Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2054

٢٠٥٤ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡوَلِيدِ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي السَّفَرِ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنۡ عَدِيِّ بۡنِ حَاتِمٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: سَأَلۡتُ النَّبِيَّ ﷺ عَنِ الۡمِعۡرَاضِ، فَقَالَ: (إِذَا أَصَابَ بِحَدِّهِ فَكُلۡ، وَإِذَا أَصَابَ بِعَرۡضِهِ فَلَا تَأۡكُلۡ، فَإِنَّهُ وَقِيذٌ). قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أُرۡسِلُ كَلۡبِي وَأُسَمِّي، فَأَجِدُ مَعَهُ عَلَى الصَّيۡدِ كَلۡبًا آخَرَ لَمۡ أُسَمِّ عَلَيۡهِ، وَلَا أَدۡرِي أَيُّهُمَا أَخَذَ؟ قَالَ: (لَا تَأۡكُلۡ، إِنَّمَا سَمَّيۡتَ عَلَى كَلۡبِكَ وَلَمۡ تُسَمِّ عَلَى الۡآخَرِ). [طرفه في: ١٧٥].

2054. Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdullah bin Abu As-Safar mengabarkan kepadaku dari Asy-Sya’bi, dari ‘Adi bin Hatim—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: 

Aku bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tentang mi’radh (semacam tombak untuk berburu), lalu beliau bersabda, “Apabila bagian tajam dari mi’radh itu yang mengenai (buruan), maka makanlah. Namun apabila bagian tumpul yang mengenai (buruan), maka jangan makan, karena itu adalah waqidz (binatang yang terbunuh akibat pukulan benda tumpul).” 

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, aku melepas anjingku dengan menyebut nama Allah, lalu aku dapati pada hewan buruan, bersama anjingku ada anjing lain yang tidak aku sebut nama Allah. Aku juga tidak tahu anjing mana yang menangkap buruan itu.” 

Nabi bersabda, “Jangan engkau makan! Engkau hanya menyebut nama Allah pada anjingmu dan engkau tidak menyebut nama Allah pada anjing yang lain.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6009

٦٠٠٩ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنۡ سُمَىٍّ مَوۡلَى أَبِي بَكۡرٍ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (بَيۡنَمَا رَجُلٌ يَمۡشِي بِطَرِيقٍ، اشۡتَدَّ عَلَيۡهِ الۡعَطَشُ، فَوَجَدَ بِئۡرًا فَنَزَلَ فِيهَا، فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ، فَإِذَا كَلۡبٌ يَلۡهَثُ، يَأۡكُلُ الثَّرَى مِنَ الۡعَطَشِ، فَقَالَ الرَّجُلُ: لَقَدۡ بَلَغَ هَٰذَا الۡكَلۡبَ مِنَ الۡعَطَشِ مِثۡلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ بِي، فَنَزَلَ الۡبِئۡرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمۡسَكَهُ بِفِيهِ، فَسَقَى الۡكَلۡبَ فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ). قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَإِنَّ لَنَا فِي الۡبَهَائِمِ أَجۡرًا؟ فَقَالَ: (فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطۡبَةٍ أَجۡرٌ). [طرفه في: ١٧٣]. 

6009. Isma’il telah menceritakan kepada kami: Malik menceritakan kepadaku dari Sumay maula Abu Bakr, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah: 

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Suatu ketika, ada seorang lelaki di sebuah jalan. Dia merasa sangat haus. Dia mendapati sebuah sumur lalu turun ke dalamnya. Dia minum kemudian keluar. Ternyata ada seekor anjing menjulurkan lidah. Anjing itu makan tanah yang basah saking hausnya. Lelaki itu berkata: Anjing ini mengalami kehausan seperti yang kurasakan tadi. Lelaki itu pun turun ke dalam sumur lalu memenuhi sepatunya dengan air. Kemudian dia tahan sepatu itu dengan mulut (lalu naik). Lelaki itu memberi minum anjing. Allah berterima kasih kepadanya lalu mengampuninya.” 

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapatkan ganjaran atas perbuatan kita terhadap binatang-binatang?” 

Rasulullah menjawab, “(Perbuatan) terhadap setiap (makhluk) yang memiliki hati yang basah, ada ganjaran.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2466

٢٣ - بَابُ الۡآبَارِ عَلَى الطُّرُقِ إِذَا لَمۡ يُتَأَذَّ بِهَا
23. Bab sumur-sumur di jalan-jalan apabila tidak ada yang terganggu dengannya 


٢٤٦٦ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنۡ سُمَىٍّ مَوۡلَى أَبِي بَكۡرٍ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (بَيۡنَا رَجُلٌ بِطَرِيقٍ، اشۡتَدَّ عَلَيۡهِ الۡعَطَشُ، فَوَجَدَ بِئۡرًا فَنَزَلَ فِيهَا، فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ، فَإِذَا كَلۡبٌ يَلۡهَثُ، يَأۡكُلُ الثَّرَى مِنَ الۡعَطَشِ، فَقَالَ الرَّجُلُ: لَقَدۡ بَلَغَ هَٰذَا الۡكَلۡبَ مِنَ الۡعَطَشِ مِثۡلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي، فَنَزَلَ الۡبِئۡرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ مَاءً، فَسَقَى الۡكَلۡبَ، فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ). قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَإِنَّ لَنَا فِي الۡبَهَائِمِ لَأَجۡرًا؟ فَقَالَ: (فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطۡبَةٍ أَجۡرٌ). [طرفه في: ١٧٣]. 

2466. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari Sumay maula Abu Bakr, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—: 

Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Suatu ketika, ada seorang lelaki di sebuah jalan. Dia merasa sangat haus. Dia mendapati ada sebuah sumur. Dia turun ke dalamnya. Dia minum lalu keluar. Ternyata ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya. Anjing itu makan tanah yang basah saking hausnya. Lelaki tadi berkata: Anjing ini merasakan haus seperti yang kurasakan tadi. Lelaki itu turun ke dalam sumur lalu memenuhi sepatunya dengan air. Lelaki itu memberi minum anjing itu. Maka Allah berterima kasih kepadanya lalu mengampuninya.” 

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat ganjaran atas apa yang kita lakukan terhadap binatang-binatang?” 

Nabi menjawab, “Perbuatan terhadap setiap makhluk yang memiliki hati yang basah, ada ganjaran.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2363

١٠ - بَابُ فَضۡلِ سَقۡىِ الۡمَاءِ
10. Bab keutamaan memberi air minum


٢٣٦٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ سُمَىٍّ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (بَيۡنَا رَجُلٌ يَمۡشِي، فَاشۡتَدَّ عَلَيۡهِ الۡعَطَشُ، فَنَزَلَ بِئۡرًا فَشَرِبَ مِنۡهَا، ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا هُوَ بِكَلۡبٍ يَلۡهَثُ، يَأۡكُلُ الثَّرَى مِنَ الۡعَطَشِ، فَقَالَ: لَقَدۡ بَلَغَ هَٰذَا مِثۡلُ الَّذِي بَلَغَ بِي، فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمۡسَكَهُ بِفِيهِ، ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الۡكَلۡبَ، فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ). قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَإِنَّ لَنَا فِي الۡبَهَائِمِ أَجۡرًا؟ قَالَ: (فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطۡبَةٍ أَجۡرٌ). تَابَعَهُ حَمَّادُ بۡنُ سَلَمَةَ، وَالرَّبِيعُ بۡنُ مُسۡلِمٍ عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ زِيَادٍ. [طرفه في: ١٧٣]. 

2363. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami dari Sumay, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Suatu ketika, ada seseorang lelaki yang berjalan. Dia sangat merasa haus. Dia pun turun ke dasar sumur lalu minum air darinya. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya. Anjing itu memakan tanah yang basah saking hausnya. Lelaki tadi berkata: Anjing ini merasakan haus seperti yang aku rasakan. Lelaki itu (turun lagi ke sumur) memenuhi sepatunya dengan air lalu dia tahan sepatu itu dengan mulutnya kemudian dia naik dan memberi anjing itu minum. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” 

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat ganjaran dalam perkara binatang-binatang?” 

Rasulullah menjawab, “Pada setiap hati yang basah ada ganjaran.” 

Hammad bin Salamah dan Rabi’ bin Muslim mengiringinya dari Muhammad bin Ziyad.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3574 dan 3575

٣٥٧٤ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّحۡمَٰنِ بۡنُ مُبَارَكٍ: حَدَّثَنَا حَزۡمٌ قَالَ: سَمِعۡتُ الۡحَسَنَ قَالَ: حَدَّثَنَا أَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: خَرَجَ النَّبِيُّ ﷺ فِي بَعۡضِ مَخَارِجِهِ، وَمَعَهُ نَاسٌ مِنۡ أَصۡحَابِهِ، فَانۡطَلَقُوا يَسِيرُونَ، فَحَضَرَتِ الصَّلَاةُ، فَلَمۡ يَجِدُوا مَاءً يَتَوَضَّؤُونَ، فَانۡطَلَقَ رَجُلٌ مِنَ الۡقَوۡمِ، فَجَاءَ بِقَدَحٍ مِنۡ مَاءٍ يَسِيرٍ، فَأَخَذَهُ النَّبِيُّ ﷺ فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ مَدَّ أَصَابِعَهُ الۡأَرۡبَعَ عَلَى الۡقَدَحِ، ثُمَّ قَالَ: (قُومُوا فَتَوَضَّؤُوا). فَتَوَضَّأَ الۡقَوۡمُ حَتَّى بَلَغُوا فِيمَا يُرِيدُونَ مِنَ الۡوَضُوءِ، وَكَانُوا سَبۡعِينَ أَوۡ نَحۡوَهُ. 

3574. ‘Abdurrahman bin Mubarak telah menceritakan kepada kami: Hazm menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Al-Hasan berkata: Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami. Beliau berkata: 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—keluar di sebagian safarnya. Orang-orang dari kalangan para sahabat menyertai beliau. Mereka berangkat menempuh perjalanan. Lalu waktu salat tiba namun mereka tidak mendapatkan air untuk mereka berwudu. Ada salah seorang lelaki bangkit membawa sebuah wadah berisi sedikit air. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengambilnya lalu berwudu. Kemudian beliau membentangkan empat jarinya di atas wadah itu lalu bersabda, “Berdirilah kalian lalu berwudulah!” 

Orang-orang pun berwudu hingga mereka bisa berwudu sekehendak mereka. Waktu itu, mereka berjumlah tujuh puluh orang atau sekitar itu. 

٣٥٧٥ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُنِيرٍ: سَمِعَ يَزِيدَ: أَخۡبَرَنَا حُمَيۡدٌ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: حَضَرَتِ الصَّلَاةُ، فَقَامَ مَنۡ كَانَ قَرِيبَ الدَّارِ مِنَ الۡمَسۡجِدِ يَتَوَضَّأُ، وَبَقِيَ قَوۡمٌ، فَأُتِيَ النَّبِيُّ ﷺ بِمِخۡضَبٍ مِنۡ حِجَارَةٍ فِيهِ مَاءٌ، فَوَضَعَ كَفَّهُ، فَصَغُرَ الۡمِخۡضَبُ أَنۡ يَبۡسُطَ فِيهِ كَفَّهُ، فَضَمَّ أَصَابِعَهُ فَوَضَعَهَا فِي الۡمِخۡضَبِ، فَتَوَضَّأَ الۡقَوۡمُ كُلُّهُمۡ جَمِيعًا.‏ قُلۡتُ: كَمۡ كَانُوا؟ قَالَ: ثَمَانُونَ رَجُلًا. 

3575. ‘Abdullah bin Munir telah menceritakan kepada kami. Beliau mendengar Yazid: Humaid mengabarkan kepada kami dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: 

Waktu salat tiba, lalu orang-orang yang rumahnya dekat dengan masjid berwudu, sementara sisanya tetap di tempat. Lalu sebuah bejana dari batu berisi air didatangkan kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau memasukkan telapak tangannya, namun bejana itu kecil sehingga beliau tidak bisa membuka telapak tangan di dalamnya. Beliau menangkupkan jari-jemari lalu memasukkan ke dalam bejana itu. Kemudian semua orang pun berwudu. 

Aku bertanya, “Berapa jumlah mereka waktu itu?” 

Anas menjawab, “Delapan puluh orang.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3572 dan 3573

٣٥٧٢ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنۡ سَعِيدٍ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: أُتِيَ النَّبِيُّ ﷺ بِإِنَاءٍ، وَهُوَ بِالزَّوۡرَاءِ، فَوَضَعَ يَدَهُ فِي الۡإِنَاءِ فَجَعَلَ الۡمَاءُ يَنۡبُعُ مِنۡ بَيۡنِ أَصَابِعِهِ، فَتَوَضَّأَ الۡقَوۡمُ‏.‏ قَالَ قَتَادَةُ: قُلۡتُ لِأَنَسٍ: كَمۡ كُنۡتُمۡ؟ قَالَ: ثَلَاثَمِائَةٍ، أَوۡ زُهَاءَ ثَلَاثِمِائَةٍ‏.‏ 

3572. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepadaku: Ibnu Abu ‘Adi menceritakan kepada kami dari Sa’id, dari Qatadah, dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Sebuah bejana didatangkan kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika beliau berada di Zaura`. Beliau memasukkan tangannya ke dalam bejana. Air muncul keluar dari antara jari-jemarinya, lalu orang-orang pun berwudu. 

Qatadah berkata: Aku bertanya kepada Anas, “Berapa jumlah kalian ketika itu?” 

Anas menjawab, “Tiga ratus atau sekitar tiga ratus.” 

٣٥٧٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنۡ إِسۡحَاقَ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي طَلۡحَةَ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَنَّهُ قَالَ: رَأَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ وَحَانَتۡ صَلَاةُ الۡعَصۡرِ، فَالۡتُمِسَ الۡوَضُوءُ فَلَمۡ يَجِدُوهُ، فَأُتِيَ رَسُولُ اللهِ ﷺ بِوَضُوءٍ، فَوَضَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَدَهُ فِي ذٰلِكَ الۡإِنَاءِ، فَأَمَرَ النَّاسَ أَنۡ يَتَوَضَّؤُوا مِنۡهُ، فَرَأَيۡتُ الۡمَاءَ يَنۡبُعُ مِنۡ تَحۡتِ أَصَابِعِهِ، فَتَوَضَّأَ النَّاسُ، حَتَّى تَوَضَّؤُوا مِنۡ عِنۡدِ آخِرِهِمۡ. 

3573. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari Ishaq bin ‘Abdullah bin Abu Thalhah, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—bahwa beliau mengatakan: 

Aku melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika tiba salat Asar. Para sahabat mencari air untuk berwudu, namun mereka tidak mendapatkan (air yang cukup). Kemudian ada (sedikit) air wudu didatangkan kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meletakkan tangannya di dalam bejana itu, lalu beliau memerintahkan orang-orang agar berwudu darinya. Aku melihat air muncul keluar dari bawah jari-jemarinya sehingga orang-orang bisa berwudu sampai orang yang paling akhir pun bisa berwudu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5926

٧٧ - بَابُ التَّرۡجِيلِ
77. Bab bersisir


٥٩٢٦ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡوَلِيدِ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ أَشۡعَثَ بۡنِ سُلَيۡمٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: أَنَّهُ كَانَ يُعۡجِبُهُ التَّيَمُّنُ مَا اسۡتَطَاعَ، فِي تَرَجُّلِهِ وَوُضُوئِهِ‏.‏ [طرفه في: ١٦٨].

5926. Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Asy’ats bin Sulaim, dari ayahnya, dari Masruq, dari ‘Aisyah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bahwa beliau menyukai mendahulukan yang kanan sebisa mungkin, ketika beliau bersisir dan berwudu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5380

٥ - بَابُ التَّيَمُّنِ فِي الۡأَكۡلِ وَغَيۡرِهِ
5. Bab menggunakan yang kanan ketika makan dan selainnya


٥٣٨٠ - حَدَّثَنَا عَبۡدَانُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ أَشۡعَثَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُحِبُّ التَّيَمُّنَ مَا اسۡتَطَاعَ، فِي طُهُورِهِ وَتَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ - وَكَانَ قَالَ بِوَاسِطٍ قَبۡلَ هَٰذَا - فِي شَأۡنِهِ كُلِّهِ‏.‏ [طرفه في: ١٦٨].

5380. ‘Abdan telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Syu’bah mengabarkan kepada kami dari Asy’ats, dari ayahnya, dari Masruq, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Dahulu, Nabi­—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyukai mendahulukan yang kanan sebisa mungkin ketika bersuci, memakai sandal, dan bersisir—dahulu, Asy’ats berkata di Wasith sebelum ini—dalam segala keadaan beliau.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 426

٤٧ - بَابُ التَّيَمُّنِ فِي دُخُولِ الۡمَسۡجِدِ وَغَيۡرِهِ
47. Bab memulai dengan yang kanan ketika masuk masjid atau selainnya


وَكَانَ ابۡنُ عُمَرَ يَبۡدَأُ بِرِجۡلِهِ الۡيُمۡنَى، فَإِذَا خَرَجَ بَدَأَ بِرِجۡلِهِ الۡيُسۡرَى. 

Ibnu ‘Umar dahulu (apabila masuk masjid) biasa memulai dengan kaki kanannya. Apabila beliau keluar, beliau memulai dengan kaki kirinya. 

٤٢٦ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡأَشۡعَثِ بۡنِ سُلَيۡمٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَائِشَةَ قَالَتۡ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُحِبُّ التَّيَمُّنَ مَا اسۡتَطَاعَ، فِي شَأۡنِهِ كُلِّهِ، فِي طُهُورِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَتَنَعُّلِهِ‏.‏ 

426. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Al-Asy’ats bin Sulaim, dari ayahnya, dari Masruq, dari ‘Aisyah. Beliau mengatakan: Dahulu, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyukai mendahulukan yang kanan sebisa mungkin dalam segala urusannya. Yaitu ketika bersuci, bersisir, atau memakai sandal.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1263

١٧ - بَابٌ يُلۡقَى شَعَرُ الۡمَرۡأَةِ خَلۡفَهَا
17. Bab menata rambut jenazah perempuan di belakangnya


١٢٦٣ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ هِشَامِ بۡنِ حَسَّانَ قَالَ: حَدَّثَتۡنَا حَفۡصَةُ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: تُوُفِّيَتۡ إِحۡدَى بَنَاتِ النَّبِيِّ ﷺ، فَأَتَانَا النَّبِيُّ ﷺ، فَقَالَ: (اغۡسِلۡنَهَا بِالسِّدۡرِ وِتۡرًا، ثَلَاثًا أَوۡ خَمۡسًا، أَوۡ أَكۡثَرَ مِنۡ ذٰلِكَ إِنۡ رَأَيۡتُنَّ ذٰلِكَ، وَاجۡعَلۡنَ فِي الۡآخِرَةِ كَافُورًا، أَوۡ شَيۡئًا مِنۡ كَافُورٍ، فَإِذَا فَرَغۡتُنَّ فَآذِنَّنِي). فَلَمَّا فَرَغۡنَا آذَنَّاهُ، فَأَلۡقَى إِلَيۡنَا حِقۡوَهُ، فَضَفَرۡنَا شَعَرَهَا ثَلَاثَةَ قُرُونٍ، وَأَلۡقَيۡنَاهَا خَلۡفَهَا. 

1263. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami dari Hisyam bin Hassan. Beliau berkata: Hafshah menceritakan kepada kami dari Ummu ‘Athiyyah—radhiyallahu ‘anha—. 

Beliau mengatakan: Salah satu putri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—wafat, lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendatangi kami seraya bersabda, “Basuhlah menggunakan daun bidara sebanyak hitungan ganjil. Tiga atau lima atau lebih dari itu jika kalian pandang perlu! Gunakan air kapur barus di basuhan terakhir atau air dicampur sedikit kapur barus! Apabila kalian sudah selesai, beri tahu aku!” 

Ketika kami sudah selesai, kami memberi tahu beliau. Beliau melemparkan kain sarungnya kepada kami. Lalu kami mengepang rambut jenazah putrinya menjadi tiga kepangan dan kami tata di bagian belakang.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1262

١٦ - بَابٌ هَلۡ يُجۡعَلُ شَعَرُ الۡمَرۡأَةِ ثَلَاثَةَ قُرُونٍ
16. Bab apakah rambut jenazah perempuan dijadikan tiga kepangan


١٢٦٢ – حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أُمِّ الۡهُذَيۡلِ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: ضَفَرۡنَا شَعَرَ بِنۡتِ النَّبِيِّ ﷺ، تَعۡنِي ثَلَاثَةَ قُرُونٍ. وَقَالَ وَكِيعٌ: قَالَ سُفۡيَانُ: نَاصِيَتَهَا وَقَرۡنَيۡهَا. 

1262. Qabishah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Hisyam, dari Ummu Al-Hudzail, dari Ummu ‘Athiyyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Kami mengepang rambut jenazah putri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menjadi tiga kepangan. 

Waki’ berkata: Sufyan berkata: Satu kepangan di ubun-ubunnya dan dua kepangan di samping kanan dan kiri kepala.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1261

١٥ - بَابٌ كَيۡفَ الۡإِشۡعَارُ لِلۡمَيِّتِ
15. Bab bagaimana membungkus mayat


وَقَالَ الۡحَسَنُ: الۡخِرۡقَةُ الۡخَامِسَةُ تَشُدُّ بِهَا الۡفَخِذَيۡنِ وَالۡوَرِكَيۡنِ، تَحۡتَ الدِّرۡعِ. 

Al-Hasan berkata: Potongan kain kelima digunakan untuk mengikat dua paha dan dua pinggul, di bawah baju. 

١٢٦١ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ جُرَيۡجٍ: أَنَّ أَيُّوبَ أَخۡبَرَهُ قَالَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ سِيرِينَ يَقُولُ: جَاءَتۡ أُمُّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، امۡرَأَةٌ مِنَ الۡأَنۡصَارِ مِنَ اللَّاتِي بَايَعۡنَ، قَدِمَتِ الۡبِصۡرَةَ، تُبَادِرُ ابۡنًا لَهَا فَلَمۡ تُدۡرِكۡهُ، فَحَدَّثَتۡنَا قَالَتۡ: دَخَلَ عَلَيۡنَا النَّبِيُّ ﷺ وَنَحۡنُ نَغۡسِلُ ابۡنَتَهُ فَقَالَ: (اغۡسِلۡنَهَا ثَلَاثًا، أَوۡ خَمۡسًا، أَوۡ أَكۡثَرَ مِنۡ ذٰلِكَ إِنۡ رَأَيۡتُنَّ ذٰلِكَ، بِمَاءٍ وَسِدۡرٍ، وَاجۡعَلۡنَ فِي الۡآخِرَةِ كَافُورًا، فَإِذَا فَرَغۡتُنَّ فَآذِنَّنِي). قَالَتۡ: فَلَمَّا فَرَغۡنَا، أَلۡقَى إِلَيۡنَا حَقۡوَهُ، فَقَالَ: (أَشۡعِرۡنَهَا إِيَّاهُ). وَلَمۡ يَزِدۡ عَلَى ذٰلِكَ، وَلَا أَدۡرِي أَىُّ بَنَاتِهِ‏.‏ وَزَعَمَ أَنَّ الۡإِشۡعَارَ الۡفُفۡنَهَا فِيهِ. وَكَذٰلِكَ كَانَ ابۡنُ سِيرِينَ يَأۡمُرُ بِالۡمَرۡأَةِ أَنۡ تُشۡعَرَ وَلَا تُؤۡزَرَ. 

1261. Ahmad telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Wahb menceritakan kepada kami: Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami: Bahwa Ayyub mengabarkan kepadanya. Beliau berkata: Aku mendengar Ibnu Sirin berkata: Ummu ‘Athiyyah—radhiyallahu ‘anha, beliau termasuk wanita-wanita Ansar yang telah berbaiat—datang dan tiba di Bashrah. Dia cepat-cepat ingin bertemu putranya namun dia tidak mendapatinya. Dia menceritakan kepada kami: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk ke tempat kami ketika kami sedang memandikan jenazah putrinya. Beliau bersabda, “Kalian basuhlah dia sebanyak tiga kali atau lima kali atau lebih dari itu jika kalian pandang perlu menggunakan air dan daun bidara! Gunakanlah air kapur barus di basuhan terakhir! Apabila kalian sudah selesai, beri tahu aku!” Ummu ‘Athiyyah berkata: Ketika kami sudah selesai, beliau melemparkan kain sarungnya kepada kami seraya bersabda, “Bungkuslah dia menggunakan itu!” 

(Ayyub berkata:) Ibnu Sirin tidak memberi tambahan pada riwayat itu dan aku tidak tahu putri Nabi yang siapa. Ayyub menyatakan bahwa kata isy’ar bermakna membungkuskan jenazah di dalam kain itu. Demikian pula dahulu Ibnu Sirin memerintahkan agar jenazah wanita dibungkus kain dan tidak disarungkan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1260

١٤ - بَابُ نَقۡضِ شَعَرِ الۡمَرۡأَةِ
14. Bab melepas kepangan rambut jenazah wanita


وَقَالَ ابۡنُ سِيرِينَ: لَا بَأۡسَ أَنۡ يُنۡقَضَ شَعَرُ الۡمَيِّتِ. 

Ibnu Sirin berkata: Tidak mengapa kepangan rambut jenazah diurai. 

١٢٦٠ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ جُرَيۡجٍ: قَالَ أَيُّوبُ: وَسَمِعۡتُ حَفۡصَةَ بِنۡتَ سِيرِينَ قَالَتۡ: حَدَّثَتۡنَا أُمُّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: أَنَّهُنَّ جَعَلۡنَ رَأۡسَ بِنۡتِ رَسُولِ اللهِ ﷺ ثَلَاثَةَ قُرُونٍ، نَقَضۡنَهُ ثُمَّ غَسَلۡنَهُ، ثُمَّ جَعَلۡنَهُ ثَلَاثَةَ قُرُونٍ. 

1260. Ahmad telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Wahb menceritakan kepada kami: Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami: Ayyub berkata: Aku mendengar Hafshah binti Sirin mengatakan: Ummu ‘Athiyyah—radhiyallahu ‘anha—menceritakan kepada kami: Bahwa mereka mengepang rambut jenazah putri Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menjadi tiga. Kami urai rambutnya, lalu kami basuh, kemudian kami mengepangnya jadi tiga kepangan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1258 dan 1259

١٣ - بَابٌ يَجۡعَلُ الۡكَافُورَ فِي آخِرِهِ
13. Bab menggunakan air kapur barus di basuhan terakhir


١٢٥٨ - حَدَّثَنَا حَامِدُ بۡنُ عُمَرَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ مُحَمَّدٍ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتۡ: تُوُفِّيَتۡ إِحۡدَى بَنَاتِ النَّبِيِّ ﷺ، فَخَرَجَ فَقَالَ: (اغۡسِلۡنَهَا ثَلَاثًا، أَوۡ خَمۡسًا، أَوۡ أَكۡثَرَ مِنۡ ذٰلِكَ إِنۡ رَأَيۡتُنَّ، بِمَاءٍ وَسِدۡرٍ، وَاجۡعَلۡنَ فِي الۡآخِرَةِ كَافُورًا، أَوۡ شَيۡئًا مِنۡ كَافُورٍ، فَإِذَا فَرَغۡتُنَّ فَآذِنَّنِي). قَالَتۡ: فَلَمَّا فَرَغۡنَا آذَنَّاهُ، فَأَلۡقَى إِلَيۡنَا حِقۡوَهُ، فَقَالَ: (أَشۡعِرۡنَهَا إِيَّاهُ). وَعَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ حَفۡصَةَ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ، رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: بِنَحۡوِهِ. 

1258. Hamid bin ‘Umar telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Muhammad, dari Ummu ‘Athiyyah. Beliau mengatakan: Salah satu putri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—wafat. Beliau keluar (ke tempat kami) seraya bersabda, “Basuhlah dia tiga kali, atau lima kali, atau lebih dari itu jika kalian pandang perlu, menggunakan air dan daun bidara! Gunakan air kapur barus atau air dicampur sedikit kapur barus pada basuhan terakhir! Jika kalian sudah selesai, beri tahu aku!” 

Ummu ‘Athiyyah berkata: Ketika kami sudah selesai, kami memberi tahu beliau. Lalu beliau melemparkan kain sarung beliau kepada kami seraya bersabda, “Bungkuslah dia menggunakan itu!” 

Dan dari Ayyub, dari Hafshah, dari Ummu ‘Athiyyah—radhiyallahu ‘anhuma—semisal itu. 

١٢٥٩ – وَقَالَتۡ: إِنَّهُ قَالَ: (اغۡسِلۡنَهَا ثَلَاثًا، أَوۡ خَمۡسًا، أَوۡ سَبۡعًا، أَوۡ أَكۡثَرَ مِنۡ ذٰلِكَ إِنۡ رَأَيۡتُنَّ). قَالَتۡ حَفۡصَةُ: قَالَتۡ أُمُّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: وَجَعَلۡنَا رَأۡسَهَا ثَلَاثَةَ قُرُونٍ. 

1259. Ummu ‘Athiyyah mengatakan: Sesungguhnya beliau bersabda, “Basuhlah dia sebanyak tiga kali, atau lima kali, atau tujuh kali, atau lebih dari itu jika kalian pandang perlu!” 

Hafshah berkata: Ummu ‘Athiyyah—radhiyallahu ‘anha—mengatakan: Kami mengepang rambutnya menjadi tiga kepangan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1257

١٢ - بَابٌ هَلۡ تُكَفَّنُ الۡمَرۡأَةُ فِي إِزَارِ الرَّجُلِ
12. Bab apakah jenazah wanita boleh dikafani dengan kain sarung seorang pria


١٢٥٧ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّحۡمَٰنِ بۡنُ حَمَّادٍ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ عَوۡنٍ، عَنۡ مُحَمَّدٍ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتۡ: تُوُفِّيَتۡ بِنۡتُ النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ لَنَا: (اغۡسِلۡنَهَا ثَلَاثًا، أَوۡ خَمۡسًا، أَوۡ أَكۡثَرَ مِنۡ ذٰلِكَ إِنۡ رَأَيۡتُنَّ، فَإِذَا فَرَغۡتُنَّ فَآذِنَّنِي). فَلَمَّا فَرَغۡنَا آذَنَّاهُ، فَنَزَعَ مِنۡ حِقۡوِهِ إِزَارَهُ، وَقَالَ: (أَشۡعِرۡنَهَا إِيَّاهُ). 

1257. ‘Abdurrahman bin Hammad telah menceritakan kepada kami: Ibnu ‘Aun mengabarkan kepada kami dari Muhammad, dari Ummu ‘Athiyyah. Beliau mengatakan: 

Putri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meninggal. Nabi bersabda kepada kami, “Basuhlah dia sebanyak tiga kali atau lima kali atau lebih dari itu jika kalian pandang perlu! Apabila kalian sudah selesai, beri tahu aku!” 

Ketika kami selesai, kami memberi tahu beliau. Beliau melepaskan kain sarung dari ikatannya dan bersabda, “Bungkuslah dia dengan ini!”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1256

١١ - بَابُ مَوَاضِعِ الۡوُضُوءِ مِنَ الۡمَيِّتِ
11. Bab bagian-bagian tubuh mayat yang terkena wudu


١٢٥٦ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ مُوسَى: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنۡ سُفۡيَانَ، عَنۡ خَالِدٍ الۡحَذَّاءِ، عَنۡ حَفۡصَةَ بِنۡتِ سِيرِينَ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: لَمَّا غَسَّلۡنَا بِنۡتَ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ لَنَا، وَنَحۡنُ نَغۡسِلُهَا: (ابۡدَؤُوا بِمَيَامِنِهَا وَمَوَاضِعِ الۡوُضُوءِ). 

1256. Yahya bin Musa telah menceritakan kepada kami: Waki’ menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Khalid Al-Hadzdza`, dari Hafshah binti Sirin, dari Ummu ‘Athiyyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Ketika kami mencuci jenazah putri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, beliau bersabda kepada kami ketika kami sedang membasuhnya, “Mulailah dengan tubuh sebelah kanan dan bagian-bagian tubuh yang terkena wudu!”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1255

١٠ - بَابٌ يُبۡدَأُ بِمَيَامِنِ الۡمَيِّتِ
10. Bab dimulai dengan anggota tubuh mayat sebelah kanan


١٢٥٥ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا خَالِدٌ، عَنۡ حَفۡصَةَ بِنۡتِ سِيرِينَ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي غَسۡلِ ابۡنَتِهِ: (ابۡدَأۡنَ بِمَيَامِنِهَا وَمَوَاضِعِ الۡوُضُوءِ مِنۡهَا). 

1255. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Isma’il bin Ibrahim menceritakan kepada kami: Khalid menceritakan kepada kami dari Hafshah binti Sirin, dari Ummu ‘Athiyyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda ketika putrinya dimandikan, “Mulailah dengan anggota tubuh sebelah kanan dan anggota tubuh wudunya!”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1254

٩ - بَابُ مَا يُسۡتَحَبُّ أَنۡ يُغۡسَلَ وِتۡرًا
9. Bab disunahkan untuk dibasuh dengan jumlah ganjil


١٢٥٤ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ مُحَمَّدٍ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: دَخَلَ عَلَيۡنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَنَحۡنُ نَغۡسِلُ ابۡنَتَهُ، فَقَالَ: (اغۡسِلۡنَهَا ثَلَاثًا، أَوۡ خَمۡسًا، أَوۡ أَكۡثَرَ مِنۡ ذٰلِكَ، بِمَاءٍ وَسِدۡرٍ، وَاجۡعَلۡنَ فِي الۡآخِرَةِ كَافُورًا، فَإِذَا فَرَغۡتُنَّ فَآذِنَّنِي). فَلَمَّا فَرَغۡنَا آذَنَّاهُ، فَأَلۡقَى إِلَيۡنَا حِقۡوَهُ، فَقَالَ: (أَشۡعِرۡنَهَا إِيَّاهُ). فَقَالَ أَيُّوبُ: وَحَدَّثَتۡنِي حَفۡصَةُ بِمِثۡلِ حَدِيثِ مُحَمَّدٍ، وَكَانَ فِي حَدِيثِ حَفۡصَةَ: (اغۡسِلۡنَهَا وِتۡرًا). وَكَانَ فِيهِ‏:‏ (ثَلَاثًا أَوۡ خَمۡسًا أَوۡ سَبۡعًا). وَكَانَ فِيهِ أَنَّهُ قَالَ: (ابۡدَؤُوا بِمَيَامِنِهَا وَمَوَاضِعِ الۡوُضُوءِ مِنۡهَا). وَكَانَ فِيهِ أَنَّ أُمَّ عَطِيَّةَ قَالَتۡ: وَمَشَطۡنَاهَا ثَلَاثَةَ قُرُونٍ. 

1254. Muhammad telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Muhammad, dari Ummu ‘Athiyyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk ke tempat kami ketika kami sedang memandikan jenazah putrinya. Beliau bersabda, “Basuhlah dia sebanyak tiga kali, lima kali, atau lebih dari itu menggunakan air dan daun bidara! Gunakan air kapur barus di basuhan terakhir! Jika kalian sudah selesai, beri tahu aku!” 

Ketika kami sudah selesai, kami memberi tahu beliau. Beliau melemparkan kain sarung beliau kepada kami seraya bersabda, “Bungkuslah dia menggunakan ini!” 

Ayyub berkata: Hafshah menceritakan kepadaku semisal hadis Muhammad. Di dalam hadis Hafshah disebutkan beliau bersabda, “Basuhlah dia sejumlah ganjil!” 

Di situ juga disebutkan, “Sebanyak tiga kali, atau lima kali, atau tujuh kali.” 

Di situ juga disebutkan, “Mulailah dengan anggota tubuh sebelah kanan dan anggota tubuh tempat wudu.” 

Di hadis itu disebutkan bahwa Ummu ‘Athiyyah mengatakan, “Kami menyisir rambut putri beliau dan mengepangnya menjadi tiga kepang.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1253

٨ - بَابُ غُسۡلِ الۡمَيِّتِ وَوُضُوئِهِ بِالۡمَاءِ وَالسِّدۡرِ
8. Bab memandikan dan mewudukan mayat dengan air dan daun bidara


وَحَنَّطَ ابۡنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا ابۡنًا لِسَعِيدِ بۡنِ زَيۡدٍ، وَحَمَلَهُ وَصَلَّى، وَلَمۡ يَتَوَضَّأۡ. وَقَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: الۡمُسۡلِمُ لَا يَنۡجُسُ حَيًّا وَلَا مَيِّتًا. وَقَالَ سَعِيدٌ: لَوۡ كَانَ نَجِسًا مَا مَسِسۡتُهُ. وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (الۡمُؤۡمِنُ لَا يَنۡجُسُ). 

Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—memberi wewangian jenazah putra Sa’id bin Zaid, menggendong, dan menyalati tanpa memperbarui wudu. 

Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—berkata, “Seorang muslim tidak najis, baik ketika masih hidup maupun sudah menjadi mayat.” 

Sa’id berkata, “Andai dia najis, tentu aku tidak menyentuhnya.” 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Seorang mukmin tidak najis.” 

١٢٥٣ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ أَيُّوبَ السَّخۡتِيَانِيِّ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ سِيرِينَ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ الۡأَنۡصَارِيَّةِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: دَخَلَ عَلَيۡنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ، حِينَ تُوُفِّيَتِ ابۡنَتُهُ، فَقَالَ: (اغۡسِلۡنَهَا ثَلَاثًا، أَوۡ خَمۡسًا، أَوۡ أَكۡثَرَ مَنۡ ذٰلِكَ إِنۡ رَأَيۡتُنَّ ذٰلِكَ، بِمَاءٍ وَسِدۡرٍ، وَاجۡعَلۡنَ فِي الۡآخِرَةِ كَافُورًا، أَوۡ شَيۡئًا مِنۡ كَافُورٍ، فَإِذَا فَرَغۡتُنَّ فَآذِنَّنِي). فَلَمَّا فَرَغۡنَا آذَنَّاهُ، فَأَعۡطَانَا حِقۡوَهُ، فَقَالَ (أَشۡعِرۡنَهَا إِيَّاهُ). تَعۡنِي إِزَارَهُ. 

1253. Isma’il bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Ayyub As-Sakhtiyani, dari Muhammad bin Sirin, dari Ummu ‘Athiyyah Al-Anshariyyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk menemui kami ketika putrinya wafat lalu bersabda, “Basuhlah dia sebanyak tiga kali, atau lima kali, atau lebih dari itu jika kalian pandang perlu dengan menggunakan air dan daun bidara. Gunakan air kapur barus atau air ditambah sedikit kapur barus di basuhan terakhir. Apabila kalian sudah selesai, beri tahu aku.” 

Ketika kami sudah selesai, kami pun memberi tahu beliau. Lalu beliau memberikan kain sarung beliau kepada kami lalu bersabda, “Kalian bungkus dia menggunakan ini.” Yakni kain sarung beliau.

Pentingnya Berdakwah kepada Allah

Berdakwah kepada Allah termasuk ketaatan dan pendekataan diri kepada-Nya yang paling agung, dan karena inilah Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya agar berdakwah kepada-Nya.

Perintah Berdakwah dalam Al-Qur`an


Banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan tentang pentingnya berdakwah kepada Allah dan keutamaannya, di antaranya adalah:

1. Allah Ta'ala berfirman,
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Katakanlah, 'Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah di atas ilmu (hujjah yang nyata). Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik'." [Yuusuf:108]

2. Allah berfirman,
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." [An-Nahl:125]

3. Allah berfirman,
وَلاَ يَصُدُّنَّكَ عَنْ ءَايَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنْزِلَتْ إِلَيْكَ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ وَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah." [Al-Qashash:87]

4. Allah berfirman,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata, 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?'." [Fushshilat:33]

Berdakwah kepada Allah adalah ucapan yang terbaik, yang tentunya harus dilandasi dengan ilmu bukan dengan kebodohan ataupun semangat belaka, serta apa yang didakwahkannya harus diamalkan dalam kehidupannya.

5. Allah berfirman,
وَالَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَفْرَحُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمِنَ الأَحْزَابِ مَنْ يُنْكِرُ بَعْضَهُ قُلْ إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ وَلاَ أُشْرِكَ بِهِ إِلَيْهِ أَدْعُو وَإِلَيْهِ مَآبِ
"Dan orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nashrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah, 'Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk beribadah kepada Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali'." [Ar-Ra'd:36]

6. Allah berfirman,
لِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ فَلاَ يُنَازِعُنَّكَ فِي الأَمْرِ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ إِنَّكَ لَعَلَى هُدًى مُسْتَقِيمٍ
"Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus." [Al-Hajj:67]

7. Allah mengisahkan tentang ucapan orang yang beriman dari pengikut Fir'aun ,
وَيَا قَوْمِ مَا لِي أَدْعُوكُمْ إِلَى النَّجَاةِ وَتَدْعُونَنِي إِلَى النَّارِ. تَدْعُونَنِي لِأَكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ بِهِ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَأَنَا أَدْعُوكُمْ إِلَى الْعَزِيزِ الْغَفَّارِ
"Hai kaumku, bagaimanakah kalian, aku menyeru kalian kepada keselamatan, tetapi kalian menyeru aku ke neraka? (Kenapa) kalian menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kalian (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?" [Ghaafir:41-42]

8. Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
"Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira serta pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi." [Al-Ahzaab:45-46]

Perintah Berdakwah dalam As-Sunnah


Adapun dalil-dalil dari As-Sunnah sangat banyak, di antaranya,

1. Dari Abu Mas'ud 'Uqbah bin 'Amr Al-Anshariy Al-Badriy radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
"Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang melakukannya." (HR. Muslim no.1893)

2. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثَمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
"Barangsiapa yang menyeru/mengajak (orang lain) kepada petunjuk maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala-pahala dari orang-orang yang mengikutinya, yang hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun, dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia akan mendapat dosa seperti dosa-dosa dari orang-orang yang mengikutinya, yang hal itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun." (HR. Muslim no.2674)

Dua hadits ini menerangkan bahwasanya semakin banyak orang yang mengikuti ajakan kita kepada petunjuk maka semakin banyak pula pahalanya. Tentunya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya adalah orang-orang yang paling banyak pahalanya karena betapa banyaknya orang-orang yang mengikuti petunjuk yang telah disampaikan oleh mereka sampai hari kiamat.

Demikian juga orang-orang yang mengajak kepada kesesatan dari kalangan Khawarij, Mu'tazilah, Murji`ah, Syi'ah/Rafidhah dan kelompok sempalan lainnya, maka mereka akan mendapat dosa seperti dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya. Tentunya pendiri kelompok tersebut adalah yang paling banyak dosanya.

Kebaikan Ahlus Sunnah terhadap Ahli Bid'ah


Tidaklah heran kalau kita mendengar salah seorang Imam Ahlus Sunnah ketika mentahdzir ahli bid'ah, dia menyatakan, "Saya lebih baik daripada kedua orang tuanya, saya memperingatkan ummat agar jangan mengikuti kesesatannya, maka ketika orang-orang yang mengikutinya berkurang, berkuranglah dosanya. Sedangkan kedua orang tuanya membiarkan anaknya tetap dalam kesesatannya."

Untuk itu seharusnya kita bersyukur kepada Allah kemudian berterimakasih kepada para 'ulama yang dari masa ke masa senantiasa berusaha menjaga agama ini agar tetap murni sebagaimana yang diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya. Di antara penjagaan terhadap agama adalah dengan cara memperingatkan ummat Islam dari penyimpangan ahli bid'ah agar jangan sampai mereka mengikutinya.

Karena ahli bid'ah adalah orang-orang yang menikam dan merusak agama kaum muslimin dari dalam. Dan ini lebih berbahaya daripada serangan orang-orang kafir pada awal penyerangan mereka. Orang-orang kafir menyerang kita, dalam keadaan kita tahu dan sadar bahwa mereka adalah musuh kita, sehingga kita berusaha melawan dan mengusir mereka. Adapun ahli bid'ah maka mereka menyerang kaum muslimin dari dalam. Mereka merusak aqidah, manhaj, akhlaq, dan ibadah kaum muslimin dengan mengajarkan perkara baru (bid'ah) kepada mereka. Yang tentunya kebanyakan kaum muslimin tidak sadar kalau mereka sedang diserang. Dan yang bisa menyadarkan mereka -setelah hidayah dari Allah- adalah para 'ulama yang menjelaskan kesesatan dan penyimpangan ahli bid'ah tersebut. Tidak dikatakan bersyukur kepada Allah kalau tidak berterima kasih kepada manusia.

Ketika kaum muslimin sudah mulai sadar dan meninggalkan pemahaman yang diajarkan oleh ahli bid'ah dengan kembali mengikuti manhaj ahlus sunnah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya maka berarti pengikut mereka (ahli bid'ah) tersebut semakin berkurang sehingga semakin berkurang pula dosa-dosa mereka. Dan ini tidak diragukan lagi adalah suatu kebaikan bagi mereka. Perhatikan dan renungkanlah wahai orang-orang yang memiliki pandangan!

Ahli bid'ah yang dibahas di sini adalah yang belum sampai keluar dari Islam, adapun ahli bid'ah yang sudah sampai kepada kekufuran dan mereka telah dinyatakan keluar dari Islam oleh para 'ulama seperti Jahm bin Shafwan, maka mereka tidak akan mendapat manfaat dari siapa pun dan mereka akan kekal di neraka, wal'iyaadzubillaah.

Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua, kaum muslimin, agar memahami dan mengamalkan agama ini sebagaimana yang telah dipahami dan diamalkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya, aamiin.

3. Dari Abul 'Abbas Sahl bin Sa'd As-Sa'idiy radhiyallahu 'anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda di waktu perang Khaibar, "Benar-benar aku akan menyerahkan bendera ini (komando perang) besok pagi kepada seseorang yang Allah akan memberikan kemenangan melalui kedua tangannya, dia mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya."

Maka manusia pun (yaitu para shahabat) bermalam dalam keadaan mereka memperbincangkan siapakah di antara mereka yang akan diberikan bendera tersebut. Ketika tiba pagi hari, mereka pun bergegas menuju Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, semuanya mengharapkan agar bendera itu diberikan kepadanya. Maka Rasulullah bertanya, "Di mana 'Ali bin Abi Thalib?" Para shahabat pun menjawab, "Ya Rasulullah, dia dalam keadaan sakit kedua matanya." Rasulullah berkata, "Bawa dia kemari." Maka 'Ali pun didatangkan ke hadapan beliau, lalu beliau meludahi kedua matanya dan mendo'akannya, maka 'Ali pun sembuh dari sakitnya sampai-sampai seakan-akan dia tidak terkena penyakit tersebut, lalu beliau menyerahkan bendera tersebut kepadanya.

Kemudian 'Ali bertanya, "Ya Rasulullah, apakah aku perangi mereka sampai mereka seperti kita?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Berjalanlah dan datangi mereka dengan tenang sampai engkau tiba di pelataran mereka, kemudian serulah mereka kepada Islam, dan beritahukan kepada mereka akan hak-hak Allah yang wajib mereka penuhi, karena demi Allah, seandainya Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantaraanmu maka itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta-unta merah." (HR. Al-Bukhariy no.3498 dan Muslim no.2406)

Unta-unta merah adalah harta kekayaan yang paling mahal dan paling berharga, yang menjadi kebanggaan orang Arab pada masa itu.

Bahayanya Mengajak kepada Hizbiyyah


Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah,
"Barangsiapa menyeru kepada selain Allah maka sungguh dia telah berbuat kesyirikan, dan barangsiapa menyeru kepada Allah tanpa idzin-Nya (tidak dengan cara yang syar'i) maka sungguh dia telah berbuat bid'ah, sedangkan kesyirikan itu adalah bid'ah dan seorang ahli bid'ah akan terjerumus kepada kesyirikan dan tidak didapati seorang ahli bid'ah pun kecuali padanya ada salah satu jenis dari kesyirikan... ." (Iqtidhaa`ush Shiraathil Mustaqiim hal.453)

Oleh karena itulah, hendaklah seorang muslim berhati-hati dengan sepenuhnya kehati-hatian jangan sampai mengajak manusia kepada hizbiyyah (kelompok tertentu), golongan, partai tertentu atau kepada bid'ah, akan tetapi yang harus dia lakukan adalah menyeru manusia kepada Penciptanya yaitu Allah Ta'ala dan dengan apa yang telah Allah syari'atkan bukan dengan kebid'ahan-kebid'ahan ataupun hawa nafsu.

Perhatikan dan pahamilah firman-firman Allah dan sabda-sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di atas serta perkataan Ibnu Taimiyyah tersebut!

Allaahumma arinal haqqa haqqaa warzuqnat tibaa'ah wa arinal baathila baathilaa warzuqnaj tinaabah, aamiin. Wallaahu A'lam.


Diambil dari kitab Al-Qaulul Mufiid fii Adillatit Tauhiid hal.200-202, dengan beberapa tambahan.

Sumber: Buletin Al-Wala` Wal-Bara` Edisi ke-33 Tahun ke-3 / 22 Juli 2005 M / 15 Jumadits Tsani 1426 H.

Shahih Muslim hadits nomor 1893

٣٨ - بَابُ فَضۡلِ إِعَانَةِ الۡغَازِي فِي سَبِيلِ اللهِ بِمَرۡكُوبٍ وَغَيۡرِهِ وَخِلَافَتِهِ فِي أَهۡلِهِ بِخَيۡرٍ

38. Bab keutamaan menolong orang yang berperang di jalan Allah dengan hewan tunggangan atau yang lain dan menggantinya untuk mengurusi keluarganya dengan cara yang baik 


١٣٣ – (١٨٩٣) - وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ وَأَبُو كُرَيۡبٍ وَابۡنُ أَبِي عُمَرَ - وَاللَّفۡظُ لِأَبِي كُرَيۡبٍ – قَالُوا: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ أَبِي عَمۡرٍو الشَّيۡبَانِيِّ، عَنۡ أَبِي مَسۡعُودٍ الۡأَنۡصَارِيِّ. قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: إِنِّي أُبۡدِعَ بِي فَاحۡمِلۡنِي. فَقَالَ: (مَا عِنۡدِي) فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَنَا أَدُلُّهُ عَلَىٰ مَنۡ يَحۡمِلُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَنۡ دَلَّ عَلَى خَيۡرٍ فَلَهُ مِثۡلُ أَجۡرِ فَاعِلِهِ). 

133. (1893). Abu Bakr bin Abu Syaibah, Abu Kuraib, dan Ibnu Abu ‘Umar telah menceritakan kepada kami. Redaksi hadis ini milik Abu Kuraib. Mereka berkata: Abu Mu’awiyah menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Abu ‘Amr Asy-Syaibani, dari Abu Mas’ud Al-Anshari. Beliau mengatakan: 

Ada seorang lelaki datang menemui Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu berkata, “Tungganganku mati, berilah aku hewan tunggangan.” 

Nabi bersabda, “Aku tidak punya.” 

Ada seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, aku akan menunjukkannya kepada orang yang bisa memberinya tunggangan.” 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang menunjukkan kebaikan, maka dia mendapat semisal pahala pelakunya.” 

(...) - وَحَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: أَخۡبَرَنَا عِيسَى بۡنُ يُونُسَ. (ح) وَحَدَّثَنِي بِشۡرُ بۡنُ خَالِدٍ: أَخۡبَرَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرٍ، عَنۡ شُعۡبَةَ. (ح) وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ رَافِعٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا سُفۡيَانُ. كُلُّهُمۡ عَنِ الۡأَعۡمَشِ، بِهَٰذَا الۡإِسۡنَادِ. 

Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami: ‘Isa bin Yunus mengabarkan kepadaku. (Dalam riwayat lain) Bisyr bin Khalid telah menceritakan kepadaku: Muhammad bin Ja’far mengabarkan kepada kami dari Syu’bah. (Dalam riwayat lain) Muhammad bin Rafi’ telah menceritakan kepadaku: ‘Abdurrazzaq menceritakan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami. Mereka semuanya dari Al-A’masy melalui sanad ini.

Shahih Muslim hadits nomor 2674

١٦ – (٢٦٧٤) - حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ أَيُّوبَ وَقُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ وَابۡنُ حُجۡرٍ. قَالُوا: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ، يَعۡنُونَ ابۡنَ جَعۡفَرٍ، عَنِ الۡعَلَاءِ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (مَنۡ دَعَا إِلَىٰ هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الۡأَجۡرِ مِثۡلُ أُجُورِ مَنۡ تَبِعَهُ، لَا يَنۡقُصُ ذٰلِكَ مِنۡ أُجُورِهِمۡ شَيۡئًا. وَمَنۡ دَعَا إِلَىٰ ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيۡهِ مِنَ الۡإِثۡمِ مِثۡلُ آثَامِ مَنۡ تَبِعَهُ، لَا يَنۡقُصُ ذٰلِكَ مِنۡ آثَامِهِمۡ شَيۡئًا). 

16. (2674). Yahya bin Ayyub, Qutaibah bin Sa’id, dan Ibnu Hujr telah menceritakan kepada kami. Mereka berkata: Isma’il bin Ja’far menceritakan kepada kami dari Al-‘Ala`, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang mengajak kepada petunjuk, maka dia mendapat pahala semisal pahala-pahala orang yang mengikutinya. Pahalanya itu tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapat dosa semisal dosa-dosa orang yang mengikutinya. Dosanya itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5851

٥٨٥١ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنۡ سَعِيدٍ الۡمَقۡبُرِيِّ، عَنۡ عُبَيۡدِ بۡنِ جُرَيۡجٍ: أَنَّهُ قَالَ لِعَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: رَأَيۡتُكَ تَصۡنَعُ أَرۡبَعًا لَمۡ أَرَ أَحَدًا مِنۡ أَصۡحَابِكَ يَصۡنَعُهَا، قَالَ: مَا هِيَ يَا ابۡنَ جُرَيۡجٍ؟ قَالَ: رَأَيۡتُكَ لَا تَمَسُّ مِنَ الۡأَرۡكَانِ إِلَّا الۡيَمَانِيَيۡنِ، وَرَأَيۡتُكَ تَلۡبَسُ النِّعَالَ السِّبۡتِيَّةَ، وَرَأَيۡتُكَ تَصۡبُغُ بِالصُّفۡرَةِ، وَرَأَيۡتُكَ إِذَا كُنۡتَ بِمَكَّةَ، أَهَلَّ النَّاسُ إِذَا رَأَوُا الۡهِلَالَ، وَلَمۡ تُهِلَّ أَنۡتَ حَتَّى كَانَ يَوۡمَ التَّرۡوِيَةِ. فَقَالَ لَهُ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ: أَمَّا الۡأَرۡكَانُ: فَإِنِّي لَمۡ أَرَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَمَسُّ إِلَّا الۡيَمَانِيَيۡنِ، وَأَمَّا النِّعَالُ السِّبۡتِيَّةُ: فَإِنِّي رَأَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَلۡبَسُ النِّعَالَ الَّتِي لَيۡسَ فِيهَا شَعَرٌ وَيَتَوَضَّأُ فِيهَا، فَأَنَا أُحِبُّ أَنۡ أَلۡبَسَهَا، وَأَمَّا الصُّفۡرَةُ: فَإِنِّي رَأَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَصۡبُغُ بِهَا، فَأَنَا أُحِبُّ أَنۡ أَصۡبُغَ بِهَا. وَأَمَّا الۡإِهۡلَالُ: فَإِنِّي لَمۡ أَرَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يُهِلُّ حَتَّى تَنۡبَعِثَ بِهِ رَاحِلَتُهُ. [طرفه في: ١٦٦].

5851. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari Sa’id Al-Maqburi, dari ‘Ubaid bin Juraij: Bahwa beliau berkata kepada ‘Abdullah bin ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—, “Aku melihatmu melakukan empat hal yang tidak aku lihat seorang pun dari para sahabatmu ada yang melakukannya.” 

Ibnu ‘Umar bertanya, “Apa itu wahai Ibnu Juraij?” 

Ibnu Juraij menjawab, “Aku melihatmu tidak menyentuh sudut Kakbah kecuali dua sudut Yamani (yang menghadap ke Yaman). Aku melihatmu memakai sandal sibtiyyah (sandal dari kulit yang telah disamak). Aku melihatmu mencelup dengan warna kuning. Aku melihatmu ketika engkau berada di Makkah, orang-orang memulai ihram apabila telah melihat hilal, sedangkan engkau belum memulai ihram hingga hari tarwiah tiba.” 

‘Abdullah bin ‘Umar berkata kepadanya, “Adapun tentang sudut-sudut Kakbah, sungguh aku tidak melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyentuh sudut kecuali dua sudut Yamani. Adapun tentang sandal sibtiyyah, sungguh aku telah melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memakai sandal yang tidak berbulu dan beliau berwudu dengan memakainya. Maka aku senang untuk memakainya pula. Adapun tentang celupan warna kuning, sungguh aku telah melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mencelup menggunakannya, maka aku senang untuk mencelup dengannya. Adapun tentang memulai ihram, sungguh aku tidak melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memulai ihram hingga hewan tunggangan beliau berdiri tegak.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2865

٥٣ - بَابُ الرِّكَابِ وَالۡغَرۡزِ لِلدَّابَّةِ 
53. Bab sanggurdi pada hewan tunggangan 


٢٨٦٥ - حَدَّثَنِي عُبَيۡدُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: عَنۡ أَبِي أُسَامَةَ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: أَنَّهُ كَانَ إِذَا أَدۡخَلَ رِجۡلَهُ فِي الۡغَرۡزِ، وَاسۡتَوَتۡ بِهِ نَاقَتُهُ قَائِمَةً، أَهَلَّ مِنۡ عِنۡدِ مَسۡجِدِ ذِي الۡحُلَيۡفَةِ. [طرفه في: ١٦٦]. 

2865. ‘Ubaid bin Isma’il telah menceritakan kepadaku dari Abu Usamah, dari ‘Ubaidullah, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—: Dahulu, apabila beliau telah memasukkan kaki ke dalam sanggurdi dan untanya sudah berdiri tegak, maka beliau memulai ihram dari dekat masjid Dzu Al-Hulaifah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6433

٨ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعۡدَ اللهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الۡحَيَاةُ الدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمۡ بِاللهِ الۡغَرُورُ ۞ إِنَّ الشَّيۡطَانَ لَكُمۡ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدۡعُو حِزۡبَهُ لِيَكُونُوا مِنۡ أَصۡحَابِ السَّعِيرِ﴾ [فاطر: ٥-٦] 
8. Bab firman Allah taala, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka jangan sampai kehidupan dunia memperdaya kalian dan jangan sampai setan tukang tipu memperdaya kalian tentang Allah. Sesungguhnya setan adalah musuh kalian, maka jadikanlah dia sebagai musuh. Setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 5-6) 


جَمۡعُهُ سُعُرٌ، قَالَ مُجَاهِدٌ: الۡغَرُورُ: الشَّيۡطَانُ. 

Bentuk jamak kata sa’ir adalah su’ur. Mujahid berkata, “Gharur adalah setan.” 

٦٤٣٣ - حَدَّثَنَا سَعۡدُ بۡنُ حَفۡصٍ: حَدَّثَنَا شَيۡبَانُ، عَنۡ يَحۡيَى، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ إِبۡرَاهِيمَ الۡقُرَشِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مُعَاذُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ: أَنَّ ابۡنَ أَبَانَ أَخۡبَرَهُ قَالَ: أَتَيۡتُ عُثۡمَانَ بِطَهُورٍ وَهُوَ جَالِسٌ عَلَى الۡمَقَاعِدِ، فَتَوَضَّأَ فَأَحۡسَنَ الۡوُضُوءَ، ثُمَّ قَالَ: رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ تَوَضَّأَ وَهُوَ فِي هَٰذَا الۡمَجۡلِسِ، فَأَحۡسَنَ الۡوُضُوءَ ثُمَّ قَالَ: (مَنۡ تَوَضَّأَ مِثۡلَ هَٰذَا الۡوُضُوءِ، ثُمَّ أَتَى الۡمَسۡجِدَ، فَرَكَعَ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ جَلَسَ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنۡ ذَنۡبِهِ). قَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (لَا تَغۡتَرُّوا). [طرفه في: ١٥٩]. 

6433. Sa’d bin Hafsh telah menceritakan kepada kami: Syaiban menceritakan kepada kami dari Yahya, dari Muhammad bin Ibrahim Al-Qurasyi. Beliau berkata: Mu’adz bin ‘Abdurrahman mengabarkan kepadaku: Bahwa Ibnu ‘Aban mengabarkan kepadanya. Beliau berkata: 

Aku datang menemui ‘Utsman membawa air untuk bersuci ketika beliau sedang duduk di atas bangku. Beliau berwudu dengan baik kemudian berkata: Aku melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berwudu ketika beliau di tempat duduk ini. Beliau berwudu dengan baik kemudian bersabda, “Siapa saja berwudu dengan wudu semisal ini, kemudian datang ke masjid, lalu salat dua rakaat, kemudian duduk, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” 

‘Utsman berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Jangan sampai kalian teperdaya!”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3860

٣٨٦٠ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ يَحۡيَى بۡنِ سَعِيدٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي جَدِّي، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّهُ كَانَ يَحۡمِلُ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ إِدَاوَةً لِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ، فَبَيۡنَمَا هُوَ يَتۡبَعُهُ بِهَا، فَقَالَ: (مَنۡ هَٰذَا؟) فَقَالَ: أَنَا أَبُو هُرَيۡرَةَ، فَقَالَ: (ابۡغِنِي أَحۡجَارًا أَسۡتَنۡفِضۡ بِهَا، وَلَا تَأۡتِنِي بِعَظۡمٍ وَلَا بِرَوۡثَةٍ). فَأَتَيۡتُهُ بِأَحۡجَارٍ أَحۡمِلُهَا فِي طَرَفِ ثَوۡبِي، حَتَّى وَضَعۡتُ إِلَى جَنۡبِهِ، ثُمَّ انۡصَرَفۡتُ، حَتَّى إِذَا فَرَغَ مَشَيۡتُ، فَقُلۡتُ: مَا بَالُ الۡعَظۡمِ وَالرَّوۡثَةِ؟ قَالَ: (هُمَا مِنۡ طَعَامِ الۡجِنِّ، وَإِنَّهُ أَتَانِي وَفۡدُ جِنِّ نَصِيبِينَ، وَنِعۡمَ الۡجِنُّ، فَسَأَلُونِي الزَّادَ، فَدَعَوۡتُ اللهَ لَهُمۡ أَنۡ لَا يَمُرُّوا بِعَظۡمٍ وَلَا بِرَوۡثَةٍ إِلَّا وَجَدُوا عَلَيۡهَا طَعَامًا). [طرفه في: ١٥٥]. 

3860. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: ‘Amr bin Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Kakekku mengabarkan kepadaku dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—: 

Dahulu, beliau membawakan sekantong air untuk air wudu dan hajat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Ketika Abu Hurairah mengikuti beliau dengan membawa itu, Nabi bertanya, “Siapa ini?” 

Abu Hurairah menjawab, “Saya Abu Hurairah.” 

Nabi bersabda, “Carikan untukku batu-batu yang bisa aku gunakan beristinja dan jangan bawakan tulang atau kotoran binatang untukku!” 

Aku pun memberi batu-batu kepada beliau yang aku bawa menggunakan ujung pakaianku hingga aku letakkan di samping beliau. Kemudian aku pergi. Hingga ketika beliau selesai, aku berjalan, lalu bertanya, “Ada apa dengan tulang dan kotoran binatang?” 

Nabi bersabda, “Keduanya termasuk makanan jin. Sungguh utusan jin dari Nashibin mendatangiku—mereka adalah sebaik-baik jin—dan mereka meminta bekal kepadaku. Aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka melewati suatu tulang atau kotoran binatang kecuali mereka akan dapati makanan padanya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5630

٢٥ - بَاُب التَّنَفُّسِ فِي الۡإِنَاءِ
25. Bab bernafas di dalam bejana


٥٦٣٠ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ: حَدَّثَنَا شَيۡبَانُ، عَنۡ يَحۡيَى، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي قَتَادَةَ، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِذَا شَرِبَ أَحَدُكُمۡ فَلَا يَتَنَفَّسۡ فِي الۡإِنَاءِ، وَإِذَا بَالَ أَحَدُكُمۡ فَلَا يَمۡسَحۡ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ، وَإِذَا تَمَسَّحَ أَحَدُكُمۡ فَلَا يَتَمَسَّحۡ بِيَمِينِهِ). [طرفه في: ١٥٣]. 

5630. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami: Syaiban menceritakan kepada kami dari Yahya, dari ‘Abdullah bin Abu Qatadah, dari ayahnya. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apabila salah seorang kalian minum, janganlah bernafas di dalam bejana. Apabila salah seorang kalian kencing, janganlah menyentuh zakarnya dengan tangan kanannya. Apabila salah seorang kalian membersihkan, maka jangan membersihkan dengan tangan kanannya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 500

٥٠٠ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ حَاتِمِ بۡنِ بَزِيعٍ قَالَ: حَدَّثَنَا شَاذَانُ، عَنۡ شُعۡبَةَ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ أَبِي مَيۡمُونَةَ قَالَ: سَمِعۡتُ أَنَسَ بۡنَ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا خَرَجَ لِحَاجَتِهِ، تَبِعۡتُهُ أَنَا وَغُلَامٌ، وَمَعَنَا عُكَّازَةٌ، أَوۡ عَصًا، أَوۡ عَنَزَةٌ، وَمَعَنَا إِدَاوَةٌ، فَإِذَا فَرَغَ مِنۡ حَاجَتِهِ نَاوَلۡنَاهُ الۡإِدَاوَةَ. [طرفه في: ١٥٠]. 

500. Muhammad bin Hatim bin Bazi’ telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syadzan menceritakan kepada kami dari Syu’bah, dari ‘Atha` bin Abu Maimunah. Beliau berkata: Aku mendengar Anas bin Malik mengatakan: Dahulu, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila keluar untuk buang hajat, maka aku bersama seorang anak muda mengikuti beliau. Kami membawa sebatang tongkat dan sekantong air. Ketika beliau selesai buang hajat, kami memberikan kantong air itu kepada beliau.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6240

٦٢٤٠ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ: أَخۡبَرَنَا يَعۡقُوبُ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنۡ صَالِحٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ: أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَتۡ: كَانَ عُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ يَقُولُ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ: احۡجُبۡ نِسَاءَكَ، قَالَتۡ: فَلَمۡ يَفۡعَلۡ، وَكَانَ أَزۡوَاجُ النَّبِيِّ ﷺ يَخۡرُجۡنَ لَيۡلًا إِلَى لَيۡلٍ قِبَلَ الۡمَنَاصِعِ، خَرَجَتۡ سَوۡدَةُ بِنۡتُ زَمۡعَةَ وَكَانَتِ امۡرَأَةً طَوِيلَةً، فَرَآهَا عُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ وَهُوَ فِي الۡمَجۡلِسِ، فَقَالَ: عَرَفۡتُكِ يَا سَوۡدَةُ، حِرۡصًا عَلَى أَنۡ يُنۡزَلَ الۡحِجَابُ، قَالَتۡ: فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ آيَةَ الۡحِجَابِ. [طرفه في: ١٤٦]. 

6240. Ishaq telah menceritakan kepada kami: Ya’qub mengabarkan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami dari Shalih, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: ‘Urwah bin Az-Zubair mengabarkan kepadaku bahwa ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengatakan: Dahulu ‘Umar bin Al-Khaththab berkata kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Hijabilah istri-istri Anda!” 

‘Aisyah berkata: Beliau belum melakukannya. Dahulu istri-istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—biasa keluar malam hari menuju Manashi’. Pernah Saudah binti Zam’ah keluar. Dia adalah seorang wanita berpostur tinggi. ‘Umar bin Al-Khaththab melihatnya ketika sedang di majelis. ‘Umar berkata, “Aku mengenalmu, wahai Saudah.” Saking inginnya agar hijab disyariatkan. 

‘Aisyah berkata: Lalu Allah—azza wajalla—menurunkan ayat hijab.