Cari Blog Ini

Sunan Ibnu Majah hadits nomor 10

١٠ – (صحيح) حَدَّثَنَا هِشَامُ بۡنُ عَمَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ شُعَيۡبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ بَشِيرٍ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ أَبِي قِلَابَةَ، عَنۡ أَبِي أَسۡمَاءَ الرَّحَبِيِّ، عَنۡ ثَوۡبَانَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنۡ أُمَّتِي عَلَى الۡحَقِّ مَنۡصُورِينَ، لَا يَضُرُّهُمۡ مَنۡ خَالَفَهُمۡ حَتَّى يَأۡتِيَ أَمۡرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ). [(الصحيحة)(١٩٥٧): م]. 

10. [Sahih] Hisyam bin ‘Ammar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Muhammad bin Syu’aib menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sa’id bin Basyir menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Abu Qilabah, dari Abu Asma` Ar-Rahabi, dari Tsauban; Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekelompok dari umatku senantiasa berada di atas kebenaran dalam keadaan ditolong. Siapa saja yang menyelisihi mereka tidak akan merugikan mereka hingga ketetapan Allah azza wajalla datang.”

Shahih Muslim hadits nomor 1921

١٧١ – (١٩٢١) - وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ. (ح) وَحَدَّثَنَا ابۡنُ نُمَيۡرٍ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَعَبۡدَةُ. كِلَاهُمَا عَنۡ إِسۡمَاعِيلَ بۡنِ أَبِي خَالِدٍ. (ح) وَحَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي عُمَرَ - وَاللَّفۡظُ لَهُ -: حَدَّثَنَا مَرۡوَانُ - يَعۡنِي الۡفَزَارِيَّ - عَنۡ إِسۡمَاعِيلَ، عَنۡ قَيۡسٍ، عَنِ الۡمُغِيرَةِ. قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (لَنۡ يَزَالَ قَوۡمٌ مِنۡ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى النَّاسِ، حَتَّىٰ يَأۡتِيَهُمۡ أَمۡرُ اللهِ، وَهُمۡ ظَاهِرُونَ).

[البخاري: كتاب الاعتصام بالكتاب والسنة، باب قول النبي ﷺ: (لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين...)، رقم: ٧٣١١].

171. (1921). Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Waki’ menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami: Waki’ dan ‘Abdah menceritakan kepada kami. Masing-masing keduanya dari Isma’il bin Abu Khalid. (Dalam riwayat lain) Ibnu Abu ‘Umar telah menceritakan kepada kami. Lafal hadis ini milik beliau. Marwan Al-Fazari menceritakan kepada kami dari Isma’il, dari Qais, dari Al-Mughirah. Beliau mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada suatu kaum dari umatku yang senantiasa unggul di atas manusia hingga ketetapan Allah datang kepada mereka dalam keadaan mereka tetap unggul.”

(...) - وَحَدَّثَنِيهِ مُحَمَّدُ بۡنُ رَافِعٍ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ: حَدَّثَنِي إِسۡمَاعِيلُ، عَنۡ قَيۡسٍ. قَالَ: سَمِعۡتُ الۡمُغِيرَةَ بۡنَ شُعۡبَةَ يَقُولُ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ ... بِمِثۡلِ حَدِيثِ مَرۡوَانَ سَوَاءً.

Muhammad bin Rafi’ telah menceritakannya kepadaku: Abu Usamah menceritakan kepada kami: Isma’il menceritakan kepadaku dari Qais. Beliau berkata: Aku mendengar Al-Mughirah bin Syu’bah mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda… sama dengan hadis Marwan.

Shahih Muslim hadits nomor 1920

٥٣ - بَابُ قَوۡلِهِ ﷺ: (لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنۡ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الۡحَقِّ، لَا يَضُرُّهُمۡ مَنۡ خَالَفَهُمۡ) 
53. Bab sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sekelompok dari umatku senantiasa unggul di atas kebenaran. Siapa saja yang menghinakan mereka tidak akan merugikan mereka.” 


١٧٠ – (١٩٢٠) - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ مَنۡصُورٍ وَأَبُو الرَّبِيعِ الۡعَتَكِيُّ وَقُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ. قَالُوا: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ - وَهُوَ ابۡنُ زَيۡدٍ - عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ أَبِي قِلَابَةَ، عَنۡ أَبِي أَسۡمَاءَ، عَنۡ ثَوۡبَانَ. قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنۡ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الۡحَقِّ. لَا يَضُرُّهُمۡ مَنۡ خَذَلَهُمۡ. حَتَّىٰ يَأۡتِيَ أَمۡرُ اللهِ وَهُمۡ كَذٰلِكَ). 

وَلَيۡسَ فِي حَدِيثِ قُتَيۡبَةَ: (وَهُمۡ كَذٰلِكَ). 

170. (1920). Sa’id bin Manshur, Abu Ar-Rabi’ Al-‘Ataki, dan Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami. Mereka berkata: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abu Asma`, dari Tsauban. Beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekelompok dari umatku senantiasa unggul di atas kebenaran. Siapa saja yang menghina mereka tidak akan merugikan mereka hingga hari kiamat datang dalam keadaan mereka tetap seperti itu.” 

Tidak ada di dalam hadis Qutaibah, “Dalam keadaan mereka tetap seperti itu.”

As-Sunnah Al-Marwazi hadits nomor 58

[٥٨] حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ يَحۡيَى (ثنا) أَحۡمَدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ يُونُسَ (ثنا) أَبُو بَكۡرِ بۡنِ عَيَّاشٍ عَنۡ مُوسَى بۡنِ عُبَيۡدَةَ عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُبَيۡدَةَ عَنۡ بِنۡتِ سَعۡدٍ عَنۡ أَبِيهَا سَعۡدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (افۡتَرَقَتۡ بَنُو إِسۡرَائِيلَ عَلَى إِحۡدَى وَسَبۡعِينَ مِلَّةً، وَلَنۡ تَذۡهَبَ اللَّيَالِي وَلَا الۡأَيَّامُ حَتَّى تَفۡتَرِقَ أُمَّتِي عَلَى مِثۡلِهَا - أَوۡ قَالَ: عَنۡ مِثۡلِ ذٰلِكَ - وَكُلُّ فِرۡقَةٍ مِنۡهَا فِي النَّارِ، إِلَّا وَاحِدَةً وَهِيَ الۡجَمَاعَةُ). 

58. Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami: Ahmad bin ‘Abdullah bin Yunus menceritakan kepada kami: Abu Bakr bin ‘Ayyasy menceritakan kepada kami dari Musa bin ‘Ubaidah, dari ‘Abdullah bin ‘Ubaidah, dari putri Sa’d, dari ayahnya, yaitu Sa’d. Beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bani Israil telah terpecah menjadi tujuh puluh satu sekte. Malam-malam dan hari-hari tidak akan berlalu hingga umatku akan terpecah menjadi sepertinya. Setiap firkah darinya berada di dalam neraka kecuali satu, yaitu al-jama’ah (kaum muslimin yang bersatu di atas kebenaran).”

As-Sunnah Al-Marwazi hadits nomor 61 dan 62

[٦١] حَدَّثَنَا يُونُسُ بۡنُ عَبۡدِ الۡأَعۡلَى (انبا) ابۡنُ وَهۡبٍ، أَخۡبَرَنِي أَبُو صَخۡرٍ عَنۡ أَبِي مُعَاوِيَةَ الۡبَجَلِيِّ عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ عَنۡ أَبِي الصَّهۡبَاءِ الۡبَكۡرِيِّ، قَالَ: سَمِعۡتُ عَلِيَّ بۡنَ أَبِي طَالِبٍ، وَقَدۡ دَعَا رَأۡسَ الۡجَالُوتِ وَأُسۡقُفَّ النَّصَارَىٰ، فَقَالَ: إِنِّي سَائِلُكُمۡ عَنۡ أَمۡرٍ، وَأَنَا أَعۡلَمُ بِهِ مِنۡكُمَا، فَلَا تَكۡتُمَانِي، يَا رَأۡسَ الۡجَالُوتِ، أَنۡشَدۡتُكَ اللهَ الَّذِي أَنۡزَلَ التَّوۡرَاةَ عَلَى مُوسَىٰ وَأَطۡعَمَكُمُ الۡمَنَّ وَالسَّلۡوَىٰ، وَضَرَبَ لَكُمۡ فِي الۡبَحۡرِ طَرِيقًا، وَأَخۡرَجَ لَكُمۡ مِنَ الۡحَجَرِ اثۡنَتَيۡ عَشۡرَةَ عَيۡنًا، لِكُلِّ سَبۡطٍ مِنۡ بَنِي إِسۡرَائِيلَ عَيۡنٌ، إِلَّا مَا أَخۡبَرۡتَنِي عَلَى كَمِ افۡتَرَقَتۡ بَنُو إِسۡرَائِيلَ بَعۡدَ مُوسَىٰ؟ فَقَالَ لَهُ: وَلَا فِرۡقَةً وَاحِدَةً. فَقَالَ لَهُ عَلِيٌّ ثَلَاثَ مِرَارٍ: كَذَبۡتَ؛ وَاللهِ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ، لَقَدِ افۡتَرَقَتۡ عَلَى إِحۡدَىٰ وَسَبۡعِينَ فِرۡقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا فِرۡقَةً. 

61. Yunus bin ‘Abdul A’la telah menceritakan kepada kami: Ibnu Wahb memberitakan kepada kami: Abu Shakhr mengabarkan kepadaku dari Abu Mu’awiyah Al-Bajali, dari Sa’id bin Jubair, dari Abu Shahba` Al-Bakri. Beliau berkata: Aku mendengar ‘Ali bin Abu Thalib ketika beliau memanggil pemimpin senior orang Yahudi dan pemimpin orang Nasrani. 

Beliau berkata, “Sesungguhnya aku bertanya kepada kalian tentang suatu perkara dalam keadaan aku lebih mengetahuinya daripada kalian. Jadi kalian berdua jangan menyembunyikannya. Wahai pemimpin senior orang Yahudi, aku bertanya kepadamu dengan nama Allah yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, memberikan makanan manna dan salwa kepada kalian, membuatkan jalan di laut untuk kalian, mengeluarkan dua belas mata air dari batu untuk kalian, setiap anak cucu dari bani Israil ada satu mata air; agar kalian mengabarkan kepadaku menjadi berapa bani Israil terpecah belah sepeninggal Musa?” 

Orang itu menjawab, “Tidak satu firkah pun.” 

‘Ali berkata kepadanya sebanyak tiga kali, “Engkau dusta. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia, sungguh bani Israil telah terpecah menjadi tujuh puluh satu firkah. Semuanya di dalam neraka kecuali satu firkah.” 

ثُمَّ دَعَا الۡأُسۡقُفَّ فَقَالَ: أَنۡشُدُكَ اللهَ الَّذِي أَنۡزَلَ الۡإِنۡجِيلَ عَلَى عِيسَىٰ، وَجَعَلَ عَلَى رَحۡلِهِ رِجۡلِهِ الۡبَرَكَةَ، وَأَرَاكُمُ الۡعِبۡرَةَ، فَأَبۡرَأَ الۡأَكۡمَهَ وَأَحۡيَا الۡمَوۡتَىٰ، وَصَنَعَ لَكُمۡ مِنَ الطِّينِ طُيُورًا، وَأَنۡبَأَكُمۡ بِمَا تَأۡكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمۡ، فَقَالَ دُونَ هَٰذَا: أَصۡدُقُكَ يَا أَمِيرَ الۡمُؤۡمِنِينَ. فَقَالَ: عَلَى كَمِ افۡتَرَقَتِ النَّصَارَىٰ بَعۡدَ عِيسَىٰ مِنۡ فِرۡقَةٍ؟ فَقَالَ: لَا - وَاللهِ - وَلَا فِرۡقَةً. 

Kemudian beliau memanggil pemimpin orang Nasrani lalu berkata, “Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah yang telah menurunkan Injil kepada Nabi ‘Isa, menjadikan keberkahan pada kakinya, memperlihatkan pelajaran kepada kalian sehingga Nabi ‘Isa bisa menyembuhkan orang yang buta sejak lahir, menghidupkan orang mati, membuat burung dari tanah untuk kalian, dan memberitakan kepada kalian apa saja yang kalian makan dan apa saja yang kalian simpan di dalam rumah-rumah kalian.” 

Orang itu berkata setelah ucapan beliau, “Aku akan jujur kepadamu, wahai amirulmukminin.” 

Beliau bertanya, “Menjadi berapa firkah Nasrani terpecah setelah ditinggal Nabi ‘Isa?” 

Orang itu menjawab, “Tidak berpecah—demi Allah—walaupun satu firkah.” 

فَقَالَ ثَلَاثَ مِرَارٍ: كَذَبۡتَ؛ وَاللهِ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ، لَقَدِ افۡتَرَقَتۡ عَلَى ثِنۡتَيۡنِ وَسَبۡعِينَ فِرۡقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا فِرۡقَةً، فَأَمَّا أَنۡتَ يَا يَهُودِيُّ، فَإِنَّ اللهَ يَقُولُ: ﴿وَمِن قَوۡمِ مُوسَىٰٓ أُمَّةٌ يَهۡدُونَ بِٱلۡحَقِّ وَبِهِۦ يَعۡدِلُونَ ۝١٥٩﴾ فَهِيَ الَّتِي تَنۡجُو، وَأَمَّا أَنۡتَ يَا نَصۡرَانِيُّ فَإِنَّ اللهَ يَقُولُ: ﴿مِّنۡهُمۡ أُمَّةٌ مُّقۡتَصِدَةٌ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنۡهُمۡ سَآءَ مَا يَعۡمَلُونَ ۝٦٦﴾ فَهِيَ الَّتِي تَنۡجُو؛ وَأَمَّا نَحۡنُ فَيَقُولُ: ﴿وَمِمَّنۡ خَلَقۡنَآ أُمَّةٌ يَهۡدُونَ بِٱلۡحَقِّ وَبِهِۦ يَعۡدِلُونَ ۝١٨١﴾ وَهِيَ الَّتِي تَنۡجُو مِنۡ هَٰذِهِ الۡأُمَّةِ. 

‘Ali berkata sebanyak tiga kali, “Engkau dusta. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Dia. Sungguh Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh dua firkah. Semuanya di dalam neraka kecuali satu firkah. Adapun engkau wahai orang Yahudi, sesungguhnya Allah berfirman yang artinya, “Dan di antara kaum Nabi Musa ada satu umat yang memberi petunjuk dengan kebenaran dan mereka menjalankan keadilan dengannya.” (QS. Al-A’raf: 159). Mereka inilah yang selamat. Adapun engkau wahai orang Nasrani, sesungguhnya Allah berfirman yang artinya, “Di antara mereka ada umat yang pertengahan, sedangkan kebanyakan dari mereka, alangkah buruk yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Ma`idah: 66). Mereka inilah yang selamat. Adapun kami, maka Allah berfirman yang artinya, “Dan di antara yang Kami ciptakan ada suatu umat yang memberi petunjuk dengan kebenaran dan mereka menjalankan keadilan dengannya.” (QS. Al-A’raf: 181). Mereka inilah yang selamat dari kalangan umat ini.” 

[٦٢] حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ (انبا) عَطَاءُ بۡنُ مُسۡلِمٍ الۡحَلَبِيُّ قَالَ: سَمِعۡتُ الۡعَلَاءَ بۡنَ الۡمُسَيَّبِ يُحَدِّثُ عَنۡ شَرِيكٍ الۡبُرۡجُمِيِّ قَالَ: حَدَّثَنِي زَاذَانُ أَبُو عُمَرَ قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ: يَا أَبَا عُمَرَ، أَتَدۡرِي عَلَى كَمِ افۡتَرَقَتِ الۡيَهُودُ؟ قَالَ: قُلۡتُ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعۡلَمُ. فَقَالَ: افۡتَرَقَتۡ عَلَى إِحۡدَىٰ وَسَبۡعِينَ فِرۡقَةً، كُلُّهَا فِي الۡهَاوِيَةِ إِلَّا وَاحِدَةً، وَهِيَ النَّاجِيَةُ، وَالنَّصَارَىٰ عَلَى ثِنۡتَيۡنِ وَسَبۡعِينَ فِرۡقَةً، كُلُّهَا فِي الۡهَاوِيَةِ، إِلَّا وَاحِدَةً هِيَ النَّاجِيَةُ، يَا أَبَا عُمَرَ أَتَدۡرِي عَلَى كَمِ تَفۡتَرِقُ هَٰذِهِ الۡأُمَّةُ؟ قُلۡتُ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعۡلَمُ، قَالَ: تَفۡتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبۡعِينَ فِرۡقَةً، كُلُّهَا فِي الۡهَاوِيَةِ، إِلَّا وَاحِدَةً، وَهِيَ النَّاجِيَةُ. 

62. Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami: ‘Atha` bin Muslim Al-Halabi memberitakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Al-‘Ala` bin Al-Musayyab menceritakan dari Syarik Al-Burjumi. Beliau berkata: Zadzan Abu ‘Umar menceritakan kepadaku. 

Beliau berkata: ‘Ali berkata, “Wahai Abu ‘Umar, apakah engkau tahu Yahudi terpecah menjadi berapa?” 

Zadzan Abu ‘Umar berkata: Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” 

‘Ali berkata, “Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu firkah. Semuanya di dalam neraka Hawiyah kecuali satu. Satu firkah inilah yang selamat. Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh dua firkah. Semuanya di dalam neraka Hawiyah kecuali satu. Satu firkah inilah yang selamat. Wahai Abu ‘Umar, apakah engkau tahu umat ini akan terpecah menjadi berapa?” 

Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” 

‘Ali berkata, “Umat ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firkah. Semuanya di dalam neraka Hawiyah kecuali satu. Satu firkah inilah yang selamat.” 

ثُمَّ قَالَ عَلِيٌّ: أَتَدۡرِي كَمۡ تَفۡتَرِقُ فِيَّ؟ قُلۡتُ: وَإِنَّهُ يُفۡتَرَقُ فِيكَ يَا أَمِيرَ الۡمُؤۡمِنِينَ؟ قَالَ: نَعَمِ؛ اثۡنَتَا عَشۡرَةَ فِرۡقَةً، كُلُّهَا فِي الۡهَاوِيَةِ، إِلَّا وَاحِدَةً هِيَ النَّاجِيَةُ، وَهِيَ تِلۡكَ الۡوَاحِدَةُ. يَعۡنِي الۡفِرۡقَةَ الَّتِي هِيَ مِنَ الثَّلَاثِ وَالسَّبۡعِينَ، وَأَنۡتَ مِنۡهُمۡ يَا أَبَا عُمَرَ. 

Kemudian ‘Ali bertanya, “Apakah engkau tahu, berapa firkah yang akan berpecah dalam perihal aku?” 

Aku bertanya, “Apakah umat ini akan berpecah dalam perihal engkau, wahai amirulmukminin?” 

‘Ali menjawab, “Iya. Dua belas firkah. Semuanya di dalam neraka Hawiyah kecuali satu. Satu firkah inilah yang selamat. Itulah satu firkah di antara tujuh puluh tiga firkah tadi dan engkau termasuk mereka, wahai Abu ‘Umar.”

As-Sunnah Al-Marwazi hadits nomor 56 dan 57

[٥٦] حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ (انبا) النَّضۡرُ بۡنُ شُمَيۡلٍ (ثنا) قَطَنٌ أَبُو الۡهَيۡثَمِ (ثنا) أَبُو غَالِبٍ قَالَ: كُنۡتُ عِنۡدَ أَبِي أُسَامَةَ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: أَرَأَيۡتَ قَوۡلَ اللهِ: ﴿هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ مِنۡهُ ءَايَـٰتٌ مُّحۡكَمَـٰتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأُخَرُ مُتَشَـٰبِهَـٰتٌ ۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمۡ زَيۡغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَـٰبَهَ مِنۡهُ﴾ مَنۡ هَٰؤُلَاءِ؟ قَالَ: هُمُ الۡخَوَارِجُ، ثُمَّ قَالَ: عَلَيۡكَ بِالسَّوَادِ الۡأَعۡظَمِ، قُلۡتُ: قَدۡ تَعۡلَمُ مَا فِيهِمۡ، فَقَالَ: عَلَيۡهِمۡ مَا حُمِّلُوا، وَعَلَيۡكُمۡ مَا حُمِّلۡتُمۡ، وَأَطِيعُوا تَهۡتَدُوا. ثُمَّ قَالَ: إِنَّ بَنِي إِسۡرَائِيلَ افۡتَرَقَتۡ عَلَى إِحۡدَى وَسَبۡعِينَ فِرۡقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ، وَإِنَّ هَٰذِهِ الۡأُمَّةَ تَزِيدُ عَلَيۡهَا فِرۡقَةً وَهِيَ فِي الۡجَنَّةِ، فَذَلِكَ قَوۡلُ اللهِ: ﴿يَوۡمَ تَبۡيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسۡوَدُّ وُجُوهٌ ۚ﴾ تَلَا إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿هُمۡ فِيهَا خَـٰلِدُونَ ۝١٠٧﴾ فَقُلۡتُ: مَنۡ هُمۡ؟ فَقَالَ: الۡخَوَارِجُ، فَقُلۡتُ: أَسَمِعۡتَ ذٰلِكَ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ؟ فَقَالَ: سَمِعۡتُهُ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ. 

56. Ishaq telah menceritakan kepada kami: An-Nadhr bin Syumail memberitakan kepada kami: Qathan Abu Al-Haitsam menceritakan kepada kami: Abu Ghalib menceritakan kepada kami. Beliau berkata: 

Aku pernah di dekat Abu Usamah Umamah, lalu ada seorang pria bertanya kepadanya, “Apa pendapatmu tentang firman Allah yang artinya, ‘Dialah Allah yang telah menurunkan Alquran kepadamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat (tegas maksudnya, mudah dipahami). Itulah pokok-pokok isi Alquran. Sedangkan yang lain adalah ayat-ayat yang mutasyabihat (tersamarkan maksudnya). Adapun orang-orang yang di dalam hatinya condong kepada kesesatan, mereka akan mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat darinya.’ (QS. Ali ‘Imran: 7). Siapakah mereka ini?” 

Beliau menjawab, “Mereka adalah Khawarij.” 

Kemudian beliau melanjutkan, “Tetaplah engkau bersama as-sawad al-a’zham (kaum muslimin beserta penguasa muslim).” 

Aku berkata, “Engkau mengetahui keadaan mereka.” 

Beliau berkata, “Kewajiban mereka adalah apa saja yang dibebankan kepada mereka dan kewajiban kalian adalah apa saja yang dibebankan kepada kalian. Taatilah, niscaya kalian mendapat petunjuk.” 

Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya bani Israil telah terpecah menjadi tujuh puluh satu firkah. Semuanya di dalam neraka. Dan sesungguhnya umat ini akan lebih banyak satu firkah dan satu firkah itu di janah. Itulah firman Allah yang artinya, ‘Pada hari yang ketika itu ada wajah-wajah yang putih berseri dan ketika ada wajah-wajah yang hitam,’ beliau membacanya hingga firman-Nya yang artinya, ‘Mereka kekal di dalamnya.’ (QS. Ali ‘Imran: 106-107).” 

Aku bertanya, “Siapa mereka?” 

Beliau menjawab, “Khawarij.” 

Aku bertanya, “Apakah engkau mendengar itu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” 

Beliau menjawab, “Aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

[٥٧] حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ (انبا) الۡمُقۡرِي (ثنا) دَاوُدُ بۡنُ أَبِي الۡفُرَاتِ، حَدَّثَنِي أَبُو غَالِبٍ أَنَّ أَبَا أُمَامَةَ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ بَنِي إِسۡرَائِيلَ افۡتَرَقَتۡ عَلَى إِحۡدَىٰ وَسَبۡعِينَ فِرۡقَةً، وَهَٰذِهِ الۡأُمَّةُ تَزِيدُ عَلَيۡهَا وَاحِدَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا السَّوَادُ الۡأَعۡظَمُ، وَهِيَ الۡجَمَاعَةُ، قُلۡتُ: قَدۡ تَعۡلَمُ مَا فِي السَّوَادِ الۡأَعۡظَمِ، وَذٰلِكَ فِي خِلَافَةِ عَبۡدِ الۡمَلِكِ بۡنِ مَرۡوَانَ، فَقَالَ: أَمَا - وَاللهِ - إِنِّي لَكَارِهٌ لِأَعۡمَالِهِمۡ، وَلَكِنۡ عَلَيۡهِمۡ مَا حُمِّلُوا وَعَلَيۡكُمۡ مَا حُمِّلۡتُمۡ، وَالسَّمۡعُ وَالطَّاعَةُ خَيۡرٌ مِنَ الۡفُجُورِ وَالۡمَعۡصِيَةِ. 

57. Ishaq telah menceritakan kepada kami: Al-Muqri` memberitakan kepada kami: Dawud bin Abu Al-Furat menceritakan kepada kami: Abu Ghalib menceritakan kepadaku bahwa Abu Umamah mengabarkan kepadanya, “Bahwa bani Israil telah terpecah menjadi tujuh puluh satu firkah dan umat ini akan lebih banyak satu firkah. Semuanya di dalam neraka kecuali as-sawad al-a’zham (kaum muslimin bersama penguasa muslim). Itulah al-jama’ah.” 

Aku berkata, “Engkau telah mengetahui apa yang ada pada as-sawad al-a’zham.” Percakapan itu terjadi ketika kekhalifahan ‘Abdul Malik bin Marwan. 

Beliau berkata, “Demi Allah, sungguh aku membenci amalan-amalan mereka, namun kewajiban mereka adalah apa saja yang dibebankan kepada mereka dan kewajiban kalian adalah apa saja yang dibebankan kepada kalian. Mendengar dan taat lebih baik daripada berbuat fujur dan maksiat.”

Shahih Muslim hadits nomor 156

٢٤٧ – (١٥٦) - حَدَّثَنَا الۡوَلِيدُ بۡنُ شُجَاعٍ، وَهَارُونُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ، وَحَجَّاجُ بۡنُ الشَّاعِرِ. قَالُوا: حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ - وَهُوَ ابۡنُ مُحَمَّدٍ - عَنِ ابۡنِ جُرَيۡجٍ. قَالَ: أَخۡبَرَنِي أَبُو الزُّبَيۡرِ: أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ يَقُولُ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنۡ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الۡحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوۡمِ الۡقِيَامَةِ)، قَالَ: (فَيَنۡزِلُ عِيسَىٰ بۡنُ مَرۡيَمَ ﷺ فَيَقُولُ أَمِيرُهُمۡ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا، فَيَقُولُ: لَا، إِنَّ بَعۡضَكُمۡ عَلَى بَعۡضٍ أُمَرَاءُ، تَكۡرِمَةَ اللهِ هَٰذِهِ الۡأُمَّةَ). 

247. (156). Al-Walid bin Syuja’, Harun bin ‘Abdullah, dan Hajjaj bin Asy-Sya’ir telah menceritakan kepada kami. Mereka berkata: Hajjaj bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij. Beliau berkata: Abu Az-Zubair mengabarkan kepadaku bahwa beliau mendengar Jabir bin ‘Abdullah mengatakan: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Suatu kelompok dari umatku senantiasa berperang di atas kebenaran, mereka selalu menang hingga hari kiamat.” Beliau melanjutkan, “Lalu ‘Isa bin Maryam shallallahu ‘alaihi wa sallam akan turun. Kemudian pemimpin kelompok itu berkata: Mari salatlah mengimami kami. ‘Isa berkata: Tidak, sesungguhnya sebagian kalian adalah pemimpin sebagian lainnya, sebagai pemuliaan Allah terhadap umat ini.”

Shahih Muslim hadits nomor 1709

١٠ - بَابٌ الۡحُدُودُ كَفَّارَاتٌ لِأَهۡلِهَا 
10. Bab hudud adalah kafarat bagi orang yang dihukum 


٤١ – (١٧٠٩) - حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ يَحۡيَىٰ التَّمِيمِيُّ وَأَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ وَعَمۡرٌو النَّاقِدُ وَإِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ وَابۡنُ نُمَيۡرٍ. كُلُّهُمۡ عَنِ ابۡنِ عُيَيۡنَةَ - وَاللَّفۡظُ لِعَمۡرٍو – قَالَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ بۡنُ عُيَيۡنَةَ عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ أَبِي إِدۡرِيسَ، عَنۡ عُبَادَةَ بۡنِ الصَّامِتِ. قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي مَجۡلِسٍ. فَقَالَ: (تُبَايِعُونِي عَلَىٰ أَنۡ لَا تُشۡرِكُوا بِاللهِ شَيۡئًا، وَلَا تَزۡنُوا، وَلَا تَسۡرِقُوا، وَلَا تَقۡتُلُوا النَّفۡسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالۡحَقِّ، فَمَنۡ وَفَىٰ مِنۡكُمۡ فَأَجۡرُهُ عَلَى اللهِ. وَمَنۡ أَصَابَ شَيۡئًا مِنۡ ذٰلِكَ فَعُوقِبَ بِهِ، فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ. وَمَنۡ أَصَابَ شَيۡئًا مِنۡ ذٰلِكَ فَسَتَرَهُ اللهُ عَلَيۡهِ، فَأَمۡرُهُ إِلَى اللهِ. إِنۡ شَاءَ عَفَا عَنۡهُ وَإِنۡ شَاءَ عَذَّبَهُ). 


41. (1709). Yahya bin Yahya At-Tamimi, Abu Bakr bin Abu Syaibah, ‘Amr An-Naqid, Ishaq bin Ibrahim, dan Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami. Mereka semua dari Ibnu ‘Uyainah. Lafal hadis ini milik ‘Amr. Beliau berkata: Sufyan bin ‘Uyainah menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Abu Idris, dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit. Beliau berkata: Dahulu, kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah majelis. Beliau bersabda, “Baiatlah kalian kepadaku agar kalian tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak berzina, tidak mencuri, tidak membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan alasan yang benar. Siapa saja di antara kalian yang memenuhinya, maka pahalanya atas tanggungan Allah. Dan siapa saja yang melanggar satu saja dari perkara itu lalu dia dihukum karenanya, maka hukuman itu adalah kafarat untuknya. Dan siapa saja yang melanggar satu saja dari perkara itu lalu Allah menutupinya, maka urusannya diserahkan kepada Allah. Jika Allah mau, Allah memaafkannya, dan jika Allah mau, Allah mengazabnya.” 

٤٢ – (...) - حَدَّثَنَا عَبۡدُ بۡنُ حُمَيۡدٍ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، بِهَٰذَا الۡإِسۡنَادِ. 

وَزَادَ فِي الۡحَدِيثِ: فَتَلَا عَلَيۡنَا آيَةَ النِّسَاءِ: ﴿أَن لَّا يُشۡرِكۡنَ بِٱللَّهِ شَيۡئًا‏﴾ [الممتحنة: ١٢] الۡآيَةَ. 

42. ‘Abd bin Humaid telah menceritakan kepada kami: ‘Abdurrazzaq mengabarkan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri melalui sanad ini. Beliau menambahkan di dalam hadis itu: Lalu beliau membacakan kepada kami ayat (baiat) para wanita yang artinya, “Bahwa mereka tiada akan menyekutukan sesuatu pun dengan Allah.” (QS. Al-Mumtahanah: 12). 

٤٣ – (...) - وَحَدَّثَنِي إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ سَالِمٍ: أَخۡبَرَنَا هُشَيۡمٌ: أَخۡبَرَنَا خَالِدٌ، عَنۡ أَبِي قِلَابَةَ، عَنۡ أَبِي الۡأَشۡعَثِ الصَّنۡعَانِيِّ، عَنۡ عُبَادَةَ بۡنِ الصَّامِتِ. قَالَ: أَخَذَ عَلَيۡنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ كَمَا أَخَذَ عَلَى النِّسَاءِ: أَنۡ لَا نُشۡرِكَ بِاللهِ شَيۡئًا، وَلَا نَسۡرِقَ، وَلَا نَزۡنِيَ، وَلَا نَقۡتُلَ أَوۡلَادَنَا، وَلَا يَعۡضَهَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا. (فَمَنۡ وَفَىٰ مِنۡكُمۡ فَأَجۡرُهُ عَلَى اللهِ. وَمَنۡ أَتَىٰ مِنۡكُمۡ حَدًّا فَأُقِيمَ عَلَيۡهِ فَهُوَ كَفَّارَتُهُ. وَمَنۡ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيۡهِ فَأَمۡرُهُ إِلَى اللهِ. إِنۡ شَاءَ عَذَّبَهُ، وَإِنۡ شَاءَ غَفَرَ لَهُ). 

43. Isma’il bin Salim telah menceritakan kepadaku: Husyaim mengabarkan kepada kami: Khalid mengabarkan kepada kami dari Abu Qilabah, dari Abu Al-Asy’ats Ash-Shan’ani, dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit. Beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil baiat kami sebagaimana beliau mengambil baiat para wanita agar kami tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, dan tidak saling menuduh dengan kedustaan. “Siapa saja di antara kalian yang memenuhinya, maka pahalanya atas tanggungan Allah. Dan siapa saja yang melanggar suatu hukum Allah, lalu dilaksanakan hukum Allah terhadapnya, maka hal itu adalah kafaratnya. Dan siapa saja yang Allah tutupi pelanggarannya, maka urusannya diserahkan kepada Allah. Jika Allah mau, Allah mengazabnya, dan jika Allah mau, Allah mengampuninya.” 

٤٤ – (...) - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا لَيۡثٌ. (ح) وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ رُمۡحٍ: أَخۡبَرَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ يَزِيدَ بۡنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنۡ أَبِي الۡخَيۡرِ، عَنِ الصُّنَابِحِيِّ، عَنۡ عُبَادَةَ بۡنِ الصَّامِتِ؛ أَنَّهُ قَالَ: إِنِّي لَمِنَ النُّقَبَاءِ الَّذِينَ بَايَعُوا رَسُولَ اللهِ ﷺ. وَقَالَ: بَايَعۡنَاهُ عَلَىٰ أَنۡ لَا نُشۡرِكَ بِاللهِ شَيۡئًا، وَلَا نَزۡنِيَ، وَلَا نَسۡرِقَ، وَلَا نَقۡتُلَ النَّفۡسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالۡحَقِّ، وَلَا نَنۡتَهِبَ، وَلَا نَعۡصِيَ. فَالۡجَنَّةُ، إِنۡ فَعَلۡنَا ذٰلِكَ. فَإِنۡ غَشِينَا مِنۡ ذٰلِكَ شَيۡئًا، كَانَ قَضَاءُ ذٰلِكَ إِلَى اللهِ. 

وَقَالَ ابۡنُ رُمۡحٍ: كَانَ قَضَاؤُهُ إِلَى اللهِ. 


44. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Laits menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Muhammad bin Rumh telah menceritakan kepada kami: Al-Laits mengabarkan kepada kami dari Yazid bin Abu Habib, dari Abu Al-Khair, dari Ash-Shanabihi, dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit; bahwa beliau mengatakan: Sesungguhnya aku termasuk para pemuka kaum yang membaiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berkata: Kami membaiat beliau agar kami tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak berzina, tidak mencuri, tidak membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan alasan yang benar, tidak merampas, dan tidak berbuat maksiat. Maka janah, jika kami melakukan isi baiat itu. Jika kami melanggar satu dari hal itu, maka hukum pelanggaran itu diserahkan kepada Allah. 

Ibnu Rumh berkata: Maka hukumnya diserahkan kepada Allah.

٤١ – (١٧٠٩) - حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ إِدۡرِيسَ، عَنۡ يَحۡيَىٰ بۡنِ سَعِيدٍ وَعُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ، عَنۡ عُبَادَةَ بۡنِ الۡوَلِيدِ بۡنِ عُبَادَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ جَدِّهِ. قَالَ: بَايَعۡنَا رَسُولَ اللهِ ﷺ عَلَى السَّمۡعِ وَالطَّاعَةِ. فِي الۡعُسۡرِ وَالۡيُسۡرِ. وَالۡمَنۡشَطِ وَالۡمَكۡرَهِ. وَعَلَىٰ أَثَرَةٍ عَلَيۡنَا. وَعَلَىٰ أَنۡ لَا نُنَازِعَ الۡأَمۡرَ أَهۡلَهُ. وَعَلَىٰ أَنۡ نَقُولَ بِالۡحَقِّ أَيۡنَمَا كُنَّا. لَا نَخَافُ فِي اللهِ لَوۡمَةَ لَائِمٍ. 

[البخاري: كتاب الأحكام، باب يبايع الإمام الناس، رقم: ٧١٩٩]. 

41. (1709). Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Idris menceritakan kepada kami dari Yahya bin Sa’id dan ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dari ‘Ubadah bin Al-Walid bin ‘Ubadah, dari ayahnya, dari kakeknya. Beliau mengatakan: Kami membaiat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendengar dan taat ketika sulit maupun mudah, ketika semangat maupun tidak suka; untuk mementingkan beliau di atas kami; untuk tidak merebut kekuasaan dari pemiliknya; dan untuk mengucapkan kebenaran di mana saja kami berada, tidak takut dalam (membela agama) Allah dari celaan para pencela. 

(...) - وَحَدَّثَنَاهُ ابۡنُ نُمَيۡرٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ - يَعۡنِي ابۡنَ إِدۡرِيسَ -: حَدَّثَنَا ابۡنُ عَجۡلَانَ وَعُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ وَيَحۡيَىٰ بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ عُبَادَةَ بۡنِ الۡوَلِيدِ، فِي هَٰذَا الۡإِسۡنَادِ... مِثۡلَهُ. 

Ibnu Numair telah menceritakannya kepada kami: ‘Abdullah bin Idris menceritakan kepada kami: Ibnu ‘Ajlan, ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dan Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami dari ‘Ubadah bin Al-Walid dalam sanad ini… semisal hadis tersebut. 

(...) - وَحَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي عُمَرَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ - يَعۡنِي الدَّرَاوَرۡدِيَّ - عَنۡ يَزِيدَ - وَهُوَ ابۡنُ الۡهَادِ -، عَنۡ عُبَادَةَ بۡنِ الۡوَلِيدِ بۡنِ عُبَادَةَ بۡنِ الصَّامِتِ، عَنۡ أَبِيهِ. حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ: بَايَعۡنَا رَسُولَ اللهِ ﷺ، بِمِثۡلِ حَدِيثِ ابۡنِ إِدۡرِيسَ. 

Ibnu Abu ‘Umar telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul ‘Aziz Ad-Darawardi menceritakan kepada kami dari Yazid bin Al-Had, dari ‘Ubadah bin Al-Walid bin ‘Ubadah bin Ash-Shamit, dari ayahnya: Ayahku menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Kami membaiat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semisal hadis Ibnu Idris. 

٤٢ – (...) - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ وَهۡبِ بۡنِ مُسۡلِمٍ: حَدَّثَنَا عَمِّي، عَبۡدُ اللهِ بۡنُ وَهۡبٍ: حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ الۡحَارِثِ: حَدَّثَنِي بُكَيۡرٌ، عَنۡ بُسۡرِ بۡنِ سَعِيدٍ، عَنۡ جُنَادَةَ بۡنِ أَبِي أُمَيَّةَ قَالَ: دَخَلۡنَا عَلَىٰ عُبَادَةَ بۡنِ الصَّامِتِ وَهُوَ مَرِيضٌ. فَقُلۡنَا: حَدِّثۡنَا - أَصۡلَحَكَ اللهُ - بِحَدِيثٍ يَنۡفَعُ اللهُ بِهِ، سَمِعۡتَهُ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: دَعَانَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فَبَايَعۡنَاهُ. فَكَانَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيۡنَا، أَنۡ بَايَعَنَا عَلَى السَّمۡعِ وَالطَّاعَةِ، فِي مَنۡشَطِنَا وَمَكۡرَهِنَا، وَعُسۡرِنَا وَيُسۡرِنَا، وَأَثَرَةٍ عَلَيۡنَا. وَأَنۡ لَا نُنَازِعَ الۡأَمۡرَ أَهۡلَهُ. قَالَ: (إِلَّا أَنۡ تَرَوۡا كُفۡرًا بَوَاحًا. عِنۡدَكُمۡ مِنَ اللهِ فِيهِ بُرۡهَانٌ). 

[البخاري: كتاب الفتن، باب قول النبي ﷺ: (سترون بعدي أمورًا تنكرونها)، رقم: ٧٠٥٥]. 

42. Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Wahb bin Muslim telah menceritakan kepada kami: Pamanku, yaitu ‘Abdullah bin Wahb, menceritakan kepada kami: ‘Amr bin Al-Harits menceritakan kepada kami: Bukair menceritakan kepadaku dari Busr bin Sa’id, dari Junadah bin Abu Umayyah. Beliau berkata: Kami masuk ke tempat ‘Ubadah bin Ash-Shamit ketika beliau sakit. Kami berkata: Ceritakan kepada kami—semoga Allah memperbaiki keadaanmu—dengan suatu hadis yang Allah beri manfaat dengannya, yang engkau dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil kami, lalu kami membaiat kepada beliau. Isi baiat yang beliau ambil dari kami adalah kami berbaiat agar mendengar dan taat dalam keadaan semangat maupun tidak suka, ketika sulit maupun mudah; agar mementingkan beliau di atas kami; dan agar kami tidak merebut kekuasaan dari pemiliknya. Beliau bersabda, “Kecuali apabila kalian telah melihat kekufuran yang jelas, yang kalian memiliki bukti dari Allah akan hal itu.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7056

٧٠٥٦ - فَقَالَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيۡنَا أَنۡ بَايَعَنَا عَلَى السَّمۡعِ وَالطَّاعَةِ، فِي مَنۡشَطِنَا وَمَكۡرَهِنَا، وَعُسۡرِنَا وَيُسۡرِنَا، وَأُثۡرَةٍ عَلَيۡنَا، وَأَنۡ لَا نُنَازِعَ الۡأَمۡرَ أَهۡلَهُ، إِلَّا أَنۡ تَرَوۡا كُفۡرًا بَوَاحًا، عِنۡدَكُمۡ مِنَ اللهِ فِيهِ بُرۡهَانٌ. [الحديث ٧٠٥٦ – طرفه في: ٧٢٠٠]. 

7056. Beliau berkata dalam isi baiat yang beliau ambil atas kami adalah agar kami berbaiat untuk mendengar dan taat baik ketika semangat maupun ketika tidak suka, ketika susah dan mudah, mengutamakan beliau di atas kami, dan agar kami tidak melepaskan urusan kekuasaan dari pemiliknya kecuali apabila kalian melihat kekufuran yang jelas, yang kalian memiliki buktinya dari Allah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 896 dan 897

٨٩٦ - حَدَّثَنَا مُسۡلِمُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ قَالَ: حَدَّثَنَا وُهَيۡبٌ قَالَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ طَاوُسٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (نَحۡنُ الۡآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ، أُوتُوا الۡكِتَابَ مِنۡ قَبۡلِنَا، وَأُوتِينَاهُ مِنۡ بَعۡدِهِمۡ، فَهَٰذَا الۡيَوۡمُ الَّذِي اخۡتَلَفُوا فِيهِ، فَهَدَانَا اللهُ، فَغَدًا لِلۡيَهُودِ، وَبَعۡدَ غَدٍ لِلنَّصَارَى). فَسَكَتَ‏.‏ 

896. Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Wuhaib menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Thawus menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Abu Hurairah. Beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kita adalah orang-orang yang akhir, namun mendahului pada hari kiamat. Mereka diberi kitab sebelum kita dan kita diberi kitab setelah mereka. (Jumat) ini adalah hari yang mereka berselisih padanya, lalu Allah memberi petunjuk kepada kita, sehingga hari esok untuk Yahudi dan lusa untuk Nasrani.” Lalu beliau diam. 

٨٩٧ - ثُمَّ قَالَ: (حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسۡلِمٍ أَنۡ يَغۡتَسِلَ فِي كُلِّ سَبۡعَةِ أَيَّامٍ يَوۡمًا، يَغۡسِلُ فِيهِ رَأۡسَهُ وَجَسَدَهُ). [الحديث ٨٩٧ – طرفاه في: ٨٩٨، ٣٤٨٧]. 

897. Kemudian beliau bersabda, “Wajib atas setiap muslim untuk mandi di satu hari pada setiap tujuh hari sehingga dia membasuh kepala dan badannya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 876

١ – بَابُ فَرۡضِ الۡجُمُعَةِ 
1. Bab kewajiban salat Jumat 


لِقَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَو‌ٰةِ مِن يَوۡمِ ٱلۡجُمُعَةِ فَٱسۡعَوۡا۟ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلۡبَيۡعَ ۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٌ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ﴾ [الجمعة: ٩]. 

Berdasarkan firman Allah taala yang artinya, “Apabila diseru untuk salat di hari Jumat, maka bersegeralah menuju zikir kepada Allah dan tinggalkan jual beli. Itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah: 9). 

٨٧٦ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ: أَنَّ عَبۡدَ الرَّحۡمَٰنِ بۡنَ هُرۡمُزَ الۡأَعۡرَجَ مَوۡلَى رَبِيعَةَ بۡنِ الۡحَارِثِ، حَدَّثَهُ: أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (نَحۡنُ الۡآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ، بَيۡدَ أَنَّهُمۡ أُوتُوا الۡكِتَابَ مِنۡ قَبۡلِنَا، ثُمَّ هَٰذَا يَوۡمُهُمُ الَّذِي فُرِضَ عَلَيۡهِمۡ فَاخۡتَلَفُوا فِيهِ، فَهَدَانَا اللهُ، فَالنَّاسُ لَنَا فِيهِ تَبَعٌ: الۡيَهُودُ غَدًا وَالنَّصَارَى بَعۡدَ غَدٍ). [طرفه في: ٢٣٨]. 

876. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’aib mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Abu Az-Zinad menceritakan kepada kami: Bahwa ‘Abdurrahman bin Hurmuz Al-A’raj maula Rabi’ah bin Al-Harits menceritakan kepadanya: Bahwa beliau mendengar Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: Bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kita adalah orang-orang yang paling akhir (di dunia), namun paling mendahului di hari kiamat. Hanya saja mereka diberi kitab sebelum kita. Kemudian hari (Jumat) ini adalah hari yang diwajibkan kepada mereka (untuk diagungkan), namun mereka berselisih padanya. Lalu Allah memberi petunjuk kepada kita. Maka orang-orang itu mengikuti kita: Yahudi besok sedangkan Nasrani lusa.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 238

٧٢ - بَابُ الۡمَاءِ الدَّائِمِ 
72. Bab air yang tidak mengalir 


٢٣٨ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ قَالَ: أَخۡبَرَنَا أَبُو الزِّنَادِ: أَنَّ عَبۡدَ الرَّحۡمَٰنِ بۡنَ هُرۡمُزَ الۡأَعۡرَجَ حَدَّثَهُ: أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيۡرَةَ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (نَحۡنُ الۡآخِرُونَ السَّابِقُونَ). 

[الحديث ٢٣٨ – أطرافه في: ٨٧٦، ٨٩٦، ٢٩٥٦، ٣٤٨٦، ٦٦٢٤، ٦٨٨٧، ٧٠٣٦، ٧٤٩٥]. 

238. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’aib mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Abu Az-Zinad mengabarkan kepada kami bahwa ‘Abdurrahman bin Hurmuz Al-A’raj menceritakan kepadanya: Bahwa beliau mendengar Abu Hurairah: Bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kita adalah orang-orang yang paling akhir (di dunia) namun paling mendahului (pada hari kiamat).”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6541 dan 6542

٥٠ – بَابٌ يَدۡخُلُ الۡجَنَّةَ سَبۡعُونَ أَلۡفًا بِغَيۡرِ حِسَابٍ 
50. Bab tujuh puluh orang akan masuk janah tanpa hisab 


٦٥٤١ - حَدَّثَنَا عِمۡرَانُ بۡنُ مَيۡسَرَةَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ فُضَيۡلٍ: حَدَّثَنَا حُصَيۡنٌ (ح). وَحَدَّثَنِي أَسِيدُ بۡنُ زَيۡدٍ: حَدَّثَنَا هُشَيۡمٌ، عَنۡ حُصَيۡنٍ قَالَ: كُنۡتُ عِنۡدَ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ فَقَالَ: حَدَّثَنِي ابۡنُ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (عُرِضَتۡ عَلَىَّ الۡأُمَمُ، فَأَخَذَ النَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ الۡأُمَّةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ النَّفَرُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ الۡعَشَرَةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ الۡخَمۡسَةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ وَحۡدَهُ، فَنَظَرۡتُ فَإِذَا سَوَادٌ كَثِيرٌ، قُلۡتُ: يَا جِبۡرِيلُ، هَٰؤُلَاءِ أُمَّتِي؟ قَالَ: لَا، وَلَكِنِ انۡظُرۡ إِلَى الۡأُفُقِ، فَنَظَرۡتُ فَإِذَا سَوَادٌ كَثِيرٌ، قَالَ: هَٰؤُلَاءِ أُمَّتُكَ، وَهَٰؤُلَاءِ سَبۡعُونَ أَلۡفًا قُدَّامَهُمۡ لَا حِسَابَ عَلَيۡهِمۡ وَلَا عَذَابَ، قُلۡتُ: وَلِمَ؟ قَالَ: كَانُوا لَا يَكۡتَوُونَ، وَلَا يَسۡتَرۡقُونَ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ). فَقَامَ إِلَيۡهِ عُكَّاشَةُ بۡنُ مِحۡصَنٍ فَقَالَ: ادۡعُ اللهَ أَنۡ يَجۡعَلَنِي مِنۡهُمۡ، قَالَ: (اللّٰهُمَّ اجۡعَلۡهُ مِنۡهُمۡ). ثُمَّ قَامَ إِلَيۡهِ رَجُلٌ آخَرُ قَالَ: ادۡعُ اللهَ أَنۡ يَجۡعَلَنِي مِنۡهُمۡ، قَالَ: (سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ). [طرفه في: ٣٤١٠]. 

6541. ‘Imran bin Maisarah telah menceritakan kepada kami: Ibnu Fudhail menceritakan kepada kami: Hushain menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Asid bin Zaid telah menceritakan kepadaku: Husyaim menceritakan kepada kami dari Hushain. Beliau berkata: Aku pernah berada di dekat Sa’id bin Jubair. Beliau berkata: Ibnu ‘Abbas menceritakan kepadaku. Beliau mengatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

Umat-umat diperlihatkan kepadaku. Ada nabi yang berlalu, bersamanya ada banyak pengikut. Ada nabi yang berlalu, bersamanya ada beberapa pengikut. Ada nabi yang berlalu, bersamanya ada sepuluh pengikut. Ada nabi yang berlalu, bersamanya ada lima pengikut. Ada nabi yang berlalu sendirian. 

Lalu aku melihat ada kerumunan orang banyak. Aku bertanya, “Wahai Jibril, apakah mereka ini umatku?” 

Jibril menjawab, “Tidak, akan tetapi lihatlah ke ufuk.” 

Aku pun melihat ternyata ada kerumunan banyak orang. 

Jibril berkata, “Mereka ini adalah umatmu dan mereka ini ada tujuh puluh ribu orang di depan mereka yang tidak dihisab dan tidak diazab.” 

Aku bertanya, “Mengapa?” 

Jibril menjawab, “Mereka tidak melakukan kay (pengobatan dengan menempelkan besi panas), tidak minta di-ruqyah, tidak melakukan tathayyur (menganggap sial dengan sesuatu yang dilihat, didengar, atau lainnya), dan mereka bertawakal hanya kepada Rabb mereka.” 

‘Ukkasyah bin Mihshan bangkit menghadap beliau seraya berkata, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk mereka.” 

Nabi berdoa, “Ya Allah, jadikanlah dia termasuk mereka.” 

Kemudian ada seorang pria lain yang bangkit menghadap beliau seraya berkata, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk mereka.” 

Nabi bersabda, “’Ukkasyah telah mendahuluimu.” 

٦٥٤٢ - حَدَّثَنَا مُعَاذُ بۡنُ أَسَدٍ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ حَدَّثَهُ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (يَدۡخُلُ مِنۡ أُمَّتِي زُمۡرَةٌ هُمۡ سَبۡعُونَ أَلۡفًا، تُضِيءُ وُجُوهُهُمۡ إِضَاءَةَ الۡقَمَرِ لَيۡلَةَ الۡبَدۡرِ). وَقَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ: فَقَامَ عُكَّاشَةُ بۡنُ مِحۡصَنٍ الۡأَسَدِيُّ يَرۡفَعُ نَمِرَةً عَلَيۡهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ادۡعُ اللهَ أَنۡ يَجۡعَلَنِي مِنۡهُمۡ، قَالَ: (اللّٰهُمَّ اجۡعَلۡهُ مِنۡهُمۡ). ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ مِنَ الۡأَنۡصَارِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ادۡعُ اللهَ أَنۡ يَجۡعَلَنِي مِنۡهُمۡ، فَقَالَ: (سَبَقَكَ عُكَّاشَةُ). [طرفه في: ٥٨١١]. 

6542. Mu’adz bin Asad telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Yunus mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Sa’id bin Al-Musayyab menceritakan kepadaku bahwa Abu Hurairah menceritakan kepadanya. Beliau mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan masuk (janah) serombongan orang dari umatku sebanyak tujuh puluh ribu. Wajah-wajah mereka bercahaya seperti cahaya bulan di malam purnama.” 

Abu Hurairah mengatakan: ‘Ukkasyah bin Mihshan Al-Asadi bangkit seraya mengangkat pakaian namirah (pakaian dari wol yang bermotif garis berwarna putih, hitam, dan merah) yang dia kenakan sembari berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikan aku termasuk mereka.” 

Rasulullah bersabda, “Ya Allah, jadikanlah dia termasuk mereka.” 

Kemudian ada seorang pria Ansar bangkit seraya berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikan aku termasuk mereka.” 

Rasulullah bersabda, “’Ukkasyah telah mendahuluimu.”

Syafaat

Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah di dalam kitab Lum'at Al-I'tiqad berkata:

وَيَشۡفَعُ نَبِيُّنَا ﷺ فِيمَنۡ دَخَلَ النَّارَ مِنۡ أُمَّتِهِ مِنۡ أَهۡلِ الۡكَبَائِرِ فَيَخۡرُجُونَ بِشَفَاعَتِهِ بَعۡدَ مَا احۡتَرَقُوا وَصَارُوا فَحۡمًا وَحُمَمًا، فَيَدۡخُلُونَ الۡجَنَّةَ بِشَفَاعَتِهِ. 

وَلِسَائِرِ الۡأَنۡبِيَاءِ وَالۡمُؤۡمِنِينَ وَالۡمَلَائِكَةِ شَفَاعَاتٌ، قَالَ تَعَالَى: ﴿وَلَا يَشۡفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ٱرۡتَضَىٰ وَهُم مِّنۡ خَشۡيَتِهِۦ مُشۡفِقُونَ﴾ [الأنبياء: ٢٨]. 

وَلَا تَنۡفَعُ الۡكَافِرَ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ. 

Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan syafaat kepada orang-orang yang telah masuk neraka di antara umatnya dari kalangan para pelaku dosa besar sehingga mereka keluar dengan sebab syafaat beliau setelah mereka dibakar dan menjadi arang. Maka mereka pun masuk janah dengan sebab syafaat beliau. 

Begitu pula seluruh para nabi, kaum mukminin, dan para malaikat bisa memberi syafaat. Allah taala berfirman yang artinya, “Dan mereka tidak dapat memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS. Al-Anbiya`: 28). 

Namun syafaat dari para pemberi syafaat tidak bermanfaat bagi orang kafir.[1]


Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah di dalam Syarh Lum'atil I'tiqad berkata:

[1] الشَّفَاعَةُ: 

الشَّفَاعَةُ لُغَةً: جَعۡلُ الۡوِتۡرِ شَفۡعًا. 

وَاصۡطِلَاحًا: التَّوَسُّطُ لِلۡغَيۡرِ بِجَلۡبِ مَنۡفَعَةٍ أَوۡ دَفۡعِ مَضَرَّةٍ. 

وَالشَّفَاعَةُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ نَوۡعَانِ: خَاصَّةٌ بِالنَّبِيِّ ﷺ وَعَامَّةٌ لَهُ وَلِغَيۡرِهِ. 

Syafaat


Syafaat secara bahasa adalah membuat yang ganjil menjadi genap. Secara istilah artinya adalah mengantarai yang lain untuk memperoleh suatu manfaat atau menolak suatu mudarat. 

Syafaat pada hari kiamat ada dua jenis, yaitu yang khusus bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umum bagi beliau dan selain beliau. 

فَالۡخَاصَّةُ بِهِ ﷺ: شَفَاعَةُ الۡعُظۡمَى فِي أَهۡلِ الۡمَوۡقِفِ عِنۡدَ اللهِ لِيُقۡضَى بَيۡنَهُمۡ حِينَ يَلۡحَقُهُمۡ مِنَ الۡكَرۡبِ وَالۡغَمِّ مَا لَا يُطِيقُونَ، فَيَذۡهَبُونَ إِلَى آدَمَ فَنُوحٍ فَإِبۡرَاهِيمَ فَمُوسَى فَعِيسَى وَكُلُّهُمۡ يَعۡتَذِرُونَ، فَيَأۡتُونَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَيَشۡفَعُ فِيهِمۡ إِلَى اللهِ، فَيَأۡتِي سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى لِلۡقَضَاءِ بَيۡنَ عِبَادِهِ. 

Syafaat khusus bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah syafaat al-‘uzhma (teragung) terhadap orang-orang di maukif (padang mahsyar) di sisi Allah agar perkara di antara mereka diputuskan ketika mereka tertimpa kepayahan dan kesulitan yang sudah tidak bisa mereka tanggung. Mereka pergi kepada Adam, lalu Nuh, Ibrahim, Musa, ‘Isa. Namun mereka semua uzur. Maka orang-orang pun datang kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau pun mengajukan syafaat bagi mereka kepada Allah. Lalu Allah subhanahu wa taala datang untuk memberi keputusan di antara para hamba-Nya. 

وَقَدۡ ذُكِرَتۡ هَٰذِهِ الصِّفَةُ فِي حَدِيثِ الصُّورِ الۡمَشۡهُورِ، لَكِنۡ سَنَدُهُ ضَعِيفٌ مَتُكَلَّمٌ فِيهِ، وَحُذِفَتۡ مِنَ الۡأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ فَاقَتۡصَرَ مِنۡهَا عَلَى ذِكۡرِ الشَّفَاعَةِ فِي أَهۡلِ الۡكَبَائِرِ. 

قَالَ ابۡنُ كَثِيرٍ وَشَارِحُ الطَّحَاوِيَّةِ: وَكَانَ مَقۡصُودُ السَّلَفِ مِنَ الۡاقۡتِصَارِ عَلَى الشَّفَاعَةِ فِي أَهۡلِ الۡكَبَائِرِ هُوَ الرَّدُّ عَلَى الۡخَوَارِجِ وَمَنۡ تَابَعَهُمۡ مِنَ الۡمُعۡتَزِلَةِ. 

وَهَٰذِهِ الشَّفَاعَةُ لَا يُنۡكِرُهَا الۡمُعۡتَزِلَةُ وَالۡخَوَارِجُ، وَيُشۡتَرَطُ فِيهَا إِذۡنُ اللهِ لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿مَنۡ ذَا الَّذِي يَشۡفَعُ عِنۡدَهُ إِلَّا بِإِذۡنِهِ﴾ [البقرة: ٢٥٥]. 

Sifat syafaat al-‘uzhma ini disebutkan di dalam hadis sangkakala yang masyhur namun sanadnya daif yang ada pembicaraan padanya. Adapun hadis-hadis yang sahih tidak disebutkan di sini. Penulis mencukupkan dengan menyebutkan syafaat untuk pelaku dosa-dosa besar. 

Ibnu Katsir dan pensyarah kitab Ath-Thahawiyyah berkata: Maksud ulama salaf dari mencukupkan hanya menyebutkan syafaat untuk pelaku dosa besar sebagai bantahan terhadap Khawarij dan yang mengikuti mereka dari kalangan Mu’tazilah. 

Adapun syafaat al-‘uzhma tidak diingkari oleh kelompok Mu’tazilah dan Khawarij. Syafaat ini dipersyaratkan adanya izin Allah, berdasarkan firman Allah taala yang artinya, “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah kecuali dengan izin-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 255). 

النَّوۡعُ الثَّانِي: الۡعَامَّةُ: وَهِيَ الشَّفَاعَةُ فِيمَنۡ دَخَلَ النَّارَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِينَ أَهۡلِ الۡكَبَائِرِ أَنۡ يَخۡرُجُوا مِنۡهَا بَعۡدَمَا احۡتَرَقُوا وَصَارُوا فَحۡمًا وَحُمَمًا. لِحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَمَّا أَهۡلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمۡ أَهۡلُهَا فَلَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحۡيَوۡنَ وَلَكِنۡ أُنَاسٌ – أَوۡ كَمَا قَالَ – تُصِيبُهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمۡ – أَوۡ قَالَ بِخَطَايَاهُمۡ – فَيُمِيتُهُمۡ إِمَاتَةً حَتَّى إِذَا صَارُوا فَحۡمًا أُذِنَ فِي الشَّفَاعَةِ..) الۡحَدِيثُ رَوَاهُ أَحۡمَدُ. 

Jenis kedua adalah syafaat yang umum. Yaitu syafaat bagi siapa saja yang telah masuk neraka dari kalangan kaum mukminin pelaku dosa-dosa besar sehingga bisa keluar darinya setelah mereka dibakar dan menjadi arang. Berdasarkan hadis Abu Sa’id. Beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun penghuni neraka yang mereka tinggal di dalamnya, mereka tidak mati dan tidak pula hidup. Tetapi ada orang-orang yang masuk ke dalam neraka karena dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan mereka. Allah akan mematikan mereka sehingga ketika mereka telah menjadi arang, Allah izinkan mendapat syafaat…” (HR. Ahmad). 

قَالَ ابۡنُ كَثِيرٍ فِي النِّهَايَةِ (٢/٢٠٤): وَهَٰذَا إِسۡنَادٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرۡطِ الشَّيۡخَيۡنِ وَلَمۡ يُخۡرِجَاهُ مِنۡ هَٰذَا الۡوَجۡهِ. 

وَهَٰذِهِ الشَّفَاعَةُ تَكُونَ لِلنَّبِيِّ ﷺ وَغَيۡرِهِ مِنَ الۡأَنۡبِيَاءِ وَالۡمَلَائِكَةِ وَالۡمُؤۡمِنِينَ لِحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ وَفِيهِ: (فَيَقُولُ اللهُ تَعَالَى شَفَعَتِ الۡمَلَائِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الۡمُؤۡمِنُونَ وَلَمۡ يَبۡقَ إِلَّا أَرۡحَمُ الرَّاحِمِينَ، فَيَقۡبِضُ قَبۡضَةً مِنَ النَّارِ فَيَخۡرُجُ مِنۡهَا قَوۡمًا لَمۡ يَعۡمَلُوا خَيۡرًا قَطُّ قَدۡ عَادُوا حُمَمًا). مُتَّفَقٌ عَلَيۡهِ. 

Ibnu Katsir di dalam kitab An-Nihayah (2/204) berkata, “Hadis ini sanadnya sahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak mengeluarkannya dari jalur ini.” 

Syafaat ini bisa dimiliki oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan selain beliau dari kalangan para nabi, malaikat, dan kaum mukminin berdasarkan hadis Abu Sa’id dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di dalamnya disebutkan, “Allah taala berkata: Para malaikat telah memberi syafaat, para nabi telah memberi syafaat, kaum mukminin telah memberi syafaat. Tidak ada yang tersisa, kecuali syafaat Allah yang Maha Penyayang. Lalu Allah menggenggam satu genggaman dari neraka, sehingga keluar darinya suatu kaum yang belum beramal satu kebaikan sama sekali dalam keadaan mereka telah menjadi arang.” (HR. Al-Bukhari nomor 7439 dan Muslim nomor 183). 

وَهَٰذِهِ الشَّفَاعَةُ يُنۡكِرُهَا الۡمُعۡتَزِلَةُ وَالۡخَوَارِجُ بِنَاءً عَلَى مَذۡهَبِهِمۡ: أَنَّ فَاعِلَ الۡكَبِيرَةِ مُخَلَّدٌ فِي النَّارِ فَلَا تَنۡفَعُهُ الشَّفَاعَةُ. 

وَنَرُدُّ عَلَيۡهِمۡ بِمَا يَأۡتِي: 

١ – أَنَّ ذٰلِكَ مُخَالِفٌ لِلۡمُتَوَاتِرِ مِنَ الۡأَحَادِيثِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. 

٢ – أَنَّهُ مُخَالِفٌ لِإِجۡمَاعِ السَّلَفِ. 

Syafaat ini diingkari oleh Mu’tazilah dan Khawarij berdasarkan mazhab mereka bahwa pelaku dosa besar dikekalkan di dalam neraka, sehingga syafaat tidak bermanfaat untuknya. 

Kita membantah mereka dengan alasan berikut: 
  1. Bahwa hal itu menyelisihi hadis yang mutawatir (banyak jalan) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  2. Hal itu menyelisihi ijmak ulama salaf. 

وَيُشۡتَرَطُ لِهَٰذِهِ الشَّفَاعَةِ شَرۡطَانِ: 

الۡأَوَّلُ: إِذۡنُ اللهِ فِي الشَّفَاعَةِ لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿مَنۡ ذَا الَّذِي يَشۡفَعُ عِنۡدَهُ إِلَّا بِإِذۡنِهِ﴾ [البقرة: ٢٥٥]. 

الثَّانِي: رِضَا اللهِ عَنِ الشَّافِعِ وَالۡمَشۡفُوعِ لَهُ لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَلَا يَشۡفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارۡتَضَىٰ﴾ [الأنبياء: ٢٨]، فَأَمَّا الۡكَافِرُ فَلَا شَفَاعَةَ لَهُ لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿فَمَا تَنۡفَعُهُمۡ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ﴾ [المدثر: ٤٨] أَيۡ: لَوۡ فُرِضَ أَنَّ أَحَدًا شَفَعَ لَهُمۡ لَمۡ تَنۡفَعۡهُمُ الشَّفَاعَةُ. 

Dua syarat disyaratkan untuk syafaat ini: 
  1. Izin Allah terhadap syafaat tersebut, berdasarkan firman Allah taala yang artinya, “Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 255). 
  2. Keridaan Allah terhadap pemberi syafaat dan yang disyafaati, berdasarkan firman Allah taala yang artinya, “Mereka tidak dapat memberi syafaat kecuali kepada siapa saja yang telah Allah ridai.” (QS. Al-Anbiya`: 28). Adapun orang kafir, maka tidak ada syafaat untuknya, berdasarkan firman Allah taala yang artinya, “Maka tidak ada syafaat dari pemberi syafaat yang bermanfaat untuk mereka.” (QS. Al-Muddatstsir: 48). Yaitu andai ditetapkan ada seseorang yang memberi syafaat untuk mereka, niscaya syafaat itu tidak dapat memberi manfaat untuk mereka. 

وَأَمَّا شَفَاعَةُ النَّبِيِّ ﷺ لِعَمِّهِ أَبِي طَالِبٍ حَتَّى كَانَ فِي ضَحۡضَاحٍ مِنۡ نَارٍ وَعَلَيۡهِ نَعۡلَانِ يُغۡلَى مِنۡهُمَا دِمَاغُهُ وَإِنَّهُ لَأَهۡوَنُ أَهۡلِ النَّارِ عَذَابًا. 

قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (وَلَوۡ لَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرۡكِ الۡأَسۡفَلِ مِنَ النَّارِ) رَوَاهُ مُسۡلِمٌ. 

فَهَٰذَا خَاصٌّ بِالنَّبِيِّ ﷺ وَبِعَمِّهِ أَبِي طَالِبٍ فَقَطۡ وَذٰلِكَ وَاللهُ أَعۡلَمُ لِمَا قَامَ بِهِ مِنۡ نُصۡرَةِ النَّبِيِّ ﷺ وَالدِّفَاعِ عَنۡهُ، وَعَمَّا جَاءَ بِهِ. 

Adapun syafaat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pamannya, yaitu Abu Thalib, hingga dia ditempatkan di neraka yang dangkal, memakai sepasang sandal yang membuat otaknya mendidih, dan dia merupakan penduduk neraka yang paling ringan azabnya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Andai bukan karenaku, niscaya dia berada di kerak neraka paling bawah.” (HR. Al-Bukhari nomor 3883, 6208, dan Muslim nomor 209). 

Ini syafaat khusus bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pamannya—Abu Thalib—saja. Hal itu—wallahualam—karena perbuatan dia berupa pertolongan dan pembelaan terhadap Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan agama yang beliau bawa. 

Shahih Muslim hadits nomor 209

٩٠ - بَابُ شَفَاعَةِ النَّبِيِّ ﷺ لِأَبِي طَالِبٍ وَالتَّخۡفِيفِ عَنۡهُ بِسَبَبِهِ

90. Bab syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk Abu Thalib dan peringanan azab untuk Abu Thalib dengan sebab beliau


٣٥٧ – (٢٠٩) - وَحَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ الۡقَوَارِيرِيُّ، وَمُحَمَّدُ بۡنُ أَبِي بَكۡرِ الۡمُقَدَّمِيُّ، وَمُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ الۡمَلِكِ الۡأُمَوِيُّ، قَالُوا: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنۡ عَبۡدِ الۡمَلِكِ بۡنِ عُمَيۡرٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ الۡحَارِثِ بۡنِ نَوۡفَلٍ، عَنِ الۡعَبَّاسِ بۡنِ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ: أَنَّهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلۡ نَفَعۡتَ أَبَا طَالِبٍ بِشَىۡءٍ، فَإِنَّهُ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَغۡضَبُ لَكَ؟ قَالَ: (نَعَمۡ، هُوَ فِي ضَحۡضَاحٍ مِنۡ نَارٍ. وَلَوۡلَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرۡكِ الۡأَسۡفَلِ مِنَ النَّارِ).


357. (209). ‘Ubaidullah bin ‘Umar Al-Qawariri, Muhammad bin Abu Bakr Al-Muqaddami, dan Muhammad bin ‘Abdul Malik Al-Umawi telah menceritakan kepada kami. Mereka berkata: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami dari ‘Abdul Malik bin ‘Umair, dari ‘Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, dari Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib, bahwa beliau bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau telah memberi suatu manfaat kepada Abu Thalib? Sesungguhnya dia dahulu melindungimu dan marah karena kepentinganmu.”

Rasulullah menjawab, “Iya. Dia berada di api neraka yang dangkal. Andai bukan karena aku, niscaya dia berada di kerak neraka yang paling bawah.”

٣٥٨ – (...) - حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي عُمَرَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَبۡدِ الۡمَلِكِ بۡنِ عُمَيۡرٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ الۡحَارِثِ قَالَ: سَمِعۡتُ الۡعَبَّاسَ يَقُولُ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ أَبَا طَالِبٍ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَنۡصُرُكَ، فَهَلۡ نَفَعَهُ ذٰلِكَ؟ قَالَ: (نَعَمۡ، وَجَدۡتُهُ فِي غَمَرَاتٍ مِنَ النَّارِ فَأَخۡرَجۡتُهُ إِلَى ضَحۡضَاحٍ).

358. Ibnu Abu ‘Umar telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Abdul Malik bin ‘Umair, dari ‘Abdullah bin Al-Harits. Beliau berkata: Aku mendengar Al-‘Abbas mengatakan:

Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Thalib dahulu melindungi dan menolongmu. Apakah engkau hal itu bermanfaat untuknya?”

Rasulullah menjawab, “Iya. Aku mendapatinya tenggelam di dalam api neraka, lalu aku mengeluarkannya ke tempat yang dangkal.”

٣٥٩ – (...) - وَحَدَّثَنِيهِ مُحَمَّدُ بۡنُ حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ سُفۡيَانَ قَالَ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ الۡمَلِكِ بۡنُ عُمَيۡرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ الۡحَارِثِ قَالَ: أَخۡبَرَنِي الۡعَبَّاسُ بۡنُ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ. (ح) وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنۡ سُفۡيَانَ، بِهَٰذَا الۡإِسۡنَادِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ... بِنَحۡوِ حَدِيثِ أَبِي عَوَانَةَ.

359. Muhammad bin Hatim telah menceritakannya kepadaku: Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami dari Sufyan. Beliau berkata: ‘Abdul Malik bin ‘Umair menceritakan kepadaku. Beliau berkata: ‘Abdullah bin Al-Harits menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib mengabarkan kepadaku. (Dalam riwayat lain) Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Waki’ menceritakan kepada kami dari Sufyan melalui sanad ini, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semisal hadis Abu ‘Awanah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4685

٤ – بَابُ قَوۡلِهِ: ﴿وَيَقُولُ الۡأَشۡهَادُ هَٰؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمۡ أَلَا لَعۡنَةُ اللهِ عَلَى الظَّالِمِينَ﴾ ۝١٨ 
4. Bab firman Allah yang artinya, “Dan para saksi akan berkata: Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka. Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Hud: 18) 


وَاحِدُ الۡأَشۡهَادِ شَاهِدٌ، مِثۡلُ: صَاحِبٍ وَأَصۡحَابٍ. 

Bentuk tunggal dari asyhad adalah syahid semisal shahib dan ashhab

٤٦٨٥ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ زُرَيۡعٍ: حَدَّثَنَا سَعِيدٌ وَهِشَامٌ قَالَا: حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنۡ صَفۡوَانَ بۡنِ مُحۡرِزٍ قَالَ: بَيۡنَا ابۡنُ عُمَرَ يَطُوفُ، إِذۡ عَرَضَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا أَبَا عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ ـ أَوۡ قَالَ: يَا ابۡنَ عُمَرَ ـ سَمِعۡتَ النَّبِيَّ ﷺ فِي النَّجۡوَى؟ فَقَالَ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (يُدۡنَى الۡمُؤۡمِنُ مِنۡ رَبِّهِ ـ وَقَالَ هِشَامٌ: يَدۡنُو الۡمُؤۡمِنُ ـ حَتَّى يَضَعَ عَلَيۡهِ كَنَفَهُ، فَيُقَرِّرُهُ بِذُنُوبِهِ، تَعۡرِفُ ذَنۡبَ كَذَا؟ يَقُولُ: أَعۡرِفُ، يَقُولُ: رَبِّ أَعۡرِفُ، مَرَّتَيۡنِ، فَيَقُولُ: سَتَرۡتُهَا فِي الدُّنۡيَا، وَأَغۡفِرُهَا لَكَ الۡيَوۡمَ، ثُمَّ تُطۡوَى صَحِيفَةُ حَسَنَاتِهِ. وَأَمَّا الۡآخَرُونَ أَوِ الۡكُفَّارُ، فَيُنَادَى عَلَى رُؤُسِ الۡأَشۡهَادِ: ﴿هَٰؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمۡ﴾. 

وَقَالَ شَيۡبَانُ، عَنۡ قَتَادَةَ: حَدَّثَنَا صَفۡوَانُ. [طرفه في: ٢٤٤١]. 

4685. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami: Sa’id dan Hisyam menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Qatadah menceritakan kepada kami dari Shafwan bin Muhriz. Beliau berkata: Ketika Ibnu ‘Umar sedang tawaf, tiba-tiba ada seorang pria menghadap seraya bertanya, “Wahai Abu ‘Abdurrahman—atau dia berkata: Wahai Ibnu ‘Umar—apakah engkau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pembicaraan rahasia? 

Ibnu ‘Umar menjawab: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin akan didekatkan dengan Rabb-nya—Hisyam berkata: Seorang mukmin akan mendekat—hingga Allah meletakkan tabir-Nya, lalu Allah membuat dia mengakui dosa-dosanya. Apakah engkau mengenali dosa ini? Mukmin itu menjawab: Aku mengenalinya. Mukmin itu berkata: Wahai Rabb-ku, aku mengenalinya. Dua kali. Lalu Allah berkata: Aku telah menutupinya di dunia dan aku mengampuni dosa itu untukmu pada hari ini. Kemudian ia diberi lipatan lembaran catatan kebaikannya. Adapun selain mukmin, yaitu orang-orang kafir, maka dia akan diseru di hadapan para saksi: Mereka ini adalah orang-orang yang telah berdusta terhadap Rabb mereka.” 

Syaiban berkata dari Qatadah: Shafwan menceritakan kepada kami.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6572

٦٥٧٢ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنۡ عَبۡدِ الۡمَلِكِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ الۡحَارِثِ بۡنِ نَوۡفَلٍ، عَنِ الۡعَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّهُ قَالَ لِلنَّبِيِّ ﷺ: هَلۡ نَفَعۡتَ أَبَا طَالِبٍ بِشَىۡءٍ؟ [طرفه في: ٣٨٨٣]. 

6572. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami dari ‘Abdul Malik, dari ‘Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, dari Al-‘Abbas radhiyallahu ‘anhu: Bahwa beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah engkau telah memberi suatu manfaat kepada Abu Thalib?”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6208

٦٢٠٨ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡمَلِكِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ الۡحَارِثِ بۡنِ نَوۡفَلٍ، عَنۡ عَبَّاسِ بۡنِ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلۡ نَفَعۡتَ أَبَا طَالِبٍ بِشَىۡءٍ، فَإِنَّهُ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَغۡضَبُ لَكَ؟ قَالَ: (نَعَمۡ، هُوَ فِي ضَحۡضَاحٍ مِنۡ نَارٍ، لَوۡلَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الۡأَسۡفَلِ مِنَ النَّارِ). [طرفه في: ٣٨٨٣]. 

6208. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Malik menceritakan kepada kami dari ‘Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, dari ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib. 

Beliau bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau telah memberi suatu manfaat kepada Abu Thalib? Sesungguhnya dia dahulu melindungimu dan marah karena kepentinganmu.” 

Rasulullah menjawab, “Iya. Dia berada di dalam api neraka yang dangkal. Andai bukan karena aku, niscaya dia berada di kerak neraka yang paling bawah.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3883

٤٠ - بَابُ قِصَّةِ أَبِي طَالِبٍ 
40. Bab kisah Abu Thalib 


٣٨٨٣ – حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ سُفۡيَانَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡمَلِكِ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ الۡحَارِثِ: حَدَّثَنَا الۡعَبَّاسُ بۡنُ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: قَالَ لِلنَّبِيِّ ﷺ: مَا أَغۡنَيۡتَ عَنۡ عَمِّكَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَغۡضَبُ لَكَ؟ قَالَ: (هُوَ فِي ضَحۡضَاحٍ مِنۡ نَارٍ، وَلَوۡلَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الۡأَسۡفَلِ مِنَ النَّارِ). [الحديث ٣٨٨٣ – طرفاه في: ٦٢٠٨، ٦٥٧٢]. 

3883. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami dari Sufyan: ‘Abdul Malik menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Al-Harits menceritakan kepada kami: Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib radhiyallahu ‘anhu menceritakan kepada kami: 

Beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Manfaat apa yang engkau bisa berikan untuk pamanmu? Sesungguhnya dia dahulu melindungimu dan marah karena kepentinganmu.” 

Nabi bersabda, “Dia di api neraka yang dangkal. Andai bukan karenaku, niscaya dia berada di kerak neraka yang paling bawah.”

Shahih Muslim hadits nomor 183

٣٠٢ - (١٨٣) - وَحَدَّثَنِي سُوَيۡدُ بۡنُ سَعِيدٍ. قَالَ: حَدَّثَنِي حَفۡصُ بۡنُ مَيۡسَرَةَ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ أَسۡلَمَ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ: أَنَّ نَاسًا فِي زَمَنِ رَسُولِ اللهِ ﷺ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلۡ نَرَى رَبَّنَا يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؟ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (نَعَمۡ). قَالَ: (هَلۡ تُضَارُّونَ فِي رُؤۡيَةِ الشَّمۡسِ بِالظَّهِيرَةِ صَحۡوًا لَيۡسَ مَعَهَا سَحَابٌ؟ وَهَلۡ تُضَارُّونَ فِي رُؤۡيَةِ الۡقَمَرِ لَيۡلَةَ الۡبَدۡرِ صَحۡوًا لَيۡسَ فِيهَا سَحَابٌ؟) قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: (مَا تُضَارُّونَ فِي رُؤۡيَةِ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤۡيَةِ أَحَدِهِمَا. إِذَا كَانَ يَوۡمُ الۡقِيَامَةِ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ: لِيَتَّبِعۡ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتۡ تَعۡبُدُ، فَلَا يَبۡقَىٰ أَحَدٌ كَانَ يَعۡبُدُ غَيۡرَ اللهِ سُبۡحَانَهُ مِنَ الۡأَصۡنَامِ وَالۡأَنۡصَابِ، إِلَّا يَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ، حَتَّى إِذَا لَمۡ يَبۡقَ إِلَّا مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ اللهَ مِنۡ بَرٍّ وَفَاجِرٍ، وَغُبَّرِ أَهۡلِ الۡكِتَابِ. 

302. (183). Suwaid bin Sa’id telah menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Hafsh bin Maisarah menceritakan kepadaku dari Zaid bin Aslam, dari ‘Atha` bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudri: 

Bahwa orang-orang di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat?” 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya.” Beliau bersabda, “Apakah kalian kesulitan melihat matahari di waktu zuhur ketika langit cerah tidak ada awan? Dan apakah kalian kesulitan melihat bulan di malam bulan purnama ketika langit cerah tidak ada awan?” 

Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah.” 

Rasulullah bersabda, “Kalian tidak akan kesulitan melihat Allah tabaraka wa ta’ala pada hari kiamat kecuali sebagaimana kalian tidak kesulitan melihat salah satu dari keduanya. Ketika hari kiamat ada yang berseru: Setiap kaum agar mengikuti sesembahan mereka dahulu. Maka tidak tersisa seorang pun yang dahulunya menyembah patung-patung dan berhala-berhala selain Allah subhanah kecuali mereka berjatuhan ke dalam neraka sampai hanya tersisa siapa saja yang menyembah Allah dari kalangan orang yang berbakti atau orang yang jahat, serta sisa-sisa dari ahli kitab.” 

فَيُدۡعَى الۡيَهُودُ فَيُقَالُ لَهُمۡ: مَا كُنۡتُمۡ تَعۡبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعۡبُدُ عُزَيۡرَ بۡنَ اللهِ، فَيُقَالُ: كَذَبۡتُمۡ مَا اتَّخَذَ اللهُ مِنۡ صَاحِبَةٍ وَلَا وَلَدٍ، فَمَاذَا تَبۡغُونَ؟ قَالُوا: عَطِشۡنَا، يَا رَبَّنَا فَاسۡقِنَا، فَيُشَارُ إِلَيۡهِمۡ أَلَا تَرِدُونَ؟ فَيُحۡشَرُونَ إِلَى النَّارِ كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحۡطِمُ بَعۡضُهَا بَعۡضًا، فَيَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ. 

Lalu orang-orang Yahudi dipanggil dan ditanya, “Apa yang dahulu kalian sembah?” 

Mereka menjawab, “Kami dahulu menyembah ‘Uzair putra Allah.” 

Maka ada yang berkata, “Kalian dusta. Allah tidak memiliki istri dan anak. Lalu apa yang kalian mau?” 

Mereka menjawab, “Kami haus, wahai Rabb kami, berilah kami minum.” 

Maka mereka ditunjukkan, “Mengapa kalian tidak mendatanginya?” 

Mereka digiring menuju neraka, seakan-akan neraka itu adalah fatamorgana, sebagiannya menghancurkan yang lainnya, sehingga mereka pun berjatuhan ke dalam neraka. 

ثُمَّ يُدۡعَى النَّصَارَى فَيُقَالُ لَهُمۡ: مَا كُنۡتُمۡ تَعۡبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعۡبُدُ الۡمَسِيحَ بۡنَ اللهِ، فَيُقَالُ لَهُمۡ: كَذَبۡتُمۡ. مَا اتَّخَذَ اللهُ مِنۡ صَاحِبَةٍ وَلَا وَلَدٍ، فَيُقَالُ لَهُمۡ: مَاذَا تَبۡغُونَ؟ فَيَقُولُونَ: عَطِشۡنَا يَا رَبَّنَا، فَاسۡقِنَا. قَالَ: فَيُشَارُ إِلَيۡهِمۡ: أَلَا تَرِدُونَ؟ فَيُحۡشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحۡطِمُ بَعۡضُهَا بَعۡضًا. فَيَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ. 

Kemudian orang-orang Nasrani dipanggil dan ditanyai, “Apa yang dahulu kalian sembah?” 

Mereka menjawab, “Kami dahulu menyembah Isa Almasih putra Allah.” 

Lalu dikatakan, “Kalian dusta. Allah tidak memiliki istri dan anak.” Mereka ditanyai, “Apa yang kalian inginkan?” 

Mereka menjawab, “Kami haus, wahai Rabb kami, berilah minum kepada kami.” 

Beliau berkata: Mereka ditunjukkan, “Mengapa kalian tidak mendatanginya?” 

Mereka digiring menuju neraka Jahannam, seakan-akan neraka itu adalah fatamorgana yang sebagiannya saling menghancurkan sebagian lainnya, sehingga mereka pun berjatuhan ke dalam neraka. 

حَتَّى إِذَا لَمۡ يَبۡقَ إِلَّا مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ اللهَ تَعَالَى مِنۡ بَرٍّ وَفَاجِرٍ، أَتَاهُمۡ رَبُّ الۡعَالَمِينَ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى فِي أَدۡنَىٰ صُورَةٍ مِنَ الَّتِي رَأَوۡهُ فِيهَا. قَالَ: فَمَا تَنۡتَظِرُونَ؟ تَتۡبَعُ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتۡ تَعۡبُدُ. قَالُوا: يَا رَبَّنَا فَارَقۡنَا النَّاسَ فِي الدُّنۡيَا أَفۡقَرَ مَا كُنَّا إِلَيۡهِمۡ وَلَمۡ نُصَاحِبۡهُمۡ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمۡ فَيَقُولُونَ: نَعُوذُ بِاللهِ مِنۡكَ، لَا نُشۡرِكُ بِاللهِ شَيۡئًا - مَرَّتَيۡنِ أَوۡ ثَلَاثًا - حَتَّى إِنَّ بَعۡضَهُمۡ لَيَكَادُ أَنۡ يَنۡقَلِبَ، فَيَقُولُ: هَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَهُ آيَةٌ فَتَعۡرِفُونَهُ بِهَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ، فَيُكۡشَفُ عَنۡ سَاقٍ، فَلَا يَبۡقَىٰ مَنۡ كَانَ يَسۡجُدُ لِلهِ مِنۡ تِلۡقَاءِ نَفۡسِهِ إِلَّا أَذِنَ اللهُ لَهُ بِالسُّجُودِ، وَلَا يَبۡقَىٰ مَنۡ كَانَ يَسۡجُدُ اتِّقَاءً وَرِيَاءً إِلَّا جَعَلَ اللهُ ظَهۡرَهُ طَبَقَةً وَاحِدَةً. كُلَّمَا أَرَادَ أَنۡ يَسۡجُدَ خَرَّ عَلَى قَفَاهُ. ثُمَّ يَرۡفَعُونَ رُءُوسَهُمۡ، وَقَدۡ تَحَوَّلَ فِي صُورَتِهِ الَّتِي رَأَوۡهُ فِيهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ. فَقَالَ: أَنَا رَبُّكُمۡ، فَيَقُولُونَ: أَنۡتَ رَبُّنَا. ثُمَّ يُضۡرَبُ الۡجِسۡرُ عَلَى جَهَنَّمَ، وَتَحِلُّ الشَّفَاعَةُ. وَيَقُولُونَ: اللّٰهُمَّ، سَلِّمۡ سَلِّمۡ). 

Sampai ketika tidak tersisa kecuali siapa saja yang dahulu menyembah Allah dari kalangan orang yang berbakti dan jahat, Allah Tuhan alam semesta subhanahu wa ta’ala datang kepada mereka dalam bentuk paling dekat daripada bentuk yang telah mereka melihat-Nya. Allah berkata, “Apa yang kalian tunggu? Setiap umat mengikuti apa yang dahulu mereka sembah.” 

Mereka menjawab, “Wahai Rabb kami, kami memisahkan diri dari orang-orang di dunia padahal kami dahulu sangat butuh kepada mereka dan kami tidak berteman dengan mereka.” 

Allah berkata, “Aku adalah Rabb kalian.” 

Mereka berkata, “Kami berlindung kepada Allah darimu. Kami tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah.” Dua atau tiga kali. Hingga sungguh sebagian mereka hampir berbalik. 

Allah berkata, “Apakah antara kalian dengan Rabb kalian ada suatu tanda yang bisa kalian mengenali-Nya dengan itu?” 

Mereka menjawab, “Iya.” 

Lalu Allah menyingkap betis-Nya. Tidak tersisa siapa saja yang dahulu bersujud kepada Allah dari dorongan hatinya sendiri kecuali Allah izikan kepadanya untuk bersujud. Dan tidak tersisa siapa saja yang dulunya bersujud karena melindungi diri dari tebasan pedang atau karena ria kecuali Allah jadikan punggungnya satu ruas. Setiap kali dia hendak sujud, dia tersungkur di atas tengkuknya. Kemudian mereka mengangkat kepala mereka dan ternyata Allah telah berubah bentuknya dari yang mereka lihat pertama kali. 

Lalu Allah berkata, “Aku adalah Rabb kalian.” 

Mereka berkata, “Engkau adalah Rabb kami.” 

Kemudian jembatan dibentangkan di atas neraka jahanam dan diperkenankan syafaat. 

Mereka (para rasul) berkata, “Ya Allah, selamatkan, selamatkan.” 

قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا الۡجِسۡرُ؟ قَالَ: (دَحۡضٌ مَزِلَّةٌ: فِيهِ خَطَاطِيفُ وَكَلَالِيبُ وَحَسَكٌ. تَكُونُ بِنَجۡدٍ فِيهَا شُوَيۡكَةٌ يُقَالُ لَهَا السَّعۡدَانُ، فَيَمُرُّ الۡمُؤۡمِنُونَ: كَطَرۡفِ الۡعَيۡنِ، وَكَالۡبَرۡقِ، وَكَالرِّيحِ، وَكَالطَّيۡرِ، وَكَأَجَاوِيدِ الۡخَيۡلِ وَالرِّكَابِ، فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ، وَمَخۡدُوشٌ مُرۡسَلٌ، وَمَكۡدُوسٌ فِي نَارِ جَهَنَّمَ. حَتَّى إِذَا خَلَصَ الۡمُؤۡمِنُونَ مِنَ النَّارِ. 

Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana jembatan itu?” 

Beliau bersabda, “Amat sangat licin. Di atasnya ada banyak besi-besi pengait dan tanaman berduri yang biasa ada di Najd memiliki duri-duri kecil. Tanaman itu dinamai Sa’dan. Orang-orang mukmin yang melewati jembatan itu ada yang seperti kejapan mata, ada yang seperti kilat, ada yang seperti angin, ada yang seperti burung, ada yang seperti kuda pacu dan onta yang bagus. Sehingga ada yang berhasil menyeberang dengan selamat, ada yang berhasil menyeberang dalam keadaan terluka, dan ada yang terpelanting masuk ke neraka jahanam. Hingga orang-orang mukmin selamat dari neraka.” 

فَوَالَّذِي نَفۡسِي بِيَدِهِ، مَا مِنۡكُمۡ مِنۡ أَحَدٍ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً لِلهِ، فِي اسۡتِقۡصَاءِ الۡحَقِّ، مِنَ الۡمُؤۡمِنِينَ لِلهِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ لِإِخۡوَانِهِمُ الَّذِينَ فِي النَّارِ، يَقُولُونَ: رَبَّنَا، كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ، فَيُقَالُ لَهُمۡ: أَخۡرِجُوا مَنۡ عَرَفۡتُمۡ، فَتُحَرَّمُ صُوَرُهُمۡ عَلَى النَّارِ. فَيُخۡرِجُونَ خَلۡقًا كَثِيرًا قَدِ أَخَذَتِ النَّارُ إِلَى نِصۡفِ سَاقَيۡهِ وَإِلَى رُكۡبَتَيۡهِ، ثُمَّ يَقُولُونَ: رَبَّنَا، مَا بَقِيَ فِيهَا أَحَدٌ مِمَّنۡ أَمَرۡتَنَا بِهِ، فَيَقُولُ: ارۡجِعُوا، فَمَنۡ وَجَدۡتُمۡ فِي قَلۡبِهِ مِثۡقَالَ دِينَارٍ مِنۡ خَيۡرٍ فَأَخۡرِجُوهُ، فَيُخۡرِجُونَ خَلۡقًا كَثِيرًا، ثُمَّ يَقُولُونَ: رَبَّنَا، لَمۡ نَذَرۡ فِيهَا أَحَدًا مِمَّنۡ أَمَرۡتَنَا. ثُمَّ يَقُولُ: ارۡجِعُوا، فَمَنۡ وَجَدۡتُمۡ فِي قَلۡبِهِ مِثۡقَالَ نِصۡفِ دِينَارٍ مِنۡ خَيۡرٍ فَأَخۡرِجُوهُ، فَيُخۡرِجُونَ خَلۡقًا كَثِيرًا. ثُمَّ يَقُولُونَ: رَبَّنَا لَمۡ نَذَرۡ فِيهَا مِمَّنۡ أَمَرۡتَنَا أَحَدًا، ثُمَّ يَقُولُ: ارۡجِعُوا فَمَنۡ وَجَدۡتُمۡ فِي قَلۡبِهِ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ مِنۡ خَيۡرٍ فَأَخۡرِجُوهُ، فَيُخۡرِجُونَ خَلۡقًا كَثِيرًا، ثُمَّ يَقُولُونَ: رَبَّنَا، لَمۡ نَذَرۡ فِيهَا خَيۡرًا). 

Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah salah seorang dari kalian lebih sangat memohon kepada Allah untuk menuntut suatu hak daripada permohonan seorang mukmin kepada Allah pada hari kiamat untuk saudara-saudara mereka yang berada di dalam neraka. 

Mereka berkata, “Ya Rabb kami, saudara-saudara kami. Dahulu mereka saum bersama kami, salat, dan juga berhaji.” 

Dikatakan kepada mereka, “Keluarkanlah oleh kalian siapa saja yang kalian kenal.” 

Maka tubuh-tubuh mereka dilindungi dari api neraka. Mereka mengeluarkan banyak orang yang telah dilalap api neraka hingga tengah betisnya dan hingga dua lututnya. 

Mereka berkata, “Wahai Rabb kami, tidak tersisa seorang pun di dalam neraka dari kalangan orang-orang yang telah Engkau perintahkan kami untuk mengeluarkannya.” 

Kemudian Allah berkata, “Kembalilah kalian. Siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya ada kebaikan seberat setengah dinar, maka keluarkan dia.” 

Lalu mereka mengeluarkan banyak orang, kemudian berkata, “Wahai Rabb kami, kami tidak meninggalkan seorang pun di dalam neraka dari kalangan orang-orang yang telah Engkau perintahkan kami untuk mengeluarkannya.” 

Kemudian Allah berkata, “Kembalilah kalian. Siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya ada kebaikan seberat zarah, maka keluarkan dia.” 

Lalu mereka mengeluarkan banyak orang, kemudian berkata, “Wahai Rabb kami, kami tidak meninggalkan pemilik kebaikan di dalam neraka.” 

وَكَانَ أَبُو سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيُّ يَقُولُ: إِنۡ لَمۡ تُصَدِّقُونِي بِهَٰذَا الۡحَدِيثِ فَاقۡرَءُوا إِنۡ شِئۡتُمۡ: ﴿إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَظۡلِمُ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ ۖ وَإِن تَكُ حَسَنَةً يُضَـٰعِفۡهَا وَيُؤۡتِ مِن لَّدُنۡهُ أَجۡرًا عَظِيمًا ۝٤٠﴾ [النساء: ٤٠] (فَيَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: شَفَعَتِ الۡمَلَائِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الۡمُؤۡمِنُونَ. وَلَمۡ يَبۡقَ إِلَّا أَرۡحَمُ الرَّاحِمِينَ، فَيَقۡبِضُ قَبۡضَةً مِنَ النَّارِ فَيُخۡرِجُ مِنۡهَا قَوۡمًا لَمۡ يَعۡمَلُوا خَيۡرًا قَطُّ، قَدۡ عَادُوا حُمَمًا، فَيُلۡقِيهِمۡ فِي نَهَرٍ فِي أَفۡوَاهِ الۡجَنَّةِ يُقَالُ لَهُ نَهَرُ الۡحَيَاةِ، فَيَخۡرُجُونَ كَمَا تَخۡرُجُ الۡحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيۡلِ. أَلَا تَرَوۡنَهَا تَكُونُ إِلَى الۡحَجَرِ أَوۡ إِلَى الشَّجَرِ. مَا يَكُونُ إِلَى الشَّمۡسِ أُصَيۡفِرُ وَأُخَيۡضِرُ، وَمَا يَكُونُ مِنۡهَا إِلَى الظِّلِّ يَكُونُ أَبۡيَضَ؟). 

Ketika itu, Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Jika kalian tidak membenarkanku dengan hadis ini, silakan baca ayat yang artinya: Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarah, dan jika ada kebajikan sebesar zarah, niscaya Allah akan melipat gandakannya.” (QS. An-Nisa`: 40). 

Allah azza wajalla berkata, “Para malaikat telah memberikan syafaat, para nabi telah memberikan syafaat, dan orang-orang yang beriman telah memberikan syafaat. Tidak tersisa lagi kecuali syafaat Yang Maha Penyayang.” 

Lalu Dia menggenggam satu genggaman dari neraka, lalu Dia mengeluarkan kaum-kaum yang belum mengamalkan kebaikan sama sekali dan telah menjadi arang, lalu mereka dimasukkan ke dalam suatu sungai di mulut janah. Sungai itu disebut sungai kehidupan. Lalu mereka keluar sebagaimana biji-bijian tumbuh di endapan aliran air. Bukankah kalian melihatnya ada di dekat batu dan di dekat pohon? Bagian tumbuhan yang menghadap matahari berwarna kuning hijau, dan bagian tumbuhan yang berada di bawah bayangan berwarna putih. 

فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، كَأَنَّكَ كُنۡتَ تَرۡعَى بِالۡبَادِيَةِ. قَالَ: (فَيَخۡرُجُونَ كَاللُّؤۡلُؤِ فِي رِقَابِهِمُ الۡخَوَاتِمُ، يَعۡرِفُهُمۡ أَهۡلُ الۡجَنَّةِ، هَٰؤُلَاءِ عُتَقَاءُ اللهِ الَّذِينَ أَدۡخَلَهُمُ اللهُ الۡجَنَّةَ بِغَيۡرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ وَلَا خَيۡرٍ قَدَّمُوهُ. ثُمَّ يَقُولُ: ادۡخُلُوا الۡجَنَّةَ فَمَا رَأَيۡتُمُوهُ فَهُوَ لَكُمۡ، فَيَقُولُونَ: رَبَّنَا، أَعۡطَيۡتَنَا مَا لَمۡ تُعۡطِ أَحَدًا مِنَ الۡعَالَمِينَ، فَيَقُولُ: لَكُمۡ عِنۡدِي أَفۡضَلُ مِنۡ هَٰذَا، فَيَقُولُونَ: يَا رَبَّنَا، أَيُّ شَيۡءٍ أَفۡضَلُ مِنۡ هَٰذَا؟ فَيَقُولُ: رِضَايَ، فَلَا أَسۡخَطُ عَلَيۡكُمۡ بَعۡدَهُ أَبَدًا). 

Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, seakan-akan engkau dahulu terbiasa menggembala di padang belantara.” 

Rasulullah bersabda, “Mereka keluar (dari sungai) seakan-akan mutiara, di leher-leher mereka diberi tanda cincin yang dikenali oleh penduduk janah bahwa mereka ini adalah orang-orang yang dibebaskan oleh Allah. Allah memasukkan mereka ke janah dengan tanpa amal yang mereka kerjakan, juga tanpa kebaikan yang mereka persembahkan.” 

Kemudian Allah berkata, “Masuklah kalian ke dalam janah. Apa saja yang kalian lihat, maka itu untuk kalian.” 

Mereka berkata, “Wahai Rabb kami, Engkau telah memberi kami semua yang tidak Engkau berikan kepada seorang pun di alam semesta ini.” 

Kemudian Allah berkata, “Di sisiku ada yang lebih afdal daripada ini untuk kalian.” 

Mereka berkata, “Wahai Rabb kami, apa sesuatu yang lebih afdal daripada ini?” 

Allah berkata, “Keridaan-Ku. Maka Aku tidak murka terhadap kalian lagi setelah ini selama-lamanya.” 

قَالَ مُسۡلِمٌ قَرَأۡتُ عَلَى عِيسَى بۡنِ حَمَّادٍ زُغۡبَةَ الۡمِصۡرِيِّ هَٰذَا الۡحَدِيثَ فِي الشَّفَاعَةِ وَقُلۡتُ لَهُ: أُحَدِّثُ بِهَٰذَا الۡحَدِيثِ عَنۡكَ أَنَّكَ سَمِعۡتَ مِنَ اللَّيۡثِ بۡنِ سَعۡدٍ؟ فَقَالَ: نَعَمۡ. قُلۡتُ لِعِيسَى بۡنِ حَمَّادٍ: أَخۡبَرَكُمُ اللَّيۡثُ بۡنُ سَعۡدٍ، عَنۡ خَالِدِ بۡنِ يَزِيدَ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ أَسۡلَمَ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ: أَنَّهُ قَالَ: قُلۡنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، أَنَرَى رَبَّنَا؟ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (هَلۡ تُضَارُّونَ فِي رُؤۡيَةِ الشَّمۡسِ إِذَا كَانَ يَوۡمٌ صَحۡوٌ؟) قُلۡنَا: لَا... وَسُقۡتُ الۡحَدِيثَ حَتَّى انۡقَضَىٰ آخِرُهُ وَهُوَ نَحۡوُ حَدِيثِ حَفۡصِ بۡنِ مَيۡسَرَةَ. وَزَادَ بَعۡدَ قَوۡلِهِ: بِغَيۡرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ وَلَا قَدَمٍ قَدَّمُوهُ: (فَيُقَالُ لَهُمۡ: لَكُمۡ مَا رَأَيۡتُمۡ وَمِثۡلُهُ مَعَهُ). 

Muslim berkata: Aku membaca hadis ini di hadapan ‘Isa bin Hammad Zughbah Al-Mishri tentang syafaat. 

Aku berkata kepadanya, “Aku menceritakan hadis ini darimu, bahwa engkau mendengar dari Al-Laits bin Sa’d?” 

Beliau menjawab, “Iya.” 

Aku berkata kepada ‘Isa bin Hammad: Al-Laits bin Sa’d mengabarkan kepada kalian dari Khalid bin Yazid, dari S’aid bin Abu Hilal, dari Zaid bin Aslam, dari ‘Atha` bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa beliau berkata: 

Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami akan melihat Rabb kami?” 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian kesulitan melihat matahari apabila hari cerah?” 

Kami menjawab, “Tidak.” 

Aku menceritakan hadis hingga akhir dan hadis tersebut seperti hadis Hafsh bin Maisarah. Beliau menambahkan setelah sabda beliau: Tanpa amal yang mereka kerjakan dan sesuatu yang mereka persembahkan, “Lalu ada yang berkata kepada mereka: Untuk kalian apa yang kalian lihat dan semisal itu bersamanya.” 

قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: بَلَغَنِي أَنَّ الۡجِسۡرَ أَدَقُّ مِنَ الشَّعۡرَةِ وَأَحَدُّ مِنَ السَّيۡفِ. 

وَليۡسَ فِي حَدِيثِ اللَّيۡثِ: (فَيَقُولُونَ: رَبَّنَا أَعۡطَيۡتَنَا مَا لَمۡ تُعۡطِ أَحَدًا مِنَ الۡعَالَمِينَ وَمَا بَعۡدَهُ). فَأَقَرَّ بِهِ عِيسَى بۡنُ حَمَّادٍ. 


Abu Sa’id berkata: Telah sampai kepadaku bahwa jembatan itu lebih tipis daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang. 

Di dalam hadis Al-Laits tidak ada kalimat: “Mereka berkata: Wahai Rabb kami, Engkau telah memberi kepada kami semua yang tidak Engkau berikan kepada seorang pun di alam semesta,” dan kalimat setelahnya. Namun ‘Isa bin Hammad menetapkan kalimat tersebut. 

٣٠٣ - (...) - وَحَدَّثَنَاهُ أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا جَعۡفَرُ بۡنُ عَوۡنٍ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بۡنُ سَعۡدٍ: حَدَّثَنَا زَيۡدُ بۡنُ أَسۡلَمَ، بِإِسۡنَادِهِمَا... نَحۡوَ حَدِيثِ حَفۡصِ بۡنِ مَيۡسَرَةَ إِلَى آخِرِهِ. وَقَدۡ زَادَ وَنَقَصَ شَيۡئًا. 

303. Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakannya kepada kami: Ja’far bin ‘Aun menceritakan kepada kami: Hisyam bin Sa’d menceritakan kepada kami: Zaid bin Aslam menceritakan kepada kami dengan sanad keduanya… semisal hadis Hafsh bin Maisarah hingga akhirnya. Beliau menambah dan mengurangi sebagiannya.