Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4635 dan 4636

١٠ – بَابٌ ﴿لَا يَنۡفَعُ نَفۡسًا إِيمَانُهَا لَمۡ تَكُنۡ آمَنَتۡ مِنۡ قَبۡلُ﴾ ۝١٥٨
10. Bab “Tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu” (QS. Al-An’am: 158)


٤٦٣٥ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَاحِدِ: حَدَّثَنَا عُمَارَةُ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرۡعَةَ: حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطۡلُعَ الشَّمۡسُ مِنۡ مَغۡرِبِهَا، فَإِذَا رَآهَا النَّاسُ آمَنَ مَنۡ عَلَيۡهَا، فَذَاكَ حِينَ: ﴿لَا يَنۡفَعُ نَفۡسًا إِيمَانُهَا لَمۡ تَكُنۡ آمَنَتۡ مِنۡ قَبۡلُ﴾ [١٥٨]). [طرفه في: ٨٥]. 

4635. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahid menceritakan kepada kami: ‘Umarah menceritakan kepada kami: Abu Zur’ah menceritakan kepada kami: Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Hari kiamat tidak terjadi hingga matahari terbit dari tempat tenggelamnya. Apabila orang-orang telah melihatnya, maka siapa saja yang di atas muka bumi ini akan beriman. Itulah saat tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu. (QS. Al-An’am: 158).” 

٤٦٣٦ - حَدَّثَنِي إِسۡحَاقُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنۡ هَمَّامٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطۡلُعَ الشَّمۡسُ مِنۡ مَغۡرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتۡ وَرَآهَا النَّاسُ آمَنُوا أَجۡمَعُونَ، وَذٰلِكَ حِينَ لَا يَنۡفَعُ نَفۡسًا إِيمَانُهَا) ثُمَّ قَرَأَ الۡآيَةَ‏.‏ [طرفه في: ٨٥]. 

4636. Ishaq telah menceritakan kepadaku: ‘Abdurrazzaq mengabarkan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Hammam, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi hingga matahari terbit dari tempat gurubnya. Apabila matahari telah terbit dan orang-orang telah melihatnya, mereka seluruhnya akan beriman. Itulah saatnya tidak bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri.” Kemudian beliau membaca ayat itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1852

٢٢ - بَابُ الۡحَجِّ وَالنُّذُورِ عَنِ الۡمَيِّتِ، وَالرَّجُلُ يَحُجُّ عَنِ الۡمَرۡأَةِ
22. Bab haji dan nazar atas nama orang yang sudah meninggal; serta seseorang berhaji atas nama seorang wanita


١٨٥٢ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنۡ أَبِي بِشۡرٍ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ امۡرَأَةً مِنۡ جُهَيۡنَةَ، جَاءَتۡ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَتۡ: إِنَّ أُمِّي نَذَرَتۡ أَنۡ تَحُجَّ، فَلَمۡ تَحُجَّ حَتَّى مَاتَتۡ، أَفَأَحُجُّ عَنۡهَا؟ قَالَ: (نَعَمۡ، حُجِّي عَنۡهَا، أَرَأَيۡتِ لَوۡ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيۡنٌ أَكُنۡتِ قَاضِيَةً؟ اقۡضُوا اللهَ، فَاللهُ أَحَقُّ بِالۡوَفَاءِ). [الحديث ١٨٥٢ – طرفاه في: ٦٦٩٩، ٧٣١٥]. 

1852. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami dari Abu Bisyr, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—bahwa seorang wanita dari Juhainah datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seraya berkata, “Sesungguhnya ibuku telah bernazar untuk berhaji. Namun beliau belum sempat haji sampai meninggal. Apakah aku boleh berhaji atas namanya?” 

Nabi bersabda, “Iya, berhajilah atas namanya. Apa pendapatmu andai ibumu memiliki hutang, apakah engkau akan melunasinya? Tunaikan hak Allah karena hak Allah lebih berhak untuk ditunaikan.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3608 dan 3609

٣٦٠٨ - حَدَّثَنَا الۡحَكَمُ بۡنُ نَافِعٍ: حَدَّثَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَقۡتَتِلَ فِئَتَانِ دَعۡوَاهُمَا وَاحِدَةٌ). [طرفه في: ٨٥]. 

3608. Al-Hakam bin Nafi’ telah menceritakan kepada kami: Syu’aib menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Abu Salamah mengabarkan kepadaku bahwa Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Hari kiamat tidak terjadi hingga dua kelompok akan saling memerangi padahal seruan keduanya adalah sama.” 

٣٦٠٩ - حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنۡ هَمَّامٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَقۡتَتِلَ فِئَتَانِ، فَيَكُونَ بَيۡنَهُمَا مَقۡتَلَةٌ عَظِيمَةٌ، دَعۡوَاهُمَا وَاحِدَةٌ، وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبۡعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ، قَرِيبًا مِنۡ ثَلَاثِينَ، كُلُّهُمۡ يَزۡعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللهِ). [طرفه في: ٨٥]. 

3609. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepadaku: ‘Abdurrazzaq menceritakan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Hammam, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi hingga ada dua kelompok saling bertempur hingga banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak padahal seruan kedua belah pihak itu sama. Hari kiamat tidak akan terjadi hingga dajal para pendusta akan dibangkitkan. Jumlahnya hampir tiga puluh. Mereka semuanya mengaku bahwa dia adalah rasul Allah.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1412

١٤١٢ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ: حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكۡثُرَ فِيكُمُ الۡمَالُ، فَيَفِيضَ، حَتَّى يُهِمَّ رَبَّ الۡمَالِ مَنۡ يَقۡبَلُ صَدَقَتَهُ، وَحَتَّى يَعۡرِضَهُ، فَيَقُولَ الَّذِي يَعۡرِضُهُ عَلَيۡهِ: لَا أَرَبَ لِي). [طرفه في: ٨٥]. 

1412. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami: Abu Az-Zinad menceritakan kepada kami dari ‘Abdurrahman, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Hari kiamat tidak terjadi hingga harta menjadi banyak di tengah-tengah kalian hingga melimpah ruah. Sampai-sampai pemilik harta khawatir tidak ada yang mau menerima sedekahnya, hingga ia menawarkan hartanya lalu orang yang ditawarinya berkata: Aku tidak membutuhkannya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1036

٢٦ - بَابُ مَا قِيلَ فِي الزَّلَازِلِ وَالۡآيَاتِ
26. Bab apa yang dikatakan tentang gempa dan tanda-tanda hari kiamat


١٠٣٦ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ قَالَ: أَخۡبَرَنَا أَبُو الزِّنَادِ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقۡبَضَ الۡعِلۡمُ، وَتَكۡثُرَ الزَّلَازِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتَظۡهَرَ الۡفِتَنُ، وَيَكۡثُرَ الۡهَرۡجُ - وَهُوَ الۡقَتۡلُ الۡقَتۡلُ - حَتَّى يَكۡثُرَ فِيكُمُ الۡمَالُ فَيَفِيضُ). [طرفه في: ٨٥]. 

1036. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’aib mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Abu Az-Zinad mengabarkan kepada kami dari ‘Abdurrahman Al-A’raj, dari Abu Hurairah. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Hari kiamat tidak terjadi hingga ilmu agama ini dicabut, sering terjadi gempa, zaman saling mendekat, cobaan dan ujian merebak, banyak terjadi al-harj—yaitu pembunuhan-pembunuhan—hingga harta menjadi banyak di tengah-tengah kalian sampai melimpah ruah.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6665 dan 6666

٦٦٦٥ - حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ الۡهَيۡثَمِ - أَوۡ مُحَمَّدٌ عَنۡهُ - عَنِ ابۡنِ جُرَيۡجٍ قَالَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ شِهَابٍ يَقُولُ: حَدَّثَنِي عِيسَى بۡنُ طَلۡحَةَ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَمۡرِو بۡنِ الۡعَاصِ حَدَّثَهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ بَيۡنَمَا هُوَ يَخۡطُبُ يَوۡمَ النَّحۡرِ إِذۡ قَامَ إِلَيۡهِ رَجُلٌ فَقَالَ: كُنۡتُ أَحۡسِبُ - يَا رَسُولَ اللهِ - كَذَا وَكَذَا قَبۡلَ كَذَا وَكَذَا، ثُمَّ قَامَ آخَرُ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، كُنۡتُ أَحۡسِبُ كَذَا وَكَذَا، لِهَٰؤُلَاءِ الثَّلَاثِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (افۡعَلۡ وَلَا حَرَجَ) لَهُنَّ كُلِّهِنَّ يَوۡمَئِذٍ، فَمَا سُئِلَ يَوۡمَئِذٍ عَنۡ شَىۡءٍ إِلَّا قَالَ: (افۡعَلۡ وَلَا حَرَجَ). [طرفه في: ٨٣]. 

6665. ‘Utsman bin Al-Haitsam telah menceritakan kepada kami. Atau Muhammad yang menceritakan kepada kami darinya. Dari Ibnu Juraij. Beliau berkata: Aku mendengar Ibnu Syihab berkata: ‘Isa bin Thalhah menceritakan kepadaku: Bahwa ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash menceritakan kepadanya: 

Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika berkhotbah pada hari nahar, tiba-tiba ada seorang pria bangkit menuju beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah, tadinya aku mengira ibadah ini dan ini dilakukan sebelum ibadah ini dan ini.” 

Kemudian pria lain berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, tadinya aku mengira ibadah ini dan ini.” Yakni pada perihal tiga ibadah haji ini (menggundul, menyembelih, dan melempar). 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kerjakan! Tidak masalah.” Yakni pada ketiga ibadah itu semua pada hari itu. 

Tidaklah beliau ditanya pada hari itu tentang sesuatu kecuali beliau bersabda, “Kerjakan! Tidak masalah.” 

٦٦٦٦ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ يُونُسَ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرٍ: عَنۡ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ بۡنِ رُفَيۡعٍ، عَنۡ عَطَاءٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ ﷺ: زُرۡتُ قَبۡلَ أَنۡ أَرۡمِيَ؟ قَالَ: (لَا حَرَجَ). قَالَ آخَرُ: حَلَقۡتُ قَبۡلَ أَنۡ أَذۡبَحَ؟ قَالَ: (لَا حَرَجَ). قَالَ آخَرُ: ذَبَحۡتُ قَبۡلَ أَنۡ أَرۡمِيَ؟ قَالَ: (لَا حَرَجَ). [طرفه في: ٨٤]. 

6666. Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami: Abu Bakr menceritakan kepada kami dari ‘Abdul ‘Aziz bin Rufai’, dari ‘Atha`, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: 

Seseorang berkata kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Aku tawaf (ziarah) sebelum berjamrah.” 

Nabi bersabda, “Tidak masalah.” 

Yang lain berkata, “Aku menggundul sebelum menyembelih.” 

Nabi bersabda, “Tidak masalah.” 

Yang lain berkata, “Aku menyembelih sebelum berjamrah.” 

Nabi bersabda, “Tidak masalah.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7032

٣٧ - بَابُ الۡقَدَحِ فِي النَّوۡمِ
37. Bab (mimpi) mangkuk dalam tidur


٧٠٣٢ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ حَمۡزَةَ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (بَيۡنَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ، فَشَرِبۡتُ مِنۡهُ، ثُمَّ أَعۡطَيۡتُ فَضۡلِي عُمَرَ بۡنَ الۡخَطَّابِ). قَالُوا: فَمَا أَوَّلۡتَهُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (الۡعِلۡمَ). [طرفه في: ٨٢]. 

7032. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab, dari Hamzah bin ‘Abdullah, dari ‘Abdullah bin ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: 

Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Ketika aku tidur malam, aku (mimpi) dihidangkan semangkuk susu. Aku meminum sebagiannya lalu aku berikan sisa minumku kepada ‘Umar bin Al-Khaththab.” 

Para sahabat bertanya, “Engkau menakwilkannya apa wahai Rasulullah?” 

Rasulullah menjawab, “Ilmu.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7027

٣٤ - بَابٌ إِذَا أَعۡطَى فَضۡلَهُ غَيۡرَهُ فِي النَّوۡمِ
34. Bab apabila memberikan sisa kepada orang lain ketika tidur


٧٠٢٧ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ: أَخۡبَرَنِي حَمۡزَةُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ يَقُولُ: (بَيۡنَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ، فَشَرِبۡتُ مِنۡهُ حَتَّى إِنِّي لَأَرَى الرِّيَّ يَجۡرِي، ثُمَّ أَعۡطَيۡتُ فَضۡلَهُ عُمَرَ). قَالُوا: فَمَا أَوَّلۡتَهُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (الۡعِلۡمُ). [طرفه في: ٨٢]. 

7027. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab: Hamzah bin ‘Abdullah bin ‘Umar mengabarkan kepadaku bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan: 

Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Ketika aku tidur malam, aku (mimpi) dihidangkan semangkuk susu. Aku meminumnya hingga aku benar-benar melihat cairan mengalir. Kemudian aku memberikan sisanya kepada ‘Umar.” 

Para sahabat bertanya, “Engkau menakwilkannya apa wahai Rasulullah?” 

Rasulullah menjawab, “Ilmu.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7007

١٦ - بَابٌ إِذَا جَرَى اللَّبَنُ فِي أَطۡرَافِهِ أَوۡ أَظَافِيرِهِ
16. Bab apabila susu mengalir di anggota badannya atau kuku-kukunya


٧٠٠٧ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنۡ صَالِحٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ: حَدَّثَنِي حَمۡزَةُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ: أَنَّهُ سَمِعَ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (بَيۡنَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ، فَشَرِبۡتُ مِنۡهُ، حَتَّى إِنِّي لَأَرَى الرِّيَّ يَخۡرُجُ مِنۡ أَطۡرَافِي، فَأَعۡطَيۡتُ فَضۡلِي عُمَرَ بۡنَ الۡخَطَّابِ). فَقَالَ مَنۡ حَوۡلَهُ: فَمَا أَوَّلۡتَ ذٰلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (الۡعِلۡمَ). [طرفه في: ٨٢]. 

7007. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Ya’qub bin Ibrahim menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami dari Shalih, dari Ibnu Syihab: Hamzah bin ‘Abdullah bin ‘Umar menceritakan kepadaku bahwa beliau mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan: 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Ketika aku tidur malam, aku (mimpi) dihidangkan semangkuk susu. Aku minum darinya hingga aku benar-benar melihat cairan itu keluar dari anggata badanku. Lalu aku memberikan sisa minumku kepada ‘Umar bin Al-Khaththab.” 

Orang di sekeliling beliau bertanya, “Engkau menakwilkan itu apa wahai Rasulullah?” 

Rasulullah menjawab, “Ilmu.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7006

١٥ - بَابُ اللَّبَنِ
15. Bab susu


٧٠٠٦ - حَدَّثَنَا عَبۡدَانُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ: أَخۡبَرَنِي حَمۡزَةُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: أَنَّ ابۡنَ عُمَرَ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: بَيۡنَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ، فَشَرِبۡتُ مِنۡهُ، حَتَّى إِنِّي لَأَرَى الرِّيَّ يَخۡرُجُ مِنۡ أَظۡفَارِي، ثُمَّ أَعۡطَيۡتُ فَضۡلِي – يَعۡنِي – عُمَرَ)‏.‏ قَالُوا: فَمَا أَوَّلۡتَهُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (الۡعِلۡمَ). [طرفه في: ٨٢]. 

7006. ‘Abdan telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Yunus mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri: Hamzah bin ‘Abdullah mengabarkan kepadaku bahwa Ibnu ‘Umar mengatakan: 

Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Ketika aku sedang tidur malam, aku (mimpi) dihidangkan semangkuk susu. Aku minum darinya hingga aku benar-benar melihat cairan itu keluar dari kuku-kukuku. Kemudian aku memberikan sisa minumku.” Yakni kepada ‘Umar. 

Para sahabat bertanya, “Engkau menakwilkannya apa wahai Rasulullah?” 

Rasulullah menjawab, “Ilmu.”

Shahih Al-Bukhari - 9. Kitab Waktu-waktu Salat

Kitab Waktu-waktu Salat

1. Bab waktu-waktu salat dan keutamaannya
2. Bab firman Allah taala yang artinya, “Dengan kembali bertobat kepada-Nya, dan bertakwalah kepada-Nya, tegakkan salat, dan janganlah kalian termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Ar-Rum: 31)
3. Bab baiat untuk menegakkan salat
4. Bab salat adalah kafarat (penghapus dosa)
5. Bab keutamaan salat pada waktunya
6. Bab salat lima waktu adalah kafarat
7. Bab penyia-nyiaan salat dari waktunya
8. Bab orang yang salat bermunajat kepada Allah azza wajalla
9. Bab mengakhirkan shalat zhuhur sampai dingin disebabkan cuaca yang sangat panas
10. Bab menangguhkan salat Zuhur hingga suhu agak dingin ketika safar
11. Bab waktu Zuhur ketika matahari mulai turun
12. Bab mengundurkan salat Zuhur hingga waktu Asar
13. Bab waktu Asar
15. Bab dosa orang yang terluput salat Asar
16. Bab barang siapa yang meninggalkan salat Asar
17. Bab keutamaan salat Asar
18. Bab barang siapa yang sempat mengerjakan satu rakaat salat Asar sebelum matahari gurub
19. Bab waktu magrib
20. Bab barang siapa membenci Magrib disebut Isya
21. Bab penyebutan Isya dan ‘atamah, serta barang siapa yang memandangnya perkara yang bisa ditoleransi
22. Bab waktu Isya apabila orang-orang sudah berkumpul atau mereka menunda-nunda
23. Bab keutamaan Isya
24. Bab Dibencinya Tidur sebelum 'Isya`
25. Bab tidur sebelum Isya bagi orang yang tertidur
26. Bab waktu Isya hingga pertengahan malam
27. Bab keutamaan salat Subuh
28. Bab waktu fajar
29. Bab barang siapa yang sempat mengerjakan satu rakaat salat Subuh
30. Bab barangsiapa mendapatkan satu raka'at shalat
31. Bab salat setelah Subuh hingga matahari tinggi
32. Bab jangan menyengaja shalat sebelum tenggelam matahari
33. Bab barang siapa yang tidak benci salat kecuali setelah Asar atau Subuh
34. Bab salat yang boleh dilakukan setelah salat Asar berupa salat yang terluput dan semisalnya
35. Bab segera mengawalkan pelaksanaan salat ketika cuaca mendung
36. Bab azan setelah waktunya lewat
37. Bab barang siapa salat berjemaah mengimami orang-orang setelah waktunya lewat
38. Bab barang siapa lupa salat, maka dia salat ketika mengingatnya dan dia tidak mengulang kecuali salat itu
39. Bab mengqada beberapa salat adalah urut dari yang pertama
40. Bab bergadang yang dibenci setelah Isya
41. Bab bergadang untuk mendalami agama dan perkara kebaikan setelah Isya
42. Bab bergadang bersama keluarga dan tamu

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3681

٣٦٨١ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ الصَّلۡتِ أَبُو جَعۡفَرٍ الۡكُوفِيُّ: حَدَّثَنَا ابۡنُ الۡمُبَارَكِ، عَنۡ يُونُسَ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي حَمۡزَةُ، عَنۡ أَبِيهِ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (بَيۡنَا أَنَا نَائِمٌ، شَرِبۡتُ - يَعۡنِي اللَّبَنَ - حَتَّى أَنۡظُرُ إِلَى الرِّيِّ يَجۡرِي فِي ظُفُرِي، أَوۡ فِي أَظۡفَارِي، ثُمَّ نَاوَلۡتُ عُمَرَ). فَقَالُوا: فَمَا أَوَّلۡتَهُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (الۡعِلۡمَ). [طرفه في: ٨٢]. 

3681. Muhammad bin Ash-Shalt Abu Ja’far Al-Kufi telah menceritakan kepadaku: Ibnu Al-Mubarak menceritakan kepada kami dari Yunus, dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Hamzah mengabarkan kepadaku dari ayahnya bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Ketika aku sedang tidur malam, aku (mimpi) minum susu hingga aku melihat cairan mengalir di kukuku atau di kuku-kukuku, kemudian aku memberikannya kepada ‘Umar.” 

Para sahabat bertanya, “Engkau takwilkan apa itu wahai Rasulullah?” 

Beliau menjawab, “Ilmu.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6808

٦ - بَابُ إِثۡمِ الزُّنَاةِ
6. Bab dosa para pezina


وَقَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَلَا يَزۡنُونَ﴾ [الفرقان: ٦٨]. ﴿وَلَا تَقۡرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا﴾ [الإسراء: ٣٢]. 

Dan firman Allah taala yang artinya, “Dan mereka tidak berzina.” (QS. Al-Furqan: 68). “Janganlah kalian mendekati zina karena zina itu merupakan suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra`: 32). 

٦٨٠٨ - أَخۡبَرَنَا دَاوُدُ بۡنُ شَبِيبٍ: حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، عَنۡ قَتَادَةَ: أَخۡبَرَنَا أَنَسٌ قَالَ: لَأُحَدِّثَنَّكُمۡ حَدِيثًا لَا يُحَدِّثُكُمُوهُ أَحَدٌ بَعۡدِي، سَمِعۡتُهُ مِنَ النَّبِيِّ ﷺ، سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (لَا تَقُومُ السَّاعَةُ - وَإِمَّا قَالَ - مِنۡ أَشۡرَاطِ السَّاعَةِ أَنۡ يُرۡفَعَ الۡعِلۡمُ، وَيَظۡهَرَ الۡجَهۡلُ، وَيُشۡرَبَ الۡخَمۡرُ، وَيَظۡهَرَ الزِّنَا، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ، وَيَكۡثُرَ النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِلۡخَمۡسِينَ امۡرَأَةً الۡقَيِّمُ الۡوَاحِدُ). [طرفه في: ١٨١٤]. 

6808. Dawud bin Syabib telah mengabarkan kepada kami: Hammam menceritakan kepada kami dari Qatadah: Anas mengabarkan kepada kami. Beliau mengatakan: Aku benar-benar akan menceritakan kepada kalian suatu hadis yang tidak akan ada seorang pun selainku yang akan menceritakannya kepada kalian. Aku mendengarnya dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi—bisa jadi perawi berkata: Di antara tanda-tanda hari kiamat:—ilmu agama ini diambil, kejahilan merebak, khamar diminum, zina merebak, pria akan sedikit, wanita akan banyak hingga akan terjadi lima puluh wanita diurus oleh satu orang pria.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5577

٥٥٧٧ - حَدَّثَنَا مُسۡلِمُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ: حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: سَمِعۡتُ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ حَدِيثًا لَا يُحَدِّثُكُمۡ بِهِ غَيۡرِي، قَالَ: (مِنۡ أَشۡرَاطِ السَّاعَةِ: أَنۡ يَظۡهَرَ الۡجَهۡلُ، وَيَقِلَّ الۡعِلۡمُ، وَيَظۡهَرَ الزِّنَا، وَتُشۡرَبَ الۡخَمۡرُ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ، وَيَكۡثُرَ النِّسَاءُ، حَتَّى يَكُونَ لِخَمۡسِينَ امۡرَأَةً قَيِّمُهُنَّ رَجُلٌ وَاحِدٌ). [طرفه في: ٨٠]. 

5577. Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami: Hisyam menceritakan kepada kami: Qatadah menceritakan kepada kami dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—, beliau mengatakan: Aku mendengar suatu hadis dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang tidak ada selainku yang akan menceritakan kepada kalian. Beliau bersabda, “Di antara tanda-tanda hari kiamat: kejahilan akan merebak, ilmu agama akan sedikit, zina akan merebak, khamar akan (banyak) diminum, pria akan sedikit, wanita akan banyak hingga akan terjadi lima puluh orang wanita diurus oleh seorang pria.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5231

١١١ - بَابٌ يَقِلُّ الرِّجَالُ وَيَكۡثُرُ النِّسَاءُ
111. Bab pria akan sedikit dan wanita akan banyak


وَقَالَ أَبُو مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: (وَتَرَى الرَّجُلَ الۡوَاحِدَ، تَتۡبَعُهُ أَرۡبَعُونَ امۡرَأَةً يَلُذۡنَ بِهِ، مِنۡ قِلَّةِ الرِّجَالِ، وَكَثۡرَةِ النِّسَاءِ). 

Abu Musa berkata dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Engkau akan melihat satu pria akan diikuti oleh empat puluh wanita yang berlindung kepadanya saking sedikitnya pria dan banyaknya wanita.” 

٥٢٣١ - حَدَّثَنَا حَفۡصُ بۡنُ عُمَرَ الۡحَوۡضِيُّ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: لَأُحَدِّثَنَّكُمۡ حَدِيثًا سَمِعۡتُهُ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ لَا يُحَدِّثُكُمۡ بِهِ أَحَدٌ غَيۡرِي: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (إِنَّ مِنۡ أَشۡرَاطِ السَّاعَةِ أَنۡ يُرۡفَعَ الۡعِلۡمُ، وَيَكۡثُرَ الۡجَهۡلُ، وَيَكۡثُرَ الزِّنَا، وَيَكۡثُرَ شُرۡبُ الۡخَمۡرِ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ، وَيَكۡثُرَ النِّسَاءُ، حَتَّى يَكُونَ لِخَمۡسِينَ امۡرَأَةً الۡقَيِّمُ الۡوَاحِدُ). [طرفه في: ٨٠]. 

5231. Hafsh bin ‘Umar Al-Haudhi telah menceritakan kepada kami: Hisyam menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—, beliau mengatakan: Aku benar-benar akan menceritakan kepada kalian suatu hadis yang aku dengar dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang tidak ada seorang pun selain aku yang akan menceritakan kepada kalian. Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah ilmu agama ini diambil, kebodohan banyak, zina banyak, minum khamar banyak, pria sedikit, wanita banyak, hingga akan terjadi lima puluh wanita akan diurus oleh seorang pria.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6422

٦ - بَابُ الۡعَمَلِ الَّذِي يُبۡتَغَى بِهِ وَجۡهُ اللهِ 
6. Bab amalan yang wajah Allah diharapkan dengannya 


فِيهِ سَعۡدٌ. 

Dalam bab ini, ada hadis Sa’d bin Abu Waqqash. 

٦٤٢٢ - حَدَّثَنَا مُعَاذُ بۡنُ أَسَدٍ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مَحۡمُودُ بۡنُ الرَّبِيعِ، وَزَعَمَ مَحۡمُودٌ أَنَّهُ عَقَلَ رَسُولَ اللهِ ﷺ، وَقَالَ: وَعَقَلَ مَجَّةً مَجَّهَا مِنۡ دَلۡوٍ كَانَتۡ فِي دَارِهِمۡ. [طرفه في: ٧٧]. 

6422. Mu’adz bin Asad telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Mahmud bin Ar-Rabi’ mengabarkan kepadaku. Mahmud menyatakan bahwa beliau mengetahui Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Perawi berkata: Beliau juga ingat akan semburan yang Rasulullah semburkan dengan air dari ember yang ada di rumah mereka.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6354

٦٣٥٤ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ سَعۡدٍ، عَنۡ صَالِحِ بۡنِ كَيۡسَانَ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مَحۡمُودُ بۡنُ الرَّبِيعِ، وَهُوَ الَّذِي مَجَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي وَجۡهِهِ وَهۡوَ غُلَامٌ مِنۡ بِئۡرِهِمۡ. [طرفه في: ٧٧]. 

6354. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepada kami dari Shalih bin Kaisan, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: Mahmud bin Ar-Rabi’ mengabarkan kepadaku. Beliau adalah yang orang yang disembur wajahnya oleh Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dengan air dari sumur mereka ketika dia masih kecil.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1849 dan 1850

٢٠ - بَابُ الۡمُحۡرِمِ يَمُوتُ بِعَرَفَةَ، وَلَمۡ يَأۡمُرِ النَّبِيُّ ﷺ أَنۡ يُؤَدَّى عَنۡهُ بَقِيَّةُ الۡحَجِّ 
20. Bab orang yang berihram meninggal di Arafah dan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak memerintahkan agar sisa manasik hajinya ditunaikan atas namanya 


١٨٤٩ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ دِينَارٍ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: بَيۡنَا رَجُلٌ وَاقِفٌ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ بِعَرَفَةَ، إِذۡ وَقَعَ عَنۡ رَاحِلَتِهِ فَوَقَصَتۡهُ، أَوۡ قَالَ فَأَقۡعَصَتۡهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (اغۡسِلُوهُ بِمَاءٍ وَسِدۡرٍ، وَكَفِّنُوهُ فِي ثَوۡبَيۡنِ - أَوۡ قَالَ: ثَوۡبَيۡهِ - وَلَا تُحَنِّطُوهُ، وَلَا تُخَمِّرُوا رَأۡسَهُ، فَإِنَّ اللهَ يَبۡعَثُهُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ يُلَبِّي). [طرفه في: ١٢٦٥]. 

1849. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari ‘Amr bin Dinar, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Ketika seorang pria sedang wukuf bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di ‘Arafah, tiba-tiba dia jatuh dari tunggangannya sehingga menyebabkan lehernya patah—atau perawi berkata: menyebabkan dia mati seketika—. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Mandikan dia dengan air dan daun bidara! Kafanilah dengan dua lembar kain—atau perawi berkata: dua kainnya—dan jangan kenakan hanuth (wewangian khusus untuk mayat) kepadanya! Jangan kerudungi kepalanya! Karena Allah akan membangkitkannya di hari kiamat dalam keadaan bertalbiah.” 

١٨٥٠ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: بَيۡنَا رَجُلٌ وَاقِفٌ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ بِعَرَفَةَ، إِذۡ وَقَعَ عَنۡ رَاحِلَتِهِ فَوَقَصَتۡهُ، أَوۡ قَالَ: فَأَوۡقَصَتۡهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (اغۡسِلُوهُ بِمَاءٍ وَسِدۡرٍ، وَكَفِّنُوهُ فِي ثَوۡبَيۡنِ، وَلَا تَمَسُّوهُ طِيبًا، وَلَا تُخَمِّرُوا رَأۡسَهُ وَلَا تُحَنِّطُوهُ، فَإِنَّ اللهَ يَبۡعَثُهُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ مُلَبِّيًا). [طرفه في: ١٢٦٥]. 

1850. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Hammad menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Ketika seorang pria sedang wukuf bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di ‘Arafah, tiba-tiba dia jatuh dari tunggangannya sehingga menyebabkan lehernya patah. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Mandikan dia dengan air dan daun bidara, kafanilah dalam dua lembar kain, jangan kenakan wewangian padanya, jangan kerudungi kepalanya, dan jangan kenakan hanuth (wewangian khusus untuk mayat) padanya! Karena Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiah.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 839 dan 840

١٥٤ - بَابُ مَنۡ لَمۡ يَرَ رَدَّ السَّلَامِ عَلَى الۡإِمَامِ، وَاكۡتَفَى بِتَسۡلِيمِ الصَّلَاةِ 
154. Bab barang siapa tidak berpendapat membalas salam kepada imam dan mencukupkan diri dengan ucapan salam dalam salat 


٨٣٩ - حَدَّثَنَا عَبۡدَانُ قَالَ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ قَالَ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مَحۡمُودُ بۡنُ الرَّبِيعِ، وَزَعَمَ أَنَّهُ عَقَلَ رَسُولَ اللهِ ﷺ، وَعَقَلَ مَجَّةً مَجَّهَا مِنۡ دَلۡوٍ كَانَ فِي دَارِهِمۡ. 

839. ‘Abdan telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Mahmud bin Ar-Rabi’ mengabarkan kepadaku. Beliau menyatakan bahwa beliau tahu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan beliau mengingat air yang beliau semburkan dari sebuah ember di rumah mereka. 

٨٤٠ – قَالَ: سَمِعۡتُ عِتۡبَانَ بۡنَ مَالِكٍ الۡأَنۡصَارِيَّ ثُمَّ أَحَدَ بَنِي سَالِمٍ، قَالَ: كُنۡتُ أُصَلِّي لِقَوۡمِي بَنِي سَالِمٍ، فَأَتَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ فَقُلۡتُ: إِنِّي أَنۡكَرۡتُ بَصَرِي، وَإِنَّ السُّيُولَ تَحُولُ بَيۡنِي وَبَيۡنَ مَسۡجِدِ قَوۡمِي، فَلَوَدِدۡتُ أَنَّكَ جِئۡتَ فَصَلَّيۡتَ فِي بَيۡتِي مَكَانًا، حَتَّى أَتَّخِذَهُ مَسۡجِدًا، فَقَالَ: (أَفۡعَلُ إِنۡ شَاءَ اللهُ). فَغَدَا عَلَىَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَبُو بَكۡرٍ مَعَهُ، بَعۡدَ مَا اشۡتَدَّ النَّهَارُ، فَاسۡتَأۡذَنَ النَّبِيُّ ﷺ فَأَذِنۡتُ لَهُ، فَلَمۡ يَجۡلِسۡ حَتَّى قَالَ: (أَيۡنَ تُحِبُّ أَنۡ أُصَلِّيَ مِنۡ بَيۡتِكَ؟) فَأَشَارَ إِلَيۡهِ مِنَ الۡمَكَانِ الَّذِي أَحَبَّ أَنۡ يُصَلِّيَ فِيهِ، فَقَامَ فَصَفَفۡنَا خَلۡفَهُ، ثُمَّ سَلَّمَ وَسَلَّمۡنَا حِينَ سَلَّمَ. [طرفه في: ٤٢٤]. 

840. Mahmud bin Ar-Rabi’ berkata: Aku mendengar ‘Itban bin Malik Al-Anshari kemudian salah satu orang bani Salim. Beliau berkata: 

Aku pernah salat mengimami kaumku, yaitu bani Salim. Lalu aku datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seraya berkata, “Sesungguhnya penglihatanku sudah tidak jelas dan sesungguhnya banjir telah menghalangi antara aku dengan masjid kaumku. Jadi aku sangat ingin agar engkau datang lalu salat di suatu tempat di dalam rumahku sehingga aku akan menjadikannya sebagai tempat salat.” 

Nabi bersabda, “Akan aku lakukan insya Allah.” 

Besoknya, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—beserta Abu Bakr pergi ke tempatku setelah siang hari memanas. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meminta izin untuk masuk lalu aku izinkan beliau. 

Beliau tidak duduk hingga bertanya, “Di bagian rumahmu yang mana engkau suka aku salat?” Beliau menunjuk tempat yang aku inginkan beliau salat di situ. Beliau berdiri dan kami membuat saf di belakang beliau. Selesai salat beliau bersalam dan kami pun bersalam ketika beliau telah bersalam.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4412

٤٤١٢ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ قَزَعَةَ: حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ. وَقَالَ اللَّيۡثُ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، حَدَّثَنِي عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا أَخۡبَرَهُ: أَنَّهُ أَقۡبَلَ يَسِيرُ عَلَى حِمَارٍ، وَرَسُولُ اللهِ ﷺ قَائِمٌ بِمِنًى فِي حَجَّةِ الۡوَدَاعِ يُصَلِّي بِالنَّاسِ، فَسَارَ الۡحِمَارُ بَيۡنَ يَدَىۡ بَعۡضِ الصَّفِّ، ثُمَّ نَزَلَ عَنۡهُ، فَصَفَّ مَعَ النَّاسِ. [طرفه في: ٧٦]. 

4412. Yahya bin Qaza’ah telah menceritakan kepada kami: Malik menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab. Al-Laits berkata: Yunus menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab. ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah menceritakan kepadaku bahwa ‘Abdullah bin ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—mengabarkan kepadanya: Bahwa beliau pernah datang menunggangi keledai ketika Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat di Mina ketika haji wadak mengimami kaum muslimin. Keledai itu berjalan di hadapan sebagian saf kemudian beliau turun darinya lalu masuk saf bersama kaum muslimin.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1857

١٨٥٧ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ: أَخۡبَرَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَخِي ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عَمِّهِ: أَخۡبَرَنِي عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُتۡبَةَ بۡنِ مَسۡعُودٍ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: أَقۡبَلۡتُ وَقَدۡ نَاهَزۡتُ الۡحُلُمَ، أَسِيرُ عَلَى أَتَانٍ لِي، وَرَسُولُ اللهِ ﷺ قَائِمٌ يُصَلِّي بِمِنًى، حَتَّى سِرۡتُ بَيۡنَ يَدَيۡ بَعۡضِ الصَّفِّ الۡأَوَّلِ، ثُمَّ نَزَلۡتُ عَنۡهَا فَرَتَعَتۡ، فَصَفَفۡتُ مَعَ النَّاسِ وَرَاءَ رَسُولِ اللهِ ﷺ. وَقَالَ يُونُسُ، عَنۡ ابۡنِ شِهَابٍ: بِمِنًى فِي حَجَّةِ الۡوَدَاعِ. [طرفه في: ٧٦]. 

1857. Ishaq telah menceritakan kepada kami: Ya’qub bin Ibrahim mengabarkan kepada kami: Keponakan Ibnu Syihab menceritakan kepada kami dari pamannya: ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud mengabarkan kepadaku: Bahwa ‘Abdullah bin ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan: Ketika usiaku mendekati masa ihtilam, aku datang menunggangi keledai betinaku. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sedang berdiri salat di Mina. Hingga ketika aku berjalan di hadapan sebagian saf pertama, aku turun dari keledai itu lalu dia mencari makan sendiri. Aku masuk saf bersama orang-orang di belakang Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Yunus berkata dari Ibnu Syihab: Di Mina ketika haji wadak.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 861

٨٦١ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُتۡبَةَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا أَنَّهُ قَالَ: أَقۡبَلۡتُ رَاكِبًا عَلَى حِمَارٍ أَتَانٍ، وَأَنَا يَوۡمَئِذٍ قَدۡ نَاهَزۡتُ الۡاِحۡتِلَامَ وَرَسُولُ اللهِ ﷺ يُصَلِّي بِالنَّاسِ بِمِنًى إِلَى غَيۡرِ جِدَارٍ، فَمَرَرۡتُ بَيۡنَ يَدَىۡ بَعۡضِ الصَّفِّ، فَنَزَلۡتُ وَأَرۡسَلۡتُ الۡأَتَانَ تَرۡتَعُ، وَدَخَلۡتُ فِي الصَّفِّ، فَلَمۡ يُنۡكِرۡ ذٰلِكَ عَلَىَّ أَحَدٌ. [طرفه في: ٧٦]. 

861. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—bahwa beliau mengatakan: Aku datang menunggang seekor keledai betina. Di hari itu aku mendekati usia ihtilam. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat mengimami kaum muslimin di Mina tidak menghadap ke tembok. Aku lewat di hadapan sebagian saf. Aku turun lalu melepaskan keledai itu mencari makan sendiri. Kemudian aku masuk ke dalam saf dan tidak ada seorangpun yang mengingkari perbuatanku itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 493

٩٠ - بَابٌ سُتۡرَةُ الۡإِمَامِ سُتۡرَةُ مَنۡ خَلۡفَهُ
90. Bab sutrah (pembatas di hadapan orang yang salat) imam adalah sutrah orang di belakangnya 


٤٩٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُتۡبَةَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ: أَقۡبَلۡتُ رَاكِبًا عَلَى حِمَارٍ أَتَانٍ، وَأَنَا يَوۡمَئِذٍ قَدۡ نَاهَزۡتُ الۡاِحۡتِلَامَ، وَرَسُولُ اللهِ ﷺ يُصَلِّي بِالنَّاسِ بِمِنًى إِلَى غَيۡرِ جِدَارٍ، فَمَرَرۡتُ بَيۡنَ يَدَىۡ بَعۡضِ الصَّفِّ، فَنَزَلۡتُ وَأَرۡسَلۡتُ الۡأَتَانَ تَرۡتَعُ، وَدَخَلۡتُ فِي الصَّفِّ، فَلَمۡ يُنۡكِرۡ ذٰلِكَ عَلَىَّ أَحَدٌ. [طرفه في: ٧٦]. 

493. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah, dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, bahwa beliau mengatakan: Aku datang berkendara di atas keledai betina. Saat itu, aku hampir ihtilam. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sedang salat mengimami kaum muslimin di Mina tidak menghadap ke dinding. Aku lewat di hadapan sebagian saf lalu turun dan melepaskan keledai betina itu untuk mencari makan sendiri. Lalu aku masuk ke dalam saf dan tidak ada seorang pun yang mengingkari perbuatanku itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7270

٧٢٧٠ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا وُهَيۡبٌ، عَنۡ خَالِدٍ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: ضَمَّنِي إِلَيۡهِ النَّبِيُّ ﷺ وَقَالَ: (اللّٰهُمَّ عَلِّمۡهُ الۡكِتَابَ). [طرفه في: ٧٥]. 

7270. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Wuhaib menceritakan kepada kami dari Khalid, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendekapkan diriku kepada beliau dan bersabda, “Ya Allah, ajarilah Alquran kepadanya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3756

٢٦ - بَابُ ذِكۡرِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا
26. Bab penyebutan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma


٣٧٥٦ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ، عَنۡ خَالِدٍ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ قَالَ: ضَمَّنِي النَّبِيُّ ﷺ إِلَى صَدۡرِهِ وَقَالَ: (اللّٰهُمَّ عَلِّمۡهُ الۡحِكۡمَةَ). 

حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ: وَقَالَ: (عَلِّمۡهُ الۡكِتَابَ). 

حَدَّثَنَا مُوسَى: حَدَّثَنَا وُهَيۡبٌ، عَنۡ خَالِدٍ، مِثۡلَهُ. [طرفه في: ٧٥]. 

3756. Musaddad telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami dari Khalid, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendekapku ke dadanya dan bersabda, “Ya Allah, ajarkan hikmah kepadanya.” 

Abu Ma’mar menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami: Dan beliau berkata, “Ajarkan Alquran kepadanya.” 

Musa menceritakan kepada kami: Wuhaib menceritakan kepada kami dari Khalid semisal hadis tersebut.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 143

١٠ - بَابُ وَضۡعِ الۡمَاءِ عِنۡدَ الۡخَلَاءِ
10. Bab meletakkan air di dekat tempat buang air


١٤٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بۡنُ الۡقَاسِمِ قَالَ: حَدَّثَنَا وَرۡقَاءُ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي يَزِيدَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ دَخَلَ الۡخَلَاءَ، فَوَضَعۡتُ لَهُ وَضُوءًا قَالَ: (مَنۡ وَضَعَ هَٰذَا؟) فَأُخۡبِرَ، فَقَالَ: (اللّٰهُمَّ فَقِّهۡهُ فِي الدِّينِ). [طرفه في: ٧٥]. 

143. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hasyim bin Al-Qasim menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Warqa` menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah bin Abu Yazid, dari Ibnu ‘Abbas: Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk ke tempat buang air, lalu aku meletakkan air wudu untuk beliau. Beliau bertanya, “Siapa yang meletakkan ini?” Beliau pun diberitahu. Lalu beliau berdoa, “Ya Allah, pahamkanlah dia dalam agama ini.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7478

٧٤٧٨ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا أَبُو حَفۡصٍ عَمۡرٌو: حَدَّثَنَا الۡأَوۡزَاعِيُّ: حَدَّثَنِي ابۡنُ شِهَابٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُتۡبَةَ بۡنِ مَسۡعُودٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّهُ تَمَارَى هُوَ وَالۡحُرُّ بۡنُ قَيۡسِ بۡنِ حِصۡنٍ الۡفَزَارِيُّ فِي صَاحِبِ مُوسَى: أَهُوَ خَضِرٌ؟ فَمَرَّ بِهِمَا أُبَىُّ بۡنُ كَعۡبٍ الۡأَنۡصَارِيُّ، فَدَعَاهُ ابۡنُ عَبَّاسٍ فَقَالَ: إِنِّي تَمَارَيۡتُ أَنَا وَصَاحِبِي هَٰذَا فِي صَاحِبِ مُوسَى الَّذِي سَأَلَ السَّبِيلَ إِلَى لُقِيِّهِ، هَلۡ سَمِعۡتَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَذۡكُرُ شَأۡنَهُ؟ قَالَ: نَعَمۡ، إِنِّي سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: 

7478. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami: Abu Hafsh ‘Amr menceritakan kepada kami: Al-Auza’i menceritakan kepada kami: Ibnu Syihab menceritakan kepadaku dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—bahwa beliau dan Al-Hurr bin Qais bin Hishn Al-Fazari berdebat tentang sahabat Musa apakah dia itu Khadhir. Ubai bin Ka’b Al-Anshari melewati keduanya. 

Ibnu ‘Abbas memanggilnya seraya berkata, “Sesungguhnya aku dan temanku ini berdebat tentang sahabat Musa yang Musa menanyakan jalan untuk menemuinya. Apakah engkau mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyebutkan perihal dia?” 

Ubai berkata: Iya, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, 

(بَيۡنَا مُوسَى فِي مَلَإِ بَنِي إِسۡرَائِيلَ إِذۡ جَاءَهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: هَلۡ تَعۡلَمُ أَحَدًا أَعۡلَمَ مِنۡكَ؟ فَقَالَ مُوسَى: لَا، فَأُوحِيَ إِلَى مُوسَى: بَلَى، عَبۡدُنَا خَضِرٌ، فَسَأَلَ مُوسَى السَّبِيلَ إِلَى لُقِيِّهِ، فَجَعَلَ اللهُ لَهُ الۡحُوتَ آيَةً، وَقِيلَ لَهُ: إِذَا فَقَدۡتَ الۡحُوتَ فَارۡجِعۡ فَإِنَّكَ سَتَلۡقَاهُ، فَكَانَ مُوسَى يَتۡبَعُ أَثَرَ الۡحُوتِ فِي الۡبَحۡرِ، فَقَالَ فَتَى مُوسَى لِمُوسَى: ﴿أَرَأَيۡتَ إِذۡ أَوَيۡنَا إِلَى الصَّخۡرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الۡحُوتَ وَمَا أَنۡسَانِيهِ إِلَّا الشَّيۡطَانُ أَنۡ أَذۡكُرَهُ﴾ [الكهف: ٦٣] قَالَ مُوسَى: ﴿ذٰلِكَ مَا كُنَّا نَبۡغِي فَارۡتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا﴾ [الكهف: ٦٤] فَوَجَدَا خَضِرًا، وَكَانَ مِنۡ شَأۡنِهِمَا مَا قَصَّ اللهُ. [طرفه في: ٧٤]. 

Ketika Musa berada di tengah-tengah bani Israil, tiba-tiba ada seseorang datang kepada beliau seraya bertanya, “Apakah engkau tahu seseorang yang lebih berilmu daripada engkau?” 

Musa menjawab, “Tidak.” 

Lalu diwahyukan kepada Musa, “Ada. Hamba Kami yang bernama Khadhir.” 

Musa menanyakan jalan untuk menemuinya. Allah menjadikan ikan sebagai tanda untuk beliau. 

Dikatakan kepadanya, “Apabila engkau kehilangan ikan itu, maka kembalilah karena engkau akan menjumpainya.” 

Musa mengikuti jejak ikan itu di laut. Murid Musa berkata kepada Musa, “Ingatkah engkau ketika kita berlindung ke sebuah batu, saat itu aku melupakan ikan itu. Tidaklah ada yang melupakan aku untuk menyebutkannya kecuali setan.” (QS. Al-Kahfi: 63). 

Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Maka keduanya kembali menyusuri jejak mereka semula. (QS. Al-Kahfi: 64). Keduanya mendapati Khadhir, lalu cerita tentang mereka berdua seperti yang telah Allah kisahkan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6672

٦٦٧٢ - حَدَّثَنَا الۡحُمَيۡدِيُّ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ دِينَارٍ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ جُبَيۡرٍ، قَالَ: قُلۡتُ لِابۡنِ عَبَّاسٍ فَقَالَ: حَدَّثَنَا أُبَىُّ بۡنُ كَعۡبٍ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ: ﴿لَا تُؤَاخِذۡنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرۡهِقۡنِي مِنۡ أَمۡرِي عُسۡرًا﴾ [الكهف: ٧٣] قَالَ: (كَانَتِ الۡأُولَى مِنۡ مُوسَى نِسۡيَانًا). [طرفه في: ٧٤]. 

6672. Al-Humaidi telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: ‘Amr bin Dinar menceritakan kepada kami: Sa’id bin Jubair mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: Aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, lalu beliau berkata: Ubai bin Ka’b menceritakan kepada kami bahwa beliau mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membaca ayat yang artinya, “Janganlah engkau menghukumku atas kelupaanku dan janganlah engkau menimpakan kesulitan dalam urusanku.” (QS. Al-Kahfi: 73). Beliau bersabda, “Jadi pertanyaan pertama dari Musa (kepada Khadhir) adalah karena lupa.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7162

٧١٦٢ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ قَالَ: سَمِعۡتُ قَتَادَةَ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ قَالَ: لَمَّا أَرَادَ النَّبِيُّ ﷺ أَنۡ يَكۡتُبَ إِلَى الرُّومِ، قَالُوا: إِنَّهُمۡ لَا يَقۡرَءُونَ كِتَابًا إِلَّا مَخۡتُومًا، فَاتَّخَذَ النَّبِيُّ ﷺ خَاتَمًا مِنۡ فِضَّةٍ، كَأَنِّي أَنۡظُرُ إِلَى وَبِيصِهِ، وَنَقۡشُهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ. [طرفه في: ٦٥]. 

7162. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepadaku: Ghundar menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Qatadah dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan: Ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—hendak menulis surat kepada Romawi, para sahabat berkata, “Sesungguhnya mereka tidak mau membaca suatu tulisan kecuali distempel.” Lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membuat sebuah cincin dari perak. Aku masih terbayang kemilaunya cincin itu. Ukiran cincin itu adalah tulisan Muhammad Rasulullah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4726

٣ – بَابٌ قَوۡلُهُ: ﴿فَلَمَّا بَلَغَا مَجۡمَعَ بَيۡنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِى ٱلۡبَحۡرِ سَرَبًا﴾
3. Bab firman Allah yang artinya, “Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.”


مَذۡهَبًا، يَسۡرُبُ يَسۡلُكُ، وَمِنۡهُ: ﴿وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ﴾ [الرعد: ١٠]. 

Sarab artinya jalan. Yasrubu artinya menempuh jalan. Termasuk makna ini adalah ayat yang artinya, “Yang berjalan di siang hari.” (QS. Ar-Ra’d: 10). 

٤٧٢٦ – حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ مُوسَى: أَخۡبَرَنَا هِشَامُ بۡنُ يُوسُفَ: أَنَّ ابۡنَ جُرَيۡجٍ أَخۡبَرَهُمۡ قَالَ: أَخۡبَرَنِي يَعۡلَى بۡنُ مُسۡلِمٍ وَعَمۡرُو بۡنُ دِينَارٍ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، يَزِيدُ أَحَدُهُمَا عَلَى صَاحِبِهِ، وَغَيۡرُهُمَا قَدۡ سَمِعۡتُهُ يُحَدِّثُهُ عَنۡ سَعِيدٍ قَالَ: إِنَّا لَعِنۡدَ ابۡنِ عَبَّاسٍ فِي بَيۡتِهِ، إِذۡ قَالَ: سَلُونِي، قُلۡتُ: أَىۡ أَبَا عَبَّاسٍ، جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ، بِالۡكُوفَةِ رَجُلٌ قَاصٌّ يُقَالُ لَهُ نَوۡفٌ، يَزۡعُمُ أَنَّهُ لَيۡسَ بِمُوسَى بَنِي إِسۡرَائِيلَ، أَمَّا عَمۡرٌو فَقَالَ لِي: قَالَ: قَدۡ كَذَبَ عَدُوُّ اللهِ، وَأَمَّا يَعۡلَى فَقَالَ لِي: قَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: حَدَّثَنِي أُبَىُّ بۡنُ كَعۡبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: 

4726. Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada kami: Hisyam bin Yusuf mengabarkan kepada kami bahwa Ibnu Juraij mengabarkan kepada mereka. Beliau berkata: Ya’la bin Muslim dan ‘Amr bin Dinar mengabarkan kepadaku dari Sa’id bin Jubair. Salah satu dari keduanya menambah riwayat temannya. Juga selain Ya’la dan ‘Amr, aku mendengarnya menceritakan hadis ini dari Sa’id. 

Sa’id berkata: Sesungguhnya kami berada di dekat Ibnu ‘Abbas di dalam rumahnya, ketika beliau berkata, “Bertanyalah kepadaku.” 

Aku berkata, “Wahai Ibnu ‘Abbas, Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu, di Kufah ada seorang tukang cerita yang dipanggil dengan nama Nauf. Dia menyatakan bahwa (Musa yang menyertai Khadhir) bukanlah Musa bani Israil.” 

(Ibnu Juraij berkata,) adapun ‘Amr, dia berkata kepadaku: Ibnu ‘Abbas berkata, “Musuh Allah itu telah berbohong.” Adapun Ya’la, dia berkata kepadaku: Ibnu ‘Abbas berkata: Ubai bin Ka’b menceritakan kepadaku. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, 

(مُوسَى رَسُولُ اللهِ عَلَيۡهِ السَّلَامُ) قَالَ: (ذَكَّرَ النَّاسَ يَوۡمًا، حَتَّى إِذَا فَاضَتِ الۡعُيُونُ، وَرَقَّتِ الۡقُلُوبُ، وَلَّى، فَأَدۡرَكَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: أَىۡ رَسُولَ اللهِ، هَلۡ فِي الۡأَرۡضِ أَحَدٌ أَعۡلَمُ مِنۡكَ؟ قَالَ: لَا، فَعَتَبَ عَلَيۡهِ إِذۡ لَمۡ يَرُدَّ الۡعِلۡمَ إِلَى اللهِ، قِيلَ: بَلَى، قَالَ: أَىۡ رَبِّ، فَأَيۡنَ؟ قَالَ: بِمَجۡمَعِ الۡبَحۡرَيۡنِ، قَالَ: أَىۡ رَبِّ، اجۡعَلۡ لِي عَلَمًا أَعۡلَمُ ذٰلِكَ بِهِ، فَقَالَ لِي عَمۡرٌو: قَالَ: حَيۡثُ يُفَارِقُكَ الۡحُوتُ، وَقَالَ لِي يَعۡلَى: قَالَ: خُذۡ نُونًا مَيِّتًا، حَيۡثُ يُنۡفَخُ فِيهِ الرُّوحُ، فَأَخَذَ حُوتًا فَجَعَلَهُ فِي مِكۡتَلٍ، فَقَالَ لِفَتَاهُ: لَا أُكَلِّفُكَ إِلَّا أَنۡ تُخۡبِرَنِي بِحَيۡثُ يُفَارِقُكَ الۡحُوتُ، قَالَ: مَا كَلَّفۡتَ كَثِيرًا، فَذٰلِكَ قَوۡلُهُ جَلَّ ذِكۡرُهُ: ﴿وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ﴾ [٦٠] يُوشَعَ بۡنِ نُونٍ - لَيۡسَتۡ عَنۡ سَعِيدٍ – 

Musa rasul Allah—‘alaihis salam, Rasulullah melanjutkan—memberi peringatan kepada manusia di suatu hari hingga membuat mata-mata mereka menangis dan hati-hati mereka menjadi lembut. Lalu Musa berbalik pulang. 

Kemudian ada seseorang yang menyusulnya seraya bertanya, “Wahai Rasul Allah, apakah di bumi ini ada seseorang yang lebih beirlmu daripada engkau?” 

Musa menjawab, “Tidak.” 

Allah menegurnya karena tidak mengembalikan ilmu kepada Allah. Maka dikatakan, “Ada.” 

Musa bertanya, “Ya Rabi, di mana dia?” 

Allah berkata, “Di pertemuan dua laut.” 

Musa berkata, “Ya Rabi, jadikan sebuah tanda untukku, sehingga aku mengetahui tempat itu dari tanda tersebut.” 

‘Amr berkata kepadaku: Dia berkata, “Tempat di mana ikan ini akan memisahkan diri darimu.” Ya’la berkata kepadaku: Dia berkata, “Ambillah seekor bangkai ikan. Tempatnya adalah di tempat nanti ruh ikan itu akan ditiupkan kembali.” Musa pun mengambil seekor ikan lalu meletakkanya di dalam keranjang. 

Musa berkata kepada muridnya, “Aku tidak menugasimu kecuali engkau hanya mengabarkanku tempat di mana ikan ini nanti akan memisahkan diri darimu.” 

Muridnya berkata, “Engkau tidak memberi banyak tugas.” 

Peristiwa itulah yang difirmankan Allah jalla dzikruh, “Ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya,” (QS. Al-Kahfi: 60), yaitu Yusya’ bin Nun. Penamaan ini bukan dari Sa’id. 

قَالَ: فَبَيۡنَمَا هُوَ فِي ظِلِّ صَخۡرَةٍ فِي مَكَانٍ ثَرۡيَانَ، إِذۡ تَضَرَّبَ الۡحُوتُ وَمُوسَى نَائِمٌ، فَقَالَ فَتَاهُ: لَا أُوقِظُهُ، حَتَّى إِذَا اسۡتَيۡقَظَ نَسِيَ أَنۡ يُخۡبِرَهُ، وَتَضَرَّبَ الۡحُوتُ حَتَّى دَخَلَ الۡبَحۡرَ، فَأَمۡسَكَ اللهُ عَنۡهُ جِرۡيَةَ الۡبَحۡرِ، حَتَّى كَأَنَّ أَثَرَهُ فِي حَجَرٍ. قَالَ لِي عَمۡرٌو هَكَذَا كَأَنَّ أَثَرَهُ فِي حَجَرٍ – وَحَلَّقَ بَيۡنَ إِبۡهَامَيۡهِ وَاللَّتَيۡنِ تَلِيانِهِمَا – لَقَدۡ لَقِينَا مِنۡ سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبًا، قَالَ: قَدۡ قَطَعَ اللهُ عَنۡكَ النَّصَبَ – لَيۡسَتۡ هَٰذِهِ عَنۡ سَعِيدٍ – أَخۡبَرَهُ فَرَجَعَا، فَوَجَدَا خَضِرًا. قَالَ لِي عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي سُلَيۡمَانَ: عَلَى طِنۡفِسَةٍ خَضۡرَاءَ عَلَى كَبِدِ الۡبَحۡرِ، قَالَ سَعِيدُ بۡنُ جُبَيۡرٍ: مُسَجًّى بِثَوۡبِهِ، قَدۡ جَعَلَ طَرَفَهُ تَحۡتَ رِجۡلَيۡهِ وَطَرَفَهُ تَحۡتَ رَأۡسِهِ، 

Perawi berkata: Ketika Musa berada di naungan sebuah batu di suatu tempat yang ditimpa hujan, tiba-tiba ikan itu bergerak-gerak sementara Musa sedang tidur. Muridnya bekata, “Aku tidak akan membangunkan beliau.” 

Hingga ketika Musa telah bangun, muridnya lupa mengabari beliau. Ikan itu bergerak-gerak hingga masuk ke laut. Allah menahan aliran laut yang dilalui ikan itu hingga seakan-akan jejak ikan ada di sebuah batu. ‘Amr berkata kepadaku: Begini, seakan-akan jejaknya ada di sebuah batu. Beliau melingkarkan kedua ibu jari dan dua jari setelahnya. 

(Musa berkata,) “Sungguh kita telah menjumpai keletihan dari perjalanan kita ini.” 

Muridnya berkata, “Allah sungguh telah menahan keletihan darimu.” Ini bukan riwayat dari Sa’id. Muridnya mengabarkan kepada Musa, lalu keduanya kembali dan mendapati Khadhir. 

‘Utsman bin Abu Sulaiman berkata kepadaku: Beliau ada di atas hamparan hijau di tengah lautan. Sa’id bin Jubair berkata: Dalam keadaan berselimutkan bajunya. Beliau menjadikan ujung bajunya di bawah kedua kakinya dan ujung satunya di bawah kepalanya. 

فَسَلَّمَ عَلَيۡهِ مُوسَى فَكَشَفَ عَنۡ وَجۡهِهِ، وَقَالَ: هَلۡ بِأَرۡضِي مِنۡ سَلَامٍ، مَنۡ أَنۡتَ؟ قَالَ: أَنَا مُوسَى، قَالَ: مُوسَى بَنِي إِسۡرَائِيلَ؟ قَالَ: نَعَمۡ. قَالَ: فَمَا شَأۡنُكَ؟ قَالَ: جِئۡتُ لِتُعَلِّمَنِي مِمَّا عُلِّمۡتَ رَشَدًا، قَالَ: أَمَا يَكۡفِيكَ أَنَّ التَّوۡرَاةَ بِيَدَيۡكَ، وَأَنَّ الۡوَحۡىَ يَأۡتِيكَ؟ يَا مُوسَى، إِنَّ لِي عِلۡمًا لَا يَنۡبَغِي لَكَ أَنۡ تَعۡلَمَهُ، وَإِنَّ لَكَ عِلۡمًا لَا يَنۡبَغِي لِي أَنۡ أَعۡلَمَهُ، فَأَخَذَ طَائِرٌ بِمِنۡقَارِهِ مِنَ الۡبَحۡرِ، وَقَالَ: وَاللهِ مَا عِلۡمِي وَمَا عِلۡمُكَ فِي جَنۡبِ عِلۡمِ اللهِ، إِلَّا كَمَا أَخَذَ هَٰذَا الطَّائِرُ بِمِنۡقَارِهِ مِنَ الۡبَحۡرِ، 

Musa mengucapkan salam kepada Khadhir, lalu Khadhir menyingkap baju dari wajahnya dan berkata, “Apakah di tempatku ada ucapan salam? Siapa engkau?” 

Musa menjawab, “Aku Musa.” 

Khadhir bertanya, “Musa bani Israil?” 

Musa menjawab, “Iya.” 

Khadhir bertanya, “Apa keperluanmu?” 

Musa menjawab, “Aku datang agar engkau mengajariku ilmu yang telah diajarkan kepadamu.” 

Khadhir berkata, “Tidakkah cukup untukmu bahwa Taurat di kedua tanganmu dan bahwa wahyu datang kepadamu? Wahai Musa, sesungguhnya aku memiliki ilmu yang tidak layak bagimu untuk mengetahuinya dan engkau pun memiliki ilmu yang tidak layak bagiku untuk mengetahuinya.” 

Lalu ada seekor burung mengambil air dari laut dengan paruhnya. Khadhir berkata, “Demi Allah, tidaklah ilmuku, tidak pula ilmumu di sisi ilmu Allah, kecuali sebagaimana burung ini mengambil air dari laut dengan paruhnya.” 

حَتَّى إِذَا رَكِبَا فِي السَّفِينَةِ وَجَدَا مَعَابِرَ صِغَارًا، تَحۡمِلُ أَهۡلَ هَٰذَا السَّاحِلِ إِلَى أَهۡلِ هَٰذَا السَّاحِلِ الۡآخَرِ، عَرَفُوهُ، فَقَالُوا: عَبۡدُ اللهِ الصَّالِحُ – قَالَ: قُلۡنَا لِسَعِيدٍ: خَضِرٌ؟ قَالَ: نَعَمۡ - لَا نَحۡمِلُهُ بِأَجۡرٍ، فَخَرَقَهَا وَوَتَدَ فِيهَا وَتِدًا، قَالَ مُوسَى: أَخَرَقۡتَهَا لِتُغۡرِقَ أَهۡلَهَا، لَقَدۡ جِئۡتَ شَيۡئًا إِمۡرًا - قَالَ مُجَاهِدٌ: مُنۡكَرًا – قَالَ: أَلَمۡ أَقُلۡ إِنَّكَ لَنۡ تَسۡتَطِيعَ مَعِي صَبۡرًا - كَانَتِ الۡأُولَى نِسۡيَانًا، وَالۡوُسۡطَى شَرۡطًا، وَالثَّالِثَةُ عَمۡدًا – قَالَ: لَا تُؤَاخِذۡنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرۡهِقۡنِي مِنۡ أَمۡرِي عُسۡرًا، لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ، قَالَ يَعۡلَى: قَالَ سَعِيدٌ وَجَدَ غِلۡمَانًا يَلۡعَبُونَ، فَأَخَذَ غُلَامًا كَافِرًا ظَرِيفًا فَأَضۡجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ بِالسِّكِّينِ، قَالَ: أَقَتَلۡتَ نَفۡسًا زَكِيَّةً بِغَيۡرِ نَفۡسٍ لَمۡ تَعۡمَلۡ بِالۡحِنۡثِ - وَكَانَ ابۡنُ عَبَّاسٍ قَرَأَهَا: زَاكِيَةً مُسۡلِمَةً، كَقَوۡلِكَ غُلَامًا زَاكِيًا – 

Hingga ketika keduanya naik di kapal, keduanya mendapati ada kapal-kapal kecil yang mengangkut penduduk di satu pantai kepada penduduk pantai lainnya. Para pemilik kapal itu mengenal beliau. Mereka berkata, “Dia adalah hamba Allah yang saleh.” Perawi berkata: Kami bertanya kepada Sa’id, “Maksud mereka Khadhir?” Sa’id menjawab, “Iya.” Mereka melanjutkan, “Kami tidak akan mengangkutnya dengan meminta upah.” 

Lalu Khadhir melubangi kapal itu dan menancapkan penyumbat di lubang itu. 

Musa berkata, “Apakah engkau melubanginya untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh engkau telah membuat kesalahan yang besar.” Mujahid berkata, “(Membuat) kemungkaran.” 

Khadhir berkata, “Bukankah aku katakan bahwa engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?” Kejadian pertama ini karena kelupaan (dari Musa), yang kedua adalah syarat, dan yang ketiga adalah kesengajaan. 

Musa berkata, “Janganlah engkau hukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau mempersulit urusanku.” 

Keduanya bertemu seorang anak lalu Khadhir membunuhnya. Ya’la berkata: Sa’id berkata: Beliau mendapati anak-anak sedang bermain, lalu beliau mengambil seorang anak yang kafir yang elok rupanya. Beliau membaringkannya kemudian menyembelihnya dengan pisau. 

Musa berkata, “Apakah engkau jiwa yang suci bukan karena (membunuh) jiwa lain, yang belum pernah melakukan dosa?” Ibnu ‘Abbas membacanya, “(Jiwa) yang suci lagi berserah diri.” Seperti ucapanmu, “Seorang anak yang suci.” 

فَانۡطَلَقَا فَوَجَدَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنۡ يَنۡقَضَّ فَأَقَامَهُ - قَالَ سَعِيدٌ بِيَدِهِ هَكَذَا، وَرَفَعَ يَدَهُ - فَاسۡتَقَامَ - قَالَ يَعۡلَى: حَسِبۡتُ أَنَّ سَعِيدًا قَالَ: فَمَسَحَهُ بِيَدِهِ فَاسۡتَقَامَ - لَوۡ شِئۡتَ لَاتَّخَذۡتَ عَلَيۡهِ أَجۡرًا - قَالَ سَعِيدٌ - أَجۡرًا نَأۡكُلُهُ - وَكَانَ وَرَاءَهُمۡ - وَكَانَ أَمَامَهُمۡ، قَرَأَهَا ابۡنُ عَبَّاسٍ: أَمَامَهُمۡ مَلِكٌ. يَزۡعُمُونَ عَنۡ غَيۡرِ سَعِيدٍ: أَنَّهُ هُدَدُ بۡنُ بُدَدٍ، وَالۡغُلَامُ الۡمَقۡتُولُ اسۡمُهُ يَزۡعُمُونَ جَيۡسُورٌ - مَلِكٌ يَأۡخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصۡبًا، فَأَرَدۡتُ إِذَا هِيَ مَرَّتۡ بِهِ أَنۡ يَدَعَهَا لِعَيۡبِهَا، فَإِذَا جَاوَزُوا أَصۡلَحُوهَا فَانۡتَفَعُوا بِهَا- وَمِنۡهُمۡ مَنۡ يَقُولُ سَدُّوهَا بِقَارُورَةٍ، وَمِنۡهُمۡ مَنۡ يَقُولُ بِالۡقَارِ - كَانَ أَبَوَاهُ مُؤۡمِنَيۡنِ وَكَانَ كَافِرًا، فَخَشِينَا أَنۡ يُرۡهِقَهُمَا طُغۡيَانًا وَكُفۡرًا، أَنۡ يَحۡمِلَهُمَا حُبُّهُ عَلَى أَنۡ يُتَابِعَاهُ عَلَى دِينِهِ، فَأَرَدۡنَا أَنۡ يُبَدِّلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيۡرًا مِنۡهُ زَكَاةً، لِقَوۡلِهِ: أَقَتَلۡتَ نَفۡسًا زَكِيَّةً وَأَقۡرَبَ رُحۡمًا، هُمَا بِهِ أَرۡحَمُ مِنۡهُمَا بِالۡأَوَّلِ الَّذِي قَتَلَ خَضِرٌ). وَزَعَمَ غَيۡرُ سَعِيدٍ أَنَّهُمَا أُبۡدِلَا جَارِيَةً، وأَمَّا دَاوُدُ بۡنُ أَبِي عَاصِمٍ فَقَالَ عَنۡ غَيۡرِ وَاحِدٍ: إِنَّهَا جَارِيَةٌ. [طرفه في: ٧٤]. 

Keduanya berangkat lalu mendapati sebuah dinding yang hendak roboh, lalu Khadhir menegakkannya. Sa’id memberi isyarat dengan tangannya begini dan beliau mengangkat tangannya. Lalu dinding itu tegak. Ya’la berkata: Seingatku Sa’id berkata: Khadhir mengusap dinding dengan tangan, lalu dinding itu tegak. 

(Musa berkata,) “Kalau engkau mau, engkau bisa mengambil upah untuk itu.” Sa’id berkata, “Upah yang bisa kita manfaatkan. 

Wa kāna warā`ahum artinya “di depan mereka.” Ibnu Abbas membacanya dengan qiraah: Di depan mereka ada seorang raja. Mereka menyatakan dari selain Sa’id bahwa raja itu bernama Hudad bin Budad, sedangkan menurut mereka, anak yang dibunuh itu bernama Jaisur. 

“Ada seorang raja yang mengambil dengan paksa setiap kapal. Sehingga aku ingin kapal ini bisa melewatinya karena raja itu membiarkan kapal itu lewat karena ada cacatnya. Ketika mereka telah lewat, mereka bisa memperbaikinya dan mengambil manfaat dengannya. Di antara mereka ada yang berkata, “Tutuplah lubang itu dengan botol.” Di antara mereka ada yang berkata, “(Sumpallah) dengan aspal.” 

“Kedua orang tuanya mukmin sedangkan anak itu kafir. Kami khawatir anak itu akan menjerumuskan kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran. Kami khawatir rasa cinta kepada anak itu akan membawa kedua orang tuanya mengikuti agama anak itu. Maka kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi keduanya dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya daripada anak itu—Ini sesuai dengan ucapannya, “Apakah engkau membunuh jiwa yang suci?”—dan lebih erat kasih sayangnya.” Kedua orang itu lebih mengasihi anak yang akan lahir daripada anak pertama yang dibunuh oleh Khadhir. 

Selain Sa’id menyatakan bahwa kedua orang itu diberi ganti dengan seorang anak perempuan. Adapun Dawud bin Abu ‘Ashim, beliau berkata dari lebih satu orang bahwa (gantinya) adalah anak perempuan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4725

٢ – بَابُ ﴿وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبۡرَحُ حَتَّىٰٓ أَبۡلُغَ مَجۡمَعَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ أَوۡ أَمۡضِىَ حُقُبًا﴾ ۝٦٠، زَمَانًا
2. Bab “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” (QS. Al-Kahfi: 60); huqub artinya waktu yang lama


وَجَمۡعُهُ أَحۡقَابٌ. 

Bentuk jamaknya adalah ahqāb

٤٧٢٥ - حَدَّثَنَا الۡحُمَيۡدِيُّ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ دِينَارٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ جُبَيۡرٍ قَالَ: قُلۡتُ لِابۡنِ عَبَّاسٍ: إِنَّ نَوۡفًا الۡبَكَالِيَّ يَزۡعُمُ أَنَّ مُوسَى صَاحِبَ الۡخَضِرِ لَيۡسَ هُوَ مُوسَى صَاحِبَ بَنِي إِسۡرَائِيلَ، فَقَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: كَذَبَ عَدُوُّ اللهِ: حَدَّثَنِي أُبَىُّ بۡنُ كَعۡبٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: 

4725. Al-Humaidi telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: ‘Amr bin Dinar menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sa’id bin Jubair mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: Aku berkata kepada Ibnu ‘Abbas, “Sesungguhnya Nauf Al-Bakali menyatakan bahwa Musa yang menyertai Al-Khadhir bukanlah Musa nabi Bani Israil.” 

Ibnu ‘Abbas berkata: Musuh Allah itu telah berdusta. Ubai bin Ka’b menceritakan kepadaku bahwa beliau mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda: 

(إِنَّ مُوسَى قَامَ خَطِيبًا فِي بَنِي إِسۡرَائِيلَ، فَسُئِلَ: أَىُّ النَّاسِ أَعۡلَمُ؟ فَقَالَ: أَنَا، فَعَتَبَ اللهُ عَلَيۡهِ، إِذۡ لَمۡ يَرُدَّ الۡعِلۡمَ إِلَيۡهِ، فَأَوۡحَى اللهُ إِلَيۡهِ، إِنَّ لِي عَبۡدًا بِمَجۡمَعِ الۡبَحۡرَيۡنِ هُوَ أَعۡلَمُ مِنۡكَ، قَالَ مُوسَى: يَا رَبِّ فَكَيۡفَ لِي بِهِ؟ قَالَ: تَأۡخُذُ مَعَكَ حُوتًا فَتَجۡعَلُهُ فِي مِكۡتَلٍ، فَحَيۡثُمَا فَقَدۡتَ الۡحُوتَ فَهۡوَ ثَمَّ، فَأَخَذَ حُوتًا فَجَعَلَهُ فِي مِكۡتَلٍ، 

Sesungguhnya Musa berdiri berkhotbah di hadapan bani Israil. Lalu beliau ditanya, “Siapa manusia yang paling berilmu?” 

Musa menjawab, “Aku.” 

Lalu Allah menegurnya karena beliau tidak mengembalikan ilmu kepada-Nya. Allah mewahyukan kepada beliau, “Sesungguhnya Aku memiliki seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan yang lebih berilmu daripada engkau.” 

Musa bertanya, “Ya Rabi, bagaimana aku bertemu dengannya?” 

Allah mengatakan, “Bawalah seekor ikan bersamamu, lalu letakkanlah ikan itu di dalam keranjang. Di mana saja engkau kehilangan ikan itu, maka dia berada di situ.” 

Musa mengambil seekor ikan lalu beliau letakkan di dalam keranjang. 

ثُمَّ انۡطَلَقَ وَانۡطَلَقَ مَعَهُ بِفَتَاهُ يُوشَعَ بۡنِ نُونٍ، حَتَّى إِذَا أَتَيَا الصَّخۡرَةَ وَضَعَا رُءُوسَهُمَا فَنَامَا، وَاضۡطَرَبَ الۡحُوتُ فِي الۡمِكۡتَلِ فَخَرَجَ مِنۡهُ فَسَقَطَ فِي الۡبَحۡرِ، فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الۡبَحۡرِ سَرَبًا، وَأَمۡسَكَ اللهُ عَنِ الۡحُوتِ جِرۡيَةَ الۡمَاءِ فَصَارَ عَلَيۡهِ مِثۡلَ الطَّاقِ، فَلَمَّا اسۡتَيۡقَظَ نَسِيَ صَاحِبُهُ أَنۡ يُخۡبِرَهُ بِالۡحُوتِ، فَانۡطَلَقَا بَقِيَّةَ يَوۡمِهِمَا وَلَيۡلَتَهُمَا، حَتَّى إِذَا كَانَ مِنَ الۡغَدِ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ: آتِنَا غَدَاءَنَا، لَقَدۡ لَقِينَا مِنۡ سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبًا، 

Kemudian Musa berangkat bersama muridnya, yaitu Yusya’ bin Nun. Hingga ketika keduanya sampai di sebuah batu, keduanya menyandarkan kepala mereka berdua dan tidur. Ikan itu bergerak-gerak di dalam keranjang lalu keluar darinya dan jatuh ke lautan. Ikan itu membuat jalannya di lautan. Allah menahan aliran air yang dilewati ikan itu sehingga menjadi seperti lengkungan. Ketika bangun, muridnya lupa untuk mengabarkan Musa tentang ikan itu. Keduanya melanjutkan perjalanan pada sisa hari dan malamnya. 

Hingga ketika keesokannya, Musa berkata kepada muridnya, “Bawa kemari makanan kita! Sungguh kita telah menjumpai keletihan dalam safar kita ini.” 

قَالَ: وَلَمۡ يَجِدۡ مُوسَى النَّصَبَ حَتَّى جَاوَزَا الۡمَكَانَ الَّذِي أَمَرَ اللهُ بِهِ، فَقَالَ لَهُ فَتَاهُ: أَرَأَيۡتَ إِذۡ أَوَيۡنَا إِلَى الصَّخۡرَةِ، فَإِنِّي نَسِيتُ الۡحُوتَ، وَمَا أَنۡسَانِيهِ إِلَّا الشَّيۡطَانُ أَنۡ أَذۡكُرَهُ، وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الۡبَحۡرِ عَجَبًا، قَالَ: فَكَانَ لِلۡحُوتِ سَرَبًا، وَلِمُوسَى وَلِفَتَاهُ عَجَبًا، فَقَالَ مُوسَى: ذٰلِكَ مَا كُنَّا نَبۡغِي، فَارۡتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا، قَالَ: رَجَعَا يَقُصَّانِ آثَارَهُمَا حَتَّى انۡتَهَيَا إِلَى الصَّخۡرَةِ، فَإِذَا رَجُلٌ مُسَجًّى ثَوۡبًا، 

Beliau berkata: Musa tidak mendapati keletihan hingga telah melewati tempat yang Allah perintahkan. Muridnya berkata kepadanya, “Ingatkah ketika kita berlindung di sebuah batu? Sungguh aku tadi lupa (menyebutkan) ikan itu. Tidak ada yang melupakanku untuk menyebutkannya kecuali setan.” 

Ikan itu membuat jalannya di laut dengan cara yang aneh. Perawi berkata: Ikan itu memiliki jalan dan membuat Musa dan muridnya heran. 

Musa berkata, “Itulah yang kita cari.” 

Lalu keduanya kembali menyusuri jejak mereka semula. Perawi berkata: Keduanya kembali menyusuri jejak mereka semula hingga keduanya sampai ke batu tadi, ternyata ada seorang pria yang berselimutkan baju. 

فَسَلَّمَ عَلَيۡهِ مُوسَى، فَقَالَ الۡخَضِرُ: وَأَنَّى بِأَرۡضِكَ السَّلَامُ؟! قَالَ: أَنَا مُوسَى، قَالَ: مُوسَى بَنِي إِسۡرَائِيلَ؟ قَالَ: نَعَمۡ، أَتَيۡتُكَ لِتُعَلِّمَنِي مِمَّا عُلِّمۡتَ رَشَدًا، قَالَ: إِنَّكَ لَنۡ تَسۡتَطِيعَ مَعِي صَبۡرًا، يَا مُوسَى إِنِّي عَلَى عِلۡمٍ مِنۡ عِلۡمِ اللهِ عَلَّمَنِيهِ لَا تَعۡلَمُهُ أَنۡتَ، وَأَنۡتَ عَلَى عِلۡمٍ مِنۡ عِلۡمِ اللهِ عَلَّمَكَ اللهُ لَا أَعۡلَمُهُ، فَقَالَ مُوسَى: سَتَجِدُنِي إِنۡ شَاءَ اللهُ صَابِرًا وَلَا أَعۡصِي لَكَ أَمۡرًا، فَقَالَ لَهُ الۡخَضِرُ: فَإِنِ اتَّبَعۡتَنِي فَلَا تَسۡأَلۡنِي عَنۡ شَىۡءٍ حَتَّى أُحۡدِثَ لَكَ مِنۡهُ ذِكۡرًا، 

Musa mengucapkan salam kepadanya. Al-Khadhir berkata, “Bagaimana bisa di tempatmu ada ucapan salam?” 

Musa berkata, “Aku adalah Musa.” 

Al-Khadhir bertanya, “Musa bani Israil?” 

Musa menjawab, “Iya. Aku datang kepadamu agar engkau mengajariku ilmu yang diajarkan kepadamu.” 

Al-Khadhir berkata, “Sesungguhnya engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku. Wahai Musa, sesungguhnya aku di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadaku dan tidak engkau ketahui. Engkau pun di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadamu dan tidak aku ketahui.” 

Musa berkata, “Insya Allah, engkau akan dapati aku orang yang bersabar dan aku tidak akan menentangmu dalam satu urusan pun.” 

Al-Khadhir berkata kepadanya, “Jika engkau mengikutiku, maka engkau tidak boleh bertanya sesuatu pun kepadaku hingga aku sendiri yang akan menceritakannya kepadamu.” 

فَانۡطَلَقَا يَمۡشِيَانِ عَلَى سَاحِلِ الۡبَحۡرِ، فَمَرَّتۡ سَفِينَةٌ فَكَلَّمُوهُمۡ أَنۡ يَحۡمِلُوهُمۡ، فَعَرَفُوا الۡخَضِرَ فَحَمَلُوهُ بِغَيۡرِ نَوۡلٍ، فَلَمَّا رَكِبَا فِي السَّفِينَةِ، لَمۡ يَفۡجَأۡ إِلَّا وَالۡخَضِرُ قَدۡ قَلَعَ لَوۡحًا مِنۡ أَلۡوَاحِ السَّفِينَةِ بِالۡقَدُومِ، فَقَالَ لَهُ مُوسَى: قَوۡمٌ حَمَلُونَا بِغَيۡرِ نَوۡلٍ عَمَدۡتَ إِلَى سَفِينَتِهِمۡ فَخَرَقۡتَهَا لِتُغۡرِقَ أَهۡلَهَا، لَقَدۡ جِئۡتَ شَيۡئًا إِمۡرًا، قَالَ: أَلَمۡ أَقُلۡ إِنَّكَ لَنۡ تَسۡتَطِيعَ مَعِي صَبۡرًا، قَالَ: لَا تُؤَاخِذۡنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرۡهِقۡنِي مِنۡ أَمۡرِي عُسۡرًا، قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (وَكَانَتِ الۡأُولَى مِنۡ مُوسَى نِسۡيَانًا)، 

Keduanya berjalan di tepi laut. Lalu ada sebuah kapal lewat. Keduanya berbicara kepada mereka agar mau mengangkut keduanya. Pemilik kapal itu mengenali Al-Khadhir sehingga mereka mengangkutnya tanpa upah. Ketika keduanya sudah naik di kapal, Musa belum sempat berbuat apa-apa tiba-tiba Al-Khadhir telah mencabut salah satu kulit kapal dengan beliung. 

Musa berkata kepada Al-Khadhir, “Ada orang yang mau mengangkut kita tanpa upah, namun engkau malah melubangi kapal mereka sehingga bisa menenggelamkan penumpangnya. Sungguh engkau telah berbuat kesalahan yang besar.” 

Al-Khadhir berkata, “Bukankah aku katakan bahwa engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?” 

Musa berkata, “Jangan engkau hukum aku karena kelupaanku dan jangan engkau bebankan kesulitan pada urusanku.” 

Perawi berkata: Dan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kejadian pertama ini adalah karena kelupaan dari Nabi Musa.” 

قَالَ: وَجَاءَ عُصۡفُورٌ فَوَقَعَ عَلَى حَرۡفِ السَّفِينَةِ، فَنَقَرَ فِي الۡبَحۡرِ نَقۡرَةً، فَقَالَ لَهُ الۡخَضِرُ: مَا عِلۡمِي وَعِلۡمُكَ مِنۡ عِلۡمِ اللهِ، إِلَّا مِثۡلُ مَا نَقَصَ هَٰذَا الۡعُصۡفُورُ مِنۡ هَٰذَا الۡبَحۡرِ، ثُمَّ خَرَجَا مِنَ السَّفِينَةِ، فَبَيۡنَا هُمَا يَمۡشِيَانِ عَلَى السَّاحِلِ، إِذۡ أَبۡصَرَ الۡخَضِرُ غُلَامًا يَلۡعَبُ مَعَ الۡغِلۡمَانِ، فَأَخَذَ الۡخَضِرُ رَأۡسَهُ بِيَدِهِ، فَاقۡتَلَعَهُ بِيَدِهِ فَقَتَلَهُ، فَقَالَ لَهُ مُوسَى: أَقَتَلۡتَ نَفۡسًا زَاكِيَةً بِغَيۡرِ نَفۡسٍ لَقَدۡ جِئۡتَ شَيۡئًا نُكۡرًا، قَالَ: أَلَمۡ أَقُلۡ لَكَ إِنَّكَ لَنۡ تَسۡتَطِيعَ مَعِي صَبۡرًا، قَالَ: وَهَٰذَا أَشَدُّ مِنَ الۡأُولَى، قَالَ: إِنۡ سَأَلۡتُكَ عَنۡ شَىۡءٍ بَعۡدَهَا فَلَا تُصَاحِبۡنِي قَدۡ بَلَغۡتَ مِنۡ لَدُنِّي عُذۡرًا، 

Perawi berkata: Lalu ada seekor burung datang dan hinggap di tepi kapal. Burung itu mematuk sekali patukan di laut. Al-Khadhir berkata kepada Musa, “Tidaklah ilmuku dan ilmumu dibanding ilmu Allah kecuali semisal air yang dikurangi oleh burung ini dari lautan ini.” 

Kemudian keduanya keluar dari kapal itu. Ketika keduanya sedang berjalan di tepi pantai, tiba-tiba Al-Khadhir melihat seorang anak sedang bermain bersama anak-anak lainnya. Al-Khadhir mengambil kepala anak itu dengan tangannya lalu beliau cabut dengan tangannya sehingga beliau membunuhnya. 

Musa berkata kepada Al-Khadhir, “Apakah engkau membunuh seorang jiwa yang suci bukan karena (membunuh) jiwa lainnya? Sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang mungkar.” 

Al-Khadhir berkata, “Bukankah aku katakan kepadamu bahwa engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?” Perawi berkata: Kali ini lebih tegas daripada yang pertama. 

Musa berkata, “Jika aku bertanya sesuatu lagi kepadamu setelah ini, maka janganlah engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau telah cukup memberikan uzur kepadaku.” 

فَانۡطَلَقَا حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهۡلَ قَرۡيَةٍ اسۡتَطۡعَمَا أَهۡلَهَا فَأَبَوۡا أَنۡ يُضَيِّفُوهُمَا، فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنۡ يَنۡقَضَّ – قَالَ: مَائِلٌ - فَقَامَ الۡخَضِرُ فَأَقَامَهُ بِيَدِهِ، فَقَالَ مُوسَى: قَوۡمٌ أَتَيۡنَاهُمۡ فَلَمۡ يُطۡعِمُونَا، وَلَمۡ يُضَيِّفُونَا، لَوۡ شِئۡتَ لَاتَّخَذۡتَ عَلَيۡهِ أَجۡرًا، قَالَ: ﴿هَٰذَا فِرَاقُ بَيۡنِي وَبَيۡنِكَ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿ذٰلِكَ تَأۡوِيلُ مَا لَمۡ تَسۡطِعۡ عَلَيۡهِ صَبۡرًا﴾ [٧٨-٨٢]، 

Keduanya kembali berangkat. Hingga ketika keduanya mendatangi penduduk suatu negeri, keduanya meminta dijamu oleh penduduk negeri tersebut. Namun mereka tidak mau menjamu keduanya. Kemudian keduanya mendapati di negeri itu ada sebuah dinding yang hampir roboh. Perawi berkata: Yang miring. Al-Khadhir bangkit dan menegakkan dinding itu dengan tangannya. 

Musa berkata, “Mereka adalah kaum yang kita datangi namun mereka tidak memberi kita makan, tidak pula menjamu kita. Andai engkau mau, engkau bisa mengambil upah dari perbuatan itu.” 

Al-Khadhir berkata, “Ini adalah perpisahan antara aku denganmu,” hingga ucapannya, “Itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak bersabar terhadapnya.” 

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: وَدِدۡنَا أَنَّ مُوسَى كَانَ صَبَرَ حَتَّى يَقُصَّ اللهُ عَلَيۡنَا مِنۡ خَبَرِهِمَا). 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kami ingin agar Musa bersabar ketika itu, sehingga Allah akan mengisahkan cerita keduanya kepada kita.” 

قَالَ سَعِيدُ بۡنُ جُبَيۡرٍ: فَكَانَ ابۡنُ عَبَّاسٍ يَقۡرَأُ: وَكَانَ أَمَامَهُمۡ مَلِكٌ يَأۡخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ صَالِحَةٍ غَصۡبًا. وَكَانَ يَقۡرَأُ: وَأَمَّا الۡغُلَامُ فَكَانَ كَافِرًا وَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤۡمِنَيۡنِ. [طرفه في: ٧٤]. 

Sa’id bin Jubair berkata: Ibnu ‘Abbas membaca ayat dengan qiraah yang artinya, “Di depan mereka ada seorang raja yang mengambil paksa setiap kapal yang bagus.” Beliau juga membaca ayat dengan qiraah yang artinya, “Adapun anak itu, maka dia adalah orang kafir, sedangkan kedua orang tuanya adalah mukmin.”