذَا أُشۡبِعَتۡ صَارَتۡ يَاءً، وَأَتَى بِحَذۡفِ النُّونِ آخِرَ الۡعَلَامَاتِ؛ لِأَنَّ عَلَامَتَهُ عَدَمِيَّةٌ، حَذۡفٌ، وَالۡأُخۡرَيَاتُ الۡعَلَامَةُ فِيهَا وُجُودِيَّةٌ، هَٰذَا تَوۡجِيهٌ لِكَلَامِ الۡمُؤَلِّفِ.
Faedah: Mualif menomorduakan huruf alif setelah harakat fatah karena jika engkau panjangkan fatah, maka akan menjadi huruf alif. Jika engkau katakan, “زَيۡدًا” dan engkau panjangkan fatah, maka menjadi huruf alif.
Mualif membawakan kasrah setelah huruf alif karena kasrah merupakan harakat. Harakat lebih utama untuk didahulukan daripada huruf karena penggantian kasrah dari fatah adalah penggantian harakat dari harakat lain. Sementara penggantian huruf ya dari fatah adalah penggantian huruf dari harakat. Penggantian harakat dari harakat lebih mirip daripada penggantian huruf dari harakat.
Mualif membawakan huruf ya setelah harakat kasrah karena kasrah jika dipanjangkan menjadi huruf ya. Lalu mualif membawakan hilangnya huruf nun sebagai tanda terakhir karena bersifat ketiadaan. Sedangkan tanda-tanda yang lain bersifat keberadaan. Ini adalah arahan terhadap ucapan mualif.