Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 509

١٠٠ - بَابٌ يَرُدُّ الۡمُصَلِّي مَنۡ مَرَّ بَيۡنَ يَدَيۡهِ
100. Bab orang yang salat menolak siapa saja yang lewat di hadapannya


وَرَدَّ ابۡنُ عُمَرَ فِي التَّشَهُّدِ، وَفِي الۡكَعۡبَةِ، وَقَالَ: إِنۡ أَبَى إِلَّا أَنۡ تُقَاتِلَهُ فَقَاتِلۡهُ.

Ibnu ‘Umar menolak (orang yang lewat di hadapannya) ketika tasyahud dan di Kakbah. Beliau mengatakan, “Jika orang yang lewat itu tidak mau (dicegah) sampai engkau (yang sedang salat) harus memeranginya, perangilah dia.”

٥٠٩ - حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ قَالَ: حَدَّثَنَا يُونُسُ، عَنۡ حُمَيۡدِ بۡنِ هِلَالٍ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ: أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ (ح). وَحَدَّثَنَا آدَمُ بۡنُ أَبِي إِيَاسٍ قَالَ: حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ الۡمُغِيرَةِ قَالَ: حَدَّثَنَا حُمَيۡدُ بۡنُ هِلَالٍ الۡعَدَوِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ السَّمَّانُ قَالَ: رَأَيۡتُ أَبَا سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيَّ فِي يَوۡمِ جُمُعَةٍ، يُصَلِّي إِلَى شَىۡءٍ يَسۡتُرُهُ مِنَ النَّاسِ، فَأَرَادَ شَابٌّ مِنۡ بَنِي أَبِي مُعَيۡطٍ أَنۡ يَجۡتَازَ بَيۡنَ يَدَيۡهِ، فَدَفَعَ أَبُو سَعِيدٍ فِي صَدۡرِهِ، فَنَظَرَ الشَّابُّ فَلَمۡ يَجِدۡ مَسَاغًا إِلَّا بَيۡنَ يَدَيۡهِ، فَعَادَ لِيَجۡتَازَ، فَدَفَعَهُ أَبُو سَعِيدٍ أَشَدَّ مِنَ الۡأُولَى، فَنَالَ مِنۡ أَبِي سَعِيدٍ، ثُمَّ دَخَلَ عَلَى مَرۡوَانَ، فَشَكَا إِلَيۡهِ مَا لَقِيَ مِنۡ أَبِي سَعِيدٍ، وَدَخَلَ أَبُو سَعِيدٍ خَلۡفَهُ عَلَى مَرۡوَانَ، فَقَالَ: مَا لَكَ وَلِابۡنِ أَخِيكَ يَا أَبَا سَعِيدٍ؟ قَالَ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمۡ إِلَى شَىۡءٍ يَسۡتُرُهُ مِنَ النَّاسِ، فَأَرَادَ أَحَدٌ أَنۡ يَجۡتَازَ بَيۡنَ يَدَيۡهِ، فَلۡيَدۡفَعۡهُ، فَإِنۡ أَبَى فَلۡيُقَاتِلۡهُ، فَإِنَّمَا هُوَ شَيۡطَانٌ).

[الحديث ٥٠٩ – طرفه في: ٣٢٧٤].

509. Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yunus menceritakan kepada kami dari Humaid bin Hilal, dari Abu Shalih: Bahwa Abu Sa’id mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda. (Dalam riwayat lain) Adam bin Abu Iyas telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sulaiman bin Al-Mughirah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Humaid bin Hilal Al-‘Adawi menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Shalih As-Samman menceritakan kepada kami. Beliau berkata:

Aku melihat Abu Sa’id Al-Khudri ketika hari Jumat, beliau salat menghadap sesuatu yang menghalangi beliau dengan orang-orang. Lalu ada seorang pemuda dari bani Abu Mu’aith hendak melintas di hadapannya. Abu Sa’id menolak pemuda tadi di bagian dadanya. Pemuda itu melihat-lihat namun tidak menemukan jalan kecuali di hadapan Abu Sa’id. Pemuda itu mengulangi usahanya untuk melintas. Namun Abu Sa’id menolaknya lebih keras daripada yang pertama.

Pemuda itu marah terhadap Abu Sa’id lalu masuk menemui Marwan dan mengadukan perbuatan Abu Sa’id kepadanya. Abu Sa’id menyusul masuk di belakangnya menemui Marwan.

Marwan bertanya, “Apa yang terjadi antara engkau dengan keponakanmu wahai Abu Sa’id?”

Abu Sa’id mengatakan: Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apabila salah seorang kalian salat menghadap sesuatu yang menghalanginya dari orang-orang, lalu ada seseorang hendak melintas di hadapannya, tolaklah dia. Apabila dia bersikeras, perangilah dia karena dia adalah setan.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 508

٩٩ - بَابُ الصَّلَاةِ إِلَى السَّرِيرِ
99. Bab salat menghadap tempat tidur


٥٠٨ - حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنۡ مَنۡصُورٍ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنِ الۡأَسۡوَدِ، عَنۡ عَائِشَةَ قَالَتۡ: أَعَدَلۡتُمُونَا بِالۡكَلۡبِ وَالۡحِمَارِ؟ لَقَدۡ رَأَيۡتُنِي مُضۡطَجِعَةً عَلَى السَّرِيرِ، فَيَجِيءُ النَّبِيُّ ﷺ فَيَتَوَسَّطُ السَّرِيرَ فَيُصَلِّي، فَأَكۡرَهُ أَنۡ أُسَنِّحَهُ، فَأَنۡسَلُّ مِنۡ قِبَلِ رِجۡلَيِ السَّرِيرِ، حَتَّى أَنۡسَلَّ مِنۡ لِحَافِي. [طرفه في: ٣٨٢].

508. ‘Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Jarir menceritakan kepada kami dari Manshur, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari ‘Aisyah. Beliau mengatakan: Apakah kalian menyamakan kami dengan anjing dan keledai? Aku benar-benar ingat bahwa aku berbaring di atas tempat tidur lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang. Beliau menempatkan diri sejajar dengan bagian tengah tempat tidur lalu beliau salat. Aku tidak suka bangkit berdiri di hadapan beliau, sehingga aku keluar pelan-pelan dari arah kaki tempat tidur, sampai aku keluar pelan-pelan dari selimutku.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 507

٩٨ - بَابُ الصَّلَاةِ إِلَى الرَّاحِلَةِ وَالۡبَعِيرِ وَالشَّجَرِ وَالرَّحۡلِ
98. Bab salat menghadap hewan tunggangan, unta, pohon, atau pelana


٥٠٧ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ أَبِي بَكۡرٍ الۡمُقَدَّمِيُّ: حَدَّثَنَا مُعۡتَمِرٌ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: أَنَّهُ كَانَ يُعَرِّضُ رَاحِلَتَهُ فَيُصَلِّي إِلَيۡهَا، قُلۡتُ: أَفَرَأَيۡتَ إِذَا هَبَّتِ الرِّكَابُ؟ قَالَ: كَانَ يَأۡخُذُ هَٰذَا الرَّحۡلَ فَيُعَدِّلُهُ، فَيُصَلِّي إِلَى آخِرَتِهِ، أَوۡ قَالَ: مُؤَخَّرِهِ ـ وَكَانَ ابۡنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ يَفۡعَلُهُ.

507. Muhammad bin Abu Bakr Al-Muqaddami telah menceritakan kepada kami: Mu’tamir menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—: Bahwa beliau pernah melintangkan hewan tunggangannya lalu beliau salat menghadapnya.

Aku (‘Ubaidullah) bertanya, “Apa pendapatmu apabila hewan tunggangan itu banyak bergerak (tidak bisa tenang)?”

Nafi’ menjawab, “Dahulu Nabi mengambil pelana ini, beliau menegakkannya lalu beliau salat menghadap bagian belakangnya. Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhu—juga pernah melakukannya.”

Shahih Muslim hadits nomor 1839

٣٨ – (١٨٣٩) - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا لَيۡثٌ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ؛ أَنَّهُ قَالَ: (عَلَى الۡمَرۡءِ الۡمُسۡلِمِ السَّمۡعُ وَالطَّاعَةُ. فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلَّا أَنۡ يُؤۡمَرَ بِمَعۡصِيَةٍ، فَإِنۡ أُمِرَ بِمَعۡصِيَةٍ، فَلَا سَمۡعَ وَلَا طَاعَةَ).

38. (1839). Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Laits menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—; Bahwa beliau bersabda, “Seorang muslim wajib untuk mendengar dan taat (kepada pemimpin muslim) dalam perkara yang dia suka maupun yang dia benci, kecuali apabila diperintahkan untuk bermaksiat. Jika dia disuruh untuk bermaksiat, tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.”

(...) - وَحَدَّثَنَاهُ زُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ وَمُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى. قَالَا: حَدَّثَنَا يَحۡيَىٰ - وَهُوَ الۡقَطَّانُ -، (ح) وَحَدَّثَنَا ابۡنُ نُمَيۡرٍ: حَدَّثَنَا أَبِي. كِلَاهُمَا عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، بِهَٰذَا الۡإِسۡنَادِ... مِثۡلَهُ.

Zuhair bin Harb dan Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakannya kepada kami. Keduanya berkata: Yahya AL-Qaththan menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami. Kedua-duanya dari ‘Ubaidullah melalui sanad ini semisal hadis tersebut.

Shahih Muslim hadits nomor 1854

١٦ - بَابُ وُجُوبِ الۡإِنۡكَارِ عَلَى الۡأُمَرَاءِ فِيمَا يُخَالِفُ الشَّرۡعَ وَتَرۡكِ قِتَالِهِمۡ مَا صَلَّوۡا وَنَحۡوِ ذٰلِكَ
16. Bab wajibnya mengingkari penyelisihan syariat yang dilakukan oleh umara dan tidak memerangi mereka selama masih salat dan semisal itu


٦٢ – (١٨٥٤) - حَدَّثَنَا هَدَّابُ بۡنُ خَالِدٍ الۡأَزۡدِيُّ: حَدَّثَنَا هَمَّامُ بۡنُ يَحۡيَىٰ: حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنِ الۡحَسَنِ، عَنۡ ضَبَّةَ بۡنِ مِحۡصَنٍ، عَنۡ أُمِّ سَلَمَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (سَتَكُونُ أُمَرَاءُ، فَتَعۡرِفُونَ وَتُنۡكِرُونَ، فَمَنۡ عَرَفَ بَرِىءَ. وَمَنۡ أَنۡكَرَ سَلِمَ. وَلٰكِنۡ مَنۡ رَضِيَ وَتَابَعَ). قَالُوا: أَفَلَا نُقَاتِلُهُمۡ؟ قَالَ: (لَا، مَا صَلَّوۡا).

62. (1854). Haddab bin Khalid Al-Azdi telah menceritakan kepada kami: Hammam bin Yahya menceritakan kepada kami: Qatadah menceritakan kepada kami dari Al-Hasan, dari Dhabbah bin Mihshan, dari Umu Salamah; bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kelak akan ada umara yang melakukan perbuatan makruf yang kalian ketahui, namun juga melakukan perbuatan mungkar yang kalian ingkari. Barang siapa yang mengetahui (kemungkaran tersebut dan membenci dengan hatinya), maka dia telah berlepas diri (dari perbuatan tersebut dan pelakunya). Barang siapa yang mengingkari (dengan hatinya), maka dia telah selamat. Akan tetapi (yang berdosa adalah) orang yang rida dan ikut melakukannya.”

Para sahabat bertanya, “Tidakkah kami perangi mereka?”

Rasulullah menjawab, “Jangan, selagi mereka masih salat.”

٦٣ – (...) - وَحَدَّثَنِي أَبُو غَسَّانَ الۡمِسۡمَعِيُّ وَمُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ. جَمِيعًا عَنۡ مُعَاذٍ - وَاللَّفۡظُ لِأَبِي غَسَّانَ -: حَدَّثَنَا مُعَاذٌ - وَهُوَ ابۡنُ هِشَامٍ، الدَّسۡتَوَائِيُّ -: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنۡ قَتَادَةَ: حَدَّثَنَا الۡحَسَنُ، عَنۡ ضَبَّةَ بۡنِ مِحۡصَنٍ الۡعَنَزِيِّ، عَنۡ أُمِّ سَلَمَةَ زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ؛ أَنَّهُ قَالَ: (إِنَّهُ يُسۡتَعۡمَلُ عَلَيۡكُمۡ أُمَرَاءُ، فَتَعۡرِفُونَ وَتُنۡكِرُونَ، فَمَنۡ كَرِهَ فَقَدۡ بَرِىءَ. وَمَنۡ أَنۡكَرَ فَقَدۡ سَلِمَ. وَلٰكِنۡ مَنۡ رَضِيَ وَتَابَعَ) قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، أَلَا نُقَاتِلُهُمۡ؟ قَالَ: (لَا، مَا صَلَّوۡا).

أَىۡ مَنۡ كَرِهَ بِقَلۡبِهِ وَأَنۡكَرَ بِقَلۡبِهِ.

63. Abu Ghassan Al-Misma’i dan Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepadaku. Semuanya dari Mu’adz. Lafaz ini milik Abu Ghassan. Mu’adz bin Hisyam Ad-Dustawa`i menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepadaku dari Qatadah: Al-Hasan menceritakan kepada kami dari Dhabbah bin Mihshan Al-‘Anazi, dari Umu Salamah istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya akan ada umara yang memimpin kalian. Kalian akan mengetahui perbuatan makruf yang dilakukannya dan kalian akan mengingkari perbuatan mungkar yang dilakukannya. Barang siapa yang membenci (kemungkaran tersebut), dia telah berlepas diri. Barang siapa yang mengingkari, dia telah selamat. Akan tetapi (yang berdosa adalah) orang yang rida dan ikut melakukannya.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah kami perangi mereka?”

Rasulullah bersabda, “Jangan, selagi mereka masih salat.”

Maksudnya, barang siapa membenci dengan hatinya dan mengingkari dengan hatinya.

٦٤ – (...) - وَحَدَّثَنِي أَبُو الرَّبِيعِ الۡعَتَكِيُّ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ - يَعۡنِي ابۡنَ زَيۡدٍ -: حَدَّثَنَا الۡمُعَلَّى بۡنُ زِيَادٍ وَهِشَامٌ، عَنِ الۡحَسَنِ، عَنۡ ضَبَّةَ بۡنِ مِحۡصَنٍ، عَنۡ أُمِّ سَلَمَةَ. قَالَتۡ؛ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ... بِنَحۡوِ ذٰلِكَ. غَيۡرَ أَنَّهُ قَالَ: (فَمَنۡ أَنۡكَرَ فَقَدۡ بَرِىءَ. وَمَنۡ كَرِهَ فَقَدۡ سَلِمَ).

64. Abu Ar-Rabi’ Al-‘Ataki telah menceritakan kepadaku: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami: Al-Mu’alla bin Ziyad dan Hisyam menceritakan kepada kami dari Al-Hasan, dari Dhabbah bin Mihshan, dari Umu Salamah. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda… semisal itu, hanya saja beliau bersabda, “Barang siapa mengingkari, dia telah berlepas diri. Barang siapa membenci, dia telah selamat.”

(...) - وَحَدَّثَنَاهُ حَسَنُ بۡنُ الرَّبِيعِ الۡبَجَلِيُّ: حَدَّثَنَا ابۡنُ الۡمُبَارَكِ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنِ الۡحَسَنِ، عَنۡ ضَبَّةَ بۡنِ مِحۡصَنٍ؛ عَنۡ أُمِّ سَلَمَةَ. قَالَتۡ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ... فَذَكَرَ مِثۡلَهُ. إِلَّا قَوۡلَهُ: (وَلٰكِنۡ مَنۡ رَضِيَ وَتَابَعَ) لَمۡ يَذۡكُرۡهُ.

Hasan bin Ar-Rabi’ Al-Bajali telah menceritakannya kepada kami: Ibnu Al-Mubarak menceritakan kepada kami dari Hisyam, dari Al-Hasan, dari Dhabbah bin Mihshan, dari Umu Salamah. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda… Lalu beliau menyebutkan semisal itu kecuali sabdanya, “Akan tetapi (yang berdosa adalah) orang yang rida dan ikut melakukannya).” Beliau tidak menyebutkannya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 504 dan 505

٩٦ - بَابُ الصَّلَاةِ بَيۡنَ السَّوَارِي فِي غَيۡرِ جَمَاعَةٍ
96. Bab salat di antara tiang ketika tidak berjemaah


٥٠٤ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ قَالَ: حَدَّثَنَا جُوَيۡرِيَةُ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ قَالَ: دَخَلَ النَّبِيُّ ﷺ الۡبَيۡتَ، وَأُسَامَةُ بۡنُ زَيۡدٍ، وَعُثۡمَانُ بۡنُ طَلۡحَةَ، وَبِلَالٌ، فَأَطَالَ، ثُمَّ خَرَجَ، وَكُنۡتُ أَوَّلَ النَّاسِ دَخَلَ عَلَى أَثَرِهِ، فَسَأَلۡتُ بِلَالًا أَيۡنَ صَلَّى؟ قَالَ: بَيۡنَ الۡعَمُودَيۡنِ الۡمُقَدَّمَيۡنِ. [طرفه في: ٣٩٧].

504. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Juwairiyah menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah masuk Kakbah bersama Usamah bin Zaid, ‘Utsman bin Thalhah, dan Bilal. Beliau tinggal lama di dalamnya. Kemudian beliau keluar. Waktu itu, aku adalah orang pertama yang masuk setelah beliau keluar.

Aku bertanya kepada Bilal, “Di mana beliau salat?”

Bilal menjawab, “Di antara dua tiang yang di depan.”

٥٠٥ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ دَخَلَ الۡكَعۡبَةَ، وَأُسَامَةُ بۡنُ زَيۡدٍ، وَبِلَالٌ، وَعُثۡمَانُ بۡنُ طَلۡحَةَ الۡحَجَبِيُّ، فَأَغۡلَقَهَا عَلَيۡهِ، وَمَكَثَ فِيهَا، فَسَأَلۡتُ بِلَالًا حِينَ خَرَجَ: مَا صَنَعَ النَّبِيُّ ﷺ؟ قَالَ: جَعَلَ عَمُودًا عَنۡ يَسَارِهِ، وَعَمُودًا عَنۡ يَمِينِهِ، وَثَلَاثَةَ أَعۡمِدَةٍ وَرَاءَهُ، وَكَانَ الۡبَيۡتُ يَوۡمَئِذٍ عَلَى سِتَّةِ أَعۡمِدَةٍ، ثُمَّ صَلَّى. وَقَالَ لَنَا إِسۡمَاعِيلُ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، وَقَالَ: عَمُودَيۡنِ عَنۡ يَمِينِهِ. [طرفه في: ٣٩٧].

505. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik mengabarkan kepada kami dari Nafi’, dari ‘Abdullah bin ‘Umar:

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk Kakbah bersama Usamah bin Zaid, Bilal, dan ‘Utsman bin Thahah Al-Hajabi. Dia mengunci Kakbah dari dalam. Beliau berdiam di dalamnya.

Aku bertanya kepada Bilal ketika beliau telah keluar, “Apa yang dilakukan oleh Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?”

Bilal menjawab, “Beliau menempatkan diri sehingga satu tiang berada di samping kirinya dan satu tiang di samping kanannya, sementara tiga tiang di belakangnya. Kakbah pada hari itu dibangun dengan enam tiang. Kemudian beliau salat.”

Isma’il berkata kepada kami: Malik menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Dua tiang di samping kanannya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 502 dan 503

٩٥ - بَابُ الصَّلَاةِ إِلَى الۡأُسۡطُوَانَةِ
95. Bab salat menghadap pilar


وَقَالَ عُمَرُ: الۡمُصَلُّونَ أَحَقُّ بِالسَّوَارِي مِنَ الۡمُتَحَدِّثِينَ إِلَيۡهَا. وَرَأَى عُمَرُ رَجُلًا يُصَلِّي بَيۡنَ أُسۡطُوَانَتَيۡنِ، فَأَدۡنَاهُ إِلَى سَارِيَةٍ، فَقَالَ: صَلِّ إِلَيۡهَا.

‘Umar berkata: Orang-orang yang salat lebih berhak terhadap tiang-tiang daripada orang-orang yang berbincang-bincang.

‘Umar melihat seseorang salat di antara dua pilar. Lalu beliau mendekatkan orang itu kepada sebuah tiang seraya mengatakan, “Salatlah menghadapnya!”

٥٠٢ - حَدَّثَنَا الۡمَكِّيُّ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ أَبِي عُبَيۡدٍ قَالَ: كُنۡتُ آتِي مَعَ سَلَمَةَ بۡنِ الۡأَكۡوَعِ، فَيُصَلِّي عِنۡدَ الۡأُسۡطُوَانَةِ الَّتِي عِنۡدَ الۡمُصۡحَفِ، فَقُلۡتُ: يَا أَبَا مُسۡلِمٍ، أَرَاكَ تَتَحَرَّى الصَّلَاةَ عِنۡدَ هَٰذِهِ الۡأُسۡطُوَانَةِ؟ قَالَ: فَإِنِّي رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَتَحَرَّى الصَّلَاةَ عِنۡدَهَا.

502. Al-Makki bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yazid bin Abu ‘Ubaid menceritakan kepada kami. Beliau berkata:

Aku pernah datang bersama Salamah bin Al-Akwa’, lalu beliau salat di dekat pilar yang berada di dekat mushaf.

Aku berkata, “Wahai Abu Muslim, aku melihat engkau memilih melakukan salat di dekat pilar ini.”

Beliau menanggapi, “Karena aku melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa salam—memilih melakukan salat di dekatnya.”

٥٠٣ - حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ عَامِرٍ، عَنۡ أَنَسٍ، قَالَ: لَقَدۡ رَأَيۡتُ كِبَارَ أَصۡحَابِ النَّبِيِّ ﷺ يَبۡتَدِرُونَ السَّوَارِيَ عِنۡدَ الۡمَغۡرِبِ. وَزَادَ شُعۡبَةُ، عَنۡ عَمۡرٍو، عَنۡ أَنَسٍ: حَتَّى يَخۡرُجَ النَّبِيُّ ﷺ. [الحديث ٥٠٣ – طرفه في: ٦٢٥].

503. Qabishah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Amr bin ‘Amir, dari Anas. Beliau berkata: Aku sungguh telah melihat para sahabat senior Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bergegas menuju tiang-tiang ketika (azan) Magrib.

Syu’bah menambahkan, dari ‘Amr, dari Anas: sampai Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—keluar.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 498

٩٢ - بَابُ الصَّلَاةِ إِلَى الۡحَرۡبَةِ
92. Bab salat menghadap sangkur


٤٩٨ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ: أَخۡبَرَنِي نَافِعٌ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يُرۡكَزُ لَهُ الۡحَرۡبَةُ، فَيُصَلِّي إِلَيۡهَا. [طرفه في: ٤٩٤].

498. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah: Nafi’ mengabarkan kepadaku dari ‘Abdullah: Bahwa dahulu pernah sebuah sangkur ditanam untuk keperluan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu beliau salat menghadapnya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 496 dan 497

٩١ - بَابُ قَدۡرِ كَمۡ يَنۡبَغِي أَنۡ يَكُونَ بَيۡنَ الۡمُصَلَّى وَالسُّتۡرَةِ
91. Bab ukuran jarak antara tempat salat dengan sutrah (pembatas di hadapan orang yang salat)


٤٩٦ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ زُرَارَةَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ سَهۡلٍ قَالَ: كَانَ بَيۡنَ مُصَلَّى رَسُولِ اللهِ ﷺ وَبَيۡنَ الۡجِدَارِ مَمَرُّ الشَّاةِ.

[الحديث ٤٩٦ – طرفه في: ٧٣٣٤].

496. ‘Amr bin Zurarah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdul ‘Aziz bin Abu Hazim mengabarkan kepada kami dari ayahnya, dari Sahl. Beliau berkata: Jarak antara tempat salat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dengan dinding adalah selebar tempat yang bisa dilalui oleh kambing.

٤٩٧ - حَدَّثَنَا الۡمَكِّيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ أَبِي عُبَيۡدٍ، عَنۡ سَلَمَةَ قَالَ: كَانَ جِدَارُ الۡمَسۡجِدِ عِنۡدَ الۡمِنۡبَرِ مَا كَادَتِ الشَّاةُ تَجُوزُهَا.

497. Al-Makki telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yazid bin Abu ‘Ubaid menceritakan kepada kami dari Salamah. Beliau berkata: Dahulu dinding masjid yang berada di dekat mimbar hampir tidak bisa dilalui oleh kambing.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 494

٤٩٤ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ نُمَيۡرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ إِذَا خَرَجَ يَوۡمَ الۡعِيدِ، أَمَرَ بِالۡحَرۡبَةِ فَتُوضَعُ بَيۡنَ يَدَيۡهِ، فَيُصَلِّي إِلَيۡهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ، وَكَانَ يَفۡعَلُ ذٰلِكَ فِي السَّفَرِ، فَمِنۡ ثَمَّ اتَّخَذَهَا الۡأُمَرَاءُ.

[الحديث ٤٩٤ – أطرافه في: ٤٩٨، ٩٧٢، ٩٧٣].

494. Ishaq telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdullah bin Numair menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Ubaidullah menceritakan kepada kami dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar: Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu ketika keluar pada hari raya, beliau memerintahkan untuk meletakkan sangkur di hadapannya. Beliau salat menghadapnya, sementara orang-orang di belakang beliau. Beliau juga biasa melakukan itu ketika safar. Dari perbuatan beliau inilah, para pemimpin menjadikan sangkur (ditancapkan di hadapan tempat salat).

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 478, 479, dan 480

٨٨ - بَابُ تَشۡبِيكِ الۡأَصَابِعِ فِي الۡمَسۡجِدِ وَغَيۡرِهِ
88. Bab saling menyilangkan jari-jemari di dalam masjid dan selainnya


٤٧٨، ٤٧٩ – حَدَّثَنَا حَامِدُ بۡنُ عُمَرَ، عَنۡ بِشۡرٍ: حَدَّثَنَا عَاصِمٌ: حَدَّثَنَا وَاقِدٌ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ، أَوِ ابۡنِ عَمۡرٍو، قَالَ: شَبَّكَ النَّبِيُّ ﷺ أَصَابِعَهُ. [الحديث ٤٧٩ – طرفه في: ٤٨٠].

478, 479. Hamid bin ‘Umar telah menceritakan kepada kami dari Bisyr: ‘Ashim menceritakan kepada kami: Waqid menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Ibnu ‘Umar atau Ibnu ‘Amr. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—saling menyilangkan jari-jemarinya.

٤٨٠ – وَقَالَ عَاصِمُ بۡنُ عَلِيٍّ: حَدَّثَنَا عَاصِمُ بۡنُ مُحَمَّدٍ: سَمِعۡتُ هَٰذَا الۡحَدِيثَ مِنۡ أَبِي، فَلَمۡ أَحۡفَظۡهُ، فَقَوَّمَهُ لِي وَاقِدٌ، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: سَمِعۡتُ أَبِي وَهُوَ يَقُولُ: قَالَ عَبۡدُ اللهِ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (يَا عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَمۡرٍو، كَيۡفَ بِكَ إِذَا بَقِيتَ فِي حُثَالَةٍ مِنَ النَّاسِ؟). بِهَٰذَا.

480. ‘Ashim bin ‘Ali berkata: ‘Ashim bin Muhammad menceritakan kepada kami: Aku mendengar hadis ini dari ayahku namun aku tidak menghafalnya, lalu Waqid mengoreksiku dengan hadis berikut ini dari ayahnya. Beliau berkata: Aku mendengar ayahku ketika beliau berkata: ‘Abdullah berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Wahai ‘Abdullah bin ‘Amr, bagaimana keadaanmu apabila engkau tersisa bersama orang-orang rendahan?”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7144

٧١٤٤ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ: حَدَّثَنِي نَافِعٌ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (السَّمۡعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الۡمَرۡءِ الۡمُسۡلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، مَا لَمۡ يُؤۡمَرۡ بِمَعۡصِيَةٍ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعۡصِيَةٍ فَلَا سَمۡعَ وَلَا طَاعَةَ). [طرفه في: ٢٩٥٥].

7144. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah: Nafi’ menceritakan kepadaku dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada pemimpin muslim) dalam perkara yang dia sukai dan dia benci, selama dia tidak diperintah untuk melakukan kemaksiatan. Apabila dia diperintahkan untuk melakukan kemaksiatan, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 476

٨٦ - بَابُ الۡمَسۡجِدِ يَكُونُ فِي الطَّرِيقِ مِنۡ غَيۡرِ ضَرَرٍ بِالنَّاسِ
86. Bab (membangun) masjid yang berada di jalan tanpa merugikan orang-orang


وَبِهِ قَالَ الۡحَسَنُ وَأَيُّوبُ وَمَالِكٌ.

Al-Hasan, Ayyub, dan Malik berpendapat bolehnya hal yang demikian.

٤٧٦ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ: أَنَّ عَائِشَةَ زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ قَالَتۡ: لَمۡ أَعۡقِلۡ أَبَوَىَّ إِلَّا وَهُمَا يَدِينَانِ الدِّينَ، وَلَمۡ يَمُرَّ عَلَيۡنَا يَوۡمٌ إِلَّا يَأۡتِينَا فِيهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ، طَرَفَيِ النَّهَارِ: بُكۡرَةً وَعَشِيَّةً، ثُمَّ بَدَا لِأَبِي بَكۡرٍ، فَابۡتَنَى مَسۡجِدًا بِفِنَاءِ دَارِهِ، فَكَانَ يُصَلِّي فِيهِ وَيَقۡرَأُ الۡقُرۡآنَ، فَيَقِفُ عَلَيۡهِ نِسَاءُ الۡمُشۡرِكِينَ وَأَبۡنَاؤُهُمۡ، يَعۡجَبُونَ مِنۡهُ وَيَنۡظُرُونَ إِلَيۡهِ، وَكَانَ أَبُو بَكۡرٍ رَجُلًا بَكَّاءً، لَا يَمۡلِكُ عَيۡنَيۡهِ إِذَا قَرَأَ الۡقُرۡآنَ، فَأَفۡزَعَ ذٰلِكَ أَشۡرَافَ قُرَيۡشٍ مِنَ الۡمُشۡرِكِينَ.

[الحديث ٤٧٦ – أطرافه في: ٢١٣٨، ٢٢٦٣، ٢٢٩٧، ٣٩٠٥، ٤٠٩٣، ٥٨٠٧، ٦٠٧٩].

476. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: ‘Urwah bin Az-Zubair mengabarkan kepadaku: Bahwa ‘Aisyah istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengatakan: Aku tidak mengetahui kedua orang tuaku kecuali keduanya sudah beragama dengan agama (Islam) ini. Tidaklah berlalu satu hari kecuali Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang kepada kami di kedua tepi siang, yaitu: pagi dan petang. Kemudian muncul gagasan Abu Bakr untuk membangun sebuah masjid di halaman rumahnya (dan beliaupun mewujudkannya). Abu Bakr sering salat dan membaca Alquran di situ, sehingga para wanita-wanita musyrik dan putra-putra mereka berhenti di situ. Mereka heran dan memandanginya. Abu Bakr adalah seorang pria yang banyak menangis. Beliau tidak bisa menguasai matanya ketika membaca Alquran. Hal itu membuat para tokoh Quraisy dari kalangan orang-orang musyrik khawatir.

Mu'awiyah bin Abu Sufyan

Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi--wafat tahun 620 H rahimahullah--di dalam Lum'ah Al-I'tiqad berkata:

وَمُعَاوِيَةُ خَالُ الۡمُؤۡمِنِينَ، وَكَاتِبُ وَحۡيِ اللهِ، أَحَدُ خُلَفَاءِ الۡمُسۡلِمِينَ، رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمۡ.
Mu’awiyah adalah khal (paman dari jalur ibu) kaum mukminin, penulis wahyu Allah, dan salah satu khalifah kaum muslimin—radhiyallahu ‘anhum—.[1]


Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin--rahimahullah--di dalam syarahnya berkata:

[1] مُعَاوِيَةُ بۡنُ أَبِي سُفۡيَانَ:


هُوَ أَمِيرُ الۡمُؤۡمِنِينَ مُعَاوِيَةُ بۡنُ أَبِي سُفۡيَانَ صَخۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ،

Beliau adalah amirulmukminin Mu’awiyah bin Abu Sufyan Shakhr bin Harb

وُلِدَ قَبۡلَ الۡبِعۡثَةِ بِخَمۡسِ سِنِينَ وَأَسۡلَمَ عَامَ الۡفَتۡحِ، وَقِيلَ: أَسۡلَمَ بَعۡدَ الۡحُدَيۡبِيَةِ وَكَتَمَ إِسۡلَامَهُ، وَلَّاهُ عُمَرُ الشَّامَ وَاسۡتَمَرَّ عَلَيۡهِ وَتُسَمَّى بِالۡخِلَافَةِ بَعۡدَ الۡحَكَمَيۡنِ عَامَ ٣٧هـ،

Beliau dilahirkan 5 tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad. Beliau masuk Islam pada tahun Fathu Makkah. Ada yang berpendapat bahwa beliau masuk Islam setelah Hudaibiyah dan menyembunyikan keislamannya.

‘Umar mengangkatnya sebagai pemimpin Syam. Beliau terus di sana dan kepemimpinannya disebut dengan kekhalifahan setelah proses tahkim dengan dua hakam pada tahun 37 H.

وَاجۡتَمَعَ النَّاسُ عَلَيۡهِ بَعۡدَ تَنَازُلِ الۡحَسَنِ بۡنِ عَلِيٍّ سَنَةَ ٤١هـ، كَانَ يَكۡتُبُ لِلنَّبِيِّ ﷺ وَمِنۡ جُمۡلَةِ كُتَّابِ الۡوَحۡيِ،

Kaum muslimin bersatu di bawah kepemimpinannya setelah Al-Hasan bin ‘Ali mengundurkan diri pada tahun 41 H. Mu’awiyah dahulu melakukan tugas menulis untuk Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan beliau termasuk deretan para penulis wahyu.

تُوُفِّيَ فِي رَجَبٍ سَنَةَ ٦٠هـ عَنۡ ٧٨ سَنَةٍ، وَإِنَّمَا ذَكَرَهُ الۡمُؤَلِّفُ وَأَثۡنَى عَلَيۡهِ لِلرَّدِّ عَلَى الرَّوَافِضِ الَّذِينَ يَسُبُّونَهُ وَيَقۡدَحُونَ فِيهِ،

Beliau wafat pada tahun 60 H dalam usia 78 tahun. Mualif menyebutkan beliau dan menyanjung beliau dalam rangka membantah orang-orang Rafidhah yang mencaci dan mencela beliau.

وَسَمَّاهُ خَالَ الۡمُؤۡمِنِينَ لِأَنَّهُ أَخُو أُمِّ حَبِيبَةَ إِحۡدَى أُمَّهَاتِ الۡمُؤۡمِنِينَ،

Mualif menjuluki Mu’awiyah sebagai khal (paman dari jalur ibu) kaum mukminin karena beliau adalah saudara laki-laki Ummu Habibah, salah seorang ibunda kaum mukminin.

وَقَدۡ ذَكَرَ شَيۡخُ الۡإِسۡلَامِ ابۡنُ تَيۡمِيَّةَ فِي مِنۡهَاجِ السُّنَّةِ (٢/٢٩٩) نِزَاعًا بَيۡنَ الۡعُلَمَاءِ هَلۡ يُقَالُ لِإِخۡوَةِ أُمَّهَاتِ الۡمُؤۡمِنِينَ أَخۡوَالُ الۡمُؤۡمِنِينَ أَمۡ لَا؟

Syekh Islam Ibnu Taimiyyah telah menyebutkan perselisihan ulama di dalam kitab Minhaj As-Sunnah (2/299), apakah bisa saudara laki-laki ibunda kaum mukminin disebut khal kaum mukminin ataukah tidak.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 475

٨٥ - بَابُ الاِسۡتِلۡقَاءِ فِي الۡمَسۡجِدِ، وَمَدِّ الرِّجۡلِ
85. Bab berbaring di dalam masjid dan menyelonjorkan kaki


٤٧٥ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عَبَّادِ بۡنِ تَمِيمٍ، عَنۡ عَمِّهِ: أَنَّهُ رَأَى رَسُولَ اللهِ ﷺ مُسۡتَلۡقِيًا فِي الۡمَسۡجِدِ، وَاضِعًا إِحۡدَى رِجۡلَيۡهِ عَلَى الۡأُخۡرَى. وَعَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ الۡمُسَيَّبِ، قَالَ: كَانَ عُمَرُ وَعُثۡمَانُ يَفۡعَلَانِ ذٰلِكَ. [الحديث ٤٧٥ – طرفاه في: ٥٩٦٩، ٦٢٨٧].

475. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari ‘Abbad bin Tamim, dari pamannya: Bahwa beliau melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berbaring di dalam masjid sambil meletakkan salah satu dari kedua kakinya di atas kaki lainnya.

Dan dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin Al-Musayyab. Beliau berkata: Dahulu ‘Umar dan ‘Utsman pernah melakukan hal itu.