Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2297

٤ - بَابُ جِوَارِ أَبِي بَكۡرٍ فِي عَهۡدِ النَّبِيِّ ﷺ وَعَقۡدِهِ
4. Bab jaminan keamanan untuk Abu Bakr di masa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan perjanjiannya


٢٢٩٧ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، قَالَ ابۡنُ شِهَابٍ: فَأَخۡبَرَنِي عُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَتۡ: لَمۡ أَعۡقِلۡ أَبَوَىَّ إِلَّا وَهُمَا يَدِينَانِ الدِّينَ. وَقَالَ أَبُو صَالِحٍ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ، عَنۡ يُونُسَ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ: أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ:

2297. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail. Ibnu Syihab berkata: ‘Urwah bin Az-Zubair mengabarkan kepadaku bahwa ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—, istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, berkata: Aku bisa mengenang kedua orang tuaku ketika keduanya sudah memeluk agama Islam. Abu Shalih berkata: ‘Abdullah menceritakan kepadaku dari Yunus, dari Az-Zuhri. Beliau berkata: ‘Urwah bin Az-Zubair mengabarkan kepadaku: Bahwa ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—mengatakan:

لَمۡ أَعۡقِلۡ أَبَوَىَّ قَطُّ إِلَّا وَهُمَا يَدِينَانِ الدِّينَ، وَلَمۡ يَمُرَّ عَلَيۡنَا يَوۡمٌ إِلَّا يَأۡتِينَا فِيهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ طَرَفَيِ النَّهَارِ: بُكۡرَةً وَعَشِيَّةً، فَلَمَّا ابۡتُلِيَ الۡمُسۡلِمُونَ، خَرَجَ أَبُو بَكۡرٍ مُهَاجِرًا قِبَلَ الۡحَبَشَةِ، حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَرۡكَ الۡغِمَادِ لَقِيَهُ ابۡنُ الدَّغِنَةِ، وَهُوَ سَيِّدُ الۡقَارَةِ، فَقَالَ: أَيۡنَ تُرِيدُ يَا أَبَا بَكۡرٍ؟ فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: أَخۡرَجَنِي قَوۡمِي، فَأَنَا أُرِيدُ أَنۡ أَسِيحَ فِي الۡأَرۡضِ فَأَعۡبُدَ رَبِّي. قَالَ ابۡنُ الدَّغِنَةِ: إِنَّ مِثۡلَكَ لَا يَخۡرُجُ وَلَا يُخۡرَجُ، فَإِنَّكَ تَكۡسِبُ الۡمَعۡدُومَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحۡمِلُ الۡكَلَّ، وَتَقۡرِي الضَّيۡفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الۡحَقِّ، وَأَنَا لَكَ جَارٌ، فَارۡجِعۡ فَاعۡبُدۡ رَبَّكَ بِبِلَادِكَ. فَارۡتَحَلَ ابۡنُ الدَّغِنَةِ، فَرَجَعَ مَعَ أَبِي بَكۡرٍ، فَطَافَ فِي أَشۡرَافِ كُفَّارِ قُرَيۡشٍ، فَقَالَ لَهُمۡ: إِنَّ أَبَا بَكۡرٍ لَا يَخۡرُجُ مِثۡلُهُ وَلَا يُخۡرَجُ، أَتُخۡرِجُونَ رَجُلًا يُكۡسِبُ الۡمَعۡدُومَ، وَيَصِلُ الرَّحِمَ وَيَحۡمِلُ الۡكَلَّ، وَيَقۡرِي الضَّيۡفَ، وَيُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الۡحَقِّ؟! فَأَنۡفَذَتۡ قُرَيۡشٌ جِوَارَ ابۡنِ الدَّغِنَةِ، وَآمَنُوا أَبَا بَكۡرٍ، وَقَالُوا لِابۡنِ الدَّغِنَةِ: مُرۡ أَبَا بَكۡرٍ فَلۡيَعۡبُدۡ رَبَّهُ فِي دَارِهِ، فَلۡيُصَلِّ، وَلۡيَقۡرَأۡ مَا شَاءَ، وَلَا يُؤۡذِينَا بِذٰلِكَ، وَلَا يَسۡتَعۡلِنۡ بِهِ، فَإِنَّا قَدۡ خَشِينَا أَنۡ يَفۡتِنَ أَبۡنَاءَنَا وَنِسَاءَنَا.

Aku sama sekali belum bisa mengenang kedua orang tuaku kecuali ketika keduanya sudah memeluk agama Islam. Tidaklah satu haripun yang kami lalui kecuali Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendatangi kami di dua batas siang, yaitu pagi dan sore. Ketika kaum muslimin mendapat berbagai cobaan, Abu Bakr keluar berhijrah menuju Habasyah, hingga ketika beliau sampai Bark Al-Ghimad, Ibnu Ad-Daghinah berjumpa dengan beliau.

Ibnu Ad-Daghinah adalah tokoh kabilah Qarah. Dia bertanya, “Engkau hendak ke mana, wahai Abu Bakr?”

Abu Bakr menjawab, “Kaumku mengusirku. Aku hendak pergi ke suatu daerah sehingga aku bisa beribadah kepada Tuhanku.”

Ibnu Ad-Daghinah berkata, “Sesungguhnya orang semisal engkau tidak pantas keluar dan tidak boleh diusir. Sesungguhnya engkau memberi dengan sesuatu yang tidak didapatkan pada orang lain, menyambung silaturahmi, menanggung beban orang yang tidak mampu, menjamu tamu, dan menolong dalam kejadian-kejadian yang benar. Aku yang menjadi penjamin keamananmu. Kembalilah dan beribadahlah kepada Tuhanmu di negerimu!”

Ibnu Ad-Daghinah menaiki tunggangan lalu kembali bersama Abu Bakr. Dia berkeliling menemui para pembesar kafir Quraisy. Dia berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Abu Bakr, orang semisal dia tidak pantas keluar dan tidak boleh diusir (dari negerinya). Apakah kalian mengusir orang yang memberi dengan sesuatu yang tidak didapatkan pada orang lain, menyambung silaturahmi, menanggung beban orang yang tidak mampu, menjamu tamu, dan menolong dalam kejadian-kejadian yang benar?!”

Orang-orang Quraisy pun melaksanakan perlindungan keamanan dari Ibnu Ad-Daghinah. Mereka tidak berani menyakiti Abu Bakr. Mereka berkata kepada Ibnu Ad-Daghinah, “Suruh Abu Bakr agar beribadah kepada Tuhannya di rumahnya! Silakan dia salat dan membaca apa saja yang dia mau, namun dia tidak boleh mengganggu kami dan tidak boleh melakukannya di muka umum karena kami khawatir dia akan menyesatkan anak dan istri kami.”

قَالَ ذٰلِكَ ابۡنُ الدَّغِنَةِ لِأَبِي بَكۡرٍ، فَطَفِقَ أَبُو بَكۡرٍ يَعۡبُدُ رَبَّهُ فِي دَارِهِ، وَلَا يَسۡتَعۡلِنُ بِالصَّلَاةِ وَلَا الۡقِرَاءَةِ فِي غَيۡرِ دَارِهِ، ثُمَّ بَدَا لِأَبِي بَكۡرٍ، فَابۡتَنَى مَسۡجِدًا بِفِنَاءِ دَارِهِ وَبَرَزَ، فَكَانَ يُصَلِّي فِيهِ، وَيَقۡرَأُ الۡقُرۡآنَ، فَيَتَقَصَّفُ عَلَيۡهِ نِسَاءُ الۡمُشۡرِكِينَ وَأَبۡنَاؤُهُمۡ، يَعۡجَبُونَ وَيَنۡظُرُونَ إِلَيۡهِ، وَكَانَ أَبُو بَكۡرٍ رَجُلًا بَكَّاءً، لَا يَمۡلِكُ دَمۡعَهُ حِينَ يَقۡرَأُ الۡقُرۡآنَ، فَأَفۡزَعَ ذٰلِكَ أَشۡرَافَ قُرَيۡشٍ مِنَ الۡمُشۡرِكِينَ، فَأَرۡسَلُوا إِلَى ابۡنِ الدَّغِنَةِ فَقَدِمَ عَلَيۡهِمۡ، فَقَالُوا لَهُ: إِنَّا كُنَّا أَجَرۡنَا أَبَا بَكۡرٍ عَلَى أَنۡ يَعۡبُدَ رَبَّهُ فِي دَارِهِ، وَإِنَّهُ جَاوَزَ ذٰلِكَ، فَابۡتَنَى مَسۡجِدًا بِفِنَاءِ دَارِهِ، وَأَعۡلَنَ الصَّلَاةَ وَالۡقِرَاءَةَ، وَقَدۡ خَشِينَا أَنۡ يَفۡتِنَ أَبۡنَاءَنَا وَنِسَاءَنَا، فَأۡتِهِ، فَإِنۡ أَحَبَّ أَنۡ يَقۡتَصِرَ عَلَى أَنۡ يَعۡبُدَ رَبَّهُ فِي دَارِهِ فَعَلَ، وَإِنۡ أَبَى إِلَّا أَنۡ يُعۡلِنَ ذٰلِكَ فَسَلۡهُ أَنۡ يَرُدَّ إِلَيۡكَ ذِمَّتَكَ، فَإِنَّا كَرِهۡنَا أَنۡ نُخۡفِرَكَ، وَلَسۡنَا مُقِرِّينَ لِأَبِي بَكۡرٍ الۡاِسۡتِعۡلَانَ، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَأَتَى ابۡنُ الدَّغِنَةِ أَبَا بَكۡرٍ، فَقَالَ: قَدۡ عَلِمۡتَ الَّذِي عَقَدۡتُ لَكَ عَلَيۡهِ، فَإِمَّا أَنۡ تَقۡتَصِرَ عَلَى ذٰلِكَ، وَإِمَّا أَنۡ تَرُدَّ إِلَىَّ ذِمَّتِي، فَإِنِّي لَا أُحِبُّ أَنۡ تَسۡمَعَ الۡعَرَبُ أَنِّي أُخۡفِرۡتُ فِي رَجُلٍ عَقَدۡتُ لَهُ. قَالَ أَبُو بَكۡرٍ: إِنِّي أَرُدُّ إِلَيۡكَ جِوَارَكَ، وَأَرۡضَى بِجِوَارِ اللهِ.

Ibnu Ad-Daghinah mengutarakan hal itu kepada Abu Bakr. Abu Bakr pun beribadah kepada Tuhannya di dalam rumahnya. Dia tidak melakukan salat dan membaca Alquran di muka umum di selain rumahnya. Kemudian Abu Bakr memiliki gagasan membangun sebuah masjid di halaman rumahnya. Masjid itu tampak dari luar. Beliau merutinkan salat di situ dan membaca Alquran. Istri-istri dan anak-anak kaum musyrikin mengerumuni beliau. Mereka takjub dan mengamati beliau. Abu Bakr adalah seorang yang banyak menangis. Dia tidak bisa mengendalikan air matanya ketika membaca Alquran.

Hal itu membuat para pembesar musyrikin Quraisy khawatir. Mereka mengirim utusan kepada Ibnu Ad-Daghinah, lalu dia datang menemui mereka. Mereka berkata kepadanya, “Sesungguhnya dahulu kami memberikan perlindungan kepada Abu Bakr dengan syarat dia beribadah kepada Tuhannya di dalam rumahnya. Sekarang dia telah melanggarnya. Dia telah membangun sebuah masjid di halaman rumahnya dan melakukan salat dan membaca Alquran terang-terangan. Kami khawatir dia akan menyesatkan anak-anak dan istri-istri kami. Datangilah dia! Jika dia mau mencukupkan diri untuk beribadah kepada Tuhannya di dalam rumahnya, dia boleh melakukannya. Namun jika dia tidak mau, kecuali dia melakukannya dengan terang-terangan, suruhlah dia agar mengembalikan jaminan keamanan darimu! Kami tidak suka (jika dianggap sebagai pihak yang) membatalkan perjanjianmu, padahal kami sejak semula sudah tidak menyetujui jika Abu Bakr melakukan ibadah dengan terang-terangan.”

‘Aisyah berkata: Ibnu Ad-Daghinah mendatangi Abu Bakr. Dia berkata, “Engkau sudah mengetahui perjanjian yang aku buat untukmu. Pilihlah antara engkau mencukupkan diri pada perjanjian itu atau engkau mengembalikan jaminanku kepadaku! Aku tidak suka orang-orang Arab mendengar bahwa aku melakukan kecurangan terhadap seseorang yang aku janjikan.”

Abu Bakr berkata, “Sesungguhnya aku kembalikan jaminan keamananmu kepadamu dan aku rida kepada jaminan keamanan dari Allah.”

وَرَسُولُ اللهِ ﷺ يَوۡمَئِذٍ بِمَكَّةَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (قَدۡ أُرِيتُ دَارَ هِجۡرَتِكُمۡ، رَأَيۡتُ سَبۡخَةً ذَاتَ نَخۡلٍ بَيۡنَ لَابَتَيۡنِ) وَهُمَا الۡحَرَّتَانِ. فَهَاجَرَ مَنۡ هَاجَرَ قِبَلَ الۡمَدِينَةِ حِينَ ذَكَرَ ذٰلِكَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَرَجَعَ إِلَى الۡمَدِينَةِ بَعۡضُ مَنۡ كَانَ هَاجَرَ إِلَى أَرۡضِ الۡحَبَشَةِ، وَتَجَهَّزَ أَبُو بَكۡرٍ مُهَاجِرًا، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (عَلَى رِسۡلِكَ، فَإِنِّي أَرۡجُو أَنۡ يُؤۡذَنَ لِي). قَالَ أَبُو بَكۡرٍ: هَلۡ تَرۡجُو ذٰلِكَ بِأَبِي أَنۡتَ؟ قَالَ: (نَعَمۡ). فَحَبَسَ أَبُو بَكۡرٍ نَفۡسَهُ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ لِيَصۡحَبَهُ، وَعَلَفَ رَاحِلَتَيۡنِ كَانَتَا عِنۡدَهُ وَرَقَ السَّمُرِ أَرۡبَعَةَ أَشۡهُرٍ. [طرفه في: ٤٧٦].

Di hari itu, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masih berada di Makkah. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Aku sudah diperlihatkan negeri hijrah kalian. Aku melihat daerah yang tinggi kadar garamnya, memiliki pohon-pohon kurma di antara dua labah.” Yaitu dua daerah yang berbatu-batu hitam.

Lalu orang-orang berhijrah menuju Madinah setelah Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyebutkan hal itu. Sebagian orang yang telah berhijrah ke negeri Habasyah juga kembali ke Madinah.

Abu Bakr bersiap-siap berhijrah, namun Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepadanya, “Jangan buru-buru! Sungguh aku berharap agar aku diizinkan (berhijrah).”

Abu Bakr bertanya, “Apa engkau mengharapkan itu? Ayahku menjadi tebusanmu.”

Rasulullah menjawab, “Iya.”

Abu Bakr mengurungkan dirinya untuk bisa menemani Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Abu Bakr memberi makan dua ekor binatang tunggangan yang dimilikinya dengan daun-daun pohon Samur selama empat bulan.

Al-Isti'ab fi Ma'rifatil Ashhab - Daftar Sahabat

219. Buraidah Al-Aslami

253. Tsabit bin Qais

1628. 'Abdullah bin 'Ukaim Al-Juhani

1843. 'Uqbah bin 'Amir Al-Juhani

1992. 'Imran bin Hushain

2902. Abu Basyir Al-Anshari

3313. Jamilah binti Tsabit

3479. Ghuzailah Ummu Syarik Al-Anshariyyah

Al-Ishabah fi Tamyiz Ash-Shahabah - Daftar Sahabat

32. Ubay bin Ka'b

73. Al-Arqam bin Abul-Arqam

89. Usamah bin Zaid

111. As'ad bin Zurarah

183. Usaid bin Hudhair

229. Al-Aqra' bin Habis

275. Anas bin Malik

281. Anas bin An-Nadhar

426. Al-Ahnaf bin Qais

615. Al-Bara` bin 'Azib

617. Al-Bara` bin Malik

647. Jabir bin 'Abdullah bin 'Amr

732. Bilal bin Rabah

833. Tamim bin Aus Ad-Dari

900. Tsabit bin Qais

911. Tsabit bin Waqsy

957. Tsumamah bin Utsal

963. Tsauban

1014. Jabir bin Samurah

1022. Jabir bin 'Abdillah

1087. Jubair bin Muth'im

1132. Jarir bin 'Abdullah Al-Bajali

1162. Ja'far bin Abi Thalib

1175. Julaibib

1520. Haritsah bin Suraqah

1643. Hudzaifah ibnul Yaman

1712. Hisl bin Jabir

1716. Husail bin Jabir

1858. Hanzhalah bin Abu 'Amir

2527. Rafi' bin Sinan

3529. Sahl bin Sa'd As-Sa'idi

6010. 'Imran bin Hushain

9602 Abu Bisyr Al-Anshari

9606. Abu Basyir Al-Anshari As-Sa'idi

10975. Jamilah binti Ubayy

Usdul Ghabah fi Ma'rifatish Shahabah - Daftar Sahabat

170. Usaid bin Hudhair

180. Al-Asyajj Al-'Abdi

569. Tsabit bin Qais

647. Jabir bin 'Abdullah bin 'Amr

1984. Sa'd bin Khaulah

2295. Sahl bin Sa'd

2672. 'Ashim bin 'Adi

2890. 'Abdullah bin Abu Hadrad

3078. 'Abdullah bin 'Ukaim

3541. 'Itban bin Malik

3704. 'Uqbah bin Al-Harits

3711. 'Uqbah bin 'Amir Al-Juhani

3738. 'Ukkasyah bin Mihshan

4048. 'Imran bin Hushain

4140. 'Uwaimir Al-'Ajlani

4592. Malik bin Ad-Dukhsyum

5732. Abu Basyir Al-Anshari

5987. Abu As-Sanabil bin Ba'kak

6174. Abu Qatadah Al-Anshari

6777. Barirah maulah 'Aisyah

6814. Jamilah binti Ubayy bin Salul

6817. Jamilah binti Tsabit

6838. Habibah binti Sahl Al-Anshariyyah

6980. Subai'ah binti Al-Harits

7028. Sahlah binti Suhail

7631. Ummu Yahya binti Abu Ihab

Usdul Ghabah - 170. Usaid bin Hudhair

١٧٠ - أُسَيۡدُ بۡنُ حُضَيۡرٍ
170. Usaid bin Hudhair


ب د ع: أُسَيۡدُ، بِضَمِّ الۡهَمۡزَةِ أَيۡضًا هُوَ أُسَيۡدُ بۡنُ حُضَيۡرِ بۡنِ سِمَاكِ بۡنِ عَتِيكِ بۡنِ امۡرِىءِ الۡقَيۡسِ بۡنِ زَيۡدِ بۡنِ عَبۡدِ الۡأَشۡهَلِ بۡنِ جُشَمِ بۡنِ الۡحَارِثِ بۡنِ الۡخَزۡرَجِ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ مَالِكِ بۡنِ الۡأَوۡسِ الۡأَنۡصَارِيُّ الۡأَوۡسِيُّ الۡأَشۡهَلِيُّ.

Usaid dengan mendamah huruf hamzah. Beliau adalah Usaid bin Hudhair bin Simak bin ‘Atik bin Imri`il Qais bin Zaid bin ‘Abdul Asyhal bin Jusyam bin Al-Harits bin Al-Khazraj bin ‘Amr bin Malik bin Al-Aus Al-Anshari Al-Ausi Al-Asyhali.

يُكۡنَى: أَبَا يَحۡيَى، بِابۡنِهِ يَحۡيَى، وَقِيلَ: أَبَا عِيسَى، كَنَّاهُ بِهَا النَّبِيُّ ﷺ وَقِيلَ: كُنۡيَتُهُ أَبُو عَتِيكٍ، وَقِيلَ: أَبُو حُضَيۡرٍ، وَقِيلَ: أَبُو عَمۡرٍو.

Dipanggil dengan kunyah Abu Yahya karena putranya bernama Yahya. Ada yang mengatakan Abu ‘Isa. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memberinya nama kunyah dengannya. Ada yang berkata: Kunyah beliau adalah Abu ‘Atik. Ada pula yang mengatakan: Abu Hudhair. Ada pula yang mengatakan: Abu ‘Amr.

وَكَانَ أَبُوهُ حُضَيۡرٌ فَارِسَ الۡأَوۡسِ فِي حُرُوبِهِمۡ مَعَ الۡخَزۡرَجِ، وَكَانَ لَهُ حِصۡنٌ وَاقِمٌ وَكَانَ رَئِيسَ الۡأَوۡسِ يَوۡمَ بُعَاثٍ، وَأَسۡلَمَ أُسَيۡدُ قَبۡلَ سَعۡدِ بۡنِ مُعَاذٍ عَلَى يَدِ مُصۡعَبِ بۡنِ عُمَيۡرٍ بِالۡمَدِينَةِ، وَكَانَ إِسۡلَامُهُ بَعۡدَ الۡعَقَبَةِ الۡأُولَى، وَقِيلَ: الثَّانِيَةِ، وَكَانَ أَبُو بَكۡرٍ الصِّدِّيقُ، رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، يُكۡرِمُهُ وَلَا يُقَدِّمُ عَلَيۡهِ وَاحٍدًا، وَيَقُولُ: إِنَّه لَا خِلَافَ عِنۡدَهُ.

Ayah beliau, yaitu Hudhair, adalah seorang pasukan penunggang kuda suku Aus dalam perang mereka melawan Khazraj. Dahulu beliau memiliki benteng Waqim dan beliau adalah pemimpin suku Aus pada hari Bu’ats.

Usaid masuk Islam sebelum Sa’d bin Mu’adz melalui perantaraan Mush’ab bin ‘Umair di Madinah. Keislaman beliau adalah setelah baiat ‘Aqabah pertama. Ada yang mengatakan: kedua.

Dahulu, Abu Bakr Ash-Shiddiq—radhiyallahu ‘anhu—memuliakan Usaid dan tidak mendahulukan seorang pun terhadap Usaid. Abu Bakr juga mengatakan: Tidak ada perselisihan di sisinya.

أُمُّهُ أُمُّ أُسَيۡدِ بِنۡتِ السَّكَنِ، وَشَهِدَ الۡعَقَبَةَ الثَّانِيَةَ، وَكَانَ نَقِيبًا لِبَنِي عَبۡدِ الۡأَشۡهَلِ، وَقَدِ اخۡتُلِفَ فِي شُهُودِهِ بَدۡرًا، فَقَالَ ابۡنُ إِسۡحَاقَ وَابۡنُ الۡكَلۡبِيِّ: لَمۡ يَشۡهَدۡهَا، وَقَالَ غَيۡرُهُمَا: شَهِدَهَا وَشَهِدَ أُحُدًا وَمَا بَعۡدَهَا مِنَ الۡمَشَاهِدِ، وَشَهِدَ مَعَ عُمَرَ فَتۡحَ الۡبَيۡتِ الۡمَقۡدِسِ.

Ibunya adalah Umu Usaid binti As-Sakan.

Usaid mengikuti baiat ‘Aqabah kedua. Beliau adalah ketua bani ‘Abdul Asyhal.

Keikutsertaan beliau dalam perang Badr diperselisihkan. Ibnu Ishaq dan Ibnu Al-Kalbi berkata: Usaid tidak mengikutinya. Adapun selain keduanya berkata: Usaid mengikutinya, mengikuti perang Uhud, dan peperangan setelahnya. Beliau juga mengikuti penaklukan Baitulmaqdis bersama ‘Umar.

رَوَى عَنۡهُ كَعۡبُ بۡنُ مَالِكٍ وَأَبُو سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيُّ، وَأَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ، وَعَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا.

Yang meriwayatkan dari beliau adalah Ka’b bin Malik, Abu Sa’id Al-Khudri, Anas bin Malik, dan ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha.

وَآخَى رَسُولُ اللهِ ﷺ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ زَيۡدِ بۡنِ حَارِثَةَ، وَكَانَ مِنۡ أَحۡسَنِ النَّاسِ صَوۡتًا بِالۡقُرۡآنِ، وَكَانَ أَحَدَ الۡعُقَلَاءِ الۡكَمَلَةِ أَهۡلَ الرَّأۡيِ، وَلَهُ فِي بَيۡعَةِ أَبِي بَكۡرٍ أَثَرٌ عَظِيمٌ.

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mempersaudarakan Usaid dengan Zaid bin Haritsah. Usaid termasuk orang yang paling bagus suara bacaan Alqurannya. Beliau adalah salah satu sahabat yang cerdas dan yang sempurna dalam menggunakan akal dan kias. Beliau memiliki pengaruh yang besar dalam pembaiatan Abu Bakr.

رَوَى عَنۡهُ أَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ لِلۡأَنۡصَارِ: (إِنَّكُمۡ سَتَرَوۡنَ بَعۡدِي أَثَرَةً)، قَالُوا: فَمَا تَأۡمُرُنَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (اصۡبِرُوا حَتَّى تَلَقَّوۡنِي عَلَى الۡحَوۡضِ).

Anas bin Malik meriwayatkan dari beliau, bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda kepada sahabat ansar, “Sesungguhnya kalian akan melihat sikap mementingkan diri sendiri sepeninggalku.”

Para sahabat bertanya, “Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami, wahai Rasulullah?”

Nabi bersabda, “Sabarlah kalian sampai kalian menemuiku di haud!”

أَخۡبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ الۡقَاسِمُ بۡنُ عَلِيِّ بۡنِ هِبَةِ اللهِ بۡنِ عَسَاكِرَ عَنۡ أَبِي الۡمُظَفَّرِ الۡقُشَيۡرِيِّ إِجَازَةً، قَالَ: أَخۡبَرَنَا أَبُو الۡقَاسِمِ عَبۡدُ الۡكَرِيمِ، أَخۡبَرَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ عَبۡدُ الۡمَلِكِ بۡنُ الۡحَسَنِ الۡأَزۡهَرِيُّ، أَخۡبَرَنَا أَبُو عَوَانَةَ يَعۡقُوبُ بۡنُ إِسۡحَاقَ الۡحَافِظُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ الۡحَكِيمِ، أَخۡبَرَنَا أَبِي وَشُعَيۡبُ بۡنُ اللَّيۡثِ عَنِ اللَّيۡثِ عن خَالِدٍ، هُوَ ابۡنُ يَزِيدَ، عَنۡ أَبِي هِلَالٍ، يَعۡنِي: سَعۡدًا، عَنۡ يَزِيدَ بۡنِ الۡهَادِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ خَبَّابٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ، عَنۡ أُسَيۡدِ بۡنِ حُضَيۡرٍ، وَكَانَ مِنۡ أَحۡسَنِ النَّاسِ صَوۡتًا بِالۡقُرۡآنِ، قَالَ: قَرَأۡتُ لَيۡلَةً سُورَةَ الۡبَقَرَةِ، وَفَرَسٌ لِي مَرۡبُوطٌ، وَيَحۡيَى ابۡنِي مُضۡطَجِعٌ قَرِيبٌ مِنِّي وَهُوَ غُلَامٌ، فَجَالَتِ الۡفَرَسُ، فَقُمۡتُ، وَلَيۡسَ لِي هَمٌّ إِلَّا ابۡنِي، ثُمَّ قَرَأۡتُ، فَجَالَتِ الۡفَرَسُ، فَقُمۡتُ وَلَيۡسَ لِي هَمٌّ إِلَّا ابۡنِي، ثُمَّ قَرَأۡتُ فَجَالَتِ الۡفَرَسُ، فَرَفَعۡتُ رَأۡسِي، فَإِذَا شَيۡءٌ كَهَيۡئَةِ الظُّلَّةِ فِي مِثۡلِ الۡمَصَابِيحِ، مُقۡبِلٌ مِنَ السَّمَاءِ فَهَالَنِي، فَسَكَتُّ، فَلَمَّا أَصۡبَحۡتُ غَدَوۡتُ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَأَخۡبَرۡتُهُ فَقَالَ: (اقۡرَأۡ يَا أَبَا يَحۡيَى)؛ فَقُلۡتُ: قَدۡ قَرَأۡتُ، فَجَالَتۡ فَقُمۡتُ لَيۡسَ هَمٌّ لِي إِلَّا ابۡنِي، فَقَالَ لِي: (اقۡرَأۡ يَا أَبَا يَحۡيَى)، فَقُلۡتُ: قَدۡ قَرَأۡتُ فَجَالَتِ الۡفَرَسُ فَقَالَ: (اقۡرَأۡ أَبَا حُضَيۡرٍ) فَقُلۡتُ: قَدۡ قَرَأۡتُ فَرَفَعۡتُ رَأۡسِي فَإِذَا كَهَيۡئَةِ الظُّلَّةِ فِيهَا الۡمَصَابِيحُ فَهَالَنِي؛ فَقَالَ: (تِلۡكَ الۡمَلَائِكَةُ دَنَوۡا لِصَوۡتِكَ؛ وَلَوۡ قَرَأۡتَ حَتَّى تُصۡبِحَ لَأَصۡبَحَ النَّاسُ يَنۡظُرُونَ إِلَيۡهِمۡ).

Abu Muhammad Al-Qasim bin ‘Ali bin Hibatullah bin ‘Asakir telah mengabarkan kepada kami dari Abu Al-Muzhaffar Al-Qusyairi dengan metode ijazah. Beliau berkata: Abu Al-Qasim ‘Abdul Karim mengabarkan kepada kami: Abu Nu’aim ‘Abdul Malik bin Al-Hasan Al-Azhari mengabarkan kepada kami: Abu ‘Awanah Ya’qub bin Ishaq Al-Hafizh mengabarkan kepada kami: Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Hakim menceritakan kepada kami: Ayahku dan Syu’aib bin Al-Laits mengabarkan kepada kami dari Al-Laits, dari Khalid bin Yazid, dari Abu Hilal Sa’d, dari Yazid bin Al-Had, dari ‘Abdullah bin Khabbab, dari Abu Sa’id Al-Khudri, dari Usaid bin Hudhair. Beliau termasuk orang yang suara bacaan Alqurannya bagus. Beliau berkata:

Suatu malam aku membaca surah Al-Baqarah, sementara kudaku tertambat dan putraku yang masih kecil sedang berbaring di dekatku. Kudaku tiba-tiba berjalan berputar. Aku pun berdiri. Tidak ada yang mengkhawatirkanku kecuali putraku. Aku melanjutkan membaca dan kuda itu tetap berjalan berkeliling. Aku mendongakkan kepalaku. Ternyata ada sesuatu seperti halnya naungan dalam bentuk seperti pelita-pelita yang datang dari langit sehingga membuatku takut. Aku pun diam.

Keesokannya, aku pergi menemui Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu aku kabarkan hal itu kepada beliau. Beliau bersabda, “Bacalah, wahai Abu Yahya!”

Aku berkata, “Aku telah membaca, lalu kudaku berkeliling sehingga aku berdiri. Tidak ada yang mengkhawatirkanku kecuali putraku.”

Rasulullah bersabda, “Bacalah, wahai Abu Yahya!”

Aku berkata, “Aku sudah membaca, kudaku tetap saja berkeliling.”

Rasulullah bersabda, “Bacalah, wahai Abu Hudhair!”

Aku berkata, “Aku sudah membaca. Lalu aku dongakkan kepalaku, ternyata ada semacam naungan yang berisi pelita-pelita sehingga membuatku takut.”

Rasulullah bersabda, “Itu adalah malaikat yang mendekat untuk mendengar suaramu. Andai engkau membaca sampai subuh, niscaya orang-orang akan bisa melihat mereka.”

أَخۡبَرَنَا أَبُو مَنۡصُورِ بۡنُ مُكَارِمِ بۡنِ أَحۡمَدَ الۡمُؤَدِّبُ، أَخۡبَرَنَا أَبُو الۡقَاسِمِ نَصۡرُ بۡنُ أَحۡمَدَ بۡنِ مُحَمَّدِ بۡنِ صَفۡوَانَ، أَخۡبَرَنَا الۡخَطِيبُ أَبُو الۡحَسَنِ عَلِيُّ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ السَّرَّاجُ، أَخۡبَرَنَا أَبُو طَاهِرٍ هِبَةُ اللهِ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ بۡنِ أَنَسٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الۡحَسَنِ عَلِيُّ بۡنُ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ طَوۡقٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو جَابِرٍ عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ حَيَّانَ قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا الۡمُعَافَى بۡنُ عِمۡرَانَ عَنۡ سُلَيۡمَانَ بۡنِ بِلَالٍ، عَنۡ سُهَيۡلٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (نِعۡمَ الرَّجُلُ أَبُو عُبَيۡدَةَ بۡنُ الۡجَرَّاحِ، نِعۡمَ الرَّجُلُ مُعَاذُ بۡنُ جَبَلٍ، نِعۡمَ الرَّجُلُ أُسَيۡدُ بۡنُ حُضَيۡرٍ، نِعۡمَ الرَّجُلُ مُعَاذُ بۡنُ عَمۡرِو بۡنِ الۡجَمُوحِ).

Abu Manshur bin Mukarim bin Ahmad Al-Muaddib telah mengabarkan kepada kami: Abu Al-Qasim Nashr bin Ahmad bin Muhammad bin Shafwan mengabarkan kepada kami: Al-Khathib Abu Al-Hasan ‘Ali bin Ibrahim As-Sarraj mengabarkan kepada kami: Abu Thahir Hibatulah bin Ibrahim bin Anas mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Abu Al-Hasan ‘Ali bin ‘Ubaidullah bin Thauq menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Jabir ‘Abdul ‘Aziz bin Hayyan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Ammar menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Mu’afa bin ‘Imran menceritakan kepada kami dari Sulaiman bin Bilal, dari Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah:

Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sebaik-baik pria adalah Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah. Sebaik-baik pria adalah Mu’adz bin Jabal. Sebaik-baik pria adalah Usaid bin Hudhair. Sebaik-baik pria adalah Mu’adz bin ‘Amr bin Al-Jamuh.”

تُوُفِّيَ أُسَيۡدُ بۡنُ حُضَيۡرٍ فِي شَعۡبَانَ سَنَةَ عِشۡرِينَ، وَحَمَلَ عُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ السَّرِيرَ حَتَّى وَضَعَهُ بِالۡبَقِيعِ؛ وَصَلَّى عَلَيۡهِ، وَأَوۡصَى إِلَى عُمَرَ، فَنَظَرَ عُمَرُ فِي وَصِيَّتِهِ، فَوَجَدَ عَلَيۡهِ أَرۡبَعَةَ آلَافِ دِينَارٍ، فَبَاعَ ثم نَخۡلَة أَرۡبَعَ سِنِينَ بِأَرۡبَعَةِ آلَافٍ، وَقَضَى دَيۡنَهُ.

Usaid bin Hudhair wafat di bulan Syakban pada tahun 20 H. ‘Umar bin Al-Khaththab—radhiyallahu ‘anhu­—mengusung kerandanya hingga beliau letakkan di Baqi’ dan beliau menyalatkannya.

Usaid menulis wasiat kepada ‘Umar. ‘Umar melihat ke wasiatnya. Beliau dapati bahwa Usaid memiliki utang empat ribu dinar. ‘Umar menjual panenan kebun kurmanya selama empat tahun seharga empat ribu dinar dan ‘Umar pun melunasi utang Usaid.

أَخۡرَجَهُ ثَلَاثَتُهُمۡ.

Biografi beliau disebutkan oleh tiga orang (Ibnu Mandah, Abu Nu’aim, dan Abu ‘Umar).

حُضَيۡرُ بِضَمِّ الۡحَاءِ الۡمُهۡمَلَةِ وَفَتۡحِ الضَّادِ الۡمُعۡجَمَةِ وَبَعۡدَهَا يَاءٌ تَحۡتَهَا نُقۡطَتَانِ، وَآخِرُهُ رَاءٌ.

Hudhair dengan men-damah huruf ha tanpa titik dan mem-fatah huruf ḍad dengan titik. Setelah itu adalah huruf ya yang ada dua titik di bawah. Huruf terakhir adalah huruf ra.

Sunan Abu Dawud hadits nomor 759

٧٥٩ – [(صحيح) حَدَّثَنَا أَبُو تَوۡبَةَ، ثَنَا الۡهَيۡثَمُ - يَعۡنِي ابۡنَ حُمَيۡدٍ -، عَنۡ ثَوۡرٍ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ بۡنِ مُوسَى، عَنۡ طَاوُسٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَضَعُ يَدَهُ الۡيُمۡنَى عَلَى يَدِهِ الۡيُسۡرَى، ثُمَّ يَشُدُّ بِهِمَا عَلَى صَدۡرِهِ، وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ].

759. [Sahih] Abu Taubah telah menceritakan kepada kami: Al-Haitsam bin Humaid menceritakan kepada kami dari Tsaur, dari Sulaiman bin Musa, dari Thawus. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya kemudian mendekapkan keduanya di atas dadanya ketika salat.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 740

٨٧ - بَابُ وَضۡعِ الۡيُمۡنَى عَلَى الۡيُسۡرَى
87. Bab meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri


٧٤٠ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنۡ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يُؤۡمَرُونَ أَنۡ يَضَعَ الرَّجُلُ الۡيَدَ الۡيُمۡنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الۡيُسۡرَى فِي الصَّلَاةِ. قَالَ أَبُو حَازِمٍ: لَا أَعۡلَمُهُ إِلَّا يَنۡمِي ذٰلِكَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ. قَالَ إِسۡمَاعِيلُ: يُنۡمَى ذٰلِكَ، وَلَمۡ يَقُلۡ: يَنۡمِي.

740. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari Abu Hazim, dari Sahl bin Sa’d. Beliau berkata: Dahulu orang-orang diperintahkan agar meletakkan tangan kanan di atas hasta kirinya di dalam salat.

Abu Hazim berkata: Aku tidak mengetahui perkara itu kecuali Sahl menyandarkan perintah itu kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Isma’il berkata: Perintah itu disandarkan; dan Abu Hazim tidak mengatakan: menyandarkan.

Sunan An-Nasa`i hadits nomor 889

١١ - بَابُ مَوۡضِعِ الۡيَمِينِ مِنَ الشِّمَالِ فِي الصَّلَاةِ
11. Bab letak tangan kanan pada tangan kiri ketika salat


٨٨٩ – (صحيح) أَخۡبَرَنَا سُوَيۡدُ بۡنُ نَصۡرٍ، قَالَ: أَنۡبَأَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ الۡمُبَارَكِ، عَنۡ زَائِدَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَاصِمُ بۡنُ كُلَيۡبٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، أَنَّ وَائِلَ بۡنَ حُجۡرٍ أَخۡبَرَهُ، قَالَ: قُلۡتُ: لَأَنۡظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ كَيۡفَ يُصَلِّي؟ فَنَظَرۡتُ إِلَيۡهِ، فَقَامَ فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيۡهِ حَتَّى حَاذَتَا بِأُذُنَيۡهِ، ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الۡيُمۡنَى عَلَى كَفِّهِ الۡيُسۡرَى وَالرُّسۡغِ وَالسَّاعِدِ، فَلَمَّا أَرَادَ أَنۡ يَرۡكَعَ رَفَعَ يَدَيۡهِ مِثۡلَهَا، قَالَ: وَوَضَعَ يَدَيۡهِ عَلَى رُكۡبَتَيۡهِ، ثُمَّ لَمَّا رَفَعَ رَأۡسَهُ رَفَعَ يَدَيۡهِ مِثۡلَهَا، ثُمَّ سَجَدَ، فَجَعَلَ كَفَّيۡهِ بِحِذَاءِ أُذُنَيۡهِ، ثُمَّ قَعَدَ وَافۡتَرَشَ رِجۡلَهُ الۡيُسۡرَى، وَوَضَعَ كَفَّهُ الۡيُسۡرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكۡبَتِهِ الۡيُسۡرَى، وَجَعَلَ حَدَّ مِرۡفَقِهِ الۡأَيۡمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الۡيُمۡنَى، ثُمَّ قَبَضَ اثۡنَتَيۡنِ مِنۡ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلۡقَةً ثُمَّ رَفَعَ إِصۡبَعَهُ، فَرَأَيۡتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدۡعُو بِهَا. [(صفة الصلاة)، (صحيح أبي داود)(٧١٧)، (إرواء الغليل) (٢/٦٨-٦٩)].

889. [Sahih] Suwaid bin Nashr telah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdullah bin Al-Mubarak memberitakan kepada kami dari Za`idah. Beliau berkata: ‘Ashim bin Kulaib menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku bahwa Wa`il bin Hujr mengabarkan kepadanya.

Beliau berkata: Aku berkata: Aku benar-benar akan melihat kaifiat salat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Aku pun mengamati beliau. Beliau berdiri, bertakbir, dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar kedua telinga. Kemudian beliau meletakkan tangan kanannya di atas telapak tangan kiri, pergelangan tangan, dan lengan bawah. Ketika beliau hendak rukuk, beliau mengangkat kedua tangan seperti tadi.

Wa`il berkata: Beliau meletakkan kedua tangan di atas kedua lutut. Kemudian ketika beliau mengangkat kepala, beliau mengangkat kedua tangan seperti tadi. Kemudian beliau sujud. Beliau meletakkan kedua tangan di samping kedua telinga. Kemudian beliau duduk dengan mendatarkan kaki kiri dan meletakkan telapak tangan kiri di atas paha dan lutut kiri. Beliau menempatkan ujung siku kanan di atas paha kanan. Kemudian beliau menekuk dua jari (yaitu jari manis dan jari kelingking) dan melingkarkan (jari tengah dengan ibu jari) lalu mengangkat jari telunjuk. Aku melihat beliau menggerakkannya pada saat beliau sedang berdoa.

Sunan An-Nasa`i hadits nomor 887

٩ - وَضۡعُ الۡيَمِينِ عَلَى الشِّمَالِ فِي الصَّلَاةِ
9. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika salat


٨٨٧ – (صحيح الإسناد) أَخۡبَرَنَا سُوَيۡدُ بۡنُ نَصۡرٍ، قَالَ: أَنۡبَأَنَا عَبۡدُ اللهِ، عَنۡ مُوسَى بۡنِ عُمَيۡرٍ الۡعَنۡبَرِيِّ وَقَيۡسِ بۡنِ سُلَيۡمٍ الۡعَنۡبَرِيِّ، قَالَا: حَدَّثَنَا عَلۡقَمَةُ بۡنُ وَائِلٍ، عَنۡ أَبِيهِ، قَالَ: رَأَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ إِذَا كَانَ قَائِمًا فِي الصَّلَاةِ، قَبَضَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ. [م (٢/١٣) لكن ساقه أتم، فيه ذكر الركوع والسجود وغيرهما، ولم يذكر هو ولا غيره القبض بعد الركوع، وسيأتي طرف منه. (١٠٥٥)].

887. [Sahih sanadnya] Suwaid bin Nashr telah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdullah memberitakan kepada kami dari Musa bin ‘Umair Al-‘Anbari dan Qais bin Sulaim Al-‘Anbari. Keduanya berkata: ‘Alqamah bin Wa`il menceritakan kepada kami dari ayahnya. Beliau berkata: Aku melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila beliau berdiri ketika salat, beliau menggenggamkan tangan kanannya ke tangan kirinya.

Sunan Abu Dawud hadits nomor 726, 727, dan 728

٧٢٦ – (صحيح) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، نا بِشۡرُ بۡنُ الۡمُفَضَّلِ، عَنۡ عَاصِمِ بۡنِ كُلَيۡبٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ وَائِلِ بۡنِ حُجۡرٍ، قَالَ: قُلۡتُ: لَأَنۡظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ كَيۡفَ يُصَلِّي! قَالَ: فَقَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَاسۡتَقۡبَلَ الۡقِبۡلَةَ فَكَبَّرَ فَرَفَعَ يَدَيۡهِ حَتَّى حَاذَتَا أُذُنَيۡهِ، ثُمَّ أَخَذَ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ، فَلَمَّا أَرَادَ أَنۡ يَرۡكَعَ رَفَعَهُمَا مِثۡلَ ذٰلِكَ، ثُمَّ وَضَعَ يَدَيۡهِ عَلَى رُكۡبَتَيۡهِ، فَلَمَّا رَفَعَ رَأۡسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا مِثۡلَ ذٰلِكَ، فَلَمَّا سَجَدَ وَضَعَ رَأۡسَهُ بِذٰلِكَ الۡمَنۡزِلِ مِنۡ بَيۡنِ يَدَيۡهِ، ثُمَّ جَلَسَ فَافۡتَرَشَ رِجۡلَهُ الۡيُسۡرَى، وَوَضَعَ يَدَهُ الۡيُسۡرَى عَلَى فَخِذِهِ الۡيُسۡرَى، وَحَدَّ مِرۡفَقَهُ الۡأَيۡمَنَ عَلَى فَخِذِهِ الۡيُمۡنَى، وَقَبَضَ ثِنۡتَيۡنِ وَحَلَّقَ حَلۡقَةً، وَرَأَيۡتُهُ يَقُولُ هَكَذَا: وَحَلَّقَ بِشۡرٌ الۡإِبۡهَامَ وَالۡوُسۡطَى، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ.

726. [Sahih] Musaddad telah menceritakan kepada kami: Bisyr bin Al-Mufadhdhal menceritakan kepada kami dari ‘Ashim bin Kulaib, dari ayahnya, dari Wa`il bin Hujr. Beliau berkata: Aku berkata: Aku akan benar-benar mengamati kaifiat salat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Wa`il berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri menghadap kiblat. Beliau bertakbir mengangkat kedua tangannya sampai sejajar kedua telinganya. Kemudian beliau memegang tangan kiri dengan tangan kanannya. Ketika beliau ingin rukuk, beliau mengangkat kedua tangannya semisal tadi. Kemudian beliau meletakkan kedua tangan di atas kedua lutut. Ketika beliau mengangkat kepala dari rukuk, beliau mengangkat kedua tangan semisal tadi. Ketika beliau sujud, beliau meletakkan kepala di tempat itu di antara kedua tangannya. Kemudian beliau duduk dengan mendatarkan kaki kiri dan meletakkan tangan kiri di atas paha kiri. Beliau tidak menempelkan siku kanan ke paha kanan. Beliau menekuk dua jari (jari kelingking dan jari manis) dan melingkarkan jari.

Aku (Wa`il) melihat Rasulullah melakukan begini: Bisyr melingkarkan ibu jari dan jari tengah, serta mengacungkan jari telunjuk ke depan.

٧٢٧ – (صحيح) حَدَّثَنَا الۡحَسَنُ بۡنُ عَلِيٍّ، نا أَبُو الۡوَلِيدِ، نا زَائِدَةُ، عَنۡ عَاصِمِ بۡنِ كُلَيۡبٍ، بِإِسۡنَادِهِ وَمَعۡنَاهُ، قَالَ فِيهِ: ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الۡيُمۡنَى عَلَى ظَهۡرِ كَفِّهِ الۡيُسۡرَى وَالرُّسۡغِ وَالسَّاعِدِ، وَقَالَ فِيهِ: ثُمَّ جِئۡتُ بَعۡدَ ذٰلِكَ فِي زَمَانٍ فِيهِ بَرۡدٌ شَدِيدٌ، فَرَأَيۡتُ النَّاسَ عَلَيۡهِمۡ جُلُّ الثِّيَابِ تَحَرَّكُ أَيۡدِيهِمۡ تَحۡتَ الثِّيَابِ.

727. [Sahih] Al-Hasan bin ‘Ali telah menceritakan kepada kami: Abu Al-Walid menceritakan kepada kami: Za`idah menceritakan kepada kami dari ‘Ashim bin Kulaib dengan sanad dan maknanya. Beliau berkata dalam riwayat ini: Kemudian beliau meletakkan tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, pergelangan, dan lengan bawah. Beliau juga berkata dalam riwayat ini: Kemudian aku datang setelah itu di suatu musim yang sangat dingin. Aku melihat orang-orang memakai pakaian yang besar dan tebal. Mereka menggerakkan tangan di bawah pakaian.

٧٢٨ – (صحيح) حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، نا شَرِيكٌ، عَنۡ عَاصِمِ بۡنِ كُلَيۡبٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ وَائِلِ بۡنِ حُجۡرٍ، قَالَ: رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ حِينَ افۡتَتَحَ الصَّلَاةَ رَفَعَ يَدَيۡهِ حِيَالَ أُذُنَيۡهِ، قَالَ: ثُمَّ أَتَيۡتُهُمۡ، فَرَأَيۡتُهُمۡ يَرۡفَعُونَ أَيۡدِيَهُمۡ إِلَى صُدُورِهُمۡ فِي افۡتِتَاحِ الصَّلَاةِ، وَعَلَيۡهِمۡ بَرَانِسُ وَأَكۡسِيَةٌ.

728. [Sahih] ‘Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Syarik menceritakan kepada kami dari ‘Ashim bin Kulaib, dari ayahnya, dari Wa`il bin Hujr. Beliau berkata: Aku melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika memulai salat, beliau mengangkat kedua tangan di depan kedua telinganya. Wa`il berkata: Kemudian akan mendatangi mereka, lalu aku melihat mereka mengangkat tangan mereka sampai dada ketika awal salat. Saat itu mereka memakai burnus (sejenis mantel bertudung) dan kisa`.

Sunan Abu Dawud hadits nomor 723, 724, dan 725

٧٢٣ – (صحيح) حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ بۡنِ مَيۡسَرَةَ الۡجُشَمِيُّ، ثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ بۡنُ سَعِيدٍ، [قَالَ]: ثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جُحَادَةَ، حَدَّثَنِي عَبۡدُ الۡجَبَّارِ بۡنُ وَائِلِ بۡنِ حُجۡرٍ قَالَ: كُنۡتُ غُلَامًا لَا أَعۡقِلُ صَلَاةَ أَبِي، [قَالَ]: فَحَدَّثَنِي وَائِلُ بۡنُ عَلۡقَمَةَ، عَنۡ أَبِي وَائِلِ بۡنِ حُجۡرٍ قَالَ: صَلَّيۡتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَكَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيۡهِ، قَالَ: ثُمَّ الۡتَحَفَ، ثُمَّ أَخَذَ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ، وَأَدۡخَلَ يَدَيۡهِ فِي ثَوۡبِهِ، قَالَ: فَإِذَا أَرَادَ أَنۡ يَرۡكَعَ أَخۡرَجَ يَدَيۡهِ ثُمَّ رَفَعَهُمَا، وَإِذَا أَرَادَ أَنۡ يَرۡفَعَ رَأۡسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَ يَدَيۡهِ، ثُمَّ سَجَدَ وَوَضَعَ وَجۡهَهُ بَيۡنَ كَفَّيۡهِ، وَإِذَا رَفَعَ رَأۡسَهُ مِنَ السُّجُودِ أَيۡضًا رَفَعَ يَدَيۡهِ، حَتَّى فَرَغَ مِنۡ صَلَاتِهِ. قَالَ مُحَمَّدٌ: فَذَكَرۡتُ ذٰلِكَ لِلۡحَسَنِ بۡنِ أَبِي الۡحَسَنِ فَقَالَ: هِيَ صَلَاةُ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَعَلَهُ مَنۡ فَعَلَهُ، وَتَرَكَهُ مَنۡ تَرَكَهُ.

قَالَ أَبُو دَاوُدَ: رَوَى هَٰذَا الۡحَدِيثَ هَمَّامٌ، عَنِ ابۡنِ جُحَادَةَ، لَمۡ يَذۡكُرِ الرَّفۡعَ مَعَ الرَّفۡعِ مِنَ السُّجُودِ.

723. [Sahih] ‘Ubaidullah bin ‘Umar bin Maisarah Al-Jusyami telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits bin Sa’id menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Muhammad bin Juhadah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Jabbar bin Wa`il bin Hujr menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Dahulu, aku masih muda umurnya sehingga aku tidak hafal salat ayahku. Beliau berkata: Lalu Wa`il bin ‘Alqamah menceritakan kepadaku dari ayahku, yaitu Wa`il bin Hujr.

Wa`il berkata: Aku salat bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Apabila beliau bertakbir, beliau mengangkat kedua tangannya.

Wa`il berkata: Kemudian beliau menyelimutkan pakaian atas, lalu memegang tangan kiri dengan tangan kanan, dan memasukkan kedua tangannya di dalam pakaiannya.

Wa`il berkata: Apabila beliau hendak rukuk, beliau mengeluarkan kedua tangannya kemudian mengangkat keduanya. Apabila beliau hendak mengangkat kepala dari rukuk, beliau mengangkat kedua tangannya. Kemudian beliau sujud dan meletakkan wajahnya di antara kedua telapak tangannya. Apabila beliau mengangkat kepala dari sujud, beliau juga mengangkat kedua tangannya. Sampai beliau selesai salat.

Muhammad berkata: Aku menyebutkan hal itu kepada Al-Hasan bin Abu Al-Hasan, lalu beliau berkata: Itulah salat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Ada orang yang melakukannya dan ada yang meninggalkannya.

Abu Dawud berkata: Hammam meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Juhadah namun beliau tidak menyebut mengangkat tangan ketika mengangkat kepala dari sujud.

٧٢٤ – (صحيح) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، ثَنَا يَزِيدُ - يَعۡنِي ابۡنَ زُرَيۡعٍ -، ثَنَا الۡمَسۡعُودِيُّ، ثَنَا عَبۡدُ الۡجَبَّارِ بۡنُ وَائِلٍ، حَدَّثَنِي أَهۡلُ بَيۡتِي، عَنۡ أَبِي، أَنَّهُ حَدَّثَهُمۡ، أَنَّهُ رَأَى رَسُولَ اللهِ ﷺ يَرۡفَعُ يَدَيۡهِ مَعَ التَّكۡبِيرِ.

724. [Sahih] Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami: Al-Mas’udi menceritakan kepada kami: ‘Abdul Jabbar bin Wa`il menceritakan kepada kami: Keluargaku menceritakan kepadaku dari ayahku bahwa beliau menceritakan kepada mereka: Bahwa Wa`il melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir.

٧٢٥ – (ضعيف) حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، نا عَبۡدُ الرَّحِيمِ بۡنُ سُلَيۡمَانَ، عَنِ الۡحَسَنِ بۡنِ عُبَيۡدِ اللهِ النَّخَعِيِّ، عَنۡ عَبۡدِ الۡجَبَّارِ بۡنِ وَائِلٍ، عَنۡ أَبِيهِ، أَنَّهُ أَبۡصَرَ النَّبِيَّ ﷺ حِينَ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيۡهِ، حَتَّى كَانَتَا بِحِيَالِ مَنۡكِبَيۡهِ، وَحَاذَى بِإِبۡهَامَيۡهِ أُذُنَيۡهِ، ثُمَّ كَبَّرَ.

725. [Daif] ‘Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdurrahim bin Sulaiman menceritakan kepada kami dari Al-Hasan bin ‘Ubaidullah An-Nakha’i, dari ‘Abdul Jabbar bin Wa`il, dari ayahnya, bahwa beliau melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika berdiri untuk salat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga kedua tangannya di depan kedua pundaknya dan kedua ibu jarinya sejajar dengan kedua telinganya. Kemudian beliau bertakbir.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2138

٥٧ - بَابٌ إِذَا اشۡتَرَى مَتَاعًا أَوۡ دَابَّةً فَوَضَعَهُ عِنۡدَ الۡبَائِع، أَوۡ مَاتَ قَبۡلَ أَنۡ يُقۡبَضَ
57. Bab apabila seseorang membeli barang atau binatang lalu meletakkannya di tempat penjual atau binatang itu mati sebelum diambil


وَقَالَ ابۡنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: مَا أَدۡرَكَتِ الصَّفۡقَةُ حَيًّا مَجۡمُوعًا فَهُوَ مِنَ الۡمُبۡتَاعِ.

Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—berkata, “Jika saat akad binatang yang diperjualbelikan dalam keadaan hidup dan utuh, itu menjadi tanggungan pembeli.”

٢١٣٨ - حَدَّثَنَا فَرۡوَةُ بۡنُ أَبِي الۡمَغۡرَاءِ: أَخۡبَرَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُسۡهِرٍ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: لَقَلَّ يَوۡمٌ كَانَ يَأۡتِي عَلَى النَّبِيِّ ﷺ إِلَّا يَأۡتِي فِيهِ بَيۡتَ أَبِي بَكۡرٍ أَحَدَ طَرَفَيِ النَّهَارِ، فَلَمَّا أُذِنَ لَهُ فِي الۡخُرُوجِ إِلَى الۡمَدِينَةِ، لَمۡ يَرُعۡنَا إِلَّا وَقَدۡ أَتَانَا ظُهۡرًا، فَخُبِّرَ بِهِ أَبُو بَكۡرٍ، فَقَالَ: مَا جَاءَنَا النَّبِيُّ ﷺ فِي هَٰذِهِ السَّاعَةِ، إِلَّا لِأَمۡرٍ حَدَثَ، فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيۡهِ قَالَ لِأَبِي بَكۡرٍ: (أَخۡرِجۡ مَنۡ عِنۡدَكَ). قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّمَا هُمَا ابۡنَتَايَ، يَعۡنِي عَائِشَةَ وَأَسۡمَاءَ، قَالَ: (أَشَعَرۡتَ أَنَّهُ قَدۡ أُذِنَ لِي فِي الۡخُرُوجِ؟). قَالَ: الصُّحۡبَةَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (الصُّحۡبَةَ). قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ عِنۡدِي نَاقَتَيۡنِ أَعۡدَدۡتُهُمَا لِلۡخُرُوجِ، فَخُذۡ إِحۡدَاهُمَا، قَالَ: (قَدۡ أَخَذۡتُهَا بِالثَّمَنِ). [طرفه في: ٤٧٦].

2138. Farwah bin Abu Al-Maghra` telah menceritakan kepada kami: ‘Ali bin Mushir mengabarkan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:

Tidaklah jarang ada hari yang dilalui Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—kecuali beliau mendatangi rumah Abu Bakr di salah satu dari dua batas siang. Ketika beliau sudah diizinkan keluar menuju Madinah, beliau mengejutkan kami karena mendatangi kami di waktu zuhur. Abu Bakr diberitahu akan hal itu.

Abu Bakr berkata, “Tidaklah Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang kepada kami di waktu ini kecuali ada urusan yang baru saja muncul.”

Ketika Nabi masuk menemui Abu Bakr, Nabi berkata kepadanya, “Suruhlah orang yang ada di tempatmu agar keluar!”

Abu Bakr berkata, “Wahai Rasulullah, yang ada hanya dua orang putriku.” Yakni ‘Aisyah dan Asma`.

Nabi berkata, “Apa engkau sudah tahu bahwa aku sudah diizinkan untuk keluar (menuju Madinah)?”

Abu Bakr bertanya, “Bolehkah aku menemanimu, wahai Rasulullah?”

Nabi berkata, “Aku memang sedang mencari teman.”

Abu Bakr berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki dua unta yang sudah aku siapkan untuk keluar (ke Madinah). Ambillah salah satu dari keduanya!”

Nabi berkata, “Aku telah mengambilnya dengan harga.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6287

٤٤ - بَابُ الۡاِسۡتِلۡقَاءِ
44. Bab berbaring


٦٢٨٧ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا الزُّهۡرِيُّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عَبَّادُ بۡنُ تَمِيمٍ، عَنۡ عَمِّهِ قَالَ: رَأَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ فِي الۡمَسۡجِدِ مُسۡتَلۡقِيًا، وَاضِعًا إِحۡدَى رِجۡلَيۡهِ عَلَى الۡأُخۡرَى. [طرفه في: ٤٧٥].

6287. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: Az-Zuhri menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abbad bin Tamim mengabarkan kepadaku dari pamannya. Beliau berkata: Aku melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di dalam masjid sedang berbaring dengan meletakkan salah satu dari kedua kakinya di atas kaki yang lain.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5969

١٠٣ - بَابُ الۡاِسۡتِلۡقَاءِ وَوَضۡعِ الرِّجۡلِ عَلَى الۡأُخۡرَى
103. Bab berbaring dan meletakkan salah satu kaki di atas kaki yang lain


٥٩٦٩ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ يُونُسَ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ سَعۡدٍ: حَدَّثَنَا ابۡنُ شِهَابٍ، عَنۡ عَبَّادِ بۡنِ تَمِيمٍ، عَنۡ عَمِّهِ: أَنَّهُ أَبۡصَرَ النَّبِيَّ ﷺ يَضۡطَجِعُ فِي الۡمَسۡجِدِ، رَافِعًا إِحۡدَى رِجۡلَيۡهِ عَلَى الۡأُخۡرَى. [طرفه في: ٤٧٥].

5969. Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami: Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepada kami: Ibnu Syihab menceritakan kepada kami dari ‘Abbad bin Tamim, dari pamannya: Bahwa beliau melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berbaring di dalam masjid dengan mengangkat salah satu dari kedua kakinya di atas kaki yang lain.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1137

١٠ - بَابُ كَيۡفَ كَانَ صَلَاةُ النَّبِيِّ ﷺ، وَكَمۡ كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُصَلِّي مِنَ اللَّيۡلِ
10. Bab bagaimana salat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan berapa rakaat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat malam


١١٣٧ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَالِمُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: إِنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، كَيۡفَ صَلَاةُ اللَّيۡلِ؟ قَالَ: (مَثۡنَى مَثۡنَى، فَإِذَا خِفۡتَ الصُّبۡحَ فَأَوۡتِرۡ بِوَاحِدَةٍ). [طرفه في: ٤٧٢].

1137. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Salim bin ‘Abdullah mengabarkan kepadaku: Bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan:

Sesungguhnya seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah salat malam?”

Rasulullah menjawab, “Dua rakaat-dua rakaat. Apabila engkau takut (masuk waktu subuh), ganjilkanlah dengan satu rakaat.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 995

٢ – بَابُ سَاعَاتِ الۡوِتۡرِ
2. Bab waktu-waktu salat witir


قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ: أَوۡصَانِي النَّبِيُّ ﷺ بِالۡوِتۡرِ قَبۡلَ النَّوۡمِ.

Abu Hurairah berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memberiku wasiat untuk melakukan salat witir sebelum tidur malam.

٩٩٥ - حَدَّثَنَا أَبُو النُّعۡمَانِ قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَنَسُ بۡنُ سِيرِينَ، قَالَ: قُلۡتُ لِابۡنِ عُمَرَ: أَرَأَيۡتَ الرَّكۡعَتَيۡنِ قَبۡلَ صَلَاةِ الۡغَدَاةِ، أُطِيلُ فِيهِمَا الۡقِرَاءَةَ؟ فَقَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُصَلِّي مِنَ اللَّيۡلِ مَثۡنَى مَثۡنَى، وَيُوتِرُ بِرَكۡعَةٍ، وَيُصَلِّي الرَّكۡعَتَيۡنِ قَبۡلَ صَلَاةِ الۡغَدَاةِ، وَكَأَنَّ الۡأَذَانَ بِأُذُنَيۡهِ. قَالَ حَمَّادٌ: أَىۡ سُرۡعَةً. [طرفه في: ٤٧٢].

995. Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Anas bin Sirin menceritakan kepada kami.

Beliau berkata: Aku bertanya kepada Ibnu ‘Umar, “Apa pendapatmu apabila aku memperlama salat dua rakaat sebelum salat Subuh?”

Ibnu ‘Umar menjawab, “Dahulu, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat malam dua rakaat-dua rakaat dan witir dengan satu rakaat. Beliau juga salat dua rakaat sebelum salat Subuh dalam keadaan seakan-akan ikamah (terdengar) oleh kedua telinganya.”

Hammad berkata: Artinya (beliau melakukannya) dengan cepat.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 993

٩٩٣ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سُلَيۡمَانَ قَالَ: حَدَّثَنِي ابۡنُ وَهۡبٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عَمۡرٌو: أَنَّ عَبۡدَ الرَّحۡمَٰنِ بۡنَ الۡقَاسِمِ حَدَّثَهُ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (صَلَاةُ اللَّيۡلِ مَثۡنَى مَثۡنَى، فَإِذَا أَرَدۡتَ أَنۡ تَنۡصَرِفَ فَارۡكَعۡ رَكۡعَةً تُوتِرُ لَكَ مَا صَلَّيۡتَ). قَالَ الۡقَاسِمُ: وَرَأَيۡنَا أُنَاسًا مُنۡذُ أَدۡرَكۡنَا، يُوتِرُونَ بِثَلَاثٍ، وَإِنَّ كُلًّا لَوَاسِعٌ، أَرۡجُو أَنۡ لَا يَكُونَ بِشَىۡءٍ مِنۡهُ بَأۡسٌ. [طرفه في: ٤٧٢].

993. Yahya bin Sulaiman telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Wahb menceritakan kepadaku. Beliau berkata: ‘Amr mengabarkan kepadaku: Bahwa ‘Abdurrahman bin Al-Qasim menceritakan kepadanya dari ayahnya, dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Salat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Apabila engkau ingin berhenti, engkau salat satu rakaat yang mengganjilkan salat yang telah engkau kerjakan.”

Al-Qasim berkata: Kami telah melihat orang-orang semenjak kami sudah mengerti, mereka salat witir tiga rakaat. Sesungguhnya masing-masing cara salat witir (dengan satu rakaat atau tiga rakaat) adalah perkara yang lapang. Aku berharap cara yang manapun darinya tidak ada masalah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 990 dan 991

١ - بَابُ مَا جَاءَ فِي الۡوِتۡرِ
1. Bab riwayat tentang salat witir


٩٩٠ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ نَافِعٍ، وَعَبۡدِ اللهِ بۡنِ دِينَارٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ: أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَنۡ صَلَاةِ اللَّيۡلِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (صَلَاةُ اللَّيۡلِ مَثۡنَى مَثۡنَى، فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الصُّبۡحَ صَلَّى رَكۡعَةً وَاحِدَةً، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدۡ صَلَّى). [طرفه في: ٤٧٢].

990. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik mengabarkan kepada kami dari Nafi’ dan ‘Abdullah bin Dinar, dari Ibnu ‘Umar: Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tentang salat malam. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Salat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Apabila salah seorang kalian khawatir akan masuk waktu subuh, dia salat satu rakaat yang mengganjilkan salat yang telah dia lakukan.”

٩٩١ - وَعَنۡ نَافِعٍ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ كَانَ يُسَلِّمُ بَيۡنَ الرَّكۡعَةِ وَالرَّكۡعَتَيۡنِ فِي الۡوِتۡرِ، حَتَّى يَأۡمُرَ بِبَعۡضِ حَاجَتِهِ.

991. Dari Nafi’: Bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar bersalam di antara satu rakaat dan dua rakaat dalam salat witir, hingga beliau bisa memerintahkan sebagian hajatnya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6738

٦٧٣٨ - حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ قَالَ: أَمَّا الَّذِي قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَوۡ كُنۡتُ مُتَّخِذًا مِنۡ هَٰذِهِ الۡأُمَّةِ خَلِيلًا لَاتَّخَذۡتُهُ، وَلَكِنۡ خُلَّةُ الۡإِسۡلَامِ أَفۡضَلُ، أَوۡ قَالَ: خَيۡرٌ). فَإِنَّهُ أَنۡزَلَهُ أَبًا، أَوۡ قَالَ: قَضَاهُ أَبًا. [طرفه في: ٤٦٧].

6738. Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami: Ayyub menceritakan kepada kami dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Adapun orang yang Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—katakan, “Andai aku boleh menjadikan khalil (teman yang sangat dicintai) dari umat ini, niscaya aku menjadikan Abu Bakr (orangnya). Akan tetapi persahabatan Islam lebih utama—atau beliau mengatakan: lebih baik,” sesungguhnya Abu Bakr mendudukkan (kakek) sebagai ayah. Atau beliau berkata: menghukumi kakek sebagai ayah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3656 dan 3657

٥ - بَابُ قَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ: (لَوۡ كُنۡتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا)
5. Bab ucapan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Andai aku boleh menjadikan seorang khalil (teman yang sangat dicintai)”


قَالَهُ أَبُو سَعِيدٍ.

Ini diriwayatkan oleh Abu Sa’id.

٣٦٥٦ - حَدَّثَنَا مُسۡلِمُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا وُهَيۡبٌ: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (وَلَوۡ كُنۡتُ مُتَّخِذًا مِنۡ أُمَّتِي خَلِيلًا، لَاتَّخَذۡتُ أَبَا بَكۡرٍ، وَلَٰكِنۡ أَخِي وَصَاحِبِي). [طرفه في: ٣٦٧].

3656. Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami: Wuhaib menceritakan kepada kami: Ayyub menceritakan kepada kami dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Kalau aku boleh menjadikan seorang khalil dari umatku, niscaya aku jadikan Abu Bakr orangnya. Akan tetapi dia adalah saudara dan sahabatku.”

٣٦٥٧ - حَدَّثَنَا مُعَلَّى بۡنُ أَسَدٍ وَمُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ التَّبُوذَكِيُّ قَالَا: حَدَّثَنَا وُهَيۡبٌ، عَنۡ أَيُّوبَ، وَقَالَ: (لَوۡ كُنۡتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا لَاتَّخَذۡتُهُ خَلِيلًا، وَلَٰكِنۡ أُخُوَّةُ الۡإِسۡلَامِ أَفۡضَلُ). [طرفه في: ٣٦٧].

3657. Mu’alla bin Asad dan Musa bin Isma’il At-Tabudzaki telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Wuhaib menceritakan kepada kami dari Ayyub. Nabi bersabda, “Andai aku boleh menjadikan seorang khalil, tentu aku jadikan dia (Abu Bakr) sebagai khalil. Akan tetapi ukhuwah Islam lebih utama.”

حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَهَّابِ، عَنۡ أَيُّوبَ مِثۡلَهُ.

Qutaibah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahhab menceritakan kepada kami dari Ayyub semisal hadis tersebut.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3904

٣٩٠٤ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ أَبِي النَّضۡرِ مَوۡلَى عُمَرَ بۡنِ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ عُبَيۡدٍ، يَعۡنِي ابۡنَ حُنَيۡنٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ جَلَسَ عَلَى الۡمِنۡبَرِ فَقَالَ: (إِنَّ عَبۡدًا خَيَّرَهُ اللهُ بَيۡنَ أَنۡ يُؤۡتِيَهُ مِنۡ زَهۡرَةِ الدُّنۡيَا مَا شَاءَ، وَبَيۡنَ مَا عِنۡدَهُ، فَاخۡتَارَ مَا عِنۡدَهُ). فَبَكَى أَبُو بَكۡرٍ وَقَالَ: فَدَيۡنَاكَ بِآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا. فَعَجِبۡنَا لَهُ، وَقَالَ النَّاسُ: انۡظُرُوا إِلَى هَٰذَا الشَّيۡخِ، يُخۡبِرُ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنۡ عَبۡدٍ خَيَّرَهُ اللهُ بَيۡنَ أَنۡ يُؤۡتِيَهُ مِنۡ زَهۡرَةِ الدُّنۡيَا وَبَيۡنَ مَا عِنۡدَهُ، وَهُوَ يَقُولُ: فَدَيۡنَاكَ بِآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا، فَكَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ هُوَ الۡمُخَيَّرَ، وَكَانَ أَبُو بَكۡرٍ هُوَ أَعۡلَمَنَا بِهِ، وَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِنَّ مِنۡ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحۡبَتِهِ وَمَالِهِ أَبَا بَكۡرٍ، وَلَوۡ كُنۡتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا مِنۡ أُمَّتِي لَاتَّخَذۡتُ أَبَا بَكۡرٍ، إِلَّا خُلَّةَ الۡإِسۡلَامِ، لَا يَبۡقَيَنَّ فِي الۡمَسۡجِدِ خَوۡخَةٌ إِلَّا خَوۡخَةُ أَبِي بَكۡرٍ). [طرفه في: ٤٦٦].

3904. Isma’il bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Abu An-Nadhr maula ‘Umar bin ‘Ubaidullah, dari ‘Ubaid bin Hunain, dari Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—: Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—duduk di mimbar lalu bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah antara Allah berikan bunga perhiasan dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya. Lalu si hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya.”

Abu Bakr menangis dan berkata, “Kami tebus engkau dengan ayah-ayah dan ibu-ibu kami.”

Kami heran terhadapnya. Orang-orang berkata, “Lihatlah bapak ini! Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengabarkan tentang seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah antara Allah berikan bunga perhiasan dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya; lalu dia berkata, ‘Kami tebus engkau dengan ayah-ayah dan ibu-ibu kami’.”

Ternyata, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lah orang yang diberi pilihan itu dan ternyata Abu Bakr adalah orang yang paling berilmu tentangnya di antara kami.

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa bagiku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakr. Andai aku boleh menjadikan seorang khalil (teman yang sangat dicintai) dari umatku, niscaya aku jadikan Abu Bakr orangnya. Akan tetapi yang lebih baik adalah persaudaraan Islam. Jangan biarkan satu pintu pun di dalam masjid ini (terbuka) kecuali pintu Abu Bakr!”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3654

٣ - بَابُ قَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ: (سُدُّوا الۡأَبۡوَابَ إِلَّا بَابَ أَبِي بَكۡرٍ)
3. Bab ucapan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Tutuplah pintu-pintu itu kecuali pintu Abu Bakr!”


قَالَهُ ابۡنُ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Ini dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

٣٦٥٤ - حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ: حَدَّثَنَا فُلَيۡحٌ قَالَ: حَدَّثَنِي سَالِمٌ أَبُو النَّضۡرِ، عَنۡ بُسۡرِ بۡنِ سَعِيدٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: خَطَبَ رَسُولُ اللهِ ﷺ النَّاسَ وَقَالَ: (إِنَّ اللهَ خَيَّرَ عَبۡدًا بَيۡنَ الدُّنۡيَا وَبَيۡنَ مَا عِنۡدَهُ، فَاخۡتَارَ ذٰلِكَ الۡعَبۡدُ مَا عِنۡدَ اللهِ). قَالَ: فَبَكَى أَبُو بَكۡرٍ، فَعَجِبۡنَا لِبُكَائِهِ؛ أَنۡ يُخۡبِرَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنۡ عَبۡدٍ خُيِّرَ، فَكَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ هُوَ الۡمُخَيَّرُ، وَكَانَ أَبُو بَكۡرٍ أَعۡلَمَنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِنَّ مِنۡ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحۡبَتِهِ وَمَالِهِ أَبَا بَكۡرٍ، وَلَوۡ كُنۡتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا غَيۡرَ رَبِّي لَاتَّخَذۡتُ أَبَا بَكۡرٍ، وَلَكِنۡ أُخُوَّةُ الۡإِسۡلَامِ وَمَوَدَّتُهُ، لَا يَبۡقَيَنَّ فِي الۡمَسۡجِدِ بَابٌ إِلَّا سُدَّ إِلَّا بَابُ أَبِي بَكۡرٍ). [طرفه في: ٤٦٦].

3654. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepadaku: Abu ‘Amir menceritakan kepada kami: Fulaih menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Salim Abu An-Nadhr menceritakan kepadaku dari Busr bin Sa’id, dari Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkhotbah di hadapan manusia dan bersabda, “Sesungguhnya Allah mengajukan pilihan kepada seorang hamba, antara dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu memilih apa yang di sisi Allah.”

Abu Sa’id berkata: Abu Bakr menangis. Kami heran akan tangisan beliau. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengabarkan tentang seorang hamba yang diberi pilihan. Ternyata Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lah yang diberi pilihan itu. Memang, Abu Bakr yang paling berilmu di antara kami.

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa bagiku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakr. Andai aku boleh menjadikan khalil (teman yang sangat dicintai) selain Rabi, niscaya aku jadikan Abu Bakr orangnya. Akan tetapi yang lebih baik adalah persaudaraan Islam dan kecintaan terhadap Islam. Jangan biarkan satu pintu pun di masjid ini kecuali ditutup! Kecuali pintu Abu Bakr.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3805

١٣ - بَابُ مَنۡقَبَةِ أُسَيۡدِ بۡنِ حُضَيۡرٍ وَعَبَّادِ بۡنِ بِشۡرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا
13. Bab keutamaan Usaid bin Hudhair dan ‘Abbad bin Bisyrradhiyallahu ‘anhuma


٣٨٠٥ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُسۡلِمٍ: حَدَّثَنَا حَبَّانُ: حَدَّثَنَا هَمَّامٌ: أَخۡبَرَنَا قَتَادَةُ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَجُلَيۡنِ خَرَجَا مِنۡ عِنۡدِ النَّبِيِّ ﷺ فِي لَيۡلَةٍ مُظۡلِمَةٍ، وَإِذَا نُورٌ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمَا حَتَّى تَفَرَّقَا، فَتَفَرَّقَ النُّورُ مَعَهُمَا.

وَقَالَ مَعۡمَرٌ، عَنۡ ثَابِتٍ، عَنۡ أَنَسٍ: أَنَّ أُسَيۡدَ بۡنَ حُضَيۡرٍ، وَرَجُلًا مِنَ الۡأَنۡصَارِ. قَالَ حَمَّادٌ: أَخۡبَرَنَا ثَابِتٌ، عَنۡ أَنَسٍ: كَانَ أُسَيۡدُ بۡنُ حُضَيۡرٍ وَعَبَّادُ بۡنُ بِشۡرٍ عِنۡدَ النَّبِيِّ ﷺ. [طرفه في: ٤٦٥].

3805. ‘Ali bin Muslim telah menceritakan kepada kami: Habban menceritakan kepada kami: Hammam menceritakan kepada kami: Qatadah mengabarkan kepada kami dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—:

Bahwa dua orang lelaki keluar dari tempat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di suatu malam yang gelap. Tiba-tiba ada cahaya di hadapan keduanya hingga keduanya berpisah, cahaya itu ikut berpisah menyertai keduanya.

Ma’mar berkata dari Tsabit, dari Anas: Bahwa Usaid bin Hudhair dan seorang lelaki dari kalangan ansar.

Hammad berkata: Tsabit mengabarkan kepada kami dari Anas: Usaid bin Hudhair dan ‘Abbad bin Bisyr pernah di tempat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3639

٢٨ – بَابٌ
28. Bab


٣٦٣٩ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا مُعَاذٌ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنۡ قَتَادَةَ: حَدَّثَنَا أَنَسٌ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَجُلَيۡنِ مِنۡ أَصۡحَابِ النَّبِيِّ ﷺ، خَرَجَا مِنۡ عِنۡدِ النَّبِيِّ ﷺ فِي لَيۡلَةٍ مُظۡلِمَةٍ، وَمَعَهُمَا مِثۡلُ الۡمِصۡبَاحَيۡنِ يُضِيئَانِ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمَا، فَلَمَّا افۡتَرَقَا صَارَ مَعَ كُلِّ وَاحِدٍ مِنۡهُمَا وَاحِدٌ حَتَّى أَتَى أَهۡلَهُ. [طرفه في: ٤٦٥].

3639. Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepadaku: Mu’adz menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari Qatadah: Anas—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami: Bahwa ada dua orang lelaki dari kalangan sahabat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—keluar dari tempat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di suatu malam yang sangat gelap. Ada semacam dua pelita yang menyertai keduanya bersinar di depan mereka. Ketika kedua lelaki itu berpisah, masing-masing pelita menyertai setiap salah satu dari keduanya hingga mendatangi keluarganya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4853

١ – بَابٌ
1. Bab


٤٨٥٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ نَوۡفَلٍ، عَنۡ عُرۡوَةَ، عَنۡ زَيۡنَبَ ابۡنَةِ أَبِي سَلَمَةَ، عَنۡ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتۡ: شَكَوۡتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ أَنِّي أَشۡتَكِي، فَقَالَ: (طُوفِي مِنۡ وَرَاءِ النَّاسِ وَأَنۡتِ رَاكِبَةٌ). فَطُفۡتُ وَرَسُولُ اللهِ ﷺ يُصَلِّي إِلَى جَنۡبِ الۡبَيۡتِ، يَقۡرَأُ بِالطُّورِ وَكِتَابٍ مَسۡطُورٍ. [طرفه في: ٤٦٤].

4853. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami dari Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Naufal, dari ‘Urwah, dari Zainab binti Abu Salamah, dari Ummu Salamah. Beliau mengatakan:

Aku mengadu kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bahwa aku sakit. Rasulullah bersabda, “Tawaflah dari belakang orang-orang dengan menaiki tunggangan!”

Aku pun tawaf sementara Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat menghadap sisi Kakbah. Beliau membaca surah Ath-Thur.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4117

٣٢ - بَابُ مَرۡجَعِ النَّبِيِّ ﷺ مِنَ الۡأَحۡزَابِ، وَمَخۡرَجِهِ إِلَى بَنِي قُرَيۡظَةَ وَمُحَاصَرَتِهِ إِيَّاهُمۡ
32. Bab kepulangan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dari perang Ahzab dan kepergian beliau berperang menuju bani Quraizhah dan pengepungan terhadap mereka


٤١١٧ - حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ نُمَيۡرٍ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أَبِيهِ عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: لَمَّا رَجَعَ النَّبِيُّ ﷺ مِنَ الۡخَنۡدَقِ، وَوَضَعَ السِّلَاحَ وَاغۡتَسَلَ، أَتَاهُ جِبۡرِيلُ عَلَيۡهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: قَدۡ وَضَعۡتَ السِّلَاحَ؟ وَاللهِ مَا وَضَعۡنَاهُ، فَاخۡرُجۡ إِلَيۡهِمۡ، قَالَ: (فَإِلَى أَيۡنَ؟) قَالَ: هَا هُنَا، وَأَشَارَ إِلَى بَنِي قُرَيۡظَةَ، فَخَرَجَ النَّبِيُّ ﷺ إِلَيۡهِمۡ. [طرفه في: ٤٦٣].

4117. ‘Abdullah bin Abu Syaibah telah menceritakan kepadaku: Ibnu Numair menceritakan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:

Ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—kembali dari Khandaq, meletakkan senjata, dan mandi, Jibril—‘alaihis salam—mendatangi beliau. Jibril bertanya, “Engkau telah meletakkan senjata? Demi Allah, kami belum meletakkan senjata. Keluarlah menuju mereka!”

Nabi bertanya, “Ke mana?”

Jibril menjawab, “Ke sini.” Jibril memberi isyarat kepada bani Quraizhah.

Lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—keluar berperang ke tempat mereka.

Usdul Ghabah - 2890. ‘Abdullah bin Abu Hadrad

٢٨٩٠ - عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي حَدۡرَدٍ
2890. ‘Abdullah bin Abu Hadrad


ب د ع: عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي حَدۡرَدٍ الۡأَسۡلَمِيُّ، وَاسۡمُ أَبِي حَدۡرَدٍ سَلَامَةُ بۡنُ عُمَيۡرِ بۡنِ أَبِي سَلَامَةَ بۡنِ سَعۡدِ بۡنِ مُسَابِ بۡنِ الۡحَارِثِ بۡنِ عَبۡسِ بۡنِ هَوَزَانَ بۡنِ أَسۡلَمَ، وَقِيلَ عَبۡدُ بۡنُ عُمَيۡرِ بۡنِ عَامِرٍ.

‘Abdullah bin Abu Hadrad Al-Aslami. Nama Abu Hadrad adalah Salamah bin ‘Umair bin Abu Salamah bin Sa’d bin Musab bin Al-Harits bin ‘Abs bin Hawazan bin Aslam. Ada pula yang mengatakan (bahwa nama Abu Hadrad) adalah ‘Abd bin ‘Umair bin ‘Amir.

لَهُ صُحۡبَةٌ، يُكۡنَى أَبَا مُحَمَّدٍ، وَأَوَّلُ مَشَاهِدِهِ الۡحُدَيۡبِيَّةُ وَخَيۡبَرُ وَمَا بَعۡدَهُمَا، وَبَعَثَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَيۡنًا إِلَى مَالِكِ بۡنِ عَوۡفٍ النَّصۡرِيِّ وَفِي سَرِيَّةٍ أُخۡرَى قُتِلَ فِيهَا عَامِرُ بۡنُ الۡأَضۡبَطِ فَحَيَاهُمۡ بِتَحِيَّةِ الۡإِسۡلَامِ، فَقَتَلَهُ مُحَلِّمُ بۡنُ جَثَّامَةَ، فَنَزَلَتۡ: ﴿يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبۡتُمۡ فِي سَبِيلِ اللهِ فَتَبَيَّنُوا﴾... الۡآيَة.

Beliau memiliki kedudukan sebagai sahabat Nabi. Beliau bernama kunyah Abu Muhammad. Awal peperangan yang beliau ikuti adalah Hudaibiyyah, Khaibar, dan peperangan setelah itu.

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutus beliau untuk memata-matai Malik bin ‘Auf An-Nashri dan dalam sebuah pasukan lain yang ‘Amir bin Al-Adhbath dibunuh pada peristiwa itu. Ketika itu, ‘Amir mengucapkan salam penghormatan Islam, namun Muhallim bin Jatstsamah membunuhnya. Lalu turunlah ayat, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) di jalan Allah, telitilah! …”

وَاتَّفَقَ أَهۡلُ الۡمَعۡرِفَةِ عَلَى أَنَّ لَهُ صُحۡبَةً، وَشَذَّ بَعۡضُهُمۡ فَقَالَ: لَا صُحۡبَةَ لَهُ، وَإِنَّ أَحَادِيثَهُ مُرۡسَلَةٌ.

Ulama bersepakat bahwa beliau memiliki kedudukan sebagai sahabat Nabi, namun sebagian mereka berpendapat ganjil bahwa dia bukan sahabat Nabi dan bahwa hadis-hadisnya mursal.

وَمَنۡ قَالَ هَٰذَا فَقَدۡ أَخۡطَأَ؛ لِأَنَّ فِيمَا تَقَدَّمَ - مِنۡ إِرۡسَالِهِ مَرَّةً عَيۡنًا، وَمَرَّةً فِي السَّرِيَّةِ الَّتِي قَتَلَ فِيهَا مُحَلِّمٌ عَامِرَ بۡنَ الۡأَضۡبَطِ - حُجَّةً لِمَنۡ يَقُولُ: لَهُ صُحۡبَةٌ، رَوَى ذٰلِكَ ابۡنُ إِسۡحَاقَ، وَرَوَى مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرِ بۡنِ الزُّبَيۡرِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي حَدۡرَدٍ: قَالَ: كُنۡتُ فِي سَرِيَّةٍ بَعَثَهَا النَّبِيُّ ﷺ إِلَى إِضَمٍ - وَادٍ مِنۡ أَوۡدِيَةِ أَشۡجَعَ - فَهَٰذَا كُلُّهُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ لَهُ صُحۡبَةً.

Barang siapa yang berpendapat demikian, dia telah keliru karena sebagaimana yang telah disebutkan di awal bahwa ‘Abdullah bin Abu Hadrad pernah diutus sekali sebagai mata-mata dan sekali dalam rombongan pasukan yang padanya Muhallim membunuh ‘Amir bin Al-Adhbath. Ini merupakan bukti bagi yang berpendapat bahwa ‘Abdullah bin Abu Hadrad adalah sahabat Nabi. Hal itu diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq.

Muhammad bin Ja’far bin Az-Zubair juga meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Abu Hadrad. Beliau berkata: Aku pernah dalam rombongan pasukan yang dikirim oleh Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menuju Idham, salah satu lembah di Asyja’. Ini semua menunjukkan bahwa ‘Abdullah bin Abu Hadrad adalah sahabat Nabi.

قَالَ أَبُو عُمَرَ: وَقَدۡ قِيلَ: إِنَّ الۡقَعۡقَاعَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي حَدۡرَدٍ لَهُ صُحۡبَةٌ. وَهَٰذَا لَيۡسَ بِشَيۡءٍ.

Abu ‘Umar berkata: Sungguh ada yang berkata bahwa Al-Qa’qa’ bin ‘Abdullah bin Abu Hadrad adalah sahabat Nabi. Namun, pendapat ini tidak ada apa-apanya.

وَاحۡتَجَّ مَنۡ زَعَمَ أَنَّ عَبۡدَ اللهِ لَا صُحۡبَةَ لَهُ بِأَنَّهُ يَرۡوِي عَنۡ أَبِيهِ. وَلَيۡسَ فِيهِ حُجَّةٌ، فَقَدۡ رَوَى ابۡنُ عُمَرَ عَنۡ أَبِيهِ، وَكَثِيرٌ مِمَّنۡ لَهُ وَلِأَبِيهِ صُحۡبَةٌ يَرۡوِي الۡاِبۡنُ تَارَةً عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، وَتَارَةً عَنۡ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ فِي بَعۡضِ مَا يَرۡوِي، وَأَمَّا رِوَايَةُ الصَّحَابَةِ بَعۡضِهِمۡ عَنۡ بَعۡضٍ فَكَثِيرٌ، حَتَّى إِنَّ عَلِيًّا مَعَ كَثۡرَةِ صُحۡبَتِهِ وَمُلَازَمَتِهِ يَرۡوِي عَنۡ أَبِي بَكۡرٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Orang yang menyatakan bahwa ‘Abdullah bukan sahabat beralasan karena dia meriwayatkan dari ayahnya. Akan tetapi ini bukan alasan. Ibnu ‘Umar telah meriwayatkan dari ayahnya. Banyak seseorang yang merupakan sahabat dan ayahnya pun juga sahabat. Terkadang si anak meriwayatkan dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan di waktu lain (meriwayatkan) dari ayahnya, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam sebagian riwayatnya.

Adapun sahabat yang satu meriwayatkan dari sahabat yang lain juga sering terjadi. Sampaipun ‘Ali yang sering menemani dan menyertai Nabi, meriwayatkan dari Abu Bakr, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الۡوَهَّابِ بۡنُ هِبَةِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ الۡوَهَّابِ بِإِسۡنَادِهِ إِلَى عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَحۡمَدَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ إِسۡحَاقَ، حَدَّثَنَا حَاتِمُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ الۡمَدَنِيُّ، حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدِ بۡنِ أَبِي يَحۡيَى، عَنۡ أَبِيهِ، عَنِ ابۡنِ أَبِي حَدۡرَدٍ الۡأَسۡلَمِيِّ، أَنَّهُ قَالَ:

‘Abdul Wahhab bin Hibatullah bin ‘Abdul Wahhab telah mengabarkan kepada kami melalui sanadnya sampai ‘Abdullah bin Ahmad. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku: Ibrahim bin Ishaq menceritakan kepada kami: Hatim bin Isma’il Al-Madani menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Muhammad bin Abu Yahya menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Ibnu Abu Hadrad Al-Aslami, bahwa beliau berkata:

كَانَ لِيَهُودِيٍّ عَلَيۡهِ أَرۡبَعَةُ دَرَاهِمَ، فَاسۡتَعۡدَى عَلَيۡهِ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ لِي عَلَى هَٰذَا أَرۡبَعَةَ دَرَاهِمَ، وَقَدۡ غَلَبَنِي عَلَيۡهَا. فَقَالَ: (أَعۡطِهِ حَقَّهُ). قَالَ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالۡحَقِّ مَا أَقۡدِرُ عَلَيۡهَا! قَالَ: (أَعۡطِهِ حَقَّهُ). قَالَ: وَالَّذِي نَفۡسِي بِيَدِهِ مَا أَقۡدِرُ عَلَيۡهَا، قَدۡ أَخۡبَرۡتُهُ أَنَّكَ تَبۡعَثُنَا إِلَى خَيۡبَرَ، فَأَرۡجُوا أَنۡ تُغۡنِمَنَا شَيۡئًا فَأَرۡجِعَ فَأَقۡضِيَهُ. قَالَ: (فَأَعۡطِهِ حَقَّهُ)

Dahulu, Ibnu Abu Hadrad memiliki utang empat dirham kepada seorang Yahudi. Orang Yahudi itu meminta bantuan Nabi untuk berbicara kepada Ibnu Abu Hadrad. Si Yahudi itu berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya aku memiliki piutang empat dirham pada orang ini dan aku sedang membutuhkan uang tersebut.”

Nabi bersabda (kepada Ibnu Abu Hadrad), “Berikan haknya!”

Ibnu Abu Hadrad berkata, “Demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku belum mampu melunasinya.”

Nabi bersabda, “Berikan haknya!”

Ibnu Abu Hadrad berkata, “Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku belum mampu melunasinya. Aku sudah mengabarkan kepadanya bahwa engkau akan mengirim kami ke Khaibar lalu aku berharap bisa mendapat sedikit ganimah sehingga aku bisa kembali dan melunasi utangnya.”

Nabi bersabda, “Berikan haknya!”

قَالَ: وَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا قَالَ ثَلَاثًا لَا يُرَاجِعُ - فَخَرَجَ بِهِ ابۡنُ أَبِي حَدۡرَدٍ إِلَى السُّوقِ وَعَلَى رَأۡسِهِ عِصَابَةٌ، وَهُوَ مُتَّزِرٌ بِبُرۡدَةٍ، فَنَزَعَ الۡعِمَامَةَ مِنۡ رَأۡسِهِ فَاتَّزَرَ بِهَا، وَنَزَعَ الۡبُرۡدَةَ فَقَالَ: اشۡتَرِ مِنِّي هَٰذِهِ الۡبُرۡدَةَ، فَبَاعَهَا مِنۡهُ بِأَرۡبَعَةِ دَرَاهِمَ، فَمَرَّتۡ عَجُوزٌ فَقَالَتۡ: مَا لَكَ يَا صَاحِبَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَأَخۡبَرَهَا، فَقَالَتۡ: هَا دُونَكَ هَٰذَا، لِبُرۡدٍ عَلَيۡهَا، فَطَرَحَتۡهُ عَلَيۡهِ.

Ibnu Abu Hadrad berkata: Dahulu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila sudah berkata tiga kali, beliau tidak akan mengulanginya.

Ibnu Abu Hadrad keluar menuju pasar dengan memakai serban di kepalanya dan bersarungkan burdah. Beliau melepas serban dari kepalanya lalu menyarungkannya dan beliau melepas burdahnya. Ibnu Abu Hadrad berkata, “Belilah burdah ini dariku!” Beliau menjualnya seharga empat dirham.

Lalu ada seorang wanita tua lewat lalu bertanya, “Ada apa denganmu, wahai sahabat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?” Ibnu Abu Hadrad mengabarkan kepadanya.

Wanita tua itu berkata, “Pakailah ini!” Sambil menunjuk ke burdah yang dia pakai, lalu dia melemparkan burdah itu kepada Ibnu Abu Hadrad.

وَتُوُفِّيَ عَبۡدُ اللهِ سَنَةَ إِحۡدَى وَسَبۡعِينَ، قَالَهُ الۡوَاقِدِيُّ: وَضَمۡرَةُ بۡنُ رَبِيعَةَ، وَيَحۡيَى بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ بُكَيۡرٍ، وَإِبۡرَاهِيمُ بۡنُ الۡمُنۡذِرِ، وَكَانَ عُمۡرُهُ إِحۡدَى وَثَمَانِينِ سَنَةً، وَقَالَ خَلِيفَةُ: مَاتَ زَمَنَ مُصۡعَبِ بۡنِ الزُّبَيۡرِ. رَوَى عَنۡهُ ابۡنُهُ الۡقَعۡقَاعُ وَغَيۡرُهُ.

‘Abdullah bin Abu Hadrad wafat pada tahun 71 H. Ini dikatakan oleh Al-Waqidi, Dhamrah bin Rabi’ah, Yahya bin ‘Abdullah bin Bukair, dan Ibrahim bin Al-Mundzir. Umur beliau 81 tahun. Khalifah berkata, “Beliau meninggal pada masa Mush’ab bin Az-Zubair.”

Yang meriwayatkan dari beliau adalah putra beliau, yaitu Al-Qa’qa’ dan selain dia.