Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 588

٥٨٨ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ سَلَامٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدَةُ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ خُبَيۡبٍ، عَنۡ حَفۡصِ بۡنِ عَاصِمٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنۡ صَلَاتَيۡنِ: بَعۡدَ الۡفَجۡرِ حَتَّى تَطۡلُعَ الشَّمۡسُ، وَبَعۡدَ الۡعَصۡرِ حَتَّى تَغۡرُبَ الشَّمۡسُ.

588. Muhammad bin Salam telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdah menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah, dari Khubaib, dari Hafsh bin ‘Ashim, dari Abu Hurairah. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang dari dua salat, yaitu setelah fajar sampai matahari terbit dan setelah asar sampai matahari tenggelam.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6284

٤٢ - بَابُ الۡجُلُوسِ كَيۡفَمَا تَيَسَّرَ
42. Bab duduk dengan cara yang mudah


٦٢٨٤ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَزِيدَ اللَّيۡثِيِّ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ﷺ عَنۡ لِبۡسَتَيۡنِ وَعَنۡ بَيۡعَتَيۡنِ: اشۡتِمَالِ الصَّمَّاءِ، وَالۡاِحۡتِبَاءِ فِي ثَوۡبٍ وَاحِدٍ لَيۡسَ عَلَى فَرۡجِ الۡإِنۡسَانِ مِنۡهُ شَىۡءٌ، وَالۡمُلَامَسَةِ وَالۡمُنَابَذَةِ. تَابَعَهُ مَعۡمَرٌ وَمُحَمَّدُ بۡنُ أَبِي حَفۡصَةَ، وَعَبۡدُ اللهِ بۡنُ بُدَيۡلٍ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ.

6284. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari ‘Atha` bin Yazid Al-Laitsi, dari Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang dari dua cara berpakaian dan dua model jual beli, yaitu:
  • isytimal ash-shamma` (meletakkan pakaiannya di atas salah satu pundaknya, namun salah satu sisi badannya tidak tertutupi pakaian),
  • duduk ihtiba` (duduk di atas pantat dengan menegakkan kedua betis) mengenakan satu lembar pakaian, tidak ada pakaian yang menutupi di atas farji seseorang,
  • mulamasah (transaksi memegang barang berarti membeli),
  • munabadzah (transaksi dengan cara melemparkan barang kepada pembeli dengan harga tertentu tanpa diperiksa).
Ma’mar, Muhammad bin Abu Hafshah, dan ‘Abdullah bin Budail mengiringi Sufyan bin ‘Uyainah dari Az-Zuhri.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5821 dan 5822

٢١ - بَابُ الۡاِحۡتِبَاءِ فِي ثَوۡبٍ وَاحِدٍ
21. Bab ihtiba` mengenakan satu lembar pakaian


٥٨٢١ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنۡ لِبۡسَتَيۡنِ: أَنۡ يَحۡتَبِيَ الرَّجُلُ فِي الثَّوۡبِ الۡوَاحِدِ لَيۡسَ عَلَى فَرۡجِهِ مِنۡهُ شَىۡءٌ، وَأَنۡ يَشۡتَمِلَ بِالثَّوۡبِ الۡوَاحِدِ لَيۡسَ عَلَى أَحَدِ شِقَّيۡهِ، وَعَنِ الۡمُلَامَسَةِ وَالۡمُنَابَذَةِ. [طرفه في: ٣٦٨].

5821. Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Abu Az-Zinad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang dari dua cara berpakaian. Beliau melarang seseorang duduk ihtiba` (duduk di atas pantas dengan menegakkan kedua betis) mengenakan satu lembar pakaian, tidak ada pakaian yang menutup di atas farjinya. Beliau melarang seseorang menyelimutkan satu lembar pakaian, namun salah satu sisi tubuhnya tidak tertutup pakaian.

Beliau juga melarang dari mulamasah (transaksi memegang barang berarti membeli) dan munabadzah (transaksi dengan cara melemparkan barang kepada pembeli tanpa diperiksa).

٥٨٢٢ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مَخۡلَدٌ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ جُرَيۡجٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي ابۡنُ شِهَابٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَهَى عَنِ اشۡتِمَالِ الصَّمَّاءِ، وَأَنۡ يَحۡتَبِيَ الرَّجُلُ فِي ثَوۡبٍ وَاحِدٍ، لَيۡسَ عَلَى فَرۡجِهِ مِنۡهُ شَىۡءٌ.

5822. Muhammad telah menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Makhlad mengabarkan kepadaku: Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Syihab mengabarkan kepadaku dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah, dari Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—:

Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang dari isytimal ash-shamma` dan seseorang duduk ihtiba` dengan mengenakan satu lembar pakaian sehingga tidak ada pakaian yang menutupi di atas farjinya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5819 dan 5820

٢٠ - بَابُ اشۡتِمَالِ الصَّمَّاءِ
20. Bab isytimal ash-shamma`


٥٨١٩ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَهَّابِ: حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ، عَنۡ خُبَيۡبٍ، عَنۡ حَفۡصِ بۡنِ عَاصِمٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ﷺ عَنِ الۡمُلَامَسَةِ وَالۡمُنَابَذَةِ، وَعَنۡ صَلَاتَيۡنِ: بَعۡدَ الۡفَجۡرِ حَتَّى تَرۡتَفِعَ الشَّمۡسُ، وَبَعۡدَ الۡعَصۡرِ حَتَّى تَغِيبَ، وَأَنۡ يَحۡتَبِيَ بِالثَّوۡبِ الۡوَاحِدِ، لَيۡسَ عَلَى فَرۡجِهِ مِنۡهُ شَىۡءٌ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ السَّمَاءِ، وَأَنۡ يَشۡتَمِلَ الصَّمَّاءَ. [طرفه في: ٣٦٨].

5819. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepadaku: ‘Abdul Wahhab menceritakan kepada kami: ‘Ubaidullah menceritakan kepada kami dari Khubaib, dari Hafsh bin ‘Ashim, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang dari mulamasah dan munabadzah. Beliau juga melarang dari dua salat, yaitu ketika setelah fajar sampai matahari tinggi dan setelah asar sampai matahari tenggelam. Beliau juga melarang dari duduk ihtiba` (duduk di atas pantat dengan menegakkan kedua betis) dengan satu pakaian, tidak ada pakaian di atas farjinya (yang menghalangi) antara farjinya dengan langit. Beliau juga melarang dari istyimal ash-shamma`.

٥٨٢٠ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ يُونُسَ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عَامِرُ بۡنُ سَعۡدٍ: أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيَّ قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنۡ لِبۡسَتَيۡنِ وَعَنۡ بَيۡعَتَيۡنِ، نَهَى عَنِ الۡمُلَامَسَةِ وَالۡمُنَابَذَةِ فِي الۡبَيۡعِ. وَالۡمُلَامَسَةُ: لَمۡسُ الرَّجُلِ ثَوۡبَ الۡآخَرِ بِيَدِهِ بِاللَّيۡلِ أَوۡ بِالنَّهَارِ وَلَا يُقَلِّبُهُ إِلَّا بِذٰلِكَ. وَالۡمُنَابَذَةُ: أَنۡ يَنۡبِذَ الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ بِثَوۡبِهِ وَيَنۡبِذَ الۡآخَرُ ثَوۡبَهُ، وَيَكُونَ ذٰلِكَ بَيۡعَهُمَا عَنۡ غَيۡرِ نَظَرٍ وَلَا تَرَاضٍ. وَاللِّبۡسَتَيۡنِ: اشۡتِمَالُ الصَّمَّاءِ، وَالصَّمَّاءُ: أَنۡ يَجۡعَلَ ثَوۡبَهُ عَلَى أَحَدِ عَاتِقَيۡهِ، فَيَبۡدُو أَحَدُ شِقَّيۡهِ لَيۡسَ عَلَيۡهِ ثَوۡبٌ. وَاللِّبۡسَةُ الۡأُخۡرَى: احۡتِبَاؤُهُ بِثَوۡبِهِ وَهُوَ جَالِسٌ، لَيۡسَ عَلَى فَرۡجِهِ مِنۡهُ شَىۡءٌ.

5820. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Yunus, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: ‘Amir bin Sa’d mengabarkan kepadaku bahwa Abu Sa’id Al-Khudri mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang dari dua jenis pakaian dan dua jenis jual beli. Beliau melarang dari mulamasah dan munabadzah dalam jual beli. Mulamasah adalah seseorang memegang pakaian orang lain dengan tangannya di malam atau siang hari, namun dia tidak boleh membolak-baliknya, dia hanya boleh memegang saja. Munabadzah adalah seseorang melemparkan bajunya kepada orang lain, begitu pula orang lain melemparkan bajunya, dengan cara itu jual beli berlangsung tanpa boleh melihat dan tanpa kerelaan dari dua belah pihak.

Dua jenis pakaian yang dilarang adalah isytimal ash-shamma`. Ash-shamma` adalah seseorang menjadikan pakaiannya di salah satu pundaknya sehingga salah satu sisi tubuhnya terlihat tidak tertutup pakaian. Jenis pakaian lain yang dilarang adalah ihtiba` dengan pakaiannya dalam keadaan duduk, tidak ada kain yang menutup di atas farjinya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2146 dan 2147

٦٣ – بَابُ بَيۡعِ الۡمُنَابَذَةِ
63. Bab jual beli munabadzah


وَقَالَ أَنَسٌ: نَهَى عَنۡهُ النَّبِيُّ ﷺ.

Anas mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah melarangnya.

٢١٤٦ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ يَحۡيَى بۡنِ حَبَّانَ، عَنۡ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ نَهَى عَنِ الۡمُلَامَسَةِ وَالۡمُنَابَذَةِ. [طرفه في: ٣٦٨].

2146. Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Muhammad bin Yahya bin Habban, dari Abu Az-Zinad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah melarang dari mulamasah (jual beli dengan gambaran memegang barang berarti membeli tanpa ada khiar) dan munabadzah (jual beli dengan gambaran seseorang menjual pakaian dengan melemparkan pakaian itu kepada orang lain tanpa bisa diperiksa terlebih dahulu).

٢١٤٧ - حَدَّثَنَا عَيَّاشُ بۡنُ الۡوَلِيدِ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡأَعۡلَى: حَدَّثَنَا مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَزِيدَ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ﷺ عَنۡ لِبۡسَتَيۡنِ وَعَنۡ بَيۡعَتَيۡنِ: الۡمُلَامَسَةِ وَالۡمُنَابَذَةِ. [طرفه في: ٣٦٧].

2147. ‘Ayyasy bin Al-Walid telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul A’la menceritakan kepada kami: Ma’mar menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari ‘Atha` bin Yazid, dari Abu Sa’id—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah melarang dari dua jenis pakaian dan dua jenis jual beli, yaitu: mulamasah (jual beli dengan gambaran memegang barang berarti membeli tanpa ada khiar) dan munabadzah (jual beli dengan gambaran seseorang menjual pakaian dengan melemparkan pakaian itu kepada orang lain tanpa bisa diperiksa terlebih dahulu).

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2145

٢١٤٥ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَهَّابِ: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنۡ مُحَمَّدٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: نُهِيَ عَنۡ لِبۡسَتَيۡنِ: أَنۡ يَحۡتَبِيَ الرَّجُلُ فِي الثَّوۡبِ الۡوَاحِدِ، ثُمَّ يَرۡفَعَهُ عَلَى مَنۡكِبِهِ، وَعَنۡ بَيۡعَتَيۡنِ: اللِّمَاسِ وَالنِّبَاذِ.

2145. Qutaibah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahhab menceritakan kepada kami: Ayyub menceritakan kepada kami dari Muhammad, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Kami dilarang dari dua jenis pakaian, yaitu seorang laki-laki melakukan ihtiba` (duduk di atas pantatnya sambil menegakkan kedua betisnya) dengan berselimutkan satu pakaian kemudian dia mengangkatnya ke bahunya. Kami juga dilarang dari dua jenis jual beli: limas (transaksi memegang barang berarti membeli) dan nibadz (transaksi dengan cara melemparkan barang kepada pembeli dengan harga tertentu tanpa diperiksa).

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3829

٢٥ - بَابُ بُنۡيَانِ الۡكَعۡبَةِ
25. Bab bangunan Kakbah


٣٨٢٩ - حَدَّثَنِي مَحۡمُودٌ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ قَالَ: أَخۡبَرَنِي ابۡنُ جُرَيۡجٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عَمۡرُو بۡنُ دِينَارٍ: سَمِعَ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: لَمَّا بُنِيَتِ الۡكَعۡبَةُ، ذَهَبَ النَّبِيُّ ﷺ وَعَبَّاسٌ يَنۡقُلَانِ الۡحِجَارَةَ، فَقَالَ عَبَّاسٌ لِلنَّبِيِّ ﷺ: اجۡعَلۡ إِزَارَكَ عَلَى رَقَبَتِكَ يَقِيكَ مِنَ الۡحِجَارَةِ، فَخَرَّ إِلَى الۡأَرۡضِ، وَطَمَحَتۡ عَيۡنَاهُ إِلَى السَّمَاءِ، ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ: (إِزَارِي إِزَارِي). فَشَدَّ عَلَيۡهِ إِزَارَهُ. [طرفه في: ٣٦٤].

3829. Mahmud telah menceritakan kepadaku: ‘Abdurrazzaq menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Juraij mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: ‘Amr bin Dinar mengabarkan kepadaku: Beliau mendengar Jabir bin ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhuma—berkata:

Ketika Kakbah direnovasi, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan ‘Abbas pergi memindahkan batu.

‘Abbas berkata kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Letakkan izar (kain yang menutupi separuh badan bagian bawah)-mu di atas lehermu supaya bisa melindungimu dari batu!”

(Begitu melakukannya,) Nabi (pingsan) tersungkur ke tanah dan kedua matanya memandang ke langit.

Kemudian beliau sadar lalu berkata, “Izar-ku, izar-ku.”

Lalu beliau mengencangkan izar-nya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1215

١٣ - بَابُ مَنۡ صَفَّقَ جَاهِلًا مِنَ الرِّجَالِ فِي صَلَاتِهِ لَمۡ تَفۡسُدۡ صَلَاتُهُ
13. Bab barang siapa dari kalangan pria yang menepuk tangan ketika salat dalam keadaan tidak mengerti, salatnya tidak rusak


فِيهِ سَهۡلُ بۡنُ سَعۡدٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Dalam bab ini ada riwayat Sahl bin Sa’d—radhiyallahu ‘anhu—dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

١٤ - بَابٌ إِذَا قِيلَ لِلۡمُصَلِّي: تَقَدَّمۡ، أَوِ انۡتَظِرۡ، فَانۡتَظَرَ، فَلَا بَأۡسَ
14. Bab apabila dikatakan kepada orang yang sedang salat, “Majulah!”, atau, “Tunggulah!” lalu dia menunggu, tidak mengapa


١٢١٥ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ كَثِيرٍ: أَخۡبَرَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يُصَلُّونَ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ، وَهُمۡ عَاقِدُو أُزۡرِهِمۡ، مِنَ الصِّغَرِ، عَلَى رِقَابِهِمۡ، فَقِيلَ لِلنِّسَاءِ: (لَا تَرۡفَعۡنَ رُءُوسَكُنَّ، حَتَّى يَسۡتَوِيَ الرِّجَالُ جُلُوسًا). [طرفه في: ٣٦٢].

1215. Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Abu Hazim, dari Sahl bin Sa’d—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Dahulu orang-orang salat bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam keadaan mengikatkan izar (kain yang menutupi separuh badan bagian bawah) mereka ke leher mereka saking kecilnya. Lalu ada yang berkata kepada para wanita, “Kalian jangan mengangkat kepala kalian (dari sujud) hingga para pria sudah duduk tegak.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 517 dan 518

١٠٧ - بَابٌ إِذَا صَلَّى إِلَى فِرَاشٍ فِيهِ حَائِضٌ
107. Bab apabila salat menghadap kasur yang di situ ada wanita yang sedang haid


٥١٧ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ زُرَارَةَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا هُشَيۡمٌ، عَنِ الشَّيۡبَانِيِّ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ شَدَّادِ بۡنِ الۡهَادِ قَالَ: أَخۡبَرَتۡنِي خَالَتِي مَيۡمُونَةُ بِنۡتُ الۡحَارِثِ قَالَتۡ: كَانَ فِرَاشِي حِيَالَ مُصَلَّى النَّبِيِّ ﷺ. فَرُبَّمَا وَقَعَ ثَوۡبُهُ عَلَىَّ وَأَنَا عَلَى فِرَاشِي. [طرفه في: ٣٣٣].

517. ‘Amr bin Zurarah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Husyaim mengabarkan kepada kami dari Asy-Syaibani, dari ‘Abdullah bin Syaddad bin Al-Had. Beliau berkata: Bibiku, Maimunah binti Al-Harits, berkata: Dahulu, kasurku berada di depan tempat salat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Terkadang pakaian beliau mengenaiku ketika aku berada di atas kasurku.

٥١٨ - حَدَّثَنَا أَبُو النُّعۡمَانِ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَاحِدِ بۡنُ زِيَادٍ قَالَ: حَدَّثَنَا الشَّيۡبَانِيُّ سُلَيۡمَانُ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ شَدَّادٍ قَالَ: سَمِعۡتُ مَيۡمُونَةَ تَقُولُ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُصَلِّي، وَأَنَا إِلَى جَنۡبِهِ نَائِمَةٌ، فَإِذَا سَجَدَ أَصَابَنِي ثَوۡبُهُ، وَأَنَا حَائِضٌ. وَزَادَ مُسَدَّدٌ عَنۡ خَالِدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ الشَّيۡبَانِيُّ: (وَأَنَا حَائِضٌ). [طرفه في: ٣٣٣].

518. Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdul Wahid bin Ziyad menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Asy-Syaibani Sulaiman menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Syaddad menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Maimunah mengatakan: Dahulu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—biasa salat sedangkan aku tidur di samping beliau. Apabila beliau sujud, pakaian beliau mengenaiku padahal aku sedang haid.

Musaddad menambahkan dari Khalid. Beliau berkata: Sulaiman Asy-Syaibani menceritakan kepada kami, “Dalam keadaan aku sedang haid.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 814

١٣٦ - بَابُ عَقۡدِ الثِّيَابِ وَشَدِّهَا، وَمَنۡ ضَمَّ إِلَيۡهِ ثَوۡبَهُ إِذَا خَافَ أَنۡ تَنۡكَشِفَ عَوۡرَتُهُ
136. Bab mengikat pakaian dan mengencangkannya; dan barang siapa yang mendekap pakaiannya apabila khawatir auratnya akan tersingkap


٨١٤ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ كَثِيرٍ قَالَ: أَخۡبَرَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ، قَالَ: كَانَ النَّاسُ يُصَلُّونَ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ، وَهُمۡ عَاقِدُو أُزۡرِهِمۡ مِنَ الصِّغَرِ عَلَى رِقَابِهِمۡ، فَقِيلَ لِلنِّسَاءِ: (لَا تَرۡفَعۡنَ رُءُوسَكُنَّ حَتَّى يَسۡتَوِيَ الرِّجَالُ جُلُوسًا). [طرفه في: ٣٦٢].

814. Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Abu Hazim, dari Sahl bin Sa’d. Beliau berkata: Dahulu orang-orang salat bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam keadaan mereka mengikatkan izar (kain yang menutupi separuh badan bagian bawah) mereka ke tengkuk mereka saking kecilnya izar tersebut. Ada yang berkata kepada para wanita, “Kalian jangan mengangkat kepala kalian (dari sujud) hingga para pria sudah duduk tegak.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3935

٣٩٣٥ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ زُرَيۡعٍ: حَدَّثَنَا مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ عُرۡوَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: فُرِضَتِ الصَّلَاةُ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ هَاجَرَ النَّبِيُّ ﷺ فَفُرِضَتۡ أَرۡبَعًا، وَتُرِكَتۡ صَلَاةُ السَّفَرِ عَلَى الۡأُولَى.

تَابَعَهُ عَبۡدُ الرَّزَّاقِ عَنۡ مَعۡمَرٍ. [طرفه في: ٣٥٠].

3935. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami: Ma’mar menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Tadinya, salat diwajibkan sebanyak dua rakaat. Kemudian setelah Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berhijrah, salat diwajibkan empat rakaat. Namun salat ketika safar dibiarkan tetap sejumlah pada saat pertama (yaitu dua rakaat).

‘Abdurrazzaq mengiringi Yazid bin Zurai’ dari Ma’mar.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1090

١٠٩٠ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ عُرۡوَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتِ: الصَّلَاةُ أَوَّلُ مَا فُرِضَتۡ رَكۡعَتَيۡنِ، فَأُقِرَّتۡ صَلَاةُ السَّفَرِ، وَأُتِمَّتۡ صَلَاةُ الۡحَضَرِ. قَالَ الزُّهۡرِيُّ: فَقُلۡتُ لِعُرۡوَةَ: مَا بَالُ عَائِشَةَ تُتِمُّ؟ قَالَ: تَأَوَّلَتۡ مَا تَأَوَّلَ عُثۡمَانُ. [طرفه في: ٣٥٠].

1090. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Salat pertama kali diwajibkan sebanyak dua rakaat. Kemudian dua rakaat tersebut ditetapkan untuk salat ketika safar dan disempurnakan untuk salat ketika mukim.

Az-Zuhri berkata: Aku bertanya kepada ‘Urwah, “Mengapa ‘Aisyah menyempurnakan (salat ketika safar)?”

Beliau menjawab, “’Aisyah menakwilkan dengan takwilan ‘Utsman.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 514 dan 515

١٠٥ - بَابُ مَنۡ قَالَ: لَا يَقۡطَعُ الصَّلَاةَ شَىۡءٌ
105. Bab barang siapa berpendapat bahwa tidak ada sesuatupun yang bisa memutus salat


٥١٤ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ قَالَ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ، عَنِ الۡأَسۡوَدِ، عَنۡ عَائِشَةَ (ح). قَالَ الۡأَعۡمَشُ: وَحَدَّثَنِي مُسۡلِمٌ، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَائِشَةَ، ذُكِرَ عِنۡدَهَا مَا يَقۡطَعُ الصَّلَاةَ، الۡكَلۡبُ وَالۡحِمَارُ وَالۡمَرۡأَةُ، فَقَالَتۡ: شَبَّهۡتُمُونَا بِالۡحُمُرِ وَالۡكِلَابِ! وَاللهِ، لَقَدۡ رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يُصَلِّي، وَإِنِّي عَلَى السَّرِيرِ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ الۡقِبۡلَةِ مُضۡطَجِعَةً، فَتَبۡدُو لِي الۡحَاجَةُ، فَأَكۡرَهُ أَنۡ أَجۡلِسَ، فَأُوذِيَ النَّبِيَّ ﷺ، فَأَنۡسَلُّ مِنۡ عِنۡدِ رِجۡلَيۡهِ.

514. ‘Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-A’masy menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibrahim menceritakan kepada kami dari Al-Aswad, dari ‘Aisyah. (Dalam riwayat lain) Al-A’masy berkata: Muslim menceritakan kepadaku dari Masruq, dari ‘Aisyah. Disebutkan di dekat ‘Aisyah tentang hal-hal yang dapat memutus salat, yaitu: anjing, himar, dan wanita.

‘Aisyah mengatakan: Kalian menyerupakan kami dengan himar dan anjing. Demi Allah, sungguh aku telah melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat sementara aku berbaring di atas ranjang di antara beliau dengan kiblat. Lalu muncul hajatku, namun aku tidak suka untuk duduk karena khawatir akan mengganggu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Aku pun keluar pelan-pelan dari samping kedua kaki beliau.

٥١٥ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ قَالَ: أَخۡبَرَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ قَالَ: حَدَّثَنِي ابۡنُ أَخِي ابۡنِ شِهَابٍ: أَنَّهُ سَأَلَ عَمَّهُ عَنِ الصَّلَاةِ يَقۡطَعُهَا شَىۡءٌ؟ فَقَالَ: لَا يَقۡطَعُهَا شَىۡءٌ، أَخۡبَرَنِي عُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ: أَنَّ عَائِشَةَ زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ قَالَتۡ: لَقَدۡ كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَقُومُ فَيُصَلِّي مِنَ اللَّيۡلِ، وَإِنِّي لَمُعۡتَرِضَةٌ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ الۡقِبۡلَةِ، عَلَى فِرَاشِ أَهۡلِهِ.

515. Ishaq telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ya’qub bin Ibrahim mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Putra saudara Ibnu Syihab menceritakan kepadaku bahwa beliau bertanya kepada pamannya tentang salat apakah ada sesuatu yang bisa memutusnya.

Beliau menjawab: Tidak ada sesuatupun yang bisa memutusnya. ‘Urwah bin Az-Zubair mengabarkan kepadaku bahwa ‘Aisyah istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengatakan: Sungguh Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu biasa bangun malam lalu salat malam. Sementara aku berbaring melintang di antara beliau dengan kiblat di atas kasur istri beliau.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3342

٦ - بَابُ ذِكۡرِ إِدۡرِيسَ عَلَيۡهِ السَّلَامُ وَهُوَ جَدُّ أَبِي نُوحٍ، وَيُقَالُ جَدُّ نُوحٍ عَلَيۡهِمَا السَّلَامُ
6. Bab penyebutan Idris—‘alaihis salam—; beliau adalah kakek dari ayahnya Nabi Nuh; ada yang berpendapat bahwa beliau adalah kakek Nabi Nuh—‘alaihimas salam


وَقَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَرَفَعۡنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا﴾ [مريم: ٥٧].

Dan firman Allah taala, “Kami angkat beliau ke martabat yang tinggi.” (QS. Maryam: 57).

٣٣٤٢ - قَالَ عَبۡدَانُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ (ح). حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ صَالِحٍ: حَدَّثَنَا عَنۡبَسَةُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: قَالَ أَنَسٌ: كَانَ أَبُو ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ يُحَدِّثُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ:

3342. ‘Abdan berkata: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Yunus mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. (Dalam riwayat lain) Ahmad bin Shalih telah menceritakan kepada kami: ‘Anbasah menceritakan kepada kami: Yunus menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: Anas berkata: Abu Dzarr—radhiyallahu ‘anhu—pernah menceritakan bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda,

(فُرِجَ سَقۡفُ بَيۡتِي وَأَنَا بِمَكَّةَ، فَنَزَلَ جِبۡرِيلُ فَفَرَجَ صَدۡرِي، ثُمَّ غَسَلَهُ بِمَاءِ زَمۡزَمَ، ثُمَّ جَاءَ بِطَسۡتٍ مِنۡ ذَهَبٍ، مُمۡتَلِىءٍ حِكۡمَةً وَإِيمَانًا، فَأَفۡرَغَهَا فِي صَدۡرِي، ثُمَّ أَطۡبَقَهُ، ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَعَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ، فَلَمَّا جَاءَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنۡيَا قَالَ جِبۡرِيلُ لِخَازِنِ السَّمَاءِ: افۡتَحۡ، قَالَ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَ: هَٰذَا جِبۡرِيلُ، قَالَ: مَعَكَ أَحَدٌ؟ قَالَ: مَعِيَ مُحَمَّدٌ، قَالَ: أُرۡسِلَ إِلَيۡهِ؟ قَالَ: نَعَمۡ فَافۡتَحۡ، فَلَمَّا عَلَوۡنَا السَّمَاءَ إِذَا رَجُلٌ عَنۡ يَمِينِهِ أَسۡوِدَةٌ وَعَنۡ يَسَارِهِ أَسۡوِدَةٌ، فَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِينِهِ ضَحِكَ، وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ بَكَى، فَقَالَ: مَرۡحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالۡاِبۡنِ الصَّالِحِ، قُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا يَا جِبۡرِيلُ؟ قَالَ: هَٰذَا آدَمُ، وَهَٰذِهِ الۡأَسۡوِدَةُ عَنۡ يَمِينِهِ وَعَنۡ شِمَالِهِ نَسَمُ بَنِيهِ، فَأَهۡلُ الۡيَمِينِ مِنۡهُمۡ أَهۡلُ الۡجَنَّةِ، وَالۡأَسۡوِدَةُ الَّتِي عَنۡ شِمَالِهِ أَهۡلُ النَّارِ، فَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِينِهِ ضَحِكَ، وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ بَكَى، ثُمَّ عَرَجَ بِي جِبۡرِيلُ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الثَّانِيَةَ، فَقَالَ لِخَازِنِهَا: افۡتَحۡ، فَقَالَ لَهُ خَازِنُهَا مِثۡلَ مَا قَالَ الۡأَوَّلُ فَفَتَحَ).

Ketika aku di Makkah, atap rumahku terbuka. Jibril turun lalu membelah dadaku. Kemudian Jibril mencucinya dengan air Zamzam. Jibril membawa sebuah baskom yang terbuat dari emas yang isinya dipenuhi hikmah dan iman. Jibril menuangkannya ke dalam dadaku. Lalu Jibril menutup dadaku. Jibril memegang tanganku lalu naik ke langit dunia.

Ketika aku sampai ke langit dunia, Jibril berkata kepada penjaga langit itu, “Bukalah!”

Penjaga langit itu bertanya, “Siapa ini?”

Jibril menjawab, “Ini Jibril.”

Penjaga langit bertanya, “Apakah ada yang bersamamu?”

Jibril menjawab, “Iya. Ada Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersamaku.”

Penjaga langit bertanya, “Apakah dia adalah rasul yang diutus itu?”

Jibril menjawab, “Iya. Bukalah!”

Kami naik ke atas. Di sana ada seseorang pria. Di samping kanannya ada kumpulan orang. Di samping kirinyapun ada kumpulan orang. Apabila orang itu memandang ke arah kanannya, dia tertawa. Apabila dia memandang ke arah kirinya, dia menangis.

Orang itu berkata, “Marhaban nabi yang saleh dan putra yang saleh.”

Aku bertanya, “Siapa orang ini, wahai Jibril?”

Jibril menjawab, “Orang ini adalah Nabi Adam. Kumpulan orang yang di samping kanan dan kirinya adalah manusia keturunannya. Orang yang di samping kanan dari mereka adalah penduduk janah, sedangkan kumpulan orang di samping kirinya adalah penduduk neraka. Makanya, apabila dia memandang ke sebelah kanannya, dia tertawa. Apabila memandang ke arah kirinya, dia menangis.”

Jibril membawaku naik ke langit kedua. Dia berkata kepada penjaga langitnya, “Bukalah!”

Penjaga langit berkata kepada Jibril seperti yang dikatakan oleh penjaga langit pertama. Diapun lantas membukanya.

قَالَ أَنَسٌ: فَذَكَرَ أَنَّهُ وَجَدَ فِي السَّمَوَاتِ إِدۡرِيسَ وَمُوسَى وَعِيسَى وَإِبۡرَاهِيمَ، وَلَمۡ يُثۡبِتۡ لِي كَيۡفَ مَنَازِلُهُمۡ، غَيۡرَ أَنَّهُ قَدۡ ذَكَرَ أَنَّهُ وَجَدَ آدَمَ فِي السَّمَاءِ الدُّنۡيَا، وَإِبۡرَاهِيمَ فِي السَّادِسَةِ، وَقَالَ أَنَسٌ: (فَلَمَّا مَرَّ جِبۡرِيلُ بِإِدۡرِيسَ قَالَ: مَرۡحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالۡأَخِ الصَّالِحِ، فَقُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَ: هَٰذَا إِدۡرِيسُ، ثُمَّ مَرَرۡتُ بِمُوسَى، فَقَالَ: مَرۡحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالۡأَخِ الصَّالِحِ، قُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَ: هَٰذَا مُوسَى، ثُمَّ مَرَرۡتُ بِعِيسَى، فَقَالَ: مَرۡحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالۡأَخِ الصَّالِحِ، قُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَ: عِيسَى، ثُمَّ مَرَرۡتُ بِإِبۡرَاهِيمَ فَقَالَ: مَرۡحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ، وَالۡاِبۡنِ الصَّالِحِ، قُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَ هَٰذَا إِبۡرَاهِيمُ).

Anas mengatakan: Abu Dzarr menyebutkan bahwa di langit-langit itu, Nabi menjumpai Idris, Musa, ‘Isa, dan Ibrahim. Namun Abu Dzarr tidak memastikan kepadaku bagaimana urutan kedudukan mereka. Beliau hanya menyebutkan bahwa Nabi menjumpai Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam.

Anas mengatakan: Ketika Jibril melewati Nabi Idris, Nabi Idris berkata, “Marhaban nabi yang saleh dan saudara yang saleh.”

Aku bertanya, “Siapa orang ini?”

Jibril menjawab, “Ini adalah Idris.”

Kemudian aku melewati Musa, beliau berkata, “Marhaban nabi yang saleh dan saudara yang saleh.”

Aku bertanya, “Siapa ini?”

Jibril menjawab, “Ini adalah Musa.”

Kemudian aku melewati Nabi ‘Isa, beliau berkata, “Marhaban nabi yang saleh dan saudara yang saleh.”

Aku bertanya, “Siapa ini?”

Jibril menjawab, “Ini ‘Isa.”

Kemudian aku melewati Nabi Ibrahim, beliau berkata, “Marhaban nabi yang saleh dan putra yang saleh.”

Aku bertanya, “Siapa ini?”

Jibril menjawab, “Ini adalah Ibrahim.”

قَالَ: وَأَخۡبَرَنِي ابۡنُ حَزۡمٍ: أَنَّ ابۡنَ عَبَّاسٍ وَأَبَا حَبَّةَ الۡأَنۡصَارِيَّ كَانَا يَقُولَانِ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (ثُمَّ عُرِجَ بِي، حَتَّى ظَهَرۡتُ لِمُسۡتَوًى أَسۡمَعُ صَرِيفَ الۡأَقۡلَامِ).

Ibnu Syihab berkata: Ibnu Hazm mengabarkan kepadaku bahwa Ibnu ‘Abbas dan Abu Habbah Al-Anshari mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku terus dibawa naik hingga aku naik ke suatu tempat yang datar yang di situ aku bisa mendengar suara gerakan pena-pena.”

قَالَ ابۡنُ حَزۡمٍ وَأَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (فَفَرَضَ اللهُ عَلَىَّ خَمۡسِينَ صَلَاةً، فَرَجَعۡتُ بِذٰلِكَ، حَتَّى أَمُرَّ بِمُوسَى، فَقَالَ مُوسَى: مَا الَّذِي فَرَضَ عَلَى أُمَّتِكَ؟ قُلۡتُ: فَرَضَ عَلَيۡهِمۡ خَمۡسِينَ صَلَاةً، قَالَ: فَرَاجِعۡ رَبَّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذٰلِكَ، فَرَجَعۡتُ فَرَاجَعۡتُ رَبِّي فَوَضَعَ شَطۡرَهَا، فَرَجَعۡتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ رَاجِعۡ رَبَّكَ: فَذَكَرَ مِثۡلَهُ فَوَضَعَ شَطۡرَهَا، فَرَجَعۡتُ إِلَى مُوسَى فَأَخۡبَرۡتُهُ فَقَالَ: رَاجِعۡ رَبَّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذٰلِكَ، فَرَجَعۡتُ فَرَاجَعۡتُ رَبِّي، فَقَالَ: هِيَ خَمۡسٌ وَهِيَ خَمۡسُونَ، لَا يُبَدَّلُ الۡقَوۡلُ لَدَىَّ، فَرَجَعۡتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ رَاجِعۡ رَبَّكَ، فَقُلۡتُ: قَدِ اسۡتَحۡيَيۡتُ مِنۡ رَبِّي، ثُمَّ انۡطَلَقَ حَتَّى أَتَى السِّدۡرَةَ الۡمُنۡتَهَى، فَغَشِيَهَا أَلۡوَانٌ لَا أَدۡرِي مَا هِيَ، ثُمَّ أُدۡخِلۡتُ، فَإِذَا فِيهَا جَنَابِذُ اللُّؤۡلُؤِ، وَإِذَا تُرَابُهَا الۡمِسۡكُ). [طرفه في: ١٦٣].

Ibnu Hazm dan Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhuma—berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda:

Allah mewajibkan lima puluh salat kepadaku. Aku pulang membawa syariat itu, hingga aku melewati Nabi Musa.

Beliau bertanya, “Apa yang Allah wajibkan kepada umatmu?”

Aku menjawab, “Allah mewajibkan lima puluh salat kepada mereka.”

Nabi Musa berkata, “Kembali dan bicarakan dengan Tuhanmu! Karena umatmu tidak akan sanggup melakukannya.”

Aku kembali dan membicarakannya kepada Tuhanku, lalu Dia menggugurkan separuhnya. Aku kembali kepada Nabi Musa.

Musa berkata, “Kembali dan bicarakan dengan Tuhanmu!” Beliau menyebutkan semisal ucapannya sebelumnya.

Allah menggugurkan separuhnya lagi. Aku kembali kepada Nabi Musa, lalu aku mengabarkan hal itu kepada beliau.

Nabi Musa berkata, “Kembali dan bicarakan dengan Tuhanmu! Karena umatmu tidak akan mampu melakukannya.”

Akupun kembali dan membicarakannya kepada Tuhanku.

Allah mengatakan, “Salat fardu lima waktu dan salat itu (pahalanya) lima puluh. Keputusan ini di sisi-Ku tidak bisa berubah.”

Aku kembali kepada Nabi Musa, lalu beliau berkata, “Kembali dan bicarakan dengan Tuhanmu!”

Aku berkata, “Aku malu kepada Tuhanku.”

Kemudian Jibril pergi (membawaku) sampai ke Sidratulmuntaha yang ditutupi oleh warna-warni yang tidak aku ketahui apa itu. Kemudian aku dimasukkan (ke dalam janah). Ternyata di dalamnya ada untaian mutiara dan tanahnya beraroma kesturi.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 513

١٠٤ - بَابُ التَّطَوُّعِ خَلۡفَ الۡمَرۡأَةِ
104. Bab salat sunah di belakang wanita


٥١٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ أَبِي النَّضۡرِ مَوۡلَى عُمَرَ بۡنِ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ، عَنۡ عَائِشَةَ زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهَا قَالَتۡ: كُنۡتُ أَنَامُ بَيۡنَ يَدَيۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ وَرِجۡلَايَ فِي قِبۡلَتِهِ، فَإِذَا سَجَدَ غَمَزَنِي، فَقَبَضۡتُ رِجۡلَيَّ، فَإِذَا قَامَ بَسَطۡتُهُمَا، قَالَتۡ: وَالۡبُيُوتُ يَوۡمَئِذٍ لَيۡسَ فِيهَا مَصَابِيحُ. [طرفه في: ٣٨٢].

513. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik mengabarkan kepada kami dari Abu An-Nadhr maula ‘Umar bin ‘Ubaidullah, dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, dari ‘Aisyah istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bahwa beliau mengatakan: Aku pernah tidur di hadapan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sementara kedua kakiku di arah kiblat beliau. Apabila beliau sujud, beliau menyentuhku lalu aku pun menarik kedua kakiku. Apabila beliau sudah berdiri, aku menyelonjorkan kedua kakiku. ‘Aisyah mengatakan: Rumah-rumah pada hari itu tidak ada pelitanya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 512

١٠٣ - بَابُ الصَّلَاةِ خَلۡفَ النَّائِمِ
103. Bab salat di belakang orang yang sedang tidur


٥١٢ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى قَالَ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنۡ عَائِشَةَ قَالَتۡ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُصَلِّي وَأَنَا رَاقِدَةٌ، مُعۡتَرِضَةٌ عَلَى فِرَاشِهِ، فَإِذَا أَرَادَ أَنۡ يُوتِرَ أَيۡقَظَنِي فَأَوۡتَرۡتُ. [طرفه في: ٣٨٢].

512. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hisyam menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari ‘Aisyah. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah salat sementara aku tidur melintang di atas kasurnya. Apabila beliau ingin salat witir, beliau membangunkanku, lalu aku pun salat witir.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 511

١٠٢ - بَابُ اسۡتِقۡبَالِ الرَّجُلِ الرَّجُلَ وَهُوَ يُصَلِّي
102. Bab seorang pria menghadap pria lain ketika sedang salat


وَكَرِهَ عُثۡمَانُ أَنۡ يُسۡتَقۡبَلَ الرَّجُلُ وَهُوَ يُصَلِّي. وَإِنَّمَا هَٰذَا إِذَا اشۡتَغَلَ بِهِ، فَأَمَّا إِذَا لَمۡ يَشۡتَغِلۡ، فَقَدۡ قَالَ زَيۡدُ بۡنُ ثَابِتٍ: مَا بَالَيۡتُ، إِنَّ الرَّجُلَ لَا يَقۡطَعُ صَلَاةَ الرَّجُلِ.

‘Utsman membenci seseorang pria menghadap orang yang sedang salat. Hal ini hanyalah apabila orang yang salat itu tersibukkan (sehingga tidak khusyuk). Adapun bila hatinya tidak tersibukkan, maka Zaid bin Tsabit berkata, “Aku tidak memasalahkannya karena seorang pria tidak bisa memutus salatnya seorang pria.”

٥١١ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ خَلِيلٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُسۡهِرٍ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ مُسۡلِمٍ، يَعۡنِي ابۡنَ صُبَيۡحٍ، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَائِشَةَ: أَنَّهُ ذُكِرَ عِنۡدَهَا مَا يَقۡطَعُ الصَّلَاةَ، فَقَالُوا: يَقۡطَعُهَا الۡكَلۡبُ وَالۡحِمَارُ وَالۡمَرۡأَةُ، قَالَتۡ: قَدۡ جَعَلۡتُمُونَا كِلَابًا، لَقَدۡ رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يُصَلِّي، وَإِنِّي لَبَيۡنَهُ وَبَيۡنَ الۡقِبۡلَةِ، وَأَنَا مُضۡطَجِعَةٌ عَلَى السَّرِيرِ، فَتَكُونُ لِي الۡحَاجَةُ، فَأَكۡرَهُ أَنۡ أَسۡتَقۡبِلَهُ، فَأَنۡسَلُّ انۡسِلَالًا. وَعَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنِ الۡأَسۡوَدِ، عَنۡ عَائِشَةَ: نَحۡوَهُ. [طرفه في: ٣٨٢].

511. Isma’il bin Khalil telah menceritakan kepada kami: ‘Ali bin Mushir menceritakan kepada kami dari Al-A’mas, dari Muslim bin Shubaih, dari Masruq, dari ‘Aisyah: Bahwa disebutkan di dekat ‘Aisyah, hal-hal yang dapat memutus salat. Mereka mengatakan, “Yang bisa memutus salat adalah anjing, himar, dan perempuan.” ‘Aisyah mengatakan, “Kalian telah menjadikan kami (bagaikan) anjing-anjing. Sungguh aku telah melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat dalam keadaan aku berada di antara beliau dengan kiblat dan aku berbaring di atas ranjang. Lalu aku memiliki kebutuhan, namun aku tidak suka untuk menghadap ke arah beliau, sehingga aku keluar (dari ranjang) dengan pelan-pelan.

Dan dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari ‘Aisyah: semisal hadis tersebut.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 510

١٠١ - بَابُ إِثۡمِ الۡمَارِّ بَيۡنَ يَدَيِ الۡمُصَلِّي
101. Bab dosa orang yang melintas di hadapan orang yang sedang salat


٥١٠ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ أَبِي النَّضۡرِ مَوۡلَى عُمَرَ بۡنِ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ بُسۡرِ بۡنِ سَعِيدٍ: أَنَّ زَيۡدَ بۡنَ خَالِدٍ أَرۡسَلَهُ إِلَى أَبِي جُهَيۡمٍ، يَسۡأَلُهُ: مَاذَا سَمِعَ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي الۡمَارِّ بَيۡنَ يَدَيِ الۡمُصَلِّي؟ فَقَالَ أَبُو جُهَيۡمٍ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَوۡ يَعۡلَمُ الۡمَارُّ بَيۡنَ يَدَيِ الۡمُصَلِّي مَاذَا عَلَيۡهِ، لَكَانَ أَنۡ يَقِفَ أَرۡبَعِينَ خَيۡرًا لَهُ مِنۡ أَنۡ يَمُرَّ بَيۡنَ يَدَيۡهِ). قَالَ أَبُو النَّضۡرِ: لَا أَدۡرِي، أَقَالَ أَرۡبَعِينَ يَوۡمًا، أَوۡ شَهۡرًا، أَوۡ سَنَةً.

510. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik mengabarkan kepada kami dari Abu An-Nadhr maula ‘Umar bin ‘Ubaidullah, dari Busr bin Sa’id: Bahwa Zaid bin Khalid mengutusnya kepada Abu Juhaim untuk bertanya kepada beliau: Apa yang dia dengar dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tentang orang yang melintas di hadapan orang yang sedang salat?

Abu Juhaim berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Andai orang yang melintas di hadapan orang yang sedang salat mengetahui dosa yang akan dia tanggung, niscaya dia berdiri berhenti selama empat puluh lebih baik baginya daripada dia melintas di hadapannya.”

Abu An-Nadhr berkata: Aku tidak mengetahui apakah beliau mengatakan empat puluh hari, atau empat puluh bulan, atau empat puluh tahun.