Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 521 dan 522

١ - بَابُ مَوَاقِيتِ الصَّلَاةِ وَفَضۡلِهَا
1. Bab waktu-waktu salat dan keutamaannya


وَقَوۡلِهِ: ﴿إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتۡ عَلَى الۡمُؤۡمِنِينَ كِتَابًا مَوۡقُوتًا﴾ [النساء: ١٠٣] مُوَقَّتًا، وَقَّتَهُ عَلَيۡهِمۡ.

Dan firman Allah, “Sesungguhnya salat adalah kewajiban yang ditetapkan waktunya kepada kaum mukminin.” (QS. An-Nisa`: 103). Artinya, Allah telah menentukan waktunya atas mereka.

٥٢١ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ قَالَ: قَرَأۡتُ عَلَى مَالِكٍ عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ: أَنَّ عُمَرَ بۡنَ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ أَخَّرَ الصَّلَاةَ يَوۡمًا، فَدَخَلَ عَلَيۡهِ عُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ فَأَخۡبَرَهُ أَنَّ الۡمُغِيرَةَ بۡنَ شُعۡبَةَ أَخَّرَ الصَّلَاةَ يَوۡمًا، وَهُوَ بِالۡعِرَاقِ، فَدَخَلَ عَلَيۡهِ أَبُو مَسۡعُودٍ الۡأَنۡصَارِيُّ فَقَالَ: مَا هٰذَا يَا مُغِيرَةُ، أَلَيۡسَ قَدۡ عَلِمۡتَ أَنَّ جِبۡرِيلَ ﷺ نَزَلَ فَصَلَّى، فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ، ثُمَّ صَلَّى، فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ، ثُمَّ صَلَّى، فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ، ثُمَّ صَلَّى، فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ، ثُمَّ صَلَّى، فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ، ثُمَّ قَالَ: (بِهٰذَا أُمِرۡتُ). فَقَالَ عُمَرُ لِعُرۡوَةَ: اعۡلَمۡ مَا تُحَدِّثُ، أَوَإِنَّ جِبۡرِيلَ هُوَ أَقَامَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيۡهِ وَسَلَّمَ وَقۡتَ الصَّلَاةِ؟ قَالَ عُرۡوَةُ: كَذٰلِكَ كَانَ بَشِيرُ بۡنُ أَبِي مَسۡعُودٍ يُحَدِّثُ عَنۡ أَبِيهِ.

[الحديث ٥٢١ - طرفاه في: ٢٢٢١، ٤٠٠٧].

521. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku membaca di hadapan Malik, dari Ibnu Syihab:

Bahwa ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pada suatu hari mengakhirkan salat. ‘Urwah bin Az-Zubair masuk ke tempatnya lalu mengabarkannya bahwa Al-Mughirah bin Syu’bah pada suatu hari mengakhirkan salat ketika beliau di Irak. Lalu, Abu Mas’ud Al-Anshari masuk ke tempatnya lantas berkata, “Apa ini wahai Mughirah? Bukankah engkau sudah mengetahui bahwa Jibril—shallallahu ‘alaihi wa sallam—turun lalu salat, lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pun salat. Kemudian Jibril salat, lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pun salat. Kemudian Jibril salat, lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pun salat. Kemudian Jibril salat, lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pun salat. Kemudian Jibril salat, lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pun salat. Kemudian Jibril berkata, ‘Beginilah yang diperintahkan kepadaku.’”

‘Umar berkata kepada ‘Urwah, “Ketahuilah apa yang engkau ceritakan! Apakah Jibril yang menerangkan ketentuan waktu salat kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?”

‘Urwah menjawab, “Seperti itulah yang dahulu diceritakan oleh Basyir bin Abu Mas’ud dari ayahnya.”

٥٢٢ - قَالَ عُرۡوَةُ: وَلَقَدۡ حَدَّثَتۡنِي عَائِشَةُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ يُصَلِّي الۡعَصۡرَ وَالشَّمۡسُ فِي حُجۡرَتِهَا قَبۡلَ أَنۡ تَظۡهَرَ. [الحديث ٥٢٢ - أطرافه في: ٥٤٤، ٥٤٥، ٥٤٦، ٣١٠٣].

522. ‘Urwah berkata: ‘Aisyah juga telah menceritakan kepadaku bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu melakukan salat Asar ketika cahaya matahari masih jatuh di kamarnya sebelum naik.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 543

١٢ - بَابُ تَأۡخِيرِ الظُّهۡرِ إِلَى الۡعَصۡرِ
12. Bab mengundurkan salat Zuhur hingga waktu Asar


٥٤٣ - حَدَّثَنَا أَبُو النُّعۡمَانِ قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، هُوَ ابۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ دِينَارٍ، عَنۡ جَابِرِ بۡنِ زَيۡدٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ صَلَّى بِالۡمَدِينَةِ سَبۡعًا وَثَمَانِيًا: الظُّهۡرَ وَالۡعَصۡرَ، وَالۡمَغۡرِبَ وَالۡعِشَاءَ. فَقَالَ أَيُّوبُ: لَعَلَّهُ فِي لَيۡلَةٍ مَطِيرَةٍ؟ قَالَ: عَسَى. [الحديث ٥٤٣ - طرفاه في: ٥٦٢، ١١٧٤].

543. Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari ‘Amr bin Dinar, dari Jabir bin Zaid, dari Ibnu ‘Abbas:

Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat di Madinah sebanyak tujuh dan delapan rakaat, yaitu: Zuhur dengan Asar dan Magrib dengan Isya.

Ayyub bertanya, “Barangkali hal itu dilakukan di saat malam turun hujan?”

Jabir berkata, “Bisa jadi.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 539

١٠ - بَابُ الۡإِبۡرَادِ بِالظُّهۡرِ فِي السَّفَرِ
10. Bab menangguhkan salat Zuhur hingga suhu agak dingin ketika safar


٥٣٩ - حَدَّثَنَا آدَمُ بۡنُ أَبِي إِيَاسٍ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ قَالَ: حَدَّثَنَا مُهَاجِرٌ أَبُو الۡحَسَنِ مَوۡلًى لِبَنِي تَيۡمِ اللهِ، قَالَ: سَمِعۡتُ زَيۡدَ بۡنَ وَهۡبٍ، عَنۡ أَبِي ذَرٍّ الۡغِفَارِيِّ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي سَفَرٍ، فَأَرَادَ الۡمُؤَذِّنُ أَنۡ يُؤَذِّنَ لِلظُّهۡرِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (أَبۡرِدۡ). ثُمَّ أَرَادَ أَنۡ يُؤَذِّنَ، فَقَالَ لَهُ: (أَبۡرِدۡ). حَتَّى رَأَيۡنَا فَيۡءَ التُّلُولِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِنَّ شِدَّةَ الۡحَرِّ مِنۡ فَيۡحِ جَهَنَّمَ، فَإِذَا اشۡتَدَّ الۡحَرُّ فَأَبۡرِدُوا بِالصَّلَاةِ). وَقَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: ﴿تَتَفَيَّأُ﴾ [النحل: ٤٨]: تَتَمَيَّلُ. [طرفه في: ٥٣٥].

539. Adam bin Abu Iyas telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Muhajir Abu Al-Hasan seorang maula milik bani Taimullah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Zaid bin Wahb dari Abu Dzarr Al-Ghifari. Beliau berkata:

Dahulu kami pernah bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam suatu safar. Muazin hendak mengumandangkan azan Zuhur, namun Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tunggu sampai cuaca mendingin!”

Beberapa saat kemudian, muazin hendak mengumandangkan azan, namun Nabi berkata kepadanya, “Tunggulah sampai cuaca mendingin!”

Hingga kami telah melihat bayangan gundukan, lantas Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya panas yang menyengat ini berasal dari semburan neraka Jahannam. Jadi apabila cuaca sangat panas, tangguhkanlah salat sampai cuaca mendingin.”

Ibnu ‘Abbas berkata, “Tatafayya`u maknanya adalah condong ke sana kemari.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 536, 537, dan 538

٥٣٦ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ قَالَ: حَفِظۡنَاهُ مِنَ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ الۡمُسَيَّبِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (إِذَا اشۡتَدَّ الۡحَرُّ فَأَبۡرِدُوا بِالصَّلَاةِ، فَإِنَّ شِدَّةَ الۡحَرِّ مِنۡ فَيۡحِ جَهَنَّمَ). [طرفه في: ٥٣٣].

536. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Kami menghafalnya dari Az-Zuhri, dari Sa’id bin Al-Musayyab, dari Abu Hurairah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Apabila cuaca panas menyengat, akhirkanlah salat hingga panasnya berkurang, karena cuaca panas yang menyengat itu dari semburan hawa neraka jahannam.”

٥٣٧ – (وَاشۡتَكَتِ النَّارُ إِلَى رَبِّهَا، فَقَالَتۡ: يَا رَبِّ أَكَلَ بَعۡضِي بَعۡضًا، فَأَذِنَ لَهَا بِنَفَسَيۡنِ: نَفَسٍ فِي الشِّتَاءِ، وَنَفَسٍ فِي الصَّيۡفِ، فَهُوَ أَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الۡحَرِّ، وَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الزَّمۡهَرِيرِ). [الحديث ٥٣٧ - طرفه في: ٣٢٦٠].

537. “Neraka mengadu kepada Tuhannya. Neraka berkata: Wahai Rabi, sebagianku melalap sebagian yang lain. Lalu Allah mengizinkan untuknya dua napas: satu napas di musim dingin dan satu napas di musim panas. Itu adalah cuaca paling panas yang kalian dapati dan cuaca paling dingin yang kalian dapati.”

٥٣٨ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ: حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَبۡرِدُوا بِالظُّهۡرِ، فَإِنَّ شِدَّةَ الۡحَرِّ مِنۡ فَيۡحِ جَهَنَّمَ). تَابَعَهُ سُفۡيَانُ، وَيَحۡيَى، وَأَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ‏. [الحديث ٥٣٨ - طرفه في: ٣٢٥٩].

538. ‘Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-A’masy menceritakan kepada kami: Abu Shalih menceritakan kepada kami dari Abu Sa’id. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Akhirkan salat Zuhur sampai suhu mendingin karena cuaca panas yang menyengat itu dari semburan hawa neraka jahannam.”

Sufyan, Yahya, dan Abu ‘Awanah mengiringi Hafsh dari Al-A’masy.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 529 dan 530

٧ - بَابُ تَضۡيِيعِ الصَّلَاةِ عَنۡ وَقۡتِهَا
7. Bab penyia-nyiaan salat dari waktunya


٥٢٩ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ قَالَ: حَدَّثَنَا مَهۡدِيٌّ، عَنۡ غَيۡلَانَ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: مَا أَعۡرِفُ شَيۡئًا مِمَّا كَانَ عَلَى عَهۡدِ النَّبِيِّ ﷺ. قِيلَ: الصَّلَاةُ؟ قَالَ: أَلَيۡسَ ضَيَّعۡتُمۡ مَا ضَيَّعۡتُمۡ فِيهَا.

529. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Mahdi menceritakan kepada kami dari Ghailan, dari Anas.

Beliau mengatakan, “Aku tidak mengenali sesuatu pun dari ajaran Islam yang dahulu dilakukan pada zaman Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.”

Ada yang bertanya, “Bagaimana dengan salat?”

Anas berkata, “Bukankah kalian telah menyia-nyiakannya dengan perbuatan kalian?”

٥٣٠ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ زُرَارَةَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الۡوَاحِدِ بۡنُ وَاصِلٍ أَبُو عُبَيۡدَةَ الۡحَدَّادُ، عَنۡ عُثۡمَانَ بۡنِ أَبِي رَوَّادٍ أَخِي عَبۡدِ الۡعَزِيزِ، قَالَ: سَمِعۡتُ الزُّهۡرِيَّ يَقُولُ: دَخَلۡتُ عَلَى أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ بِدِمَشۡقَ، وَهُوَ يَبۡكِي، فَقُلۡتُ: مَا يُبۡكِيكَ؟ فَقَالَ: لَا أَعۡرِفُ شَيۡئًا مِمَّا أَدۡرَكۡتُ إِلَّا هٰذِهِ الصَّلَاةَ، وَهٰذِهِ الصَّلَاةُ قَدۡ ضُيِّعَتۡ. وَقَالَ بَكۡرٌ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَكۡرٍ الۡبُرۡسَانِيُّ: أَخۡبَرَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي رَوَّادٍ، نَحۡوَهُ.

530. ‘Amr bin Zurarah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdul Wahid bin Washil Abu ‘Ubaidah Al-Haddad mengabarkan kepada kami dari ‘Utsman bin Abu Rawwad saudara ‘Abdul ‘Aziz. Beliau berkata: Aku mendengar Az-Zuhri berkata: Aku masuk ke tempat Anas bin Malik di Damaskus ketika beliau sedang menangis.

Aku bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”

Beliau menjawab, “Aku tidak mengenali sesuatu pun dari (agama Islam) yang dulu aku dapati (di masa Rasulullah) kecuali salat ini. Bahkan salat ini pun telah disia-siakan.”

Bakr berkata: Muhammad bin Bakr Al-Bursani menceritakan kepada kami: ‘Utsman bin Abu Rawwad mengabarkan kepada kami semisal hadis tersebut.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 528

٦ - بَابٌ الصَّلَوَاتُ الۡخَمۡسُ كَفَّارَةٌ
6. Bab salat lima waktu adalah kafarat


٥٢٨ - حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ حَمۡزَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي ابۡنُ أَبِي حَازِمٍ وَالدَّرَاوَرۡدِيُّ، عَنۡ يَزِيدَ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (أَرَأَيۡتُمۡ لَوۡ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمۡ، يَغۡتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوۡمٍ خَمۡسًا، مَا تَقُولُ: ذٰلِكَ يُبۡقِي مِنۡ دَرَنِهِ؟) قَالُوا: لَا يُبۡقِي مِنۡ دَرَنِهِ شَيۡئًا، قَالَ: (فَذٰلِكَ مِثۡلُ الصَّلَوَاتِ الۡخَمۡسِ، يَمۡحُو اللهُ بِهَا الۡخَطَايَا).

528. Ibrahim bin Hamzah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Abu Hazim dan Ad-Darawardi menceritakan kepadaku dari Yazid, dari Muhammad bin Ibrahim, dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, dari Abu Hurairah:

Bahwa beliau mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apa pendapat kalian kalau ada sungai di depan pintu salah seorang kalian lalu dia mandi di situ lima kali setiap hari? Apa kalian menyangka dengan mandinya itu akan menyisakan kotoran (di badannya)?”

Para sahabat berkata, “Hal itu tidak akan menyisakan kotoran sedikit pun.”

Rasulullah bersabda, “Hal itu semisal salat lima waktu. Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahan dengannya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 527

٥ - بَابُ فَضۡلِ الصَّلَاةِ لِوَقۡتِهَا
5. Bab keutamaan salat pada waktunya


٥٢٧ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡوَلِيدِ هِشَامُ بۡنُ عَبۡدِ الۡمَلِكِ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ قَالَ: الۡوَلِيدُ بۡنُ الۡعَيۡزَارِ أَخۡبَرَنِي قَالَ: سَمِعۡتُ أَبَا عَمۡرٍو الشَّيۡبَانِيَّ يَقُولُ: حَدَّثَنَا صَاحِبُ هٰذِهِ الدَّارِ، وَأَشَارَ إِلَى دَارِ عَبۡدِ اللهِ، قَالَ: سَأَلۡتُ النَّبِيَّ ﷺ: أَيُّ الۡعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: (الصَّلَاةُ عَلَى وَقۡتِهَا). قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: (ثُمَّ بِرُّ الۡوَالِدَيۡنِ). قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: (الۡجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ). قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَلَوِ اسۡتَزَدۡتُهُ لَزَادَنِي. [الحديث ٥٢٧ - أطرافه في: ٢٧٨٢، ٥٩٧٠، ٧٥٣٤].

527. Abu Al-Walid Hisyam bin ‘Abdul Malik telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Walid bin Al-‘Aizar mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: Aku mendengar Abu ‘Amr Asy-Syaibani berkata: Pemilik rumah ini menceritakan kepada kami. Beliau mengisyaratkan ke rumah ‘Abdullah bin Mas’ud. Beliau mengatakan:

Aku bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Amalan apa yang paling Allah cintai?”

Nabi menjawab, “Salat pada waktunya.”

‘Abdullah bertanya, “Kemudian apa?”

Nabi menjawab, “Bakti kepada kedua orang tua.”

‘Abdullah bertanya, “Kemudian apa?”

Nabi menjawab, “Jihad di jalan Allah.”

‘Abdullah berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menceritakan tiga amalan ini kepadaku. Andai aku menambah pertanyaanku, tentu beliau akan memberikan jawaban tambahan.

Shahih Al-Bukhari - 11. Kitab Jumat

Kitab Jumat
  1. Bab kewajiban salat Jumat
    1. Hadis nomor 876
  2. Bab keutamaan mandi hari Jumat dan apakah wajib bagi anak-anak atau wanita untuk menghadiri salat Jumat
    1. Hadis nomor 877 dan 878
    2. Hadis nomor 879
  3. Bab wewangian untuk hari Jumat
    1. Hadis nomor 880
  4. Bab keutamaan Jumat
    1. Hadis nomor 881
  5. Bab
    1. Hadis nomor 882
  6. Bab minyak rambut untuk jumatan
    1. Hadis nomor 883, 884, dan 885
  7. Bab memakai pakaian terbaik yang dia miliki
    1. Hadis nomor 886
  8. Bab bersiwak pada hari Jumat
    1. Hadis nomor 887 dan 888
    2. Hadis nomor 889
  9. Bab barang siapa bersiwak menggunakan siwak orang lain
    1. Hadis nomor 890
  10. Bab surah yang dibaca ketika salat Subuh di hari Jumat
    1. Hadis nomor 891
  11. Bab salat Jumat di perkampungan dan perkotaan
    1. Hadis nomor 892 dan 893
  12. Bab apakah orang yang tidak mengikuti salat Jumat dari kalangan wanita, anak-anak, dan selainnya juga wajib mandi?
    1. Hadis nomor 894
    2. Hadis nomor 895
    3. Hadis nomor 896 dan 897
    4. Hadis nomor 898
  13. Bab
    1. Hadis nomor 899 dan 900
  14. Bab rukhsah tidak menghadiri salat Jumat ketika hujan
    1. Hadis nomor 901
  15. Bab dari mana salat Jumat dihadiri dan wajib bagi siapa saja?
    1. Hadis nomor 902
  16. Bab waktu salat Jumat ketika matahari telah turun
    1. Hadis nomor 903, 904, dan 905
  17. Bab apabila cuaca sangat panas di hari Jumat
    1. Hadis nomor 906
  18. Bab berjalan ke tempat salat Jumat
    1. Hadis nomor 907
    2. Hadis nomor 908
    3. Hadis nomor 909
  19. Bab jangan memisahkan antara dua orang di hari Jumat
    1. Hadis nomor 910
  20. Bab seseorang tidak boleh membuat saudaranya berdiri lalu dia duduk di tempatnya
    1. Hadis nomor 911
  21. Bab azan pada hari Jumat
    1. Hadis nomor 912
  22. Bab satu muazin pada hari Jumat
    1. Hadis nomor 913
  23. Bab imam menjawab azan di atas mimbar ketika mendengarnya
    1. Hadis nomor 914
  24. Bab khatib duduk di atas mimbar ketika azan dikumandangkan
    1. Hadis nomor 915
  25. Bab mengumandangkan azan ketika hendak khotbah
    1. Hadis nomor 916
  26. Bab khotbah di atas mimbar
    1. Hadis nomor 917
    2. Hadis nomor 918
    3. Hadis nomor 919
  27. Bab khotbah dengan berdiri
  28. Bab imam menghadap makmum dan makmum menghadap imam ketika imam berkhotbah
  29. Bab barang siapa mengatakan ketika khotbah setelah membaca pujian: amabakdu
  30. Bab duduk di antara dua khotbah pada hari Jumat
  31. Bab menyimak khotbah
  32. Bab apabila khatib ketika sedang berkhotbah, melihat seseorang datang, dia menyuruhnya agar salat dua rakaat
  33. Bab barangsiapa datang ketika imam sedang berkhotbah, maka dia shalat dua raka'at ringan
  34. Bab mengangkat kedua tangan ketika khotbah
  35. Bab meminta hujan ketika khotbah Jumat
  36. Bab diam pada hari Jum'at ketika imam sedang berkhotbah
  37. Bab sesaat di hari Jumat
  38. Bab apabila sebagian makmum pergi meninggalkan imam ketika sedang salat Jumat, salat imam dan makmum yang tersisa sah
  39. Bab salat setelah salat Jumat dan sebelumnya
  40. Bab firman Allah taala, “Apabila salat telah ditunaikan, bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)
  41. Bab istirahat siang setelah salat Jumat

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5861

٤٣ - بَابُ الۡجُلُوسِ عَلَى الۡحَصِيرِ وَنَحۡوِهِ
43. Bab duduk di atas tikar atau semacamnya


٥٨٦١ – حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ أَبِي بَكۡرٍ: حَدَّثَنَا مُعۡتَمِرٌ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ أَبِي سَعِيدٍ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَحۡتَجِرُ حَصِيرًا بِاللَّيۡلِ فَيُصَلِّي، وَيَبۡسُطُهُ بِالنَّهَارِ فَيَجۡلِسُ عَلَيۡهِ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَثُوبُونَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَيُصَلُّونَ بِصَلَاتِهِ حَتَّى كَثُرُوا، فَأَقۡبَلَ فَقَالَ: (يَا أَيُّهَا النَّاسُ، خُذُوا مِنَ الۡأَعۡمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ الۡأَعۡمَالِ إِلَى اللهِ مَا دَامَ وَإِنۡ قَلَّ). [طرفه في: ٧٢٩].

5861. Muhammad bin Abu Bakr telah menceritakan kepadaku: Mu’tamir menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah, dari Sa’id bin Abu Sa’id, dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—: Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu membuat bilik dari selembar tikar untuk tempat beliau salat di malam hari dan beliau menggelarnya di siang hari untuk alas duduk. Orang-orang kembali berdatangan ke tempat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—untuk salat mengikuti salat beliau (di malam hari) sampai jumlah mereka banyak. Nabi menghadap mereka seraya bersabda, “Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan yang kalian sanggup, karena Allah tidak jemu hingga kalian yang jemu. Sesungguhnya amalan yang paling Allah cintai adalah amalan yang berkesinambungan walaupun sedikit.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1129

١١٢٩ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عُرۡوَةَ بۡنِ الزُّبَيۡرِ، عَنۡ عَائِشَةَ أُمِّ الۡمُؤۡمِنِينَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ صَلَّى ذَاتَ لَيۡلَةٍ فِي الۡمَسۡجِدِ، فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ، ثُمَّ صَلَّى مِنَ الۡقَابِلَةِ، فَكَثُرَ النَّاسُ، ثُمَّ اجۡتَمَعُوا مِنَ اللَّيۡلَةِ الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ، فَلَمۡ يَخۡرُجۡ إِلَيۡهِمۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَلَمَّا أَصۡبَحَ قَالَ: (قَدۡ رَأَيۡتُ الَّذِي صَنَعۡتُمۡ، وَلَمۡ يَمۡنَعۡنِي مِنَ الۡخُرُوجِ إِلَيۡكُمۡ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنۡ تُفۡرَضَ عَلَيۡكُمۡ). وَذٰلِكَ فِي رَمَضَانَ. [طرفه في: ٧٢٩].

1129. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari ‘Urwah bin Az-Zubair, dari ‘Aisyah ibunda kaum mukminin—radhiyallahu ‘anha—:

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pada suatu malam salat di masjid. Lalu orang-orang salat mengikuti salat beliau. Kemudian malam berikutnya beliau salat dan orang-orang tambah banyak. Kemudian mereka berkumpul di malam ketiga atau keempat, namun Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak keluar menemui mereka.

Ketika keesokan harinya, beliau bersabda, “Aku telah melihat yang kalian perbuat. Tidak ada yang menghalangiku untuk keluar menemui kalian kecuali aku khawatir salat tersebut akan diwajibkan kepada kalian.”

Kejadian itu di bulan Ramadan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 924

٩٢٤ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عُرۡوَةُ: أَنَّ عَائِشَةَ أَخۡبَرَتۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ خَرَجَ ذَاتَ لَيۡلَةٍ مِنۡ جَوۡفِ اللَّيۡلِ، فَصَلَّى فِي الۡمَسۡجِدِ، فَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلَاتِهِ، فَأَصۡبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا، فَاجۡتَمَعَ أَكۡثَرُ مِنۡهُمۡ فَصَلَّوۡا مَعَهُ، فَأَصۡبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا، فَكَثُرَ أَهۡلُ الۡمَسۡجِدِ مِنَ اللَّيۡلَةِ الثَّالِثَةِ، فَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَصَلَّوۡا بِصَلَاتِهِ، فَلَمَّا كَانَتِ اللَّيۡلَةُ الرَّابِعَةُ، عَجَزَ الۡمَسۡجِدُ عَنۡ أَهۡلِهِ، حَتَّى خَرَجَ لِصَلَاةِ الصُّبۡحِ، فَلَمَّا قَضَى الۡفَجۡرَ أَقۡبَلَ عَلَى النَّاسِ فَتَشَهَّدَ، ثُمَّ قَالَ: (أَمَّا بَعۡدُ، فَإِنَّهُ لَمۡ يَخۡفَ عَلَيَّ مَكَانُكُمۡ، لٰكِنِّي خَشِيتُ أَنۡ تُفۡرَضَ عَلَيۡكُمۡ، فَتَعۡجِزُوا عَنۡهَا). تَابَعَهُ يُونُسُ. [طرفه في: ٧٢٩].

924. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: ‘Urwah mengabarkan kepadaku: Bahwa ‘Aisyah mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di suatu malam keluar di larut malam. Beliau salat di dalam masjid, lalu orang-orang ikut salat menjadi makmum beliau. Di pagi harinya, orang-orang bercerita tentang kejadian tersebut sehingga orang-orang berkumpul lebih banyak daripada mereka. Mereka pun salat bersama beliau. Di pagi harinya, orang-orang bercerita, sehingga jemaah masjid lebih banyak di malam ketiga. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—keluar, lalu mereka salat mengikuti salat beliau. Ketika malam keempat, masjid tidak bisa menampung jemaah, sampai beliau keluar untuk salat Subuh. Ketika beliau telah menyelesaikan salat Subuh, beliau menghadap kepada orang-orang lalu membaca syahadat. Kemudian beliau bersabda, “Amabakdu, sesungguhnya keberadaan kalian tidak tersamarkan olehku, akan tetapi aku khawatir salat itu akan diwajibkan kepada kalian lalu kalian tidak mampu melakukannya.”

Yunus mengiringi ‘Uqail.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5238

١١٧ - بَابُ اسۡتِئۡذَانِ الۡمَرۡأَةِ زَوۡجَهَا فِي الۡخُرُوجِ إِلَى الۡمَسۡجِدِ وَغَيۡرِهِ
117. Bab permintaan izin istri kepada suami untuk keluar ke masjid atau selainnya


٥٢٣٨ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا الزُّهۡرِيُّ، عَنۡ سَالِمٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: (إِذَا اسۡتَأۡذَنَتِ امۡرَأَةُ أَحَدِكُمۡ إِلَى الۡمَسۡجِدِ فَلَا يَمۡنَعۡهَا). [طرفه في: ٨٦٥].

5238. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: Az-Zuhri menceritakan kepada kami dari Salim, dari ayahnya, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Apabila istri salah seorang kalian meminta izin ke masjid, janganlah menghalanginya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 899 dan 900

١٣ – بَابٌ
13. Bab


٨٩٩ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا شَبَابَةُ: حَدَّثَنَا وَرۡقَاءُ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ دِينَارٍ، عَنۡ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (ائۡذَنُوا لِلنِّسَاءِ بِاللَّيۡلِ إِلَى الۡمَسَاجِدِ). [طرفه في: ٨٦٥].

899. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami: Syababah menceritakan kepada kami: Warqa` menceritakan kepada kami dari 'Amr bin Dinar, dari Mujahid, dari Ibnu 'Umar, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Izinkanlah para wanita ke masjid-masjid di malam hari!”

٩٠٠ - حَدَّثَنَا يُوسُفُ بۡنُ مُوسَى: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ: حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ، قَالَ: كَانَتِ امۡرَأَةٌ لِعُمَرَ تَشۡهَدُ صَلَاةَ الصُّبۡحِ وَالۡعِشَاءِ فِي الۡجَمَاعَةِ فِي الۡمَسۡجِدِ، فَقِيلَ لَهَا: لِمَ تَخۡرُجِينَ، وَقَدۡ تَعۡلَمِينَ أَنَّ عُمَرَ يَكۡرَهُ ذٰلِكَ وَيَغَارُ؟ قَالَتۡ: وَمَا يَمۡنَعُهُ أَنۡ يَنۡهَانِي؟ قَالَ: يَمۡنَعُهُ قَوۡلُ رَسُولِ اللهِ ﷺ: (لَا تَمۡنَعُوا إِمَاءَ اللهِ مَسَاجِدَ اللهِ). [طرفه في: ٨٦٥].

900. Yusuf bin Musa telah menceritakan kepada kami: Abu Usamah menceritakan kepada kami: ‘Ubaidullah bin ‘Umar menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar. Beliau berkata: Dahulu, seorang wanita istri ‘Umar mengikuti salat Subuh dan Isya berjemaah di masjid.

Ada yang berkata kepadanya, “Mengapa engkau keluar padahal engkau tahu bahwa ‘Umar membenci hal itu dan cemburu?”

Wanita itu berkata, “Lalu apa yang menghalanginya untuk melarangku?”

Orang itu berkata, “Yang menghalanginya adalah ucapan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—: Janganlah kalian menghalangi hamba-hamba perempuan Allah dari masjid-masjid Allah.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 566

٢٣ - بَابُ فَضۡلِ الۡعِشَاءِ
23. Bab keutamaan Isya


٥٦٦ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عُرۡوَةَ: أَنَّ عَائِشَةَ أَخۡبَرَتۡهُ قَالَتۡ: أَعۡتَمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ لَيۡلَةً بِالۡعِشَاءِ، وَذٰلِكَ قَبۡلَ أَنۡ يَفۡشُوَ الۡإِسۡلَامُ، فَلَمۡ يَخۡرُجۡ حَتَّى قَالَ عُمَرُ: نَامَ النِّسَاءُ وَالصِّبۡيَانُ، فَخَرَجَ فَقَالَ لِأَهۡلِ الۡمَسۡجِدِ: (مَا يَنۡتَظِرُهَا أَحَدٌ مِنۡ أَهۡلِ الۡأَرۡضِ غَيۡرُكُمۡ). [الحديث ٥٦٦ - أطرافه في: ٥٦٩، ٨٦٢، ٨٦٤].

566. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab, dari ‘Urwah: Bahwa ‘Aisyah mengabarkan kepadanya. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengakhirkan salat Isya di suatu malam. Kejadian itu sebelum agama Islam tersebar. Beliau tidak keluar sampai ‘Umar berkata, “Para wanita dan anak-anak telah tertidur.”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—keluar seraya bersabda kepada orang-orang yang berada di masjid, “Sesungguhnya tidak ada seorang pun dari penduduk bumi yang menunggu-nunggu salat ini selain kalian.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2665

٢٦٦٥ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا صَفۡوَانُ بۡنُ سُلَيۡمٍ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، يَبۡلُغُ بِهِ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (غُسۡلُ يَوۡمِ الۡجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحۡتَلِمٍ). [طرفه في: ٨٥٨].

2665. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: Shafwan bin Sulaim menceritakan kepada kami dari ‘Atha` bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—sampai kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Mandi hari Jumat merupakan kewajiban bagi setiap orang yang balig.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 895

٨٩٥ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنۡ صَفۡوَانَ بۡنِ سُلَيۡمٍ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (غُسۡلُ يَوۡمِ الۡجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحۡتَلِمٍ). [طرفه في: ٨٥٨].

895. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari Shafwan bin Sulaim, dari ‘Atha` bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—: Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Mandi hari Jumat merupakan kewajiban bagi setiap orang yang balig.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 880

٣ - بَابُ الطِّيبِ لِلۡجُمُعَةِ
3. Bab wewangian untuk hari Jumat


٨٨٠ - حَدَّثَنَا عَلِيٌّ قَالَ: حَدَّثَنَا حَرَمِيُّ بۡنُ عُمَارَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ أَبِي بَكۡرِ بۡنِ الۡمُنۡكَدِرِ قَالَ: حَدَّثَنِي عَمۡرُو بۡنُ سُلَيۡمٍ الۡأَنۡصَارِيُّ قَالَ: أَشۡهَدُ عَلَى أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: أَشۡهَدُ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ قَالَ: (الۡغُسۡلُ يَوۡمَ الۡجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحۡتَلِمٍ، وَأَنۡ يَسۡتَنَّ، وَأَنۡ يَمَسَّ طِيبًا إِنۡ وَجَدَ). قَالَ عَمۡرٌو: أَمَّا الۡغُسۡلُ فَأَشۡهَدُ أَنَّهُ وَاجِبٌ، وَأَمَّا الۡاِسۡتِنَانُ وَالطِّيبُ فَاللهُ أَعۡلَمُ أَوَاجِبٌ هُوَ أَمۡ لَا؛ وَلٰكِنۡ هٰكَذَا فِي الۡحَدِيثِ. قَالَ أَبُو عَبۡدِ اللهِ: هُوَ أَخُو مُحَمَّدِ بۡنِ الۡمُنۡكَدِرِ، وَلَمۡ يُسَمَّ أَبُو بَكۡرٍ هٰذَا، رَوَاهُ عَنۡهُ بُكَيۡرُ بۡنُ الۡأَشَجِّ وَسَعِيدُ بۡنُ أَبِي هِلَالٍ وَعِدَّةٌ. وَكَانَ مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُنۡكَدِرِ يُكۡنَى بِأَبِي بَكۡرٍ وَأَبِي عَبۡدِ اللهِ.

880. ‘Ali telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Harami bin ‘Umarah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Abu Bakr bin Al-Munkadir. Beliau berkata: ‘Amr bin Sulaim Al-Anshari menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Aku menyaksikan Abu Sa’id berkata: Aku menyaksikan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Mandi pada hari Jumat merupakan kewajiban bagi setiap orang yang balig. Begitu pula bersiwak dan memakai wewangian jika mendapatkannya.”

‘Amr berkata: Adapun mandi, aku bersaksi bahwa itu wajib. Adapun bersiwak dan wewangian, wallahualam apakah wajib atau tidak. Tetapi seperti inilah yang tersebut dalam hadis.

Abu ‘Abdullah berkata: Abu Bakr bin Al-Munkadir adalah saudara Muhammad bin Al-Munkadir dan tidak disebutkan nama Abu Bakr ini. Yang meriwayatkan hadis ini darinya adalah Bukair bin Al-Asyajj, Sa’id bin Abu Hilal, dan banyak lagi. Muhammad bin Al-Munkadir dipanggil dengan Abu Bakr dan Abu ‘Abdullah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 879

٨٧٩ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ صَفۡوَانَ بۡنِ سُلَيۡمٍ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (غُسۡلُ يَوۡمِ الۡجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحۡتَلِمٍ). [طرفه في: ٨٥٨].

879. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik mengabarkan kepada kami dari Shafwan bin Sulaim, dari ‘Atha` bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—: Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Mandi hari Jumat adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang sudah balig.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1340

٦٩ - بَابُ الدَّفۡنِ بِاللَّيۡلِ
69. Bab penguburan di malam hari


وَدُفِنَ أَبُو بَكۡرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ لَيۡلًا.

Abu Bakr—radhiyallahu ‘anhu—dikuburkan di malam hari.

١٣٤٠ - حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الشَّيۡبَانِيِّ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: صَلَّى النَّبِيُّ ﷺ عَلَى رَجُلٍ بَعۡدَ مَا دُفِنَ بِلَيۡلَةٍ، قَامَ هُوَ وَأَصۡحَابُهُ، وَكَانَ سَأَلَ عَنۡهُ فَقَالَ: (مَنۡ هٰذَا؟) فَقَالُوا: فُلَانٌ دُفِنَ الۡبَارِحَةَ، فَصَلَّوۡا عَلَيۡهِ. [طرفه في: ٨٥٧].

1340. ‘Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami dari Asy-Syaibani, dari Asy-Sya’bi, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyalati jenazah seorang pria setelah dikuburkan semalam. Beliau dan para sahabatnya berdiri. Beliau menanyakan tentangnya, “Siapa jenazah ini?”

Para sahabat menjawab, “Si polan dikuburkan tadi malam.”

Mereka pun salat jenazah di atasnya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1336

٦٦ - بَابُ الصَّلَاةِ عَلَى الۡقَبۡرِ بَعۡدَ مَا يُدۡفَنُ
66. Bab salat jenazah di atas kuburan setelah jenazah dikuburkan


١٣٣٦ - حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بۡنُ مِنۡهَالٍ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ قَالَ: حَدَّثَنِي سُلَيۡمَانُ الشَّيۡبَانِيُّ قَالَ: سَمِعۡتُ الشَّعۡبِيَّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مَنۡ مَرَّ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ عَلَى قَبۡرٍ مَنۡبُوذٍ، فَأَمَّهُمۡ وَصَلَّوۡا خَلۡفَهُ. قُلۡتُ: مَنۡ حَدَّثَكَ هٰذَا يَا أَبَا عَمۡرٍو؟ قَالَ: ابۡنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا.

[الحديث ١٣٣٦ - أطرافه في: ٨٥٧، ١٢٤٧، ١٣١٩، ١٣٢١، ١٣٢٢، ١٣٢٦، ١٣٣٦، ١٣٤٠].

1336. Hajjaj bin Minhal telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sulaiman Asy-Syaibani menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Aku mendengar Asy-Sya’bi. Beliau berkata: Orang yang melewati sebuah kuburan yang terpencil bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengabarkan kepadaku, lalu Nabi salat mengimami mereka dan mereka salat di belakang beliau.

Aku bertanya, “Siapa yang menceritakan ini kepadamu, wahai Abu ‘Amr?”

Beliau menjawab, “Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1326

٥٩ - بَابُ صَلَاةِ الصِّبۡيَانِ مَعَ النَّاسِ عَلَى الۡجَنَائِزِ
59. Bab salat jenazahnya anak-anak bersama orang-orang


١٣٢٦ - حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ أَبِي بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا زَائِدَةُ: حَدَّثَنَا أَبُو إِسۡحَاقَ الشَّيۡبَانِيُّ، عَنۡ عَامِرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: أَتَى رَسُولُ اللهِ ﷺ قَبۡرًا، فَقَالُوا: هٰذَا دُفِنَ، أَوۡ دُفِنَتِ الۡبَارِحَةَ. قَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: فَصَفَّنَا خَلۡفَهُ ثُمَّ صَلَّى عَلَيۡهَا.

[الحديث ١٣٢٦ - أطرافه في: ٨٥٧، ١٢٤٧، ١٣١٩، ١٣٢١، ١٣٢٢، ١٣٢٦، ١٣٣٦، ١٣٤٠].

1326. Ya’qub bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Abu Bukair menceritakan kepada kami: Za`idah menceritakan kepada kami: Abu Ishaq Asy-Syaibani menceritakan kepada kami dari ‘Amir, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendatangi sebuah kuburan. Para sahabat berkata, “Ini dikuburkan tadi malam.”

Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan: Rasulullah membariskan kami di belakang beliau kemudian beliau salat di atasnya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1322

٥٦ - بَابُ سُنَّةِ الصَّلَاةِ عَلَى الۡجَنَائِزِ
56. Bab sunahnya menyalati jenazah


وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (مَنۡ صَلَّى عَلَى الۡجَنَازَةِ). وَقَالَ: (صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمۡ). وَقَالَ: (صَلُّوا عَلَى النَّجَاشِيِّ).

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Barang siapa menyalati jenazah…”

Beliau juga bersabda, “Salatilah jenazah sahabat kalian!”

Beliau juga bersabda, “Salatilah An-Najasyi!”

سَمَّاهَا صَلَاةً، لَيۡسَ فِيهَا رُكُوعٌ وَلَا سُجُودٌ، وَلَا يُتَكَلَّمُ فِيهَا، وَفِيهَا تَكۡبِيرٌ وَتَسۡلِيمٌ. وَكَانَ ابۡنُ عُمَرَ لَا يُصَلِّي إِلَّا طَاهِرًا، وَلَا يُصَلِّي عِنۡدَ طُلُوعِ الشَّمۡسِ وَلَا غُرُوبِهَا، وَيَرۡفَعُ يَدَيۡهِ.

Beliau menamakannya salat meskipun tidak ada rukuk dan sujudnya. Dalam salat ini juga tidak diperbolehkan bercakap-cakap. Ada takbir dan taslim dalam salat ini.

Ibnu ‘Umar tidak melakukan salat ini kecuali dalam keadaan suci dan beliau tidak melakukan salat ini ketika matahari sedang terbit atau tenggelam. Beliau mengangkat kedua tangannya (dalam setiap takbir).

وَقَالَ الۡحَسَنُ: أَدۡرَكۡتُ النَّاسَ، وَأَحَقُّهُمۡ عَلَى جَنَائِزِهِمۡ مَنۡ رَضُوهُمۡ لِفَرَائِضِهِمۡ، وَإِذَا أَحۡدَثَ يَوۡمَ الۡعِيدِ أَوۡ عِنۡدَ الۡجَنَازَةِ يَطۡلُبُ الۡمَاءَ وَلَا يَتَيَمَّمُ، وَإِذَا انۡتَهَى إِلَى الۡجَنَازَةِ وَهُمۡ يُصَلُّونَ يَدۡخُلُ مَعَهُمۡ بِتَكۡبِيرَةٍ.

Al-Hasan berkata: Aku mendapati orang-orang (dari kalangan sahabat dan tabiin). Orang yang paling berhak di antara mereka untuk memimpin salat jenazah mereka adalah orang yang mereka ridai menjadi imam pada salat-salat fardu. Apabila dia berhadas pada hari raya atau ketika menyalati jenazah, dia harus mencari air dan tidak boleh hanya tayamum. Apabila seseorang mendapati salat jenazah dalam keadaan orang-orang sedang salat, dia langsung masuk bersama mereka dengan bertakbir.

وَقَالَ ابۡنُ الۡمُسَيَّبِ: يُكَبِّرُ بِاللَّيۡلِ وَالنَّهَارِ، وَالسَّفَرِ وَالۡحَضَرِ، أَرۡبَعًا.

Ibnu Al-Musayyab berkata: Bertakbir (di salat jenazah) baik di malam hari maupun siang hari, baik safar atau mukim, sebanyak empat kali.

وَقَالَ أَنَسٌ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: تَكۡبِيرَةُ الۡوَاحِدَةِ اسۡتِفۡتَاحُ الصَّلَاةِ.

Anas—radhiyallahu ‘anhu—berkata: Takbir pertama adalah pembukaan salat.

وَقَالَ: ﴿وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنۡهُمۡ مَاتَ أَبَدًا﴾ [التوبة: ٨٤].

Allah berfirman, “Janganlah engkau menyalati salah satu dari mereka selama-lamanya.” (QS. At-Taubah: 84).

وَفِيهِ صُفُوفٌ وَإِمَامٌ.

Dalam salat jenazah ada saf-saf dan seorang imam.

١٣٢٢ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الشَّيۡبَانِيِّ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مَنۡ مَرَّ مَعَ نَبِيِّكُمۡ ﷺ عَلَى قَبۡرٍ مَنۡبُوذٍ، فَأَمَّنَا فَصَفَفۡنَا خَلۡفَهُ. فَقُلۡنَا: يَا أَبَا عَمۡرٍو، مَنۡ حَدَّثَكَ؟ قَالَ: ابۡنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا.

1322. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Asy-Syaibani, dari Asy-Sya’bi. Beliau berkata: Orang yang menyertai Nabi kalian—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melewati sebuah kuburan yang terpencil mengabarkan kepadaku, lalu Nabi salat mengimami kami dan kami membuat saf di belakang beliau.

Kami bertanya, “Wahai Abu ‘Amr, siapa yang menceritakan kepadamu?”

Beliau menjawab, “Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1321

٥٥ - بَابُ صُفُوفِ الصِّبۡيَانِ مَعَ الرِّجَالِ عَلَى الۡجَنَائِزِ
55. Bab saf anak-anak bersama para pria dalam salat jenazah


١٣٢١ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَاحِدِ: حَدَّثَنَا الشَّيۡبَانِيُّ، عَنۡ عَامِرٍ عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ مَرَّ بِقَبۡرٍ قَدۡ دُفِنَ لَيۡلًا، فَقَالَ: (مَتَى دُفِنَ هٰذَا؟) قَالُوا: الۡبَارِحَةَ. قَالَ: (أَفَلَا آذَنۡتُمُونِي؟). قَالُوا: دَفَنَّاهُ فِي ظُلۡمَةِ اللَّيۡلِ، فَكَرِهۡنَا أَنۡ نُوقِظَكَ. فَقَامَ فَصَفَفۡنَا خَلۡفَهُ، قَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: وَأَنَا فِيهِمۡ فَصَلَّى عَلَيۡهِ. [طرفه في: ٨٥٧].

1321. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahid menceritakan kepada kami: Asy-Syaibani menceritakan kepada kami dari ‘Amir, dari Ibnu ‘Abbas—shallallahu ‘alaihi wa sallam—:

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melewati sebuah kuburan yang dikubur di malam hari, lantas beliau bertanya, “Kapan ini dikubur?”

Para sahabat menjawab, “Tadi malam.”

Nabi bertanya, “Mengapa kalian tidak memberitahuku?”

Para sahabat menjawab, “Kami menguburkannya di gelapnya malam. Kami tidak suka untuk membangunkan engkau.”

Lantas Nabi berdiri, lalu kami membuat saf di belakang beliau.

Ibnu ‘Abbas berkata: Aku masuk dalam barisan mereka, lalu Nabi salat di atas kuburan itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1319

١٣١٩ - حَدَّثَنَا مُسۡلِمٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: حَدَّثَنَا الشَّيۡبَانِيُّ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مَنۡ شَهِدَ النَّبِيَّ ﷺ: أَتَى عَلَى قَبۡرٍ مَنۡبُوذٍ، فَصَفَّهُمۡ، وَكَبَّرَ أَرۡبَعًا. قُلۡتُ: مَنۡ حَدَّثَكَ؟ قَالَ: ابۡنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا. [طرفه في: ٨٥٧].

1319. Muslim telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami: Asy-Syaibani menceritakan kepada kami dari Asy-Sya’bi. Beliau berkata: Orang yang telah menyaksikan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengabarkan kepadaku bahwa beliau mendatangi suatu kuburan yang terpencil, lalu beliau membariskan para sahabat dan bertakbir sebanyak empat kali.

Aku (Asy-Syaibani) bertanya (kepada Asy-Sya’bi), “Siapa yang menceritakan kepadamu?”

Beliau menjawab, “Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1247

٥ - بَابُ الۡإِذۡنِ بِالۡجَنَازَةِ
5. Bab pemberitahuan selesainya pengurusan jenazah


وَقَالَ أَبُو رَافِعٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (أَلاَ آذَنۡتُمُونِي؟).

Abu Rafi’ berkata, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bertanya, “Mengapa kalian tidak memberitahuku?”

١٢٤٧ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ: أَخۡبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ الشَّيۡبَانِيِّ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: مَاتَ إِنۡسَانٌ، كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَعُودُهُ، فَمَاتَ بِاللَّيۡلِ، فَدَفَنُوهُ لَيۡلًا، فَلَمَّا أَصۡبَحَ أَخۡبَرُوهُ، فَقَالَ: (مَا مَنَعَكُمۡ أَنۡ تُعۡلِمُونِي؟) قَالُوا: كَانَ اللَّيۡلُ، فَكَرِهۡنَا - وَكَانَتۡ ظُلۡمَةٌ - أَنۡ نَشُقَّ عَلَيۡكَ، فَأَتَى قَبۡرَهُ فَصَلَّى عَلَيۡهِ. [طرفه في: ٨٥٧].

1247. Muhammad telah menceritakan kepada kami: Abu Mu’awiyah mengabarkan kepada kami dari Abu Ishaq Asy-Syaibani, dari Asy-Sya’bi, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan:

Seseorang telah meninggal yang tadinya Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—biasa menjenguknya. Dia meninggal di malam hari. Kaum muslimin menguburkannya di malam hari. Keesokan harinya, mereka mengabari beliau. Nabi bertanya, “Apa yang menghalangi kalian tidak memberitahuku?”

Mereka menjawab, “Dia meninggal di malam hari, jadi kami tidak suka—malam ketika itu amat gelap—untuk memberatkanmu.”

Nabi mendatangi kuburannya lalu salat di atasnya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5451

٥٠ - بَابُ مَا يُكۡرَهُ مِنَ الثُّومِ وَالۡبُقُولِ
50. Bab bawang putih dan sayur-mayur yang tidak disukai


فِيهِ عَنِ ابۡنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Dalam bab ini ada riwayat dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

٥٤٥١ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ، عَنۡ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ قَالَ: قِيلَ لِأَنَسٍ: مَا سَمِعۡتَ النَّبِيَّ ﷺ فِي الثُّومِ؟ فَقَالَ: (مَنۡ أَكَلَ فَلَا يَقۡرَبَنَّ مَسۡجِدَنَا). [طرفه في: ٨٥٦].

5451. Musaddad telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami dari ‘Abdul ‘Aziz. Beliau berkata: Ada yang bertanya kepada Anas, “Apa yang engkau dengar dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tentang bawang putih?”

Beliau berkata, “Siapa saja yang memakannya, jangan sampai mendekati masjid kami.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7359

٧٣٥٩ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ صَالِحٍ: حَدَّثَنَا ابۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ: أَخۡبَرَنِي عَطَاءُ بۡنُ أَبِي رَبَاحٍ، عَنۡ جَابِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (مَنۡ أَكَلَ ثُومًا أَوۡ بَصَلًا فَلۡيَعۡتَزِلۡنَا، أَوۡ لِيَعۡتَزِلۡ مَسۡجِدَنَا، وَلۡيَقۡعُدۡ فِي بَيۡتِهِ). وَإِنَّهُ أُتِيَ بِبَدۡرٍ، قَالَ ابۡنُ وَهۡبٍ: يَعۡنِي طَبَقًا، فِيهِ خَضِرَاتٌ مِنۡ بُقُولٍ، فَوَجَدَ لَهَا رِيحًا، فَسَأَلَ عَنۡهَا فَأُخۡبِرَ بِمَا فِيهَا مِنَ الۡبُقُولِ، فَقَالَ: (قَرِّبُوهَا). فَقَرَّبُوهَا إِلَى بَعۡضِ أَصۡحَابِهِ كَانَ مَعَهُ، فَلَمَّا رَآهُ كَرِهَ أَكۡلَهَا قَالَ: (كُلۡ فَإِنِّي أُنَاجِي مَنۡ لَا تُنَاجِي). وَقَالَ ابۡنُ عُفَيۡرٍ، عَنِ ابۡنِ وَهۡبٍ: بِقِدۡرٍ فِيهِ خَضِرَاتٌ، وَلَمۡ يَذۡكُرِ اللَّيۡثُ وَأَبُو صَفۡوَانَ، عَنۡ يُونُسَ، قِصَّةَ الۡقِدۡرِ، فَلَا أَدۡرِي هُوَ مِنۡ قَوۡلِ الزُّهۡرِيِّ أَوۡ فِي الۡحَدِيثِ. [طرفه في: ٨٥٤].

7359. Ahmad bin Shalih telah menceritakan kepada kami: Ibnu Wahb menceritakan kepada kami: Yunus mengabarkan kepadaku dari Ibnu Syihab: ‘Atha bin Abu Rabah mengabarkan kepadaku dari Jabir bin ‘Abdullah. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang telah memakan bawang putih atau bawang bombai, menjauhlah dari kami, atau menjauhlah dari masjid kami, dan duduklah di rumahnya.”

Juga bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah disuguhi sebuah badr. Ibnu Wahb berkata: Badr artinya pinggan/piring. Yang berisi sayur-mayur, lalu beliau mencium aromanya. Beliau bertanya, lalu beliau diberi tahu komposisi sayur-mayurnya. Beliau bersabda, “Dekatkan periuk itu!”

Mereka mendekatkannya kepada sebagian sahabat yang bersama beliau. Ketika beliau melihat sebagian sahabatnya tidak suka memakannya, beliau bersabda, “Makanlah! (Aku tidak makan) karena aku berbincang dengan (malaikat) yang engkau tidak berbincang dengannya.”

Ibnu ‘Ufair berkata, dari Ibnu Wahb: sebuah baki berisi sayur-sayuran.

Al-Laits dan Abu Shafwan tidak menyebutkan dari Yunus, kisah periuk itu. Aku tidak tahu apakah kisah itu dari ucapan Az-Zuhri atau masuk dalam hadis tersebut.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5452

٥٤٥٢ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا أَبُو صَفۡوَانَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ سَعِيدٍ: أَخۡبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: حَدَّثَنِي عَطَاءٌ: أَنَّ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: زَعَمَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ أَكَلَ ثُومًا أَوۡ بَصَلًا فَلۡيَعۡتَزِلۡنَا، أَوۡ لِيَعۡتَزِلۡ مَسۡجِدَنَا). [طرفه في: ٨٥٤].

5452. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Abu Shafwan ‘Abdullah bin Sa’id menceritakan kepada kami: Yunus mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: ‘Atha` menceritakan kepadaku bahwa Jabir bin ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhuma—menyatakan dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Siapa saja yang memakan bawang putih atau bawang bombai, menjauhlah dari masjid kami.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5521 dan 5522

٢٨ - بَابُ لُحُومِ الۡحُمُرِ الۡإِنۡسِيَّةِ
28. Bab daging keledai


فِيهِ: عَنۡ سَلَمَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Dalam bab ini ada riwayat dari Salamah dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

٥٥٢١ - حَدَّثَنَا صَدَقَةُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدَةُ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ سَالِمٍ وَنَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: نَهَى النَّبِيُّ ﷺ عَنۡ لُحُومِ الۡحُمُرِ الۡأَهۡلِيَّةِ يَوۡمَ خَيۡبَرَ. [طرفه في: ٨٥٣].

5521. Shadaqah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdah mengabarkan kepada kami dari ‘Ubaidullah, dari Salim dan Nafi’, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang (memakan) daging keledai di hari Khaibar.

٥٥٢٢ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ: حَدَّثَنِي نَافِعٌ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ﷺ عَنۡ لُحُومِ الۡحُمُرِ الۡأَهۡلِيَّةِ. تَابَعَهُ ابۡنُ الۡمُبَارَكِ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ. وَقَالَ أَبُو أُسَامَةَ: عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ سَالِمٍ. [طرفه في: ٨٥٣].

5522. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah: Nafi’ menceritakan kepadaku dari ‘Abdullah. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang (memakan) daging keledai.

Ibnu Al-Mubarak mengiringi Yahya dari ‘Ubaidullah, dari Nafi’.

Abu Usamah berkata: Dari ‘Ubaidullah, dari Salim.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4217 dan 4218

٤٢١٧ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ مُقَاتِلٍ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ نَهَى يَوۡمَ خَيۡبَرَ عَنۡ لُحُومِ الۡحُمُرِ الۡأَهۡلِيَّةِ. [طرفه في: ٨٥٣].

4217. Muhammad bin Muqatil telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: ‘Ubaidullah bin ‘Umar menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar: Bahwa pada hari Khaibar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang (memakan) daging keledai.

٤٢١٨ - حَدَّثَنِي إِسۡحَاقُ بۡنُ نَصۡرٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عُبَيۡدٍ: حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ وَسَالِمٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ﷺ عَنۡ أَكۡلِ لُحُومِ الۡحُمُرِ الۡأَهۡلِيَّةِ. [طرفه في: ٨٥٣].

4218. Ishaq bin Nashr telah menceritakan kepadaku: Muhammad bin ‘Ubaid menceritakan kepada kami: ‘Ubaidullah menceritakan kepada kami dari Nafi’ dan Salim, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang memakan daging keledai.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4215

٤٢١٥ - حَدَّثَنِي عُبَيۡدُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ، عَنۡ أَبِي أُسَامَةَ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ وَسَالِمٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ نَهَى يَوۡمَ خَيۡبَرَ عَنۡ أَكۡلِ الثَّوۡمِ، وَعَنۡ لُحُومِ الۡحُمُرِ الۡأَهۡلِيَّةِ. نَهَى عَنۡ أَكۡلِ الثَّوۡمِ: هُوَ عَنۡ نَافِعٍ وَحۡدَهُ. وَلُحُومُ الۡحُمُرِ الۡأَهۡلِيَّةِ: عَنۡ سَالِمٍ. [طرفه في: ٨٥٣].

4215. ‘Ubaid bin Isma’il telah menceritakan kepadaku dari Abu Usamah, dari ‘Ubaidullah, dari Nafi’ dan Salim, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—: Bahwa di hari Khaibar, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang makan bawang putih dan daging himar/keledai.

Beliau melarang makan bawang putih adalah riwayat dari Nafi’ saja.

Dan daging himar adalah riwayat dari Salim.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6275

٣٦ - بَابُ مَنۡ أَسۡرَعَ فِي مَشۡيِهِ لِحَاجَةٍ أَوۡ قَصۡدٍ
36. Bab barang siapa bergegas dalam berjalan karena suatu hajat atau maksud


٦٢٧٥ - حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنۡ عُمَرَ بۡنِ سَعِيدٍ، عَنِ ابۡنِ أَبِي مُلَيۡكَةَ: أَنَّ عُقۡبَةَ بۡنَ الۡحَارِثِ حَدَّثَهُ قَالَ: صَلَّى النَّبِيُّ ﷺ الۡعَصۡرَ فَأَسۡرَعَ، ثُمَّ دَخَلَ الۡبَيۡتَ. [طرفه في: ٨٥١].

6275. Abu ‘Ashim telah menceritakan kepada kami dari ‘Umar bin Sa’id, dari Ibnu Abu Mulaikah: Bahwa ‘Uqbah bin Al-Harits menceritakan kepadanya. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat Asar. Selesai salat, beliau bergegas berjalan lalu masuk ke rumah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1430

٢١ - بَابُ مَنۡ أَحَبَّ تَعۡجِيلَ الصَّدَقَةِ مِنۡ يَوۡمِهَا
21. Bab barang siapa suka untuk menyegerakan sedekah di hari harta itu diperoleh


١٤٣٠ - حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنۡ عُمَرَ بۡنِ سَعِيدٍ، عَنِ ابۡنِ أَبِي مُلَيۡكَةَ: أَنَّ عُقۡبَةَ بۡنَ الۡحَارِثِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ حَدَّثَهُ قَالَ: صَلَّى بِنَا النَّبِيُّ ﷺ الۡعَصۡرَ، فَأَسۡرَعَ ثُمَّ دَخَلَ الۡبَيۡتَ، فَلَمۡ يَلۡبَثۡ أَنۡ خَرَجَ، فَقُلۡتُ، أَوۡ قِيلَ لَهُ، فَقَالَ: (كُنۡتُ خَلَّفۡتُ فِي الۡبَيۡتِ تِبۡرًا مِنَ الصَّدَقَةِ، فَكَرِهۡتُ أَنۡ أُبَيِّتَهُ، فَقَسَمۡتُهُ). [طرفه في: ٨٥١].

1430. Abu ‘Ashim telah menceritakan kepada kami dari ‘Umar bin Sa’id, dari Ibnu Abu Mulaikah: Bahwa ‘Uqbah bin Al-Harits—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepadanya. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat Asar bersama kami. Lalu beliau bergegas masuk ke rumah. Tidak lama setelah beliau keluar, aku bertanya atau ada yang bertanya kepada beliau (tentang perbuatan beliau tersebut). Beliau bersabda, “Tadi aku meninggalkan bijih emas dari harta sedekah. Aku tidak suka untuk menginapkannya, sehingga aku telah membagikannya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1221

١٨ - بَابٌ يُفۡكِرُ الرَّجُلُ الشَّيۡءَ فِي الصَّلَاةِ
18. Bab seseorang memikirkan sesuatu ketika salat


وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: إِنِّي لَأُجَهِّزُ جَيۡشِي وَأَنَا فِي الصَّلَاةِ.

‘Umar—radhiyallahu ‘anhu—berkata, “Sungguh aku benar-benar (memikirkan) persiapan pasukanku ketika aku salat.”

١٢٢١ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ مَنۡصُورٍ: حَدَّثَنَا رَوۡحٌ: حَدَّثَنَا عُمَرُ، هُوَ ابۡنُ سَعِيدٍ، قَالَ: أَخۡبَرَنِي ابۡنُ أَبِي مُلَيۡكَةَ، عَنۡ عُقۡبَةَ بۡنِ الۡحَارِثِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: صَلَّيۡتُ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ الۡعَصۡرَ، فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ سَرِيعًا، دَخَلَ عَلَى بَعۡضِ نِسَائِهِ، ثُمَّ خَرَجَ، وَرَأَى مَا فِي وُجُوهِ الۡقَوۡمِ مِنۡ تَعَجُّبِهِمۡ لِسُرۡعَتِهِ، فَقَالَ: (ذَكَرۡتُ وَأَنَا فِي الصَّلَاةِ تِبۡرًا عِنۡدَنَا، فَكَرِهۡتُ أَنۡ يُمۡسِيَ، أَوۡ يَبِيتَ عِنۡدَنَا، فَأَمَرۡتُ بِقِسۡمَتِهِ). [طرفه في: ٨٥١].

1221. Ishaq bin Manshur telah menceritakan kepada kami: Rauh menceritakan kepada kami: ‘Umar bin Sa’id menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Abu Mulaikah mengabarkan kepadaku dari ‘Uqbah bin Al-Harits—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau berkata:

Aku salat Asar bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Ketika beliau telah salam, beliau bergegas berdiri. Beliau masuk ke tempat sebagian istrinya. Lalu beliau keluar. Beliau melihat di raut wajah orang-orang ada tanda keheranan mereka akan ketergesa-gesaan beliau, lantas beliau bersabda, “Aku teringat ketika salat masih ada bijih emas di tempat kami. Aku tidak suka bijih emas itu sore ini atau bahkan sampai bermalam di tempat kami, sehingga aku pun memerintahkan agar dibagi-bagikan.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 572

٢٦ - بَابُ وَقۡتِ الۡعِشَاءِ إِلَى نِصۡفِ اللَّيۡلِ
26. Bab waktu Isya hingga pertengahan malam


وَقَالَ أَبُو بَرۡزَةَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَسۡتَحِبُّ تَأۡخِيرَهَا.

Abu Barzah berkata: Dahulu, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyukai menundanya.

٥٧٢ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّحِيمِ الۡمُحَارِبِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، عَنۡ حُمَيۡدٍ الطَّوِيلِ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: أَخَّرَ النَّبِيُّ ﷺ صَلَاةَ الۡعِشَاءِ إِلَى نِصۡفِ اللَّيۡلِ، ثُمَّ صَلَّى، ثُمَّ قَالَ: (قَدۡ صَلَّى النَّاسُ وَنَامُوا، أَمَا إِنَّكُمۡ فِي صَلَاةٍ مَا انۡتَظَرۡتُمُوهَا). وَزَادَ ابۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ: أَخۡبَرَنَا يَحۡيَى بۡنُ أَيُّوبَ: حَدَّثَنِي حُمَيۡدٌ: سَمِعَ أَنَسًا: كَأَنِّي أَنۡظُرُ إِلَى وَبِيصِ خَاتَمِهِ لَيۡلَتَئِذٍ. [الحديث ٥٧٢ – أطرافه في: ٦٠٠، ٦٦١، ٨٤٧، ٥٨٦٩].

572. ‘Abdurrahim Al-Muharibi telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Za`idah menceritakan kepada kami dari Humaid Ath-Thawil, dari Anas. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menunda salat Isya sampai pertengahan malam kemudian beliau salat. Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya orang-orang (yang tidak hadir di masjid ini) telah salat dan tidur. Sesungguhnya kalian senantiasa (terhitung) dalam salat selama kalian menunggu-nunggunya.”

Ibnu Abu Maryam menambahkan: Yahya bin Ayyub mengabarkan kepada kami: Humaid menceritakan kepadaku: Beliau mendengar Anas (berkata): Sepertinya aku melihat kilau cincin beliau di malam itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7503

٧٥٠٣ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ صَالِحٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ خَالِدٍ قَالَ: مُطِرَ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: (قَالَ اللهُ: أَصۡبَحَ مِنۡ عِبَادِي كَافِرٌ بِي وَمُؤۡمِنٌ بِي). [طرفه في: ٨٤٦].

7503. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Shalih, dari ‘Ubaidullah, dari Zaid bin Khalid. Beliau mengatakan: Hujan turun di tempat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berada, lalu beliau bersabda, “Allah berkata: Subuh ini sebagian hamba-Ku ada yang kafir kepada-Ku dan ada yang beriman kepada-Ku.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4147

٣٧ - بَابُ غَزۡوَةِ الۡحُدَيۡبِيَةِ
37. Bab perang Hudaibiyah


وَقَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿لَقَدۡ رَضِيَ اللهُ عَنِ الۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ الشَّجَرَةِ﴾ الآية [الفتح: ١٨].

Dan firman Allah taala, “Allah sungguh telah meridai orang-orang yang beriman ketika mereka bersumpah setia kepadamu di bawah pohon...” (QS. Al-Fath: 18).

٤١٤٧ - حَدَّثَنَا خَالِدُ بۡنُ مَخۡلَدٍ: حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ بِلَالٍ قَالَ: حَدَّثَنِي صَالِحُ بۡنُ كَيۡسَانَ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ خَالِدٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: خَرَجۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ عَامَ الۡحُدَيۡبِيَةِ، فَأَصَابَنَا مَطَرٌ ذَاتَ لَيۡلَةٍ، فَصَلَّى لَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ الصُّبۡحَ، ثُمَّ أَقۡبَلَ عَلَيۡنَا فَقَالَ: (أَتَدۡرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمۡ؟). قُلۡنَا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعۡلَمُ، فَقَالَ: (قَالَ اللهُ: أَصۡبَحَ مِنۡ عِبَادِي مُؤۡمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِي، فَأَمَّا مَنۡ قَالَ: مُطِرۡنَا بِرَحۡمَةِ اللهِ وَبِرِزۡقِ اللهِ وَبِفَضۡلِ اللهِ، فَهُوَ مُؤۡمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالۡكَوۡكَبِ. وَأَمَّا مَنۡ قَالَ مُطِرۡنَا بِنَجۡمِ كَذَا، فَهۡوَ مُؤۡمِنٌ بِالۡكَوۡكَبِ كَافِرٌ بِي). [طرفه في: ٨٤٦].

4147. Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami: Sulaiman bin Bilal menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Shalih bin Kaisan menceritakan kepadaku dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah, dari Zaid bin Khalid—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau berkata:

Kami keluar berperang bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pada tahun Hudaibiyah. Di suatu malam, hujan turun di tempat kami. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—shalat subuh mengimami kami, kemudian beliau menghadap ke arah kami seraya bertanya, “Apakah kalian tahu apa yang Tuhan kalian telah firmankan?”

Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

Beliau bersabda, “Allah berkata: Subuh ini sebagian hamba-hambaKu ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir kepada-Ku. Adapun orang yang berkata: Hujan turun kepada kita karena rahmat Allah, rezeki Allah, dan karunia Allah, maka dia beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan turun kepada kita karena bintang ini, maka dia ini beriman kepada bintang dan kafir kepada-Ku.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1038

٢٧ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَتَجۡعَلُونَ رِزۡقَكُمۡ أَنَّكُمۡ تُكَذِّبُونَ﴾ [الواقعة: ٨٢]
27. Bab firman Allah taala, “Kalian mengungkapkan (rasa syukur terhadap) rezeki kalian dengan mendustakan (Allah)” (QS. Al-Waqi’ah: 82)


قَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: شُكۡرَكُمۡ.

Ibnu ‘Abbas mengatakan: syukur kalian.

١٠٣٨ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ صَالِحِ بۡنِ كَيۡسَانَ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُتۡبَةَ بۡنِ مَسۡعُودٍ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ خَالِدٍ الۡجُهَنِيِّ أَنَّهُ قَالَ: صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ صَلَاةَ الصُّبۡحِ بِالۡحُدَيۡبِيَةِ، عَلَى إِثۡرِ سَمَاءٍ كَانَتۡ مِنَ اللَّيۡلَةِ، فَلَمَّا انۡصَرَفَ النَّبِيُّ ﷺ أَقۡبَلَ عَلَى النَّاسِ، فَقَالَ: (هَلۡ تَدۡرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمۡ؟) قَالُوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعۡلَمُ، قَالَ: (أَصۡبَحَ مِنۡ عِبَادِي مُؤۡمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنۡ قَالَ مُطِرۡنَا بِفَضۡلِ اللهِ وَرَحۡمَتِهِ، فَذٰلِكَ مُؤۡمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالۡكَوۡكَبِ، وَأَمَّا مَنۡ قَالَ: بِنَوۡءِ كَذَا وَكَذَا، فَذٰلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤۡمِنٌ بِالۡكَوۡكَبِ). [طرفه في: ٨٤٦].

1038. Isma’il telah menceritakan kepada kami: Malik menceritakan kepadaku dari Shalih bin Kaisan, dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud, dari Zaid bin Khalid Al-Juhani. Bahwa beliau berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—shalat subuh mengimami kami di Hudaibiyah, di atas bekas hujan yang turun pada malam harinya. Ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah selesai, beliau menghadap manusia seraya bertanya, “Apakah kalian tahu apa yang Tuhan kalian telah firmankan?”

Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

Beliau bersabda, “Subuh ini sebagian hamba-hambaKu ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang yang berkata: Hujan turun kepada kita karena karunia dan rahmat Allah, maka orang ini beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang. Adapun orang yang berkata: (Hujan turun) karena bintang ini dan ini, maka orang ini kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7047

٤٨ - بَابُ تَعۡبِيرِ الرُّؤۡيَا بَعۡدَ صَلَاةِ الصُّبۡحِ
48. Bab takbir mimpi setelah salat Subuh


٧٠٤٧ - حَدَّثَنِي مُؤَمَّلُ بۡنُ هِشَامٍ أَبُو هِشَامٍ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا عَوۡفٌ: حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ: حَدَّثَنَا سَمُرَةُ بۡنُ جُنۡدَبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مِمَّا يُكۡثِرُ أَنۡ يَقُولَ لِأَصۡحَابِهِ: (هَلۡ رَأَى أَحَدٌ مِنۡكُمۡ مِنۡ رُؤۡيَا). قَالَ: فَيَقُصُّ عَلَيۡهِ مَنۡ شَاءَ اللهُ أَنۡ يَقُصَّ، وَإِنَّهُ قَالَ ذَاتَ غَدَاةٍ: (إِنَّهُ أَتَانِي اللَّيۡلَةَ آتِيَانِ، وَإِنَّهُمَا ابۡتَعَثَانِي، وَإِنَّهُمَا قَالَا لِي: انۡطَلِقۡ، وَإِنِّي انۡطَلَقۡتُ مَعَهُمَا، وَإِنَّا أَتَيۡنَا عَلَى رَجُلٍ مُضۡطَجِعٍ، وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيۡهِ بِصَخۡرَةٍ، وَإِذَا هُوَ يَهۡوِي بِالصَّخۡرَةِ لِرَأۡسِهِ فَيَثۡلَغُ رَأۡسَهُ، فَيَتَهَدۡهَدُ الۡحَجَرُ هَهُنَا، فَيَتۡبَعُ الۡحَجَرَ فَيَأۡخُذُهُ، فَلَا يَرۡجِعُ إِلَيۡهِ حَتَّى يَصِحَّ رَأۡسُهُ كَمَا كَانَ، ثُمَّ يَعُودُ عَلَيۡهِ فَيَفۡعَلُ بِهِ مِثۡلَ مَا فَعَلَ الۡمَرَّةَ الۡأُولَى، قَالَ: قُلۡتُ لَهُمَا: سُبۡحَانَ اللهِ مَا هَٰذَانِ؟ قَالَ: قَالَا لِي: انۡطَلِقۡ،

7047. Mu`ammal bin Hisyam Abu Hisyam telah menceritakan kepadaku: Isma’il bin Ibrahim menceritakan kepada kami: ‘Auf menceritakan kepada kami: Abu Raja` menceritakan kepada kami: Samurah bin Jundab—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami. Beliau mengatakan: Dahulu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sering bertanya kepada para sahabatnya, “Apakah salah seorang dari kalian ada yang bermimpi?”

Samurah berkata: Lalu, orang yang Allah kehendaki mengisahkan mimpinya kepada beliau. Suatu pagi beliau berkata: Tadi malam ada dua malaikat yang mendatangiku dan membangunkanku. Keduanya berkata kepadaku, “Ayo pergi.”

Aku pun pergi bersama mereka berdua. Kami mendatangi seorang yang berbaring dan ada seorang lagi yang berdiri di atasnya membawa batu besar. Dia menjatuhkan batu itu ke kepala orang yang berbaring hingga meremukkan kepalanya. Batu itu menggelinding ke sini. Orang yang berdiri tadi mengikuti batu itu dan mengambilnya. Tidaklah dia kembali ke tempat semula kecuali kepala orang yang berbaring tadi sudah pulih seperti sedia kala. Kemudian dia kembali ke tempat orang yang berbaring itu lalu melakukan semisal yang dia lakukan di awal kali.

Nabi berkata: Aku bertanya kepada dua malaikat yang membawaku, “Mahasuci Allah, siapa dua orang ini?”

Nabi berkata: Keduanya berkata kepadaku, “Ayo pergi.”

قَالَ: فَانۡطَلَقۡنَا، فَأَتَيۡنَا عَلَى رَجُلٍ مُسۡتَلۡقٍ لِقَفَاهُ، وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيۡهِ بِكَلُّوبٍ مِنۡ حَدِيدٍ، وَإِذَا هُوَ يَأۡتِي أَحَدَ شِقَّيۡ وَجۡهِهِ فَيُشَرۡشِرُ شِدۡقَهُ إِلَى قَفَاهُ، وَمَنۡخِرَهُ إِلَى قَفَاهُ، وَعَيۡنَهُ إِلَى قَفَاهُ – قَالَ: وَرُبَّمَا قَالَ أَبُو رَجَاءٍ: فَيَشُقُّ – قَالَ: ثُمَّ يَتَحَوَّلُ إِلَى الۡجَانِبِ الۡآخَرِ فَيَفۡعَلُ بِهِ مِثۡلَ مَا فَعَلَ بِالۡجَانِبِ الۡأَوَّلِ، فَمَا يَفۡرُغُ مِنۡ ذٰلِكَ الۡجَانِبِ حَتَّى يَصِحَّ ذٰلِكَ الۡجَانِبُ كَمَا كَانَ، ثُمَّ يَعُودُ عَلَيۡهِ فَيَفۡعَلُ مِثۡلَ مَا فَعَلَ الۡمَرَّةَ الۡأُولَى، قَالَ: قُلۡتُ: سُبۡحَانَ اللهِ مَا هَٰذَانِ؟ قَالَ: قَالَا لِي: انۡطَلِقۡ

Nabi berkata: Kami pergi. Kami mendatangi seorang yang berbaring pada tengkuknya. Di sana ada orang lain yang berdiri di atasnya dengan membawa pengait dari besi. Dia mendatangi salah satu sisi wajah orang yang berbaring lalu menyobek rahang sampai tengkuk, lubang hidung sampai tengkuk, dan mata sampai tengkuk.

Perawi berkata: Barangkali Abu Raja` berkata: fayasyuqqu (membelah).

Nabi berkata: Kemudian orang yang berdiri itu berpindah ke sisi yang lain. Dia memperlakukannya semisal perbuatannya terhadap sisi yang pertama. Tidaklah dia selesai dari sisi itu kecuali sisi (yang sebelumnya) pulih seperti sedia kala. Kemudian orang yang berdiri itu kembali kepada orang yang berbaring. Dia melakukan semisal apa yang dilakukannya di awal kali.

Nabi berkata: Aku bertanya, “Mahasuci Allah, siapa dua orang ini?”

Nabi berkata: Dua malaikat yang membawaku berkata kepadaku, “Ayo pergi.”

فَانۡطَلَقۡنَا، فَأَتَيۡنَا عَلَى مِثۡلِ التَّنُّورِ – قَالَ: فَأَحۡسِبُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ - فَإِذَا فِيهِ لَغَطٌ وَأَصۡوَاتٌ، قَالَ: فَاطَّلَعۡنَا فِيهِ، فَإِذَا فِيهِ رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ، وَإِذَا هُمۡ يَأۡتِيهِمۡ لَهَبٌ مِنۡ أَسۡفَلَ مِنۡهُمۡ، فَإِذَا أَتَاهُمۡ ذٰلِكَ اللَّهَبُ ضَوۡضَوۡا، قَالَ: قُلۡتُ لَهُمَا: مَا هَٰؤُلَاءِ؟ قَالَ: قَالَا لِي: انۡطَلِقِ انۡطَلِقۡ،

Kami pun pergi. Kami mendatangi sesuatu yang mirip tanur.

Perawi berkata: Aku mengira dia dahulu berkata: Di dalam tanur itu ada kegaduhan dan suara.

Nabi berkata: Kami melongok ke dalamnya. Ternyata di dalamnya ada banyak pria dan wanita yang telanjang. Apabila jilatan api mendatangi mereka dari arah bawah, mereka menjerit.

Nabi berkata: Aku bertanya kepada dua malaikat yang membawaku, “Siapa mereka ini?”

Nabi berkata: Keduanya berkata kepadaku, “Ayo pergi. Ayo pergi.”

قَالَ: فَانۡطَلَقۡنَا فَأَتَيۡنَا عَلَى نَهَرٍ - حَسِبۡتُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ - أَحۡمَرَ مِثۡلِ الدَّمِ، وَإِذَا فِي النَّهَرِ رَجُلٌ سَابِحٌ يَسۡبَحُ، وَإِذَا عَلَى شَطِّ النَّهَرِ رَجُلٌ قَدۡ جَمَعَ عِنۡدَهُ حِجَارَةً كَثِيرَةً، وَإِذَا ذٰلِكَ السَّابِحُ يَسۡبَحُ مَا يَسۡبَحُ، ثُمَّ يَأۡتِي ذٰلِكَ الَّذِي قَدۡ جَمَعَ عِنۡدَهُ الۡحِجَارَةَ، فَيَفۡغَرُ لَهُ فَاهُ فَيُلۡقِمُهُ حَجَرًا فَيَنۡطَلِقُ يَسۡبَحُ، ثُمَّ يَرۡجِعُ إِلَيۡهِ كُلَّمَا رَجَعَ إِلَيۡهِ فَغَرَ لَهُ فَاهُ فَأَلۡقَمَهُ حَجَرًا، قَالَ: قُلۡتُ لَهُمَا: مَا هَٰذَانِ؟ قَالَ: قَالَا لِي: انۡطَلِقِ انۡطَلِقۡ،

Nabi berkata: Kami pergi lalu mendatangi suatu sungai—aku (perawi mengira bahwa dahulu dia berkata)—berwarna merah seperti darah. Di dalam sungai itu ada seseorang yang berenang. Di pinggir sungai ada seseorang yang telah mengumpulkan banyak batu di dekatnya. Apabila orang tadi berenang lalu mendekati orang yang telah mengumpulkan batu di dekatnya, orang yang berenang membuka mulutnya lalu orang yang di pinggir sungai memasukkan batu ke mulutnya. Orang itu pergi berenang menjauh. Kemudian orang itu kembali mendekat kepada orang yang berada di pinggir sungai. Setiap kali dia kembali kepadanya, dia membuka mulutnya lalu orang yang di pinggir sungai memasukkan batu ke dalam mulutnya.

Nabi berkata: Aku bertanya kepada dua malaikat yang membawaku, “Siapa dua orang ini?”

Nabi berkata: Keduanya berkata kepadaku, “Ayo pergi. Ayo pergi.”

قَالَ: فَانۡطَلَقۡنَا، فَأَتَيۡنَا عَلَى رَجُلٍ كَرِيهِ الۡمَرۡآةِ، كَأَكۡرَهِ مَا أَنۡتَ رَاءٍ رَجُلَا مَرۡآةً، وَإِذَا عِنۡدَهُ نَارٌ يَحُشُّهَا وَيَسۡعَى حَوۡلَهَا، قَالَ: قُلۡتُ لَهُمَا: مَا هَٰذَا؟ قَالَ: قَالَا لِي: انۡطَلِقِ انۡطَلِقۡ،

Nabi berkata: Kami pun pergi lalu kami mendatangi seorang yang penampilannya menjijikkan seperti orang berpenampilan paling menjijikkan yang engkau lihat. Di dekatnya ada api yang dia nyalakan dan dia jaga sekelilingnya.

Nabi berkata: Aku bertanya kepada dua malaikat yang membawaku, “Siapa ini?”

Nabi berkata: Keduanya berkata kepadaku, “Ayo pergi. Ayo pergi.”

فَانۡطَلَقۡنَا، فَأَتَيۡنَا عَلَى رَوۡضَةٍ مُعۡتَمَّةٍ، فِيهَا مِنۡ كُلِّ نَوۡرِ الرَّبِيعِ، وَإِذَا بَيۡنَ ظَهۡرَيِ الرَّوۡضَةِ رَجُلٌ طَوِيلٌ، لَا أَكَادُ أَرَى رَأۡسَهُ طُولًا فِي السَّمَاءِ، وَإِذَا حَوۡلَ الرَّجُلِ مِنۡ أَكۡثَرِ وِلۡدَانٍ رَأَيۡتُهُمۡ قَطُّ، قَالَ: قُلۡتُ لَهُمَا: مَا هَٰذَا مَا هَٰؤُلَاءِ؟ قَالَ: قَالَا لِي: انۡطَلِقِ انۡطَلِقۡ،‏

Kami pun pergi. Kami mendatangi suatu taman yang rindang. Di dalamnya ada seluruh macam bunga musim semi. Ternyata di tengah-tengah taman itu ada seorang pria yang tinggi. Aku hampir tidak bisa melihat kepalanya saking tinggi sampai di langit. Di sekitar pria itu ada banyak sekali anak-anak yang belum pernah aku lihat sebanyak mereka.

Nabi berkata: Aku bertanya kepada dua malaikat yang membawaku, “Siapa pria ini dan siapa mereka ini?”

Nabi berkata: Keduanya berkata kepadaku, “Ayo pergi. Ayo pergi.”

قَالَ: فَانۡطَلَقۡنَا فَانۡتَهَيۡنَا إِلَى رَوۡضَةٍ عَظِيمَةٍ، لَمۡ أَرَ رَوۡضَةً قَطُّ أَعۡظَمَ مِنۡهَا وَلَا أَحۡسَنَ، قَالَ: قَالَا لِي: ارۡقَ فِيهَا، قَالَ: فَارۡتَقَيۡنَا فِيهَا، فَانۡتَهَيۡنَا إِلَى مَدِينَةٍ مَبۡنِيَّةٍ بِلَبِنِ ذَهَبٍ وَلَبِنِ فِضَّةٍ، فَأَتَيۡنَا بَابَ الۡمَدِينَةِ فَاسۡتَفۡتَحۡنَا فَفُتِحَ لَنَا فَدَخَلۡنَاهَا، فَتَلَقَّانَا فِيهَا رِجَالٌ شَطۡرٌ مِنۡ خَلۡقِهِمۡ كَأَحۡسَنِ مَا أَنۡتَ رَاءٍ، وَشَطۡرٌ كَأَقۡبَحِ مَا أَنۡتَ رَاءٍ، قَالَ: قَالَا لَهُمُ: اذۡهَبُوا فَقَعُوا فِي ذٰلِكَ النَّهَرِ، قَالَ: وَإِذَا نَهَرٌ مُعۡتَرِضٌ يَجۡرِي كَأَنَّ مَاءَهُ الۡمَحۡضُ فِي الۡبَيَاضِ، فَذَهَبُوا فَوَقَعُوا فِيهِ، ثُمَّ رَجَعُوا إِلَيۡنَا قَدۡ ذَهَبَ ذٰلِكَ السُّوءُ عَنۡهُمۡ، فَصَارُوا فِي أَحۡسَنِ صُورَةٍ، قَالَ: قَالَا لِي: هَٰذِهِ جَنَّةُ عَدۡنٍ وَهَٰذَاكَ مَنۡزِلُكَ، قَالَ: فَسَمَا بَصَرِي صُعُدًا، فَإِذَا قَصۡرٌ مِثۡلُ الرَّبَابَةِ الۡبَيۡضَاءِ، قَالَ: قَالَا: هَٰذَاكَ مَنۡزِلُكَ، قَالَ: قُلۡتُ لَهُمَا: بَارَكَ اللهُ فِيكُمَا ذَرَانِي فَأَدۡخُلَهُ، قَالَا: أَمَّا الۡآنَ فَلَا، وَأَنۡتَ دَاخِلُهُ،

Nabi berkata: Kami melanjutkan perjalanan hingga sampai ke suatu taman yang sangat besar. Aku belum pernah melihat taman yang lebih besar dan lebih indah daripada itu.

Nabi berkata: Dua malaikat yang membawaku berkata kepadaku: Naiklah ke sana!

Nabi berkata: Kami pun naik memasukinya. Kami berhenti di suatu kota yang dibangun menggunakan bata dari emas dan bata dari perak. Kami mendatangi gerbang kota itu. Kami minta izin untuk dibukakan lalu gerbang tersebut dibukakan untuk kami sehingga kami bisa memasukinya. Di dalam kota itu, kami menjumpai orang-orang yang separuh tubuh mereka seperti tubuh terindah yang kalian pernah lihat. Separuhnya lagi seperti tubuh terjelek yang pernah kalian lihat.

Nabi berkata: Dua malaikat yang membawaku berkata kepada mereka, “Pergilah kalian dan menceburlah ke dalam sungai itu!”

Nabi berkata: Di sana ada suatu sungai yang panjang yang airnya mengalir. Airnya putih bersih. Mereka pergi lalu mencebur ke dalamnya. Kemudian mereka kembali kepada kami dalam keadaan bagian tubuh yang buruk telah hilang dari mereka, hingga mereka berada dalam bentuk yang paling indah.

Nabi berkata: Dua malaikat yang membawaku berkata kepadaku, “Ini adalah janah ‘Adn dan di sana tempatmu.”

Nabi berkata: Aku mengangkat pandanganku. Ternyata di sana ada suatu istana seperti awan putih. Nabi berkata: Dua malaikat yang membawaku berkata: Di sanalah tempatmu.

Nabi berkata: Aku berkata kepada keduanya, “Semoga Allah memberkahi kalian berdua. Biarkan aku memasukinya.” Keduanya berkata, “Sekarang belum waktunya, namun engkau pasti akan memasukinya.”

قَالَ: قُلۡتُ لَهُمَا: فَإِنِّي قَدۡ رَأَيۡتُ مُنۡذُ اللَّيۡلَةِ عَجَبًا، فَمَا هَٰذَا الَّذِي رَأَيۡتُ؟ قَالَ: قَالَا لِي: أَمَا إِنَّا سَنُخۡبِرُكَ، أَمَّا الرَّجُلُ الۡأَوَّلُ الَّذِي أَتَيۡتَ عَلَيۡهِ يُثۡلَغُ رَأۡسُهُ بِالۡحَجَرِ، فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَأۡخُذُ الۡقُرۡآنَ فَيَرۡفُضُهُ وَيَنَامُ عَنِ الصَّلَاةِ الۡمَكۡتُوبَةِ، وَأَمَّا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيۡتَ عَلَيۡهِ، يُشَرۡشَرُ شِدۡقُهُ إِلَى قَفَاهُ، وَمَنۡخِرُهُ إِلَى قَفَاهُ، وَعَيۡنُهُ إِلَى قَفَاهُ، فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَغۡدُو مِنۡ بَيۡتِهِ، فَيَكۡذِبُ الۡكَذۡبَةَ تَبۡلُغُ الۡآفَاقَ، وَأَمَّا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ الۡعُرَاةُ الَّذِينَ فِي مِثۡلِ بِنَاءِ التَّنُّورِ، فَإِنَّهُمُ الزُّنَاةُ وَالزَّوَانِي، وَأَمَّا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيۡتَ عَلَيۡهِ يَسۡبَحُ فِي النَّهَرِ وَيُلۡقَمُ الۡحَجَرَ، فَإِنَّهُ آكِلُ الرِّبَا، وَأَمَّا الرَّجُلُ الۡكَرِيهُ الۡمَرۡآةِ، الَّذِي عِنۡدَ النَّارِ يَحُشُّهَا وَيَسۡعَى حَوۡلَهَا، فَإِنَّهُ مَالِكٌ خَازِنُ جَهَنَّمَ،

Nabi berkata: Aku berkata kepada keduanya, “Semalaman aku melihat hal-hal yang menakjubkan. Apa saja yang aku lihat itu?”

Nabi berkata: Dua malaikat itu berkata kepadaku, “Sekarang kami akan mengabarkannya kepadamu. Orang pertama yang engkau datangi yang kepalanya diremukkan dengan batu adalah orang yang menghafal Alquran namun dia malam meninggalkannya dan tidur tidak melaksanakan salat wajib. Orang yang engkau datangi yang rahangnya disobek sampai tengkuk, lubang hidungnya disobek sampai tengkuk, dan matanya disobek sampai tengkuk adalah orang yang keluar pagi-pagi dari rumahnya lalu membuat kedustaan yang menyebar ke berbagai penjuru dunia. Sedangkan para lelaki dan wanita telanjang yang berada di dalam bangunan semisal tanur adalah para pezina. Orang yang engkau lihat berenang di sungai dan dimasukkan batu ke mulutnya adalah pemakan riba. Orang yang berpenampilan buruk yang berada di dekat api yang dia nyalakan dan dia jaga di sekelilingnya adalah Malik malaikat penjaga neraka Jahannam.”

وَأَمَّا الرَّجُلُ الطَّوِيلُ الَّذِي فِي الرَّوۡضَةِ فَإِنَّهُ إِبۡرَاهِيمُ ﷺ، وَأَمَّا الۡوِلۡدَانُ الَّذِينَ حَوۡلَهُ فَكُلُّ مَوۡلُودٍ مَاتَ عَلَى الۡفِطۡرَةِ). قَالَ: فَقَالَ بَعۡضُ الۡمُسۡلِمِينَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَأَوۡلَادُ الۡمُشۡرِكِينَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (وَأَوۡلَادُ الۡمُشۡرِكِينَ، وَأَمَّا الۡقَوۡمُ الَّذِينَ كَانُوا شَطۡرٌ مِنۡهُمۡ حَسَنًا وَشَطَرٌ مِنۡهُمۡ قَبِيحًا، فَإِنَّهُمۡ قَوۡمٌ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا، تَجَاوَزَ اللهُ عَنۡهُمۡ). [طرفه في: ٨٤٥].

“Orang yang tubuhnya tinggi yang berada di taman adalah Nabi Ibrahim—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Anak-anak yang berada di sekelilingnya adalah setiap anak yang dilahirkan yang meninggal dalam keadaan fitrah.”

Perawi berkata: Sebagian kaum muslimin bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah anak-anak orang musyrik juga?”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Demikian pula anak-anak orang musyrik. Adapun orang-orang yang separuh tubuh mereka bagus dan separuh lagi jelek adalah orang-orang yang mencampurbaurkan amalan saleh dengan amalan lain yang jelek. Allah telah mengampuni mereka.”