Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5847

٣٤ - بَابُ الثَّوۡبِ الۡمُزَعۡفَرِ
34. Bab pakaian yang dicelup dengan safron


٥٨٤٧ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ دِينَارٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ﷺ أَنۡ يَلۡبَسَ الۡمُحۡرِمُ ثَوۡبًا مَصۡبُوغًا بِوَرۡسٍ أَوۡ بِزَعۡفَرَانٍ. [طرفه في: ١٣٤]. 

5847. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Abdullah bin Dinar, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang seorang yang berihram memakai pakaian yang dicelup menggunakan wars (pewarna kuning dari tanaman) atau safron.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7344

٧٣٤٤ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ يُوسُفَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ دِينَارٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ: وَقَّتَ النَّبِيُّ ﷺ قَرۡنًا لِأَهۡلِ نَجۡدٍ، وَالۡجُحۡفَةَ لِأَهۡلِ الشَّأۡمِ، وَذَا الۡحُلَيۡفَةِ لِأَهۡلِ الۡمَدِينَةِ، قَالَ: سَمِعۡتُ هَٰذَا مِنَ النَّبِيِّ ﷺ، وَبَلَغَنِي أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (وَلِأَهۡلِ الۡيَمَنِ يَلَمۡلَمُ). وَذُكِرَ الۡعِرَاقُ، فَقَالَ: لَمۡ يَكُنۡ عِرَاقٌ يَوۡمَئِذٍ. 

7344. Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Abdullah bin Dinar, dari Ibnu ‘Umar: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menentukan mikat Qarn untuk penduduk Najd, Juhfah untuk penduduk Syam, Dzul Hulaifah untuk penduduk Madinah. 

Ibnu ‘Umar mengatakan: Aku mendengar ini dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan sampai kabar kepadaku bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Mikat untuk penduduk Yaman adalah Yalamlam.” 

Ada yang menanyakan mikat untuk ‘Iraq, lalu Ibnu ‘Umar mengatakan, “Pada hari itu, (kaum muslimin) ‘Iraq belum ada.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 269

١٣ - بَابُ غَسۡلِ الۡمَذۡيِ وَالۡوُضُوءِ مِنۡهُ
13. Bab membasuh mazi dan wudu karenanya


٢٦٩ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡوَلِيدِ قَالَ: حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، عَنۡ أَبِي حَصِينٍ، عَنۡ أَبِي عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ، عَنۡ عَلِيٍّ قَالَ: كُنۡتُ رَجُلًا مَذَّاءً، فَأَمَرۡتُ رَجُلًا أَنۡ يَسۡأَلَ النَّبِيَّ ﷺ، لِمَكَانِ ابۡنَتِهِ، فَسَأَلَ فَقَالَ: (تَوَضَّأۡ وَاغۡسِلۡ ذَكَرَكَ). [طرفه في: ١٣٢]. 

269. Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Za`idah menceritakan kepada kami dari Abu Hashin, dari Abu ‘Abdurrahman, dari ‘Ali. Beliau mengatakan: Aku adalah seorang pria yang banyak mengeluarkan mazi. Aku menyuruh seorang lelaki untuk bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—karena keberadaan putri beliau. Lelaki itu bertanya, lantas Nabi bersabda, “Berwudulah dan cucilah zakarmu!”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 178

١٧٨ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ مُنۡذِرٍ أَبِي يَعۡلَى الثَّوۡرِيِّ، عَنۡ مُحَمَّدٍ ابۡنِ الۡحَنَفِيَّةِ قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ: كُنۡتُ رَجُلًا مَذَّاءً، فَاسۡتَحۡيَيۡتُ أَنۡ أَسۡأَلَ رَسُولَ اللهِ ﷺ، فَأَمَرۡتُ الۡمِقۡدَادَ بۡنَ الۡأَسۡوَدِ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ: (فِيهِ الۡوُضُوءُ). وَرَوَاهُ شُعۡبَةُ عَنِ الۡأَعۡمَشِ. 

[طرفه في: ١٣٢]. 

178. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Jarir menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Mundzir Abu Ya’la Ats-Tsauri, dari Muhammad bin Al-Hanafiyyah. Beliau berkata: 

‘Ali mengatakan: Aku adalah pria yang banyak mengeluarkan mazi. Aku malu untuk bertanya langsung kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sehingga aku menyuruh Al-Miqdad bin Al-Aswad bertanya kepada beliau. 

Lantas Rasulullah bersabda, “Padanya ada (kewajiban) wudu.” 

Syu’bah juga meriwayatkannya dari Al-A’masy.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6121

٧٩ - بَابُ مَا لَا يُسۡتَحۡيَا مِنَ الۡحَقِّ لِلتَّفَقُّهِ فِي الدِّينِ
79. Bab hal yang tidak boleh malu dari kebenaran untuk mendalami ilmu agama


٦١٢١ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ هِشَامِ بۡنِ عُرۡوَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ زَيۡنَبَ ابۡنَةِ أَبِي سَلَمَةَ، عَنۡ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: جَاءَتۡ أُمُّ سُلَيۡمٍ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ اللهَ لَا يَسۡتَحِي مِنَ الۡحَقِّ، فَهَلۡ عَلَى الۡمَرۡأَةِ غُسۡلٌ إِذَا احۡتَلَمَتۡ؟ فَقَالَ: (نَعَمۡ، إِذَا رَأَتِ الۡمَاءَ). [طرفه في: ١٣٠]. 

6121. Isma’il telah menceritakan kepad kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari Zainab putri Abu Salamah, dari Ummu Salamah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau berkata: 

Ummu Sulaim datang menemui Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, sungguh Allah tidak malu dari kebenaran. Apakah wanita wajib mandi apabila mimpi basah?” 

Rasulullah menjawab, “Iya, apabila dia melihat air (mani).”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6091

٦٠٩١ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ هِشَامٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي أَبِي، عَنۡ زَيۡنَبَ بِنۡتِ أُمِّ سَلَمَةَ، عَنۡ أُمِّ سَلَمَةَ: أَنَّ أُمَّ سُلَيۡمٍ قَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ اللهَ لَا يَسۡتَحِي مِنَ الۡحَقِّ، هَلۡ عَلَى الۡمَرۡأَةِ غُسۡلٌ إِذَا احۡتَلَمَتۡ؟ قَالَ: (نَعَمۡ، إِذَا رَأَتِ الۡمَاءَ). فَضَحِكَتۡ أُمُّ سَلَمَةَ، فَقَالَتۡ: أَتَحۡتَلِمُ الۡمَرۡأَةُ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (فَبِمَ شَبَهُ الۡوَلَدِ؟). [طرفه في ١٣٠]. 

6091. Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami dari Hisyam. Beliau berkata: Ayahku mengabarkan kepadaku dari Zainab binti Ummu Salamah, dari Ummu Salamah: 

Bahwa Ummu Sulaim bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran. Apakah seorang wanita wajib mandi apabila mimpi basah?” 

Rasulullah menjawab, “Iya, apabila dia melihat air (mani).” 

Ummu Salamah tertawa lalu bertanya, “Apakah wanita bisa mimpi basah?” 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Lalu dengan sebab apa kemiripan seorang anak?”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3328

٣٣٢٨ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ هِشَامِ بۡنِ عُرۡوَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ زَيۡنَبَ بِنۡتِ أَبِي سَلَمَةَ، عَنۡ أُمِّ سَلَمَةَ: أَنَّ أُمَّ سُلَيۡمٍ قَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ اللهَ لَا يَسۡتَحۡيِي مِنَ الۡحَقِّ، فَهَلۡ عَلَى الۡمَرۡأَةِ الۡغَسۡلُ إِذَا احۡتَلَمَتۡ؟ قَالَ: (نَعَمۡ، إِذَا رَأَتِ الۡمَاءَ). فَضَحِكَتۡ أُمُّ سَلَمَةَ، فَقَالَتۡ: تَحۡتَلِمُ الۡمَرۡأَةُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (فَبِمَا يُشۡبِهُ الۡوَلَدُ؟). [طرفه في: ١٣٠]. 

3328. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari Zainab binti Abu Salamah, dari Ummu Salamah bahwa Ummu Sulaim bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran. Apakah wanita wajib mandi apabila mimpi basah?” 

Rasulullah menjawab, “Iya, ketika dia melihat air (mani).” 

Ummu Salamah tertawa seraya bertanya, “Apa wanita bisa mimpi basah?” 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Lalu dengan apa seorang anak bisa mirip?”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7243

٧٢٤٣ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا أَبُو الۡأَحۡوَصِ: حَدَّثَنَا أَشۡعَثُ، عَنِ الۡأَسۡوَدِ بۡنِ يَزِيدَ، عَنۡ عَائِشَةَ قَالَتۡ: سَأَلۡتُ النَّبِيَّ ﷺ عَنِ الۡجَدۡرِ أَمِنَ الۡبَيۡتِ هُوَ؟ قَالَ: (نَعَمۡ). قُلۡتُ: فَمَا لَهُمۡ لَمۡ يُدۡخِلُوهُ فِي الۡبَيۡتِ؟ قَالَ: (إِنَّ قَوۡمَكِ قَصَّرَتۡ بِهِمُ النَّفَقَةُ). قُلۡتُ: فَمَا شَأۡنُ بَابِهِ مُرۡتَفِعًا؟ قَالَ: (فَعَلَ ذَاكِ قَوۡمُكِ لِيُدۡخِلُوا مَنۡ شَاءُوا، وَيَمۡنَعُوا مَنۡ شَاءُوا، لَوۡلَا أَنَّ قَوۡمَكِ حَدِيثٌ عَهۡدُهُمۡ بِالۡجَاهِلِيَّةِ، فَأَخَافُ أَنۡ تُنۡكِرَ قُلُوبُهُمۡ أَنۡ أُدۡخِلَ الۡجَدۡرَ فِي الۡبَيۡتِ، وَأَنۡ أُلۡصِقَ بَابَهُ فِي الۡأَرۡضِ). [طرفه في: ١٢٦].

7243. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Abu Al-Ahwash menceritakan kepada kami: Asy’ats menceritakan kepada kami dari Al-Aswad bin Yazid, dari ‘Aisyah. Beliau mengatakan: 

Aku bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tentang pondasi tembok, apakah termasuk Kakbah. 

Beliau bersabda, “Iya.” 

Aku bertanya, “Mengapa mereka tidak memasukkannya ke dalam Kakbah?” 

Nabi menjawab, “Sesungguhnya kaummu kekurangan biaya.” 

Aku bertanya, “Lalu mengapa pintunya dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah?” 

Nabi menjawab, “Kaummu dahulu melakukannya agar bisa memasukkan siapa saja yang mereka mau dan mencegah siapa saja yang mereka mau. Andai kaummu masa mereka tidak dekat dengan masa jahiliah, karena aku khawatir nanti hati-hati mereka akan mengingkari apabila aku memasukkan bagian pondasi tembok itu ke dalam Kakbah dan aku tempelkan pintunya di atas permukaan tanah.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4484

١٠ – بَابٌ قَوۡلُهُ تَعَالَى: ﴿وَإِذۡ يَرۡفَعُ إِبۡرَٰهِـۧمُ ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَـٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ﴾ ۝١٢٧
10. Bab firman Allah taala, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): Ya Tuhan kami, terimalah dari kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 127)


الۡقَوَاعِدُ: أَسَاسُهُ، وَاحِدَتُهَا قَاعِدَةٌ، ﴿وَالۡقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاءِ﴾ [النور: ٦٠] وَاحِدُهَا قَاعِدٌ. 

Qawa’id artinya adalah dasarnya. Bentuk tunggalnya adalah qa’idah.

“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung).” (QS. An-Nur: 60). Bentuk tunggal dari kata qawa’id dalam ayat ini adalah qa’id.

٤٤٨٤ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ سَالِمِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ مُحَمَّدِ بۡنِ أَبِي بَكۡرٍ: أَخۡبَرَ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (أَلَمۡ تَرَىۡ أَنَّ قَوۡمَكِ بَنَوُا الۡكَعۡبَةَ وَاقۡتَصَرُوا عَنۡ قَوَاعِدِ إِبۡرَاهِيمَ؟). فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَلَا تَرُدُّهَا عَلَى قَوَاعِدِ إِبۡرَاهِيمَ؟ قَالَ: (لَوۡلَا حِدۡثَانُ قَوۡمِكِ بِالۡكُفۡرِ). 

فَقَالَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ: لَئِنۡ كَانَتۡ عَائِشَةُ سَمِعَتۡ هَٰذَا مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ، مَا أُرَى رَسُولَ اللهِ ﷺ تَرَكَ اسۡتِلَامَ الرُّكۡنَيۡنِ اللَّذَيۡنِ يَلِيَانِ الۡحِجۡرَ إِلَّا أَنَّ الۡبَيۡتَ لَمۡ يُتَمَّمۡ عَلَى قَوَاعِدِ إِبۡرَاهِيمَ. [طرفه في: ١٢٦]. 

4484. Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab, dari Salim bin ‘Abdullah: Bahwa ‘Abdullah bin Muhammad bin Abu Bakr mengabari ‘Abdullah bin ‘Umar dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tidakkah engkau lihat bahwa kaummu membangun Kakbah namun mereka mengurangi dari pondasi Nabi Ibrahim?” Aku berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau kembalikan sesuai pondasi Nabi Ibrahim?” Rasulullah bersabda, “Andai tidak karena masa kaummu masih dekat dengan kekafiran.” 

‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Jika ‘Aisyah telah mendengar ini dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, maka tidaklah aku mengira Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meninggalkan menyentuh dua pojok yang bersambung dengan hijr kecuali karena Kakbah memang belum disempurnakan sesuai pondasi Nabi Ibrahim.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3368

٣٣٦٨ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ سَالِمِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ: أَنَّ ابۡنَ أَبِي بَكۡرٍ: أَخۡبَرَ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمۡ، زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (أَلَمۡ تَرَىۡ أَنَّ قَوۡمَكِ بَنَوُا الۡكَعۡبَةَ اقۡتَصَرُوا عَنۡ قَوَاعِدِ إِبۡرَاهِيمَ؟) فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَلَا تَرُدُّهَا عَلَى قَوَاعِدِ إِبۡرَاهِيمَ؟ فَقَالَ: (لَوۡلَا حِدۡثَانُ قَوۡمِكِ بِالۡكُفۡرِ). 

فَقَالَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ: لَئِنۡ كَانَتۡ عَائِشَةُ سَمِعَتۡ هَٰذَا مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ، مَا أُرَى أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ تَرَكَ اسۡتِلَامَ الرُّكۡنَيۡنِ اللَّذَيۡنِ يَلِيَانِ الۡحِجۡرَ، إِلَّا أَنَّ الۡبَيۡتَ لَمۡ يُتَمَّمۡ عَلَى قَوَاعِدِ إِبۡرَاهِيمَ. 

وَقَالَ إِسۡمَاعِيلُ: عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدِ بۡنِ أَبِي بَكۡرٍ. [طرفه في: ١٢٦]. 

3368. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Salim bin ‘Abdullah bahwa putra Abu Bakr mengabarkan kepada ‘Abdullah bin ‘Umar dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anhum—istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—: 

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tidakkah engkau lihat bahwa kaummu telah membangun Kakbah dengan mengurangi dari pondasi yang dibuat Nabi Ibrahim?” 

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa tidak engkau mengembalikannya sesuai dengan pondasi Nabi Ibrahim?” 

Rasulullah bersabda, “Andai saja kaummu tidak dekat masa mereka dengan kekafiran.” 

‘Abdullah bin ‘Umar berkata: Jika ‘Aisyah telah mendengar ini dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, aku tidak mengira bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meninggalkan menyentuh dua pojok yang bersambung dengan hijr kecuali karena Kakbah belum disempurnakan sesuai dengan pondasi Ibrahim. 

Isma’il berkata: ‘Abdullah bin Muhammad bin Abu Bakr.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7462

٧٤٦٢ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: عَنۡ عَبۡدِ الۡوَاحِدِ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَلۡقَمَةَ، عَنِ ابۡنِ مَسۡعُودٍ قَالَ: بَيۡنَا أَنَا أَمۡشِي مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي بَعۡضِ حَرۡثِ الۡمَدِينَةِ، وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى عَسِيبٍ مَعَهُ، فَمَرَرۡنَا عَلَى نَفَرٍ مِنَ الۡيَهُودِ، فَقَالَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ: سَلُوهُ عَنِ الرُّوحِ، فَقَالَ بَعۡضُهُمۡ: لَا تَسۡأَلُوهُ أَنۡ يَجِيءَ فِيهِ بِشَىۡءٍ تَكۡرَهُونَهُ، فَقَالَ بَعۡضُهُمۡ: لَنَسۡأَلَنَّهُ، فَقَامَ إِلَيۡهِ رَجُلٌ مِنۡهُمۡ فَقَالَ: يَا أَبَا الۡقَاسِمِ، مَا الرُّوحُ؟ فَسَكَتَ عَنۡهُ النَّبِيُّ ﷺ، فَعَلِمۡتُ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيۡهِ، فَقَالَ: ﴿وَيَسۡأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنۡ أَمۡرِ رَبِّي وَمَا أُوتُوا مِنَ الۡعِلۡمِ إِلَّا قَلِيلًا﴾ [الإِسراء: ٨٥] قَالَ الۡأَعۡمَشُ: هَٰكَذَا فِي قِرِاءَتِنَا. [طرفه في: ١٢٥]. 

7462. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami dari ‘Abdul Wahid, dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari Ibnu Mas’ud. Beliau mengatakan: 

Ketika aku berjalan bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di sebagian ladang Madinah dan beliau sedang bertopang di atas tongkat dari pelepah kurma, kami melewati beberapa orang Yahudi. Sebagian mereka berkata kepada yang lain, “Tanyailah dia tentang ruh!” 

Sebagian mereka berkata, “Jangan kalian tanyai dia! Nanti dia akan memberi jawaban yang kalian tidak sukai.” 

Sebagian mereka berkata, “Kami tetap akan bertanya kepadanya.” 

Salah seorang lelaki di antara mereka bangkit mendekati beliau, “Wahai Abu Al-Qasim, apakah ruh itu?” 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—diam. Aku mengetahui bahwa beliau sedang menerima wahyu. Setelah itu beliau bersabda, “Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan mereka tidaklah diberi pengetahuan kecuali sedikit.” (QS. Al-Isra`: 85). 

Al-A’masy berkata: Beginilah dalam qiraah kami.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7456

٧٤٥٦ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَلۡقَمَةَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: كُنۡتُ أَمۡشِي مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي حَرۡثٍ بِالۡمَدِينَةِ، وَهُوَ مُتَّكِىءٌ عَلَى عَسِيبٍ، فَمَرَّ بِقَوۡمٍ مِنَ الۡيَهُودِ، فَقَالَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ: سَلُوهُ عَنِ الرُّوحِ، وَقَالَ بَعۡضُهُمۡ: لَا تَسۡأَلُوهُ، فَسَأَلُوهُ عَنِ الرُّوحِ، فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى الۡعَسِيبِ، وَأَنَا خَلۡفَهُ، فَظَنَنۡتُ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيۡهِ، فَقَالَ: ﴿وَيَسۡأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنۡ أَمۡرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمۡ مِنَ الۡعِلۡمِ إِلَّا قَلِيلًا﴾ [الإسراء: ٨٥]، فَقَالَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ: قَدۡ قُلۡنَا لَكُمۡ لَا تَسۡأَلُوهُ. [طرفه في: ١٢٥]. 

7456. Yahya telah menceritakan kepada kami: Waki’ menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari ‘Abdullah. Beliau mengatakan: 

Aku pernah berjalan bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di sebuah ladang di Madinah. Beliau bertopang di atas tongkat dari pelepah pohon kurma. Beliau melewati beberapa orang Yahudi. 

Sebagian mereka berkata kepada yang lainnya, “Tanyailah dia tentang ruh!” 

Sebagian mereka berkata, “Jangan kalian tanyai dia!” 

Mereka tetap menanyai beliau tentang ruh. Beliau berdiri bertopang di atas tongkat, sedangkan aku di belakang beliau. Aku yakin bahwa beliau sedang menerima wahyu. 

Lalu beliau bersabda, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh itu termasuk urusan Rabi dan kalian tidaklah diberi pengetahuan kecuali sedikit.” (QS. Al-Isra`: 85). 

Sebagian mereka berkata kepada yang lain, “Sudah kami katakan kepada kalian untuk tidak usah menanyai dia.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7297

٧٢٩٧ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عُبَيۡدِ بۡنِ مَيۡمُونٍ: حَدَّثَنَا عِيسَى بۡنُ يُونُسَ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَلۡقَمَةَ، عَنِ ابۡنِ مَسۡعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كُنۡتُ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي حَرۡثٍ بِالۡمَدِينَةِ - وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى عَسِيبٍ - فَمَرَّ بِنَفَرٍ مِنَ الۡيَهُودِ فَقَالَ بَعۡضُهُمۡ: سَلُوهُ عَنِ الرُّوحِ، وَقَالَ بَعۡضُهُمۡ: لَا تَسۡأَلُوهُ، لَا يُسۡمِعُكُمۡ مَا تَكۡرَهُونَ، فَقَامُوا إِلَيۡهِ فَقَالُوا: يَا أَبَا الۡقَاسِمِ، حَدِّثۡنَا عَنِ الرُّوحِ، فَقَامَ سَاعَةً يَنۡظُرُ، فَعَرَفۡتُ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيۡهِ، فَتَأَخَّرۡتُ عَنۡهُ حَتَّى صَعِدَ الۡوَحۡيُ، ثُمَّ قَالَ: ﴿وَيَسۡأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنۡ أَمۡرِ رَبِّي﴾ [الإسراء: ٨٥]. [طرفه في: ١٢٥]. 

7297. Muhammad bin ‘Ubaid bin Maimun telah menceritakan kepada kami: ‘Isa bin Yunus menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari Ibnu Mas’ud—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: 

Dahulu aku pernah bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di suatu ladang di Madinah. Beliau sedang bertopang pada sebuah tongkat dari pelepah kurma. Lalu ada beberapa orang Yahudi lewat. 

Sebagian mereka berkata, “Tanyai dia tentang ruh!” 

Sebagian mereka berkata, “Jangan kalian bertanya kepadanya agar dia tidak memperdengarkan hal yang tidak kalian sukai kepada kalian.” 

Mereka bangkit ke tempat beliau lalu berkata, “Wahai Abu Al-Qasim, ceritakan kepada kami tentang ruh.” 

Lalu Nabi berdiri sejenak sembari memandang. Aku mengetahui bahwa beliau sedang menerima wahyu, lalu aku pun mundur dari beliau hingga wahyu naik. Kemudian beliau bersabda, “Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh itu termasuk urusan Rabi.” (QS. Al-Isra`: 85).

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4721

١٣ – بَابٌ ﴿وَيَسۡأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ﴾ ۝٨٥
13. Bab “Mereka menanyaimu tentang ruh.” (QS. Al-Isra`: 85)


٤٧٢١ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصِ بۡنِ غِيَاثٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ قَالَ: حَدَّثَنِي إِبۡرَاهِيمُ، عَنۡ عَلۡقَمَةَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: بَيۡنَا أَنَا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي حَرۡثٍ، وَهُوَ مُتَّكِىءٌ عَلَى عَسِيبٍ، إِذۡ مَرَّ الۡيَهُودُ، فَقَالَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ: سَلُوهُ عَنِ الرُّوحِ؟ فَقَالَ: مَا رَابَكُمۡ إِلَيۡهِ؟ وَقَالَ بَعۡضُهُمۡ: لَا يَسۡتَقۡبِلُكُمۡ بِشَىۡءٍ تَكۡرَهُونَهُ، فَقَالُوا: سَلُوهُ، فَسَأَلُوهُ عَنِ الرُّوحِ، فَأَمۡسَكَ النَّبِيُّ ﷺ فَلَمۡ يَرُدَّ عَلَيۡهِمۡ شَيۡئًا، فَعَلِمۡتُ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيۡهِ، فَقُمۡتُ مَقَامِي، فَلَمَّا نَزَلَ الۡوَحۡيُ قَالَ: ﴿وَيَسۡأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنۡ أَمۡرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمۡ مِنَ الۡعِلۡمِ إِلَّا قَلِيلًا﴾. [طرفه في: ١٢٥]. 

4721. ‘Umar bin Hafsh bin Ghiyats telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibrahim menceritakan kepadaku dari ‘Alqamah, dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: 

Ketika aku bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di suatu ladang dan beliau sedang bertopang pada sebuah tongkat dari pelepah kurma, tiba-tiba ada orang-orang Yahudi lewat. 

Sebagian mereka berkata kepada yang lainnya, “Tanyailah dia tentang ruh!” 

Sebagiannya berkata, “Apakah dia telah membuat kalian ragu tentangnya?” 

Sebagian mereka berkata, “Jangan sampai dia menanggapi pertanyaan kalian dengan jawaban yang tidak kalian suka.” 

Mereka berkata, “Tanyailah dia!” 

Mereka pun bertanya tentang ruh kepada beliau. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—diam tidak menjawab mereka sedikitpun. Aku mengetahui bahwa beliau sedang mendapat wahyu. Aku berdiri di tempatku. 

Ketika wahyu sudah selesai turun beliau bersabda, “Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh itu termasuk urusan Rabi dan kalian tidak diberi ilmu kecuali sedikit.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3126

١٠ - بَابُ مَنۡ قَاتَلَ لِلۡمَغۡنَمِ، هَلۡ يَنۡقُصُ مِنۡ أَجۡرِه؟
10. Bab barang siapa berperang untuk ganimah, apakah pahalanya berkurang?


٣١٢٦ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ عَمۡرٍو قَالَ: سَمِعۡتُ أَبَا وَائِلٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الۡأَشۡعَرِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ أَعۡرَابِيٌّ لِلنَّبِيِّ ﷺ: الرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلۡمَغۡنَمِ، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُذۡكَرَ، وَيُقَاتِلُ لِيُرَى مَكَانُهُ، مَنۡ فِي سَبِيلِ اللهِ؟ فَقَالَ: (مَنۡ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الۡعُلۡيَا، فَهۡوَ فِي سَبِيلِ اللهِ). [طرفه في: ١٢٣]. 

3126. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepadaku: Ghundar menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari ‘Amr. Beliau berkata: Aku mendengar Abu Wa`il berkata: Abu Musa Al-Asy’ari—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami. Beliau berkata: 

Seorang badui Arab bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Seorang lelaki berperang untuk ganimah, ada pula lelaki yang berperang untuk dikenang, dan ada yang berperang agar kedudukannya dipandang. Siapa yang di jalan Allah?” 

Nabi menjawab, “Siapa saja yang berperang agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi, maka dialah yang di jalan Allah.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2810

١٥ - بَابُ مَنۡ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الۡعُلۡيَا
15. Bab barang siapa yang berperang agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi


٢٨١٠ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ عَمۡرٍو، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: الرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلۡمَغۡنَمِ، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلذِّكۡرِ، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُرَى مَكَانُهُ، فَمَنۡ فِي سَبِيلِ اللهِ؟ قَالَ: (مَنۡ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الۡعُلۡيَا، فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ). [طرفه في: ١٢٣]. 

2810. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari ‘Amr, dari Abu Wa`il, dari Abu Musa—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: 

Ada seseorang datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seraya bertanya, “Seorang lelaki berperang untuk mendapatkan ganimah, ada pula lelaki yang berperang untuk dikenang, ada lagi lelaki yang berperang agar kedudukannya terpandang. Siapa yang berperang di jalan Allah?” 

Nabi menjawab, “Siapa saja yang berperang agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi, maka dialah yang di jalan Allah.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7354

٧٣٥٤ - حَدَّثَنَا عَلِيٌّ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنِي الزُّهۡرِيُّ: أَنَّهُ سَمِعَهُ مِنَ الۡأَعۡرَجِ يَقُولُ: أَخۡبَرَنِي أَبُو هُرَيۡرَةَ قَالَ: إِنَّكُمۡ تَزۡعُمُونَ أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ يُكۡثِرُ الۡحَدِيثَ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَاللهُ الۡمَوۡعِدُ، إِنِّي كُنۡتُ امۡرَأً مِسۡكِينًا، أَلۡزَمُ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَلَى مِلۡءِ بَطۡنِي، وَكَانَ الۡمُهَاجِرُونَ يَشۡغَلُهُمُ الصَّفۡقُ بِالۡأَسۡوَاقِ، وَكَانَتِ الۡأَنۡصَارُ يَشۡغَلُهُمُ الۡقِيَامُ عَلَى أَمۡوَالِهِمۡ، فَشَهِدۡتُ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ ذَاتَ يَوۡمٍ، وَقَالَ: (مَنۡ يَبۡسُطۡ رِدَاءَهُ حَتَّى أَقۡضِيَ مَقَالَتِي، ثُمَّ يَقۡبِضۡهُ، فَلَنۡ يَنۡسَى شَيۡئًا سَمِعَهُ مِنِّي). فَبَسَطۡتُ بُرۡدَةً كَانَتۡ عَلَىَّ، فَوَالَّذِي بَعَثَهُ بِالۡحَقِّ، مَا نَسِيتُ شَيۡئًا سَمِعۡتُهُ مِنۡهُ. [طرفه في: ١١٨]. 

7354. ‘Ali telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: Az-Zuhri menceritakan kepadaku bahwa beliau mendengarnya dari Al-A’raj. Beliau berkata: Abu Hurairah mengabarkan kepadaku. Beliau mengatakan: 

Sesungguhnya kalian menyatakan bahwa Abu Hurairah terlalu banyak menyampaikan hadis atas nama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Di sisi Allah nanti perhitungannya. Sesungguhnya dahulu aku adalah seorang yang miskin. Aku terus bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dengan seadanya isi perutku. Sedangkan dahulu orang-orang Muhajirin tersibukkan oleh jual beli di pasar-pasar dan orang-orang Ansar tersibukkan mengurusi ladang mereka. 

Lalu aku menyaksikan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pada suatu hari beliau bersabda, “Siapa saja yang membentangkan pakaian atasnya hingga aku menyelesaikan ucapanku kemudian dia menangkupkannya, maka dia tidak akan melupakan sedikit saja yang dia dengan dariku.” 

Aku membentangkan selembar burdah yang tadinya kupakai. Demi Allah yang telah mengutus beliau dengan kebenaran, aku tidak melupakan sedikitpun yang aku dengar dari beliau.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3648

٣٦٤٨ - حَدَّثَنِي إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ الۡمُنۡذِرِ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي الۡفُدَيۡكِ، عَنِ ابۡنِ أَبِي ذِئۡبٍ، عَنِ الۡمَقۡبُرِيِّ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي سَمِعۡتُ مِنۡكَ حَدِيثًا كَثِيرًا فَأَنۡسَاهُ، قَالَ: (ابۡسُطۡ رِدَاءَكَ) فَبَسَطۡتُ، فَغَرَفَ بِيَدِهِ فِيهِ، ثُمَّ قَالَ: (ضُمَّهُ). فَضَمَمۡتُهُ، فَمَا نَسِيتُ حَدِيثًا بَعۡدُ. [طرفه في: ١١٨]. 

3648. Ibrahim bin Al-Mundzir telah menceritakan kepadaku: Ibnu Abu Al-Fudaik menceritakan kepada kami dari Ibnu Abu Dzi`b, dari Al-Maqburi, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: 

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku mendengar hadis yang banyak darimu, lalu aku melupakannya.” 

Rasulullah bersabda, “Bentangkan pakaian atasmu!” 

Aku membentangkannya, lalu beliau menciduk dengan tangannya lalu menuangkan ke dalamnya. 

Kemudian beliau bersabda, “Tangkupkan pakaianmu!” 

Aku pun menangkupkannya, lalu aku tidak melupakan satu hadis pun setelah itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2350

٢٣٥٠ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ سَعۡدٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: يَقُولُونَ: إِنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ يُكۡثِرُ الۡحَدِيثَ، وَاللهُ الۡمَوۡعِدُ، وَيَقُولُونَ: مَا لِلۡمُهَاجِرِينَ وَالۡأَنۡصَارِ لَا يُحَدِّثُونَ مِثۡلَ أَحَادِيثِهِ؟ وَإِنَّ إِخۡوَتِي مِنَ الۡمُهَاجِرِينَ كَانَ يَشۡغَلُهُمُ الصَّفۡقُ بِالۡأَسۡوَاقِ، وَإِنَّ إِخۡوَتِي مِنَ الأَنۡصَارِ كَانَ يَشۡغَلُهُمۡ عَمَلُ أَمۡوَالِهِمۡ، وَكُنۡتُ امۡرَأً مِسۡكِينًا، أَلۡزَمُ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَلَى مِلۡءِ بَطۡنِي، فَأَحۡضُرُ حِينَ يَغِيبُونَ، وَأَعِي حِينَ يَنۡسَوۡنَ، وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ يَوۡمًا: (لَنۡ يَبۡسُطَ أَحَدٌ مِنۡكُمۡ ثَوۡبَهُ حَتَّى أَقۡضِيَ مَقَالَتِي هَٰذِهِ، ثُمَّ يَجۡمَعَهُ إِلَى صَدۡرِهِ فَيَنۡسَى مِنۡ مَقَالَتِي شَيۡئًا أَبَدًا). فَبَسَطۡتُ نَمِرَةً لَيۡسَ عَلَىَّ ثَوۡبٌ غَيۡرَهَا، حَتَّى قَضَى النَّبِيُّ ﷺ مَقَالَتَهُ، ثُمَّ جَمَعۡتُهَا إِلَى صَدۡرِي، فَوَالَّذِي بَعَثَهُ بِالۡحَقِّ، مَا نَسِيتُ مِنۡ مَقَالَتِهِ تِلۡكَ إِلَى يَوۡمِي هَٰذَا، وَاللهِ لَوۡلَا آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللهِ، مَا حَدَّثۡتُكُمۡ شَيۡئًا أَبَدًا: ﴿إِنَّ الَّذِينَ يَكۡتُمُونَ مَا أَنۡزَلۡنَا مِنَ الۡبَيِّنَاتِ وَالۡهُدَى﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿الرَّحِيمُ‏﴾ [البقرة: ١٥٩، ١٦٠]. [طرفه في: ١١٨]. 

2350. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Orang-orang mengatakan: Sungguh Abu Hurairah terlalu banyak hadisnya—dan di sisi Allah nanti perhitungannya—dan mereka mengatakan: Mengapa para sahabat Muhajirin dan Ansar tidak menyampaikan hadis semisal hadis-hadis Abu Hurairah? 

Sesungguhnya saudara-saudaraku dari kalangan Muhajirin, dahulu mereka disibukkan oleh jual beli di pasar-pasar. Dan sesungguhnya saudara-saudaraku dari kalangan Ansar, dahulu mereka disibukkan oleh pekerjaan mengurus ladang mereka. Sedangkan aku seorang yang miskin. Aku terus menyertai Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dengan seadanya isi perutku, sehingga aku hadir ketika mereka absen dan aku menghafal ketika mereka lupa. 

Juga Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda di suatu hari, “Tidaklah seorang pun di antara kalian yang membentangkan pakaiannya hingga aku menyelesaikan ucapanku ini, kemudian dia tangkupkan ke dadanya, lalu dia akan melupakan sedikit saja dari ucapanku selama-lamanya.” Maka, aku pun membentangkan kain namirah (kain yang bergaris hitam putih)—aku tidak memakai baju selain itu—hingga Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyelesaikan ucapannya. Lalu aku menangkupkannya ke dadaku. Demi Allah yang telah mengutus beliau dengan kebenaran, aku tidak melupakan ucapannya sejak saat itu hinga hari ini. 

Demi Allah, kalau bukan karena dua ayat di dalam kitab Allah, niscaya aku tidak menceritakan sesuatu pun kepada kalian selama-lamanya. Yaitu ayat yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk,” hingga firman-Nya, “Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 159-160).

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2047

١ - بَابُ مَا جَاءَ فِي قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى:
1. Bab riwayat tentang firman Allah taala:


﴿فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانۡتَشِرُوا فِي الۡأَرۡضِ وَابۡتَغُوا مِنۡ فَضۡلِ اللهِ وَاذۡكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ۞ وَإِذَا رَأَوۡا تِجَارَةً أَوۡ لَهۡوًا انۡفَضُّوا إِلَيۡهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلۡ مَا عِنۡدَ اللهِ خَيۡرٌ مِنَ اللَّهۡوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللهُ خَيۡرُ الرَّازِقِينَ﴾ [الجمعة: ١٠ - ١١] وَقَوۡلِهِ: ﴿لَا تَأۡكُلُوا أَمۡوَالَكُمۡ بَيۡنَكُمۡ بِالۡبَاطِلِ إِلَّا أَنۡ تَكُونَ تِجَارَةً عَنۡ تَرَاضٍ مِنۡكُمۡ﴾ [النساء: ٢٩]. 

“Apabila salat telah ditunaikan, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah mengingat Allah supaya kalian beruntung. Apabila mereka melihat suatu perdagangan atau permainan, mereka bubar menuju kepadanya dan meninggalkan engkau yang sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: ‘Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan itu.’ Dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Al-Jumu’ah: 10-11). 

Dan firman Allah, “Janganlah kalian memakan harta sesama kalian dengan cara yang batil kecuali dengan cara perdagangan atas dasar saling rela dari kalian.” (QS. An-Nisa`: 29). 

٢٠٤٧ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ وَأَبُو سَلَمَةَ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: إِنَّكُمۡ تَقُولُونَ: إِنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ يُكۡثِرُ الۡحَدِيثَ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَتَقُولُونَ: مَا بَالُ الۡمُهَاجِرِينَ وَالۡأَنۡصَارِ لَا يُحَدِّثُونَ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ بِمِثۡلِ حَدِيثِ أَبِي هُرَيۡرَةَ، وَإِنَّ إِخۡوَتِي مِنَ الۡمُهَاجِرِينَ كَانَ يَشۡغَلُهُمۡ صَفۡقٌ بِالۡأَسۡوَاقِ، وَكُنۡتُ أَلۡزَمُ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَلَى مِلۡءِ بَطۡنِي، فَأَشۡهَدُ إِذَا غَابُوا، وَأَحۡفَظُ إِذَا نَسُوا، وَكَانَ يَشۡغَلُ إِخۡوَتِي مِنَ الۡأَنۡصَارِ عَمَلُ أَمۡوَالِهِمۡ، وَكُنۡتُ امۡرَءًا مِسۡكِينًا مِنۡ مَسَاكِينِ الصُّفَّةِ، أَعِي حِينَ يَنۡسَوۡنَ، وَقَدۡ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي حَدِيثٍ يُحَدِّثُهُ: (إِنَّهُ لَنۡ يَبۡسُطَ أَحَدٌ ثَوۡبَهُ حَتَّى أَقۡضِيَ مَقَالَتِي هَٰذِهِ، ثُمَّ يَجۡمَعَ إِلَيۡهِ ثَوۡبَهُ، إِلَّا وَعَى مَا أَقُولُ). فَبَسَطۡتُ نَمِرَةً عَلَيَّ، حَتَّى إِذَا قَضَى رَسُولُ اللهِ ﷺ مَقَالَتَهُ جَمَعۡتُهَا إِلَى صَدۡرِي، فَمَا نَسِيتُ مِنۡ مَقَالَةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ تِلۡكَ مِنۡ شَيۡءٍ. [طرفه في: ١١٨]. 

2047. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’aib menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Sa’id bin Al-Musayyab dan Abu Salamah bin ‘Abdurrahman mengabarkan kepadaku bahwa Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: 

Kalian mengatakan bahwa Abu Hurairah banyak sekali menyampaikan hadis dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan kalian bertanya-tanya: Mengapa orang-orang Muhajirin dan Ansar tidak menceritakan dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—semisal hadis Abu Hurairah? 

Sesungguhnya saudara-saudaraku dari kalangan Muhajirin tersibukkan oleh jual beli di pasar-pasar. Sedangkan aku terus menyertai Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dengan seadanya isi perutku. Jadi aku hadir ketika mereka absen dan aku menghafal ketika mereka sudah lupa. 

Begitu pula saudara-saudaraku dari kalangan Ansar, mereka tersibukkan dengan pekerjaan mengurus ladang mereka. Sedangkan aku adalah salah seorang yang miskin dari kalangan ahli sufah yang miskin-miskin. Aku menghafal ketika mereka lupa. 

Apalagi Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah bersabda di sebuah hadis yang beliau sampaikan, “Sesungguhnya tidaklah ada seorang pun yang membentangkan pakaiannya hingga aku menyelesaikan ucapanku ini kemudian dia tangkupkan pakaiannya itu kecuali dia akan menghafal apa yang aku ucapkan.” 

Aku pun membentangkan selembar kain namirah (kain bergaris putih hitam) yang tadinya aku pakai, hingga ketika Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah menyelesaikan ucapannya, aku tangkupkan ke dadaku. Maka sejak saat itu, aku tidak lupa sedikitpun ucapan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7452

٢٧ - بَابُ مَا جَاءَ فِي تَخۡلِيقِ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ وَغَيۡرِهَا مِنَ الۡخَلَائِقِ
27. Bab riwayat tentang penciptaan langit, bumi, dan makhluk-makhluk yang lainnya


وَهُوَ فِعۡلُ الرَّبِّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَأَمۡرُهُ، فَالرَّبُّ بِصِفَاتِهِ وَفِعۡلِهِ وَأَمۡرِهِ، وَهُوَ الۡخَالِقُ هُوَ الۡمُكَوِّنُ، غَيۡرُ مَخۡلُوقٍ. وَمَا كَانَ بِفِعۡلِهِ وَأَمۡرِهِ وَتَخۡلِيقِهِ وَتَكۡوِينِهِ، فَهُوَ مَفۡعُولٌ مَخۡلُوقٌ مُكَوَّنٌ. 

Penciptaan merupakan perbuatan dan perintah Rabb yang Mahasuci lagi Mahatinggi. Maka, Rabb—dengan sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan perintah-Nya—dan Dia adalah Pencipta dan Yang membentuk rupa, bukanlah makhluk. Apa saja yang terjadi dengan perbuatan, perintah, penciptaan, dan pembentukan-Nya, maka itu adalah objek perbuatan yang diciptakan, yang dibentuk. 

٧٤٥٢ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ: أَخۡبَرَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرٍ: أَخۡبَرَنِي شَرِيكُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي نَمِرٍ، عَنۡ كُرَيۡبٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ قَالَ: بِتُّ فِي بَيۡتِ مَيۡمُونَةَ لَيۡلَةً، وَالنَّبِيُّ ﷺ عِنۡدَهَا، لِأَنۡظُرَ كَيۡفَ صَلَاةُ رَسُولِ اللهِ ﷺ بِاللَّيۡلِ، فَتَحَدَّثَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مَعَ أَهۡلِهِ سَاعَةً ثُمَّ رَقَدَ، فَلَمَّا كَانَ ثُلُثُ اللَّيۡلِ الۡآخِرُ، أَوۡ بَعۡضُهُ، قَعَدَ فَنَظَرَ إِلَى السَّمَاءِ، فَقَرَأَ: ﴿إِنَّ فِي خَلۡقِ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿لِأُولِي الۡأَلۡبَابِ﴾ [آل عمران: ١٩٠]. ثُمَّ قَامَ فَتَوَضَّأَ وَاسۡتَنَّ، ثُمَّ صَلَّى إِحۡدَى عَشۡرَةَ رَكۡعَةً، ثُمَّ أَذَّنَ بِلَالٌ بِالصَّلَاةِ، فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى لِلنَّاسِ الصُّبۡحَ‏.‏ [طرفه في: ١١٧]. 

7452. Sa’id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Ja’far mengabarkan kepada kami: Syarik bin ‘Abdullah bin Abu Namir mengabarkan kepadaku dari Kuraib, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Aku menginap di rumah Maimunah suatu malam ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berada di tempatnya. Aku ingin melihat bagaimana salat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di malam hari. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berbincang-bincang bersama istrinya sebentar kemudian tidur. Ketika sepertiga malam yang akhir atau sebagiannya, beliau duduk lalu memandang ke arah langit. Beliau membaca ayat yang artinya, “Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi,” hingga firman-Nya, “bagi orang-orang yang berakal.” Kemudian beliau berdiri, berwudu, dan gosok gigi. Kemudian beliau salat sebelas rakaat. Kemudian Bilal mengumandangkan azan untuk salat. Rasulullah salat dua rakaat kemudian keluar, lalu salat Subuh mengimami kaum muslimin.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5919

٧١ - بَابُ الذَّوَائِبِ
71. Bab ekor rambut


٥٩١٩ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا الۡفَضۡلُ بۡنُ عَنۡبَسَةَ: أَخۡبَرَنَا هُشَيۡمٌ: أَخۡبَرَنَا أَبُو بِشۡرٍ (ح). 

وَحَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا هُشَيۡمٌ، عَنۡ أَبِي بِشۡرٍ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: بِتُّ لَيۡلَةً عِنۡدَ مَيۡمُونَةَ بِنۡتِ الۡحَارِثِ خَالَتِي، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عِنۡدَهَا فِي لَيۡلَتِهَا، قَالَ: فَقَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُصَلِّي مِنَ اللَّيۡلِ، فَقُمۡتُ عَنۡ يَسَارِهِ، قَالَ: فَأَخَذَ بِذُؤَابَتِي فَجَعَلَنِي عَنۡ يَمِينِهِ. 

حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا هُشَيۡمٌ: أَخۡبَرَنَا أَبُو بِشۡرٍ: بِهَٰذَا، وَقَالَ: بِذُؤَابَتِي، أَوۡ بِرَأۡسِي. [طرفه في: ١١٧]. 

5919. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Al-Fadhl bin ‘Anbasah menceritakan kepada kami: Husyaim mengabarkan kepada kami: Abu Bisyr mengabarkan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Qutaibah telah menceritakan kepada kami: Husyaim menceritakan kepada kami dari Abu Bisyr, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. 

Beliau mengatakan: Aku menginap di suatu malam di tempat Maimunah binti Al-Harits, bibiku. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sedang berada di tempatnya di jatah malamnya. Ibnu ‘Abbas mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat malam. Aku berdiri di samping kirinya. Ibnu ‘Abbas mengatakan: Beliau menarik ekor rambutku dan menempatkanku di samping kanannya. 

‘Amr bin Muhammad telah menceritakan kepada kami: Husyaim menceritakan kepada kami: Abu Bisyr mengabarkan kepada kami hadis ini. Beliau berkata: (menarik) ekor rambutku atau kepalaku.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4572

٢٠ – بَابٌ ﴿رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلۡإِيمَانِ﴾ ۝١٩٣ الۡآيَةَ
20. Bab “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman,” sampai akhir ayat (QS. Ali ‘Imran: 193)


٤٥٧٢ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنۡ مَخۡرَمَةَ بۡنِ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ كُرَيۡبٍ مَوۡلَى ابۡنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ ابۡنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا أَخۡبَرَهُ: أَنَّهُ بَاتَ عِنۡدَ مَيۡمُونَةَ زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ، وَهِيَ خَالَتُهُ، قَالَ: فَاضۡطَجَعۡتُ فِي عَرۡضِ الۡوِسَادَةِ، وَاضۡطَجَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَهۡلُهُ فِي طُولِهَا، فَنَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حَتَّى إِذَا انۡتَصَفَ اللَّيۡلُ، أَوۡ قَبۡلَهُ بِقَلِيلٍ، أَوۡ بَعۡدَهُ بِقَلِيلٍ، اسۡتَيۡقَظَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَجَلَسَ يَمۡسَحُ النَّوۡمَ عَنۡ وَجۡهِهِ بِيَدِهِ، ثُمَّ قَرَأَ الۡعَشۡرَ الۡآيَاتِ الۡخَوَاتِمَ مِنۡ سُورَةِ آلِ عِمۡرَانَ، ثُمَّ قَامَ إِلَى شَنٍّ مُعَلَّقَةٍ، فَتَوَضَّأَ مِنۡهَا، فَأَحۡسَنَ وُضُوءَهُ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي. قَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: فَقُمۡتُ فَصَنَعۡتُ مِثۡلَ مَا صَنَعَ، ثُمَّ ذَهَبۡتُ فَقُمۡتُ إِلَى جَنۡبِهِ، فَوَضَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَدَهُ الۡيُمۡنَى عَلَى رَأۡسِي، وَأَخَذَ بِأُذُنِي الۡيُمۡنَى يَفۡتِلُهَا، فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ أَوۡتَرَ، ثُمَّ اضۡطَجَعَ حَتَّى جَاءَهُ الۡمُؤَذِّنُ، فَقَامَ فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ خَفِيفَتَيۡنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الصُّبۡحَ. [طرفه في: ١١٧]. 

4572. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari Makhramah bin Sulaiman, dari Kuraib maula Ibnu ‘Abbas: Bahwa Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—mengabarkan kepadanya: Bahwa beliau pernah menginap di tempat Maimunah istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang merupakan bibinya. 

Ibnu ‘Abbas mengatakan: Aku berbaring di bagian bantal yang melebar, sementara Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan istrinya berbaring di bagian bantal yang memanjang. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidur hingga pertengahan malam, atau sejenak sebelumnya, atau sejenak setelahnya. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangun lalu duduk mengusap bekas tidur dari wajahnya dengan tangannya. Kemudian beliau membaca sepuluh ayat penutup dari surah Ali ‘Imran. Kemudian beliau bangkit menuju wadah air yang digantungkan lalu berwudu darinya dengan baik. Kemudian beliau salat. 

Ibnu ‘Abbas mengatakan: Aku bangkit dan melakukan semisal perbuatan beliau. Kemudian aku pergi dan berdiri di samping kirinya. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meletakkan tangan kanannya di atas kepala dan menarik telinga kananku dan memutarnya (ke samping kanan). Beliau salat dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, kemudian witir. Kemudian beliau berbaring hingga muazin mendatangi beliau. Beliau bangkit salat dua rakaat ringan kemudian keluar salat Subuh.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4571

١٩ – بَابٌ ﴿رَبَّنَا إِنَّكَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ أَخۡزَيۡتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنۡ أَنۡصَارٍ﴾ ۝١٩٢
19. Bab “Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS. Ali ‘Imran: 192)


٤٥٧١ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا مَعۡنُ بۡنُ عِيسَى: حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنۡ مَخۡرَمَةَ بۡنِ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ كُرَيۡبٍ مَوۡلَى عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَبَّاسٍ أَخۡبَرَهُ: أَنَّهُ بَاتَ عِنۡدَ مَيۡمُونَةَ زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ، وَهِيَ خَالَتُهُ، قَالَ: فَاضۡطَجَعۡتُ فِي عَرۡضِ الۡوِسَادَةِ، وَاضۡطَجَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَهۡلُهُ فِي طُولِهَا، فَنَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حَتَّى انۡتَصَفَ اللَّيۡلُ، أَوۡ قَبۡلَهُ بِقَلِيلٍ، أَوۡ بَعۡدَهُ بِقَلِيلٍ، ثُمَّ اسۡتَيۡقَظَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَجَعَلَ يَمۡسَحُ النَّوۡمَ عَنۡ وَجۡهِهِ بِيَدَيۡهِ، ثُمَّ قَرَأَ الۡعَشۡرَ الۡآيَاتِ الۡخَوَاتِمَ مِنۡ سُورَةِ آلِ عِمۡرَانَ، ثُمَّ قَامَ إِلَى شَنٍّ مُعَلَّقَةٍ فَتَوَضَّأَ مِنۡهَا، فَأَحۡسَنَ وُضُوءَهُ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي، فَصَنَعۡتُ مِثۡلَ مَا صَنَعَ، ثُمَّ ذَهَبۡتُ فَقُمۡتُ إِلَى جَنۡبِهِ، فَوَضَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَدَهُ الۡيُمۡنَى عَلَى رَأۡسِي، وَأَخَذَ بِأُذُنِي بِيَدِهِ الۡيُمۡنَى يَفۡتِلُهَا، فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ أَوۡتَرَ، ثُمَّ اضۡطَجَعَ حَتَّى جَاءَهُ الۡمُؤَذِّنُ، فَقَامَ فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ خَفِيفَتَيۡنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الصُّبۡحَ. [طرفه في: ١١٧]. 

4571. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Ma’n bin ‘Isa menceritakan kepada kami: Malik menceritakan kepada kami dari Makhramah bin Sulaiman, dari Kuraib maula ‘Abdullah bin ‘Abbas: Bahwa ‘Abdullah bin ‘Abbas mengabarkan kepadanya bahwa beliau menginap di tempat Maimunah, istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Maimunah adalah bibi Ibnu ‘Abbas. Ibnu ‘Abbas mengatakan: Aku berbaring di bagian bantal yang melebar, sementara Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan istrinya berbaring di bagian bantal yang memanjang. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidur hingga pertengahan malam, atau sejenak sebelumnya, atau sejenak setelahnya. Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangun dan mengusap bekas tidur dari wajahnya dengan kedua tangannya. Kemudian beliau membaca sepuluh ayat penutup dari surah Ali ‘Imran. Kemudian beliau bangkit menuju wadah air yang digantung, lalu berwudu dengannya dengan bagus. Kemudian beliau salat. Aku melakukan semisal perbuatan beliau. Lalu aku pergi dan berdiri di samping kiri beliau. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku dan menarik telingaku dengan tangan kanannya sehingga memutarnya ke samping kanannya. Beliau salat dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat,lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, kemudian witir. Kemudian beliau berbaring hingga muazin mendatangi beliau. Beliau bangkit salat dua rakaat ringan kemudian keluar salat Subuh.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1198

١ - بَابُ اسۡتِعَانَةِ الۡيَدِ فِي الصَّلَاةِ، إِذَا كَانَ مِنۡ أَمۡرِ الصَّلَاةِ
1. Bab (gerakan) menggunakan tangan ketika salat apabila (gerakan itu) termasuk urusan salat


وَقَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: يَسۡتَعِينُ الرَّجُلُ فِي صَلَاتِهِ مِنۡ جَسَدِهِ بِمَا شَاءَ. وَوَضَعَ أَبُو إِسۡحَاقَ قَلَنۡسُوَتَهُ فِي الصَّلَاةِ وَرَفَعَهَا. وَوَضَعَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ كَفَّهُ عَلَى رُصۡغِهِ الۡأَيۡسَرِ، إِلَّا أَنۡ يَحُكَّ جِلۡدًا أَوۡ يُصۡلِحَ ثَوۡبًا. 

Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—berkata: Seseorang boleh menggunakan anggota tubuhnya ketika salat sesuai kehendaknya. Abu Ishaq meletakkan dan mengangkat penutup kepala ketika salat. ‘Ali—radhiyallahu ‘anhu—meletakkan telapak tangannya di atas pergelangan tangan kiri kecuali jika menggaruk kulit atau membenahi pakaian. 

١١٩٨ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ مَخۡرَمَةَ بۡنِ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ كُرَيۡبٍ مَوۡلَى ابۡنِ عَبَّاسٍ: أَنَّهُ أَخۡبَرَهُ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّهُ بَاتَ عِنۡدَ مَيۡمُونَةَ أُمِّ الۡمُؤۡمِنِينَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، وَهِيَ خَالَتُهُ، قَالَ: فَاضۡطَجَعۡتُ عَلَى عَرۡضِ الۡوِسَادَةِ، وَاضۡطَجَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَهۡلُهُ فِي طُولِهَا، فَنَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حَتَّى انۡتَصَفَ اللَّيۡلُ، أَوۡ قَبۡلَهُ بِقَلِيلٍ، أَوۡ بَعۡدَهُ بِقَلِيلٍ، ثُمَّ اسۡتَيۡقَظَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَجَلَسَ، فَمَسَحَ النَّوۡمَ عَنۡ وَجۡهِهِ بِيَدِهِ، ثُمَّ قَرَأَ الۡعَشۡرَ آيَاتٍ خَوَاتِيمَ سُورَةِ آلِ عِمۡرَانَ، ثُمَّ قَامَ إِلَى شَنٍّ مُعَلَّقَةٍ، فَتَوَضَّأَ مِنۡهَا فَأَحۡسَنَ وُضُوءَهُ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي. قَالَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: فَقُمۡتُ، فَصَنَعۡتُ مِثۡلَ مَا صَنَعَ، ثُمَّ ذَهَبۡتُ فَقُمۡتُ إِلَى جَنۡبِهِ، فَوَضَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَدَهُ الۡيُمۡنَى عَلَى رَأۡسِي، وَأَخَذَ بِأُذُنِي الۡيُمۡنَى يَفۡتِلُهَا بِيَدِهِ، فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ أَوۡتَرَ، ثُمَّ اضۡطَجَعَ حَتَّى جَاءَهُ الۡمُؤَذِّنُ، فَقَامَ فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ خَفِيفَتَيۡنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الصُّبۡحَ. [طرفه في: ١١٧]. 

1198. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami dari Makhramah bin Sulaiman, dari Kuraib maula Ibnu ‘Abbas: Kuraib mengabarkan kepada beliau dari ‘Abdullah bin ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—: Bahwa Ibnu ‘Abbas pernah menginap di tempat Maimunah ibunda kaum mukminin—radhiyallahu ‘anha—yang merupakan bibinya. 

Ibnu ‘Abbas mengatakan: Aku berbaring di bagian bantal yang lebar sementara Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan istrinya berbaring di bagian bantal yang panjang. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidur hingga pertengahan malam, atau sejenak sebelumnya, atau sejenak setelahnya. Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangun dan duduk. Beliau mengusap bekas tidur dari wajahnya dengan tangannya. Kemudian beliau membaca sepuluh ayat penutup surah Ali ‘Imran. Kemudian beliau bangkit menuju wadah air yang digantungkan lalu berwudu darinya dengan baik. Kemudian beliau salat. 

‘Abdullah bin ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan: Aku bangun dan melakukan semisal perbuatan beliau. Lalu aku pergi dan berdiri di samping kirinya. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku dan menarik telinga kananku memutar dengan tangannya (ke samping kanan). Beliau salat dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu dua rakaat, lalu witir. Kemudian beliau berbaring hingga muazin mendatangi beliau. Beliau bangkit salat dua rakaat ringan kemudian keluar salat Subuh.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 183

١٨٣ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ مَخۡرَمَةَ بۡنِ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ كُرَيۡبٍ مَوۡلَى ابۡنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَبَّاسٍ أَخۡبَرَهُ: أَنَّهُ بَاتَ لَيۡلَةً عِنۡدَ مَيۡمُونَةَ زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ، وَهِيَ خَالَتُهُ، فَاضۡطَجَعۡتُ فِي عَرۡضِ الۡوِسَادَةِ، وَاضۡطَجَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَهۡلُهُ فِي طُولِهَا، فَنَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حَتَّى إِذَا انۡتَصَفَ اللَّيۡلُ، أَوۡ قَبۡلَهُ بِقَلِيلٍ، أَوۡ بَعۡدَهُ بِقَلِيلٍ، اسۡتَيۡقَظَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَجَلَسَ يَمۡسَحُ النَّوۡمَ عَنۡ وَجۡهِهِ بِيَدِهِ، ثُمَّ قَرَأَ الۡعَشۡرَ الۡآيَاتِ الۡخَوَاتِمَ مِنۡ سُورَةِ آلِ عِمۡرَانَ، ثُمَّ قَامَ إِلَى شَنٍّ مُعَلَّقَةٍ، فَتَوَضَّأَ مِنۡهَا فَأَحۡسَنَ وُضُوءَهُ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي. قَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: فَقُمۡتُ فَصَنَعۡتُ مِثۡلَ مَا صَنَعَ، ثُمَّ ذَهَبۡتُ فَقُمۡتُ إِلَى جَنۡبِهِ، فَوَضَعَ يَدَهُ الۡيُمۡنَى عَلَى رَأۡسِي وَأَخَذَ بِأُذُنِي الۡيُمۡنَى يَفۡتِلُهَا، فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ أَوۡتَرَ، ثُمَّ اضۡطَجَعَ حَتَّى أَتَاهُ الۡمُؤَذِّنُ، فَقَامَ فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ خَفِيفَتَيۡنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الصُّبۡحَ. 

[الحديث ١٨٣ – أطرافه في: ١١٧، ٦٩٨، ٩٩٢، ١١٩٨، ٤٥٧٠، ٤٥٧١، ٤٥٧٢]. 

183. Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Makhramah bin Sulaiman, dari Kuraib maula Ibnu ‘Abbas: Bahwa ‘Abdullah bin ‘Abbas mengabarkan kepadanya bahwa beliau pernah bermalam di tempat Maimunah istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Maimunah adalah bibi Ibnu ‘Abbas. 

Aku berbaring di bagian bantal yang melebar, sementara Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan istrinya berbaring di bagian bantal yang memanjang. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidur hingga pertengahan malam atau sebelumnya sejenak atau setelahnya sejenak. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangun lalu duduk mengusap bekas tidur dari wajahnya dengan tangannya, kemudian beliau membaca sepuluh ayat terakhir dari surah Ali ‘Imran. Kemudian beliau bangkit menuju wadah air yang digantung, lalu berwudu darinya dan membaguskan wudunya, kemudian salat. 

Ibnu ‘Abbas berkata: Aku bangkit dan mengerjakan semisal yang beliau kerjakan. Kemudian aku pergi dan berdiri di samping beliau. Beliau meletakkan tangan kanannya di kepalaku, memegang telinga kananku, dan memutar (ke sebelah kanan). Lalu beliau salat dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, kemudian witir. Kemudian beliau berbaring hingga muazin mendatangi beliau. Beliau bangkit lalu salat dua rakaat ringan, kemudian keluar dan salat Subuh.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 992

٩٩٢ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنۡ مَخۡرَمَةَ بۡنِ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ كُرَيۡبٍ: أَنَّ ابۡنَ عَبَّاسٍ أَخۡبَرَهُ: أَنَّهُ بَاتَ عِنۡدَ مَيۡمُونَةَ، وَهِيَ خَالَتُهُ، فَاضۡطَجَعۡتُ فِي عَرۡضِ وِسَادَةٍ، وَاضۡطَجَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَهۡلُهُ فِي طُولِهَا، فَنَامَ حَتَّى انۡتَصَفَ اللَّيۡلُ، أَوۡ قَرِيبًا مِنۡهُ، فَاسۡتَيۡقَظَ يَمۡسَحُ النَّوۡمَ عَنۡ وَجۡهِهِ، ثُمَّ قَرَأَ عَشۡرَ آيَاتٍ مِنۡ آلِ عِمۡرَانَ، ثُمَّ قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِلَى شَنٍّ مُعَلَّقَةٍ، فَتَوَضَّأَ فَأَحۡسَنَ الۡوُضُوءَ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي، فَصَنَعۡتُ مِثۡلَهُ، فَقُمۡتُ إِلَى جَنۡبِهِ، فَوَضَعَ يَدَهُ الۡيُمۡنَى عَلَى رَأۡسِي، وَأَخَذَ بِأُذُنِي يَفۡتِلُهَا، ثُمَّ صَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ أَوۡتَرَ، ثُمَّ اضۡطَجَعَ حَتَّى جَاءَهُ الۡمُؤَذِّنُ، فَقَامَ فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الصُّبۡحَ. [طرفه في: ١١٧]. 

992. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari Makhramah bin Sulaiman, dari Kuraib: Bahwa Ibnu ‘Abbas mengabarkan kepadanya: Bahwa beliau menginap di tempat Maimunah. Maimunah adalah bibi Ibnu ‘Abbas. Lalu aku berbaring di bagian bantal yang melebar, sementara Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan istrinya berbaring di bagian bantal yang memanjang. Beliau tidur hingga pertengahan malam atau hampir. Beliau bangun mengusap bekas tidur dari wajahnya. Kemudian beliau membaca sepuluh ayat dari surah Ali ‘Imran. Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangkit menuju suatu wadah air yang digantungkan. Beliau berwudu dengan bagus kemudian berdiri salat. Aku berbuat semisal beliau lalu aku berdiri di samping kiri beliau. Beliau meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku dan memegang telingaku dan memutarnya (ke samping kanannya). Kemudian beliau salat dua rakaat, dua rakaat, dua rakat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, kemudian witir. Kemudian beliau berbaring hingga muazin mendatangi beliau. Beliau bangkit dan salat dua rakaat. Kemudian beliau keluar, lalu salat Subuh.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4570

١٨ – بَابٌ ﴿الَّذِينَ يَذۡكُرُونَ اللهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ السَّمَٰوَاتِ وَالۡأَرۡضِ﴾ ۝١٩١
18. Bab “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (QS. Ali ‘Imran: 191)


٤٥٧٠ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّحۡمَٰنِ بۡنُ مَهۡدِيٍّ، عَنۡ مَالِكِ بۡنِ أَنَسٍ، عَنۡ مَخۡرَمَةَ بۡنِ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ كُرَيۡبٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: بِتُّ عِنۡدَ خَالَتِي مَيۡمُونَةَ، فَقُلۡتُ: لَأَنۡظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَطُرِحَتۡ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ وِسَادَةٌ، فَنَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي طُولِهَا، فَجَعَلَ يَمۡسَحُ النَّوۡمَ عَنۡ وَجۡهِهِ، ثُمَّ قَرَأَ الۡآيَاتِ الۡعَشۡرَ الۡأَوَاخِرَ مِنۡ آلِ عِمۡرَانَ حَتَّى خَتَمَ، ثُمَّ أَتَى شَنًّا مُعَلَّقًا، فَأَخَذَهُ فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي، فَقُمۡتُ فَصَنَعۡتُ مِثۡلَ مَا صَنَعَ، ثُمَّ جِئۡتُ فَقُمۡتُ إِلَى جَنۡبِهِ، فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأۡسِي، ثُمَّ أَخَذَ بِأُذُنِي فَجَعَلَ يَفۡتِلُهَا، ثُمَّ صَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ صَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ صَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ صَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ صَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ صَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ أَوۡتَرَ. [طرفه في: ١١٧].

4570. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami dari Malik bin Anas, dari Makhramah bin Sulaiman, dari Kuraib, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Aku menginap di tempat bibiku Maimunah. Aku berkata: Aku harus melihat salat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah bantal disodorkan kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidur di bagian bantal yang panjang itu. Setelah (bangun) beliau mengusap bekas tidur dari wajahnya kemudian membaca sepuluh ayat akhir dari surah Ali ‘Imran hingga rampung. Kemudian beliau mendatangi suatu wadah air yang digantung. Beliau mengambilnya lalu berwudu. Kemudian beliau berdiri salat. Aku pun bangkit dan melakukan semisal yang beliau lakukan. Kemudian aku datang dan berdiri di samping kiri beliau. Beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku, kemudian menarik telingaku dan memutarnya (ke samping kanan). Kemudian beliau salat dua rakaat, lalu salat dua rakaat, lalu salat dua rakaat, lalu salat dua rakaat, lalu salat dua rakaat, lalu salat dua rakaat, kemudian witir.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4569

١٧ – بَابٌ ﴿إِنَّ فِي خَلۡقِ السَّمَٰوَاتِ وَالۡأَرۡضِ وَاخۡتِلَافِ اللَّيۡلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الۡأَلۡبَابِ﴾ ۝١٩٠
17. Bab “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali ‘Imran: 190)


٤٥٦٩ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ: أَخۡبَرَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي شَرِيكُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي نَمِرٍ، عَنۡ كُرَيۡبٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: بِتُّ عِنۡدَ خَالَتِي مَيۡمُونَةَ، فَتَحَدَّثَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مَعَ أَهۡلِهِ سَاعَةً ثُمَّ رَقَدَ، فَلَمَّا كَانَ ثُلُثُ اللَّيۡلِ الۡآخِرُ قَعَدَ، فَنَظَرَ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: ﴿إِنَّ فِي خَلۡقِ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ وَاخۡتِلَافِ اللَّيۡلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الۡأَلۡبَابِ﴾. ثُمَّ قَامَ فَتَوَضَّأَ وَاسۡتَنَّ، فَصَلَّى إِحۡدَى عَشۡرَةَ رَكۡعَةً، ثُمَّ أَذَّنَ بِلَالٌ فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الصُّبۡحَ. [طرفه في: ١١٧]. 

4569. Sa’id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Ja’far mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Syarik bin ‘Abdullah bin Abu Namir mengabarkan kepadaku dari Kuraib, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Aku menginap di tempat bibiku Maimunah. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berbincang-bincang bersama istrinya sebentar kemudian tidur. Ketika sepertiga malam terakhir, beliau duduk lalu memandang ke arah langit. Beliau mengucapkan, “Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya malam dan siang, benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” Kemudian beliau berdiri, berwudu, dan gosok gigi. Beliau salat sebelas rakaat. Kemudian Bilal mengumandangkan azan. Rasulullah salat dua rakaat kemudian keluar salat Subuh.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6215

٦٢١٥ - حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي شَرِيكٌ، عَنۡ كُرَيۡبٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: بِتُّ فِي بَيۡتِ مَيۡمُونَةَ وَالنَّبِيُّ ﷺ عِنۡدَهَا، فَلَمَّا كَانَ ثُلُثُ اللَّيۡلِ الۡآخِرُ، أَوۡ بَعۡضُهُ، قَعَدَ فَنَظَرَ إِلَى السَّمَاءِ، فَقَرَأَ: ﴿إِنَّ فِي خَلۡقِ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ وَاخۡتِلَافِ اللَّيۡلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الۡأَلۡبَابِ﴾ [آل عمران: ١٩٠]. [طرفه في: ١١٧]. 

6215. Ibnu Abu Maryam telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syarik mengabarkan kepadaku dari Kuraib, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Aku menginap di rumah Maimunah ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berada di tempatnya. Ketika sepertiga malam akhir atau sebagiannya, beliau duduk lalu memandang ke arah langit. Lalu beliau membaca ayat yang artinya, “Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang, benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” (QS. Ali ‘Imran: 190).

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 859

٨٥٩ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَمۡرٍو قَالَ: أَخۡبَرَنِي كُرَيۡبٌ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: بِتُّ عِنۡدَ خَالَتِي مَيۡمُونَةَ لَيۡلَةً، فَقَامَ النَّبِيُّ ﷺ، فَلَمَّا كَانَ فِي بَعۡضِ اللَّيۡلِ، قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَتَوَضَّأَ مِنۡ شَنٍّ مُعَلَّقٍ وُضُوءًا خَفِيفًا - يُخَفِّفُهُ عَمۡرٌو وَيُقَلِّلُهُ جِدًّا - ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي، فَقُمۡتُ فَتَوَضَّأۡتُ نَحۡوًا مِمَّا تَوَضَّأَ، ثُمَّ جِئۡتُ فَقُمۡتُ عَنۡ يَسَارِهِ، فَحَوَّلَنِي فَجَعَلَنِي عَنۡ يَمِينِهِ، ثُمَّ صَلَّى مَا شَاءَ اللهُ، ثُمَّ اضۡطَجَعَ، فَنَامَ حَتَّى نَفَخَ، فَأَتَاهُ الۡمُنَادِي يُؤۡذِنُهُ بِالصَّلَاةِ، فَقَامَ مَعَهُ إِلَى الصَّلَاةِ، فَصَلَّى وَلَمۡ يَتَوَضَّأۡ، قُلۡنَا لِعَمۡرٍو: إِنَّ نَاسًا يَقُولُونَ: إِنَّ النَّبِيَّ ﷺ تَنَامُ عَيۡنُهُ وَلَا يَنَامُ قَلۡبُهُ؟ قَالَ عَمۡرٌو: سَمِعۡتُ عُبَيۡدَ بۡنَ عُمَيۡرٍ يَقُولُ: إِنَّ رُؤۡيَا الۡأَنۡبِيَاءِ وَحۡيٌ، ثُمَّ قَرَأَ: ﴿إِنِّي أَرَى فِي الۡمَنَامِ أَنِّي أَذۡبَحُكَ﴾ [الصافات: ١٠٢]. [طرفه في: ١١٧]. 

859. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan mengabarkan kepada kami dari ‘Amr. Beliau berkata: Kuraib mengabarkan kepadaku dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: 

Aku menginap di tempat bibiku Maimunah suatu malam. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangun di sebagian malam, lalu beliau berwudu secara ringan dari suatu wadah air yang digantungkan. ‘Amr sangat meringankannya dan meminimalkan jumlah basuhannya. Kemudian beliau salat. Aku bangun dan berwudu semisal wudu beliau, lalu aku datang dan berdiri di sebelah kirinya. Beliau memindahkanku dan menempatkanku di sebelah kanannya. Kemudian beliau salat sekehendak Allah. Kemudian beliau berbaring dan tidur hingga mendengkur. Seorang penyeru datang mendatangi beliau, memberitahu beliau untuk salat. Beliau bangkit bersamanya menuju tempat salat. Beliau salat dan tidak berwudu. 

Kami bertanya kepada ‘Amr, “Sesungguhnya orang-orang berkata: Sesungguhnya Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—itu, matanya tidur namun kalbunya tidak tidur?” 

‘Amr menjawab, “Aku mendengar ‘Ubaid bin ‘Umair berkata: Sesungguhnya mimpi para nabi adalah wahyu, kemudian beliau membaca ayat (yang artinya), ‘Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.’ (QS. Ash-Shaffat: 102).”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 728

٧٩ - بَابُ مَيۡمَنَةِ الۡمَسۡجِدِ وَالۡإِمَامِ
79. Bab tempat sebelah kanan masjid dan imam


٧٢٨ - حَدَّثَنَا مُوسَى: حَدَّثَنَا ثَابِتُ بۡنُ يَزِيدَ: حَدَّثَنَا عَاصِمٌ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قُمۡتُ لَيۡلَةً أُصَلِّي عَنۡ يَسَارِ النَّبِيِّ ﷺ، فَأَخَذَ بِيَدِي، أَوۡ بِعَضُدِي، حَتَّى أَقَامَنِي عَنۡ يَمِينِهِ، وَقَالَ بِيَدِهِ مِنۡ وَرَائِي. [طرفه في: ١١٧]. 

728. Musa telah menceritakan kepada kami: Tsabit bin Yazid menceritakan kepada kami: ‘Ashim menceritakan kepada kami dari Asy-Sya’bi, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Aku bangun salat di suatu malam di sebelah kiri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau menarik tanganku atau pangkal lenganku hingga menempatkanku di sebelah kanannya. Beliau memberi isyarat dengan tangannya dari belakangku.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 699

٥٩ - بَابٌ إِذَا لَمۡ يَنۡوِ الۡإِمَامُ أَنۡ يَؤُمَّ، ثُمَّ جَاءَ قَوۡمٌ فَأَمَّهُمۡ
59. Bab apabila imam tidak berniat mengimami, kemudian ada orang-orang datang lalu dia mengimami mereka


٦٩٩ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ قَالَ: بِتُّ عِنۡدَ خَالَتِي، فَقَامَ النَّبِيُّ ﷺ يُصَلِّي مِنَ اللَّيۡلِ، فَقُمۡتُ أُصَلِّي مَعَهُ، فَقُمۡتُ عَنۡ يَسَارِهِ، فَأَخَذَ بِرَأۡسِي، فَأَقَامَنِي عَنۡ يَمِينِهِ. 

[طرفه في: ١١٧]. 

699. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Isma’il bin Ibrahim menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari ‘Abdullah bin Sa’id bin Jubair, dari ayahnya, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Aku menginap di tempat bibiku. Lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangun untuk salat malam. Aku pun bangun salat bersama beliau. Aku berdiri di sebelah kanan beliau. Nabi memegang kepalaku lalu menempatkanku di sebelah kanan beliau.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 698

٥٨ - بَابٌ إِذَا قَامَ الرَّجُلُ عَنۡ يَسَارِ الۡإِمَامِ فَحَوَّلَهُ الۡإِمَامُ إِلَى يَمِينِهِ، لَمۡ تَفۡسُدۡ صَلَاتُهُمَا
58. Bab apabila seseorang berdiri di sebelah kiri imam, lalu imam memindahkannya ke sebelah kanannya, maka salat keduanya tidak rusak


٦٩٨ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ قَالَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ وَهۡبٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَمۡرٌو، عَنۡ عَبۡدِ رَبِّهِ بۡنِ سَعِيدٍ، عَنۡ مَخۡرَمَةَ بۡنِ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ كُرَيۡبٍ مَوۡلَى ابۡنِ عَبَّاسٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: نِمۡتُ عِنۡدَ مَيۡمُونَةَ، وَالنَّبِيُّ ﷺ عِنۡدَهَا تِلۡكَ اللَّيۡلَةَ، فَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي، فَقُمۡتُ عَلَى يَسَارِهِ، فَأَخَذَنِي فَجَعَلَنِي عَنۡ يَمِينِهِ، فَصَلَّى ثَلَاثَ عَشۡرَةَ رَكۡعَةً، ثُمَّ نَامَ حَتَّى نَفَخَ، وَكَانَ إِذَا نَامَ نَفَخَ، ثُمَّ أَتَاهُ الۡمُؤَذِّنُ، فَخَرَجَ فَصَلَّى وَلَمۡ يَتَوَضَّأۡ‏.‏ قَالَ عَمۡرٌو: فَحَدَّثۡتُ بِهِ بُكَيۡرًا فَقَالَ: حَدَّثَنِي كُرَيۡبٌ بِذٰلِكَ. [طرفه في: ١١٧]. 

698. Ahmad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Wahb menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Amr menceritakan kepada kami dari ‘Abdu Rabbih bin Sa’id, dari Makhramah bin Sulaiman, dari Kuraib maula Ibnu ‘Abbas, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Aku tidur di tempat Maimunah ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berada di tempatnya malam itu. Beliau wudu kemudian bangkit salat. Lalu aku berdiri di sebelah kirinya. Beliau memegangku lalu menempatkanku di sebelah kanannya. Beliau salat tiga belas rakaat kemudian tidur hingga mendengkur. Beliau apabila tidur, memang mendengkur. Kemudian muazin mendatangi beliau. Beliau pun keluar lalu salat dan tidak berwudu. 

‘Amr berkata: Aku menceritakannya kepada Bukair, lalu dia berkata: Kuraib pun menceritakan itu kepadaku.

Shahih Al-Bukhari - 14. Kitab Salat Witir

١٤ - كِتَابُ الۡوِتۡرِ
14. Kitab Salat Witir

1. Bab riwayat tentang salat witir

  • Hadis nomor 990
  • Hadis nomor 991
  • Hadis nomor 992
  • Hadis nomor 993
  • Hadis nomor 994

2. Bab waktu-waktu salat witir

  • Hadis nomor 995
  • Hadis nomor 996

3. Bab Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membangunkan istrinya untuk salat witir

  • Hadis nomor 997

4. Bab menjadikan witir sebagai akhir shalat


5. Bab salat witir di atas hewan tunggangan

  • Hadis nomor 999

6. Bab shalat witir ketika safar


7. Bab kunut sebelum rukuk dan setelahnya

  • Hadis nomor 1001
  • Hadis nomor 1002
  • Hadis nomor 1003
  • Hadis nomor 1004

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 697

٥٧ - بَابٌ يَقُومُ عَنۡ يَمِينِ الۡإِمَامِ بِحِذَائِهِ سَوَاءً إِذَا كَانَا اثۡنَيۡنِ
57. Bab berdiri sejajar di sebelah kanan imam jika hanya dua orang


٦٩٧ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡحَكَمِ قَالَ: سَمِعۡتُ سَعِيدَ بۡنَ جُبَيۡرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: بِتُّ فِي بَيۡتِ خَالَتِي مَيۡمُونَةَ، فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ ﷺ الۡعِشَاءَ، ثُمَّ جَاءَ فَصَلَّى أَرۡبَعَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ نَامَ، ثُمَّ قَامَ، فَجِئۡتُ فَقُمۡتُ عَنۡ يَسَارِهِ، فَجَعَلَنِي عَنۡ يَمِينِهِ، فَصَلَّى خَمۡسَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ صَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ نَامَ حَتَّى سَمِعۡتُ غَطِيطَهُ، أَوۡ قَالَ: خَطِيطَهُ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ. [طرفه في: ١١٧]. 

697. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Al-Hakam. Beliau berkata: Aku mendengar Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Aku menginap di rumah bibiku Maimunah. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat Isya lalu beliau datang dan salat empat rakaat kemudian tidur. Kemudian beliau bangun salat. Aku datang lalu berdiri di sebelah kiri beliau. Beliau memindahkanku ke sebelah kanannya. Beliau salat lima rakaat kemudian salat dua rakaat. Kemudian beliau tidur hingga aku mendengar dengkurannya—atau perawi berkata: suara tidurnya—kemudian beliau keluar ke tempat salat.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 138

٥ – بَابُ التَّخۡفِيفِ فِي الۡوُضُوءِ
5. Bab meringankan wudu


١٣٨ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَمۡرٍو قَالَ: أَخۡبَرَنِي كُرَيۡبٌ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَامَ حَتَّى نَفَخَ، ثُمَّ صَلَّى، وَرُبَّمَا قَالَ: اضۡطَجَعَ حَتَّى نَفَخَ، ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى. 

138. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Amr. Beliau berkata: Kuraib mengabarkan kepadaku dari Ibnu ‘Abbas: Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidur hingga mendengkur. Kemudian beliau salat. 

Bisa jadi Sufyan berkata: Nabi berbaring hingga mendengkur, kemudian beliau bangun dan salat. 

ثُمَّ حَدَّثَنَا بِهِ سُفۡيَانُ مَرَّةً بَعۡدَ مَرَّةٍ، عَنۡ عَمۡرٍو عَنۡ كُرَيۡبٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ قَالَ: بِتُّ عِنۡدَ خَالَتِي مَيۡمُونَةَ لَيۡلَةً، فَقَامَ النَّبِيُّ ﷺ مِنَ اللَّيۡلِ، فَلَمَّا كَانَ فِي بَعۡضِ اللَّيۡلِ، قَامَ النَّبِيُّ ﷺ فَتَوَضَّأَ مِنۡ شَنٍّ مُعَلَّقٍ وُضُوءًا خَفِيفًا - يُخَفِّفُهُ عَمۡرٌو وَيُقَلِّلُهُ - وَقَامَ يُصَلِّي، فَتَوَضَّأۡتُ نَحۡوًا مِمَّا تَوَضَّأَ، ثُمَّ جِئۡتُ فَقُمۡتُ عَنۡ يَسَارِهِ - وَرُبَّمَا قَالَ سُفۡيَانُ: عَنۡ شِمَالِهِ - فَحَوَّلَنِي فَجَعَلَنِي عَنۡ يَمِينِهِ، ثُمَّ صَلَّى مَا شَاءَ اللهُ، ثُمَّ اضۡطَجَعَ فَنَامَ حَتَّى نَفَخَ، ثُمَّ أَتَاهُ الۡمُنَادِي فَآذَنَهُ بِالصَّلَاةِ، فَقَامَ مَعَهُ إِلَى الصَّلَاةِ، فَصَلَّى وَلَمۡ يَتَوَضَّأۡ. قُلۡنَا لِعَمۡرٍو: إِنَّ نَاسًا يَقُولُونَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ تَنَامُ عَيۡنُهُ وَلَا يَنَامُ قَلۡبُهُ؟ قَالَ عَمۡرٌو: سَمِعۡتُ عُبَيۡدَ بۡنَ عُمَيۡرٍ يَقُولُ: رُؤۡيَا الۡأَنۡبِيَاءِ وَحۡىٌ، ثُمَّ قَرَأَ: ﴿إِنِّي أَرَى فِي الۡمَنَامِ أَنِّي أَذۡبَحُكَ﴾ [الصافات: ١٠٢]. [طرفه في: ١١٧]. 

Kemudian Sufyan menceritakan kepada kami di waktu lain, dari ‘Amr, dari Kuraib, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau berkata: 

Aku bermalam di tempat bibiku Maimunah. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangun di malam. Ketika di sebagian malam, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangkit lalu berwudu dari wadah air yang digantungkan dengan wudu yang ringan. ‘Amr meringankan wudu dan menyedikitkan jumlah basuhan. Beliau bangkit salat. Lalu aku berwudu seperti wudu beliau. Kemudian aku datang dan berdiri di sebelah kiri (‘an yasarih) beliau. Sepertinya Sufyan berkata: ‘an syimalih (di sebelah kiri beliau). Lalu beliau memindahkanku dan menempatkanku di sebelah kanannya. Kemudian beliau salat sekehendak Allah. Kemudian beliau berbaring lalu tidur hingga mendengkur. Lalu muazin datang kepada beliau dan memberitahukan beliau untuk salat. Beliau bangkit bersamanya menuju tempat salat. Beliau pun salat dan tidak berwudu. 

Kami bertanya kepada ‘Amr, “Sesungguhnya orang-orang berkata: Sesungguhnya Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—itu, matanya tidur namun kalbu beliau tidak tidur?” 

‘Amr menjawab, “Aku mendengar ‘Ubaid bin ‘Umair berkata: Mimpi para nabi adalah wahyu. Kemudian beliau membaca ayat yang artinya, ‘Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.’ (QS. Ash-Shaffat: 102).”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 601

٦٠١ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: حَدَّثَنِي سَالِمُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ، وَأَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي حَثۡمَةَ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ قَالَ: صَلَّى النَّبِيُّ ﷺ صَلَاةَ الۡعِشَاءِ فِي آخِرِ حَيَاتِهِ، فَلَمَّا سَلَّمَ، قَامَ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: (أَرَأَيۡتَكُمۡ لَيۡلَتَكُمۡ هَٰذِهِ، فَإِنَّ رَأۡسَ مِائَةٍ لَا يَبۡقَى مِمَّنۡ هُوَ الۡيَوۡمَ عَلَى ظَهۡرِ الۡأَرۡضِ أَحَدٌ). فَوَهِلَ النَّاسُ فِي مَقَالَةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، إِلَى مَا يَتَحَدَّثُونَ مِنۡ هَٰذِهِ الۡأَحَادِيثِ، عَنۡ مِائَةِ سَنَةٍ، وَإِنَّمَا قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (لَا يَبۡقَى مِمَّنۡ هُوَ الۡيَوۡمَ عَلَى ظَهۡرِ الۡأَرۡضِ) يُرِيدُ بِذٰلِكَ أَنَّهَا تَخۡرِمُ ذٰلِكَ الۡقَرۡنَ. [طرفه في: ١١٦]. 

601. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Salim bin ‘Abdullah bin ‘Umar dan Abu Bakr bin Abu Hatsmah menceritakan kepadaku bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat Isya di akhir hidup beliau. Ketika telah salam, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apa pendapat kalian dengan malam ini? Sesungguhnya di penghujung seratus tahun nanti tidak akan tersisa seorang pun yang hari ini hidup di atas muka bumi.” 

Orang-orang keliru memahami ucapan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—itu kepada apa yang mereka bicarakan dari hadis ini tentang seratus tahun. Padahal Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tidak tersisa dari orang-orang yang hari ini ada di atas muka bumi.” Beliau maksudkan bahwa seratus tahun nanti Allah akan memunahkan orang yang hidup pada generasi (saat Nabi mengucapkan) itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 564

٢١ - بَابُ ذِكۡرِ الۡعِشَاءِ وَالۡعَتَمَةِ، وَمَنۡ رَآهُ وَاسِعًا
21. Bab penyebutan Isya dan ‘atamah, serta barang siapa yang memandangnya perkara yang bisa ditoleransi 


قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: (أَثۡقَلُ الصَّلَاةِ عَلَى الۡمُنَافِقِينَ الۡعِشَاءُ وَالۡفَجۡرُ). 

Abu Hurairah mengatakan dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Salat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah salat Isya dan Subuh.” 

وَقَالَ: (لَوۡ يَعۡلَمُونَ مَا فِي الۡعَتَمَةِ وَالۡفَجۡرِ). قَالَ أَبُو عَبۡدِ اللهِ: وَالۡاِخۡتِيَارُ أَنۡ يَقُولَ: الۡعِشَاءُ، لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَمِنۡ بَعۡدِ صَلَاةِ الۡعِشَاءِ﴾ [النور: ٥٨]، وَيُذۡكَرُ عَنۡ أَبِي مُوسَى قَالَ: كُنَّا نَتَنَاوَبُ النَّبِيَّ ﷺ عِنۡدَ صَلَاةِ الۡعِشَاءِ، فَأَعۡتَمَ بِهَا. 

Beliau juga bersabda, “Andai mereka mengetahui apa yang ada pada salat ‘atamah (Isya) dan Subuh.” Abu ‘Abdullah berkata: Seseorang hendaknya memilih untuk menggunakan istilah Isya berdasarkan firman Allah taala yang artinya, “Dan setelah salat Isya.” (QS. An-Nur: 58). Disebutkan dari Abu Musa, beliau berkata: Dahulu kami bergantian ke tempat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika salat Isya dan beliau 

وَقَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ وَعَائِشَةُ: أَعۡتَمَ النَّبِيُّ ﷺ بِالۡعِشَاءِ. 

Ibnu ‘Abbas dan ‘Aisyah mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengakhirkan salat Isya hingga malam sudah benar-benar gelap. 

وَقَالَ بَعۡضُهُمۡ، عَنۡ عَائِشَةَ: أَعۡتَمَ النَّبِيُّ ﷺ بِالۡعَتَمَةِ. 

Sebagian mereka berkata dari ‘Aisyah: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengakhirkan salat Isya hingga waktu ‘atamah (malam benar-benar gelap). 

وَقَالَ جَابِرٌ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُصَلِّي الۡعِشَاءَ. 

Jabir mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat Isya. 

وَقَالَ أَبُو بَرۡزَةَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُؤَخِّرُ الۡعِشَاءَ. 

Abu Barzah mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengakhirkan salat Isya. 

وَقَالَ أَنَسٌ: أَخَّرَ النَّبِيُّ ﷺ الۡعِشَاءَ الۡآخِرَةَ. 

Anas mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengakhirkan salat Isya hingga akhir waktunya. 

وَقَالَ ابۡنُ عُمَرَ، وَأَبُو أَيُّوبَ، وَابۡنُ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمۡ: صَلَّى النَّبِيُّ ﷺ الۡمَغۡرِبَ وَالۡعِشَاءَ. 

Ibnu ‘Umar, Abu Ayyub, dan Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhum—mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat Magrib dan Isya. 

٥٦٤ - حَدَّثَنَا عَبۡدَانُ قَالَ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، قَالَ سَالِمٌ: أَخۡبَرَنِي عَبۡدُ اللهِ قَالَ: صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ لَيۡلَةً صَلَاةَ الۡعِشَاءِ، وَهِىَ الَّتِي يَدۡعُو النَّاسُ الۡعَتَمَةَ، ثُمَّ انۡصَرَفَ فَأَقۡبَلَ عَلَيۡنَا، فَقَالَ: (أَرَأَيۡتُمۡ لَيۡلَتَكُمۡ هَٰذِهِ، فَإِنَّ رَأۡسَ مِائَةِ سَنَةٍ مِنۡهَا لَا يَبۡقَى مِمَّنۡ هُوَ عَلَى ظَهۡرِ الۡأَرۡضِ أَحَدٌ). [طرفه في: ١١٦]. 

564. ‘Abdan telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Yunus mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Salim berkata: ‘Abdullah mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat Isya mengimami kami pada suatu malam. Itulah salat yang disebut orang sebagai ‘atamah. Setelah beliau selesai, beliau menghadap ke arah kami seraya bersabda, “Apa pendapat kalian dengan malam ini? Sesungguhnya sejak malam ini, tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang akan tetap hidup sampai seratus tahun.”