Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3043

١٦٨ - بَابٌ إِذَا نَزَلَ الۡعَدُوُّ عَلَى حُكۡمِ رَجُلٍ
168. Bab apabila musuh menerima keputusan seorang muslim


٣٠٤٣ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ سَعۡدِ بۡنِ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ أَبِي أُمَامَةَ، هُوَ ابۡنُ سَهۡلِ بۡنِ حُنَيۡفٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتۡ بَنُو قُرَيۡظَةَ عَلَى حُكۡمِ سَعۡدٍ - هُوَ ابۡنُ مُعَاذٍ - بَعَثَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَكَانَ قَرِيبًا مِنۡهُ، فَجَاءَ عَلَى حِمَارٍ، فَلَمَّا دَنَا قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (قُومُوا إِلَى سَيِّدِكُمۡ). فَجَاءَ فَجَلَسَ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَقَالَ لَهُ: (إِنَّ هَؤُلَاءِ نَزَلُوا عَلَى حُكۡمِكَ). قَالَ: فَإِنِّي أَحۡكُمُ أَنۡ تُقۡتَلَ الۡمُقَاتِلَةُ، وَأَنۡ تُسۡبَى الذُّرِّيَّةُ، قَالَ: (لَقَدۡ حَكَمۡتَ فِيهِمۡ بِحُكۡمِ الۡمَلِكِ). [الحديث ٣٠٤٣ - أطرافه في: ٣٨٠٤، ٤١٢١، ٦٢٦٢].

3043. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Syu'bah menceritakan kepada kami dari Sa’d bin Ibrahim, dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, dari Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Ketika bani Quraizhah siap menerima keputusan Sa’d bin Mu’adz, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutus orang kepadanya. Tempat tinggal Sa’d dekat dengan beliau. Sa’d datang mengendarai himar. Ketika sudah dekat, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Berdirilah untuk sayid kalian!”

Sa’d datang lalu duduk menghadap Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Rasulullah bersabda kepadanya, “Mereka ini siap menerima keputusanmu.”

Sa’d berkata, “Sesungguhnya aku memberi keputusan agar pasukannya dihukum bunuh, sedangkan anak-anak dan para wanita ditawan.”

Rasulullah bersabda, “Engkau telah memberi keputusan untuk mereka dengan ketentuan Allah Al-Malik.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3042

١٦٧ - بَابُ مَنۡ قَالَ: خُذۡهَا وَأَنَا ابۡنُ فُلَانٍ
167. Bab barang siapa berkata, “Ambil ini! Aku adalah putra Polan.”


وَقَالَ سَلَمَةُ: خُذۡهَا وَأَنَا ابۡنُ الۡأَكۡوَعِ.

Salamah berkata, “Ambil ini! Aku adalah putra Al-Akwa’.”

٣٠٤٢ - حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ، عَنۡ إِسۡرَائِيلَ، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ قَالَ: سَأَلَ رَجُلٌ الۡبَرَاءَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ فَقَالَ: يَا أَبَا عُمَارَةَ، أَوَلَّيۡتُمۡ يَوۡمَ حُنَيۡنٍ؟ قَالَ الۡبَرَاءُ، وَأَنَا أَسۡمَعُ: أَمَّا رَسُولُ اللهِ ﷺ لَمۡ يُوَلِّ يَوۡمَئِذٍ، كَانَ أَبُو سُفۡيَانَ بۡنُ الۡحَارِثِ آخِذًا بِعِنَانِ بَغۡلَتِهِ، فَلَمَّا غَشِيَهُ الۡمُشۡرِكُونَ نَزَلَ، فَجَعَلَ يَقُولُ: (أَنَا النَّبِيُّ لَا كَذِبۡ، أَنَا ابۡنُ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبۡ). قَالَ: فَمَا رُئِيَ مِنَ النَّاسِ يَوۡمَئِذٍ أَشَدُّ مِنۡهُ. [طرفه في: ٢٨٦٤].

3042. ‘Ubaidullah telah menceritakan kepada kami dari Isra`il, dari Abu Ishaq. Beliau berkata: Seseorang bertanya kepada Al-Bara`—radhiyallahu ‘anhu—, “Wahai Abu ‘Umarah, apakah kalian kabur pada hari perang Hunain?”

Al-Bara` menjawab dan aku mendengar: Adapun Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak kabur pada hari itu. Waktu itu Abu Sufyan bin Al-Harits memegang tali kekang bagalnya. Ketika pasukan musyrikin mengepung beliau, beliau turun lalu berucap, “Aku adalah Nabi. Tidak dusta. Aku adalah putra ‘Abdul Muththalib.”

Al-Bara` berkata: Pada hari itu, tidak ada orang yang terlihat lebih hebat berperang daripada beliau.

Penjelasan Adanya Kebangkitan dalam Alquran

Syekh 'Abdul Muhsin bin Hamad Al-'Abbad Al-Badr--hafizhahullah--di dalam Syarh Hadits Jibril fi Ta'lim Ad-Din berkata,

وَكَثِيرًا مَا يَأۡتِي فِي الۡقُرۡآنِ تَقۡرِيرُ أَمۡرِ الۡبَعۡثِ بِبَيَانِ ثَلَاثَةِ أُمُورٍ:

Penetapan akan adanya kebangkitan di dalam Alquran seringnya dengan penjelasan tiga perkara:

الۡأَمۡرُ الۡأَوَّلُ: التَّنۡبِيهُ بِخَلۡقِ الۡإِنۡسَانِ أَوَّلَ مَرَّةٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿أَوَلَمۡ يَرَ ٱلۡإِنسَٰنُ أَنَّا خَلَقۡنَٰهُ مِن نُّطۡفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ ۝٧٧ وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِىَ خَلۡقَهُۥ ۖ قَالَ مَن يُحۡىِ ٱلۡعِظَٰمَ وَهِىَ رَمِيمٌ ۝٧٨ قُلۡ يُحۡيِيهَا ٱلَّذِىٓ أَنشَأَهَآ أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلۡقٍ عَلِيمٌ﴾،

Perkara pertama: Dengan mengingatkan penciptaan manusia di awal kali. Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Apakah manusia tidak melihat bahwa Kami telah menciptakannya dari nutfah, lalu tiba-tiba dia menjadi musuh yang nyata?! Lalu dia membuat permisalan untuk Kami, sementara dia melupakan penciptaannya. Dia berkata, ‘Siapa yang dapat menghidupkan tulang belulang yang sudah hancur ini?’ Katakanlah, ‘Yang akan menghidupkannya adalah Tuhan yang telah menciptakannya di awal kali dan Dia Maha mengetahui seluruh makhluk.’” (QS. Yasin: 77-79).

وَقَالَ: ﴿وَهُوَ ٱلَّذِى يَبۡدَؤُا۟ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ وَهُوَ أَهۡوَنُ عَلَيۡهِ ۚ وَلَهُ ٱلۡمَثَلُ ٱلۡأَعۡلَىٰ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ﴾،

Allah berfirman, “Dialah yang memulai penciptaan kemudian mengulanginya, yang itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang paling luhur di langit dan bumi. Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ar-Rum: 27).

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن كُنتُمۡ فِى رَيۡبٍ مِّنَ ٱلۡبَعۡثِ فَإِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٍ ثُمَّ مِنۡ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضۡغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيۡرِ مُخَلَّقَةٍ﴾،

Allah taala berfirman, “Wahai sekalian manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari tanah, kemudian dari air mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna penciptaannya dan yang tidak sempurna penciptaannya.” (QS. Al-Haj: 5).

وَقَالَ سُبۡحَانَهُ: ﴿يَوۡمَ نَطۡوِى ٱلسَّمَآءَ كَطَىِّ ٱلسِّجِلِّ لِلۡكُتُبِ ۚ كَمَا بَدَأۡنَآ أَوَّلَ خَلۡقٍ نُّعِيدُهُۥ ۚ وَعۡدًا عَلَيۡنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ﴾،

Allah—subhanahu—berfirman, “Pada hari Kami menggulung langit seperti gulungan lembaran kitab-kitab. Sebagaimana Kami telah memulai di awal penciptaan, begitulah Kami akan mengulanginya. Suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami akan melaksanakannya.” (QS. Al-Anbiya`: 104).

وَقَالَ: ﴿أَفَعَيِينَا بِٱلۡخَلۡقِ ٱلۡأَوَّلِ ۚ بَلۡ هُمۡ فِى لَبۡسٍ مِّنۡ خَلۡقٍ جَدِيدٍ﴾،

Allah berfirman, “Apakah Kami letih dengan penciptaan pertama? Sebenarnya mereka dalam keraguan tentang penciptaan yang baru.” (QS. Qaf: 15).

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿أَيَحۡسَبُ ٱلۡإِنسَٰنُ أَن يُتۡرَكَ سُدًى ۝٣٦ أَلَمۡ يَكُ نُطۡفَةً مِّن مَّنِىٍّ يُمۡنَىٰ ۝٣٧ ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّىٰ ۝٣٨ فَجَعَلَ مِنۡهُ ٱلزَّوۡجَيۡنِ ٱلذَّكَرَ وَٱلۡأُنثَىٰٓ ۝٣٩ أَلَيۡسَ ذَٰلِكَ بِقَٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يُحۡـِۧىَ ٱلۡمَوۡتَىٰ﴾.

Allah taala berfirman, “Apakah manusia mengira mereka dibiarkan begitu saja? Bukankah dia tadinya adalah nutfah dari air mani yang ditumpahkan, kemudian menjadi segumpal darah lalu Allah ciptakan dan sempurnakan, kemudian Allah jadikan satu pasang laki-laki dan wanita darinya? Bukankah Yang melakukan itu akan mampu untuk menghidupkan orang mati?” (QS. Al-Qiyamah: 36-40).

الۡأَمۡرُ الثَّانِي: التَّنۡبِيهُ بِإِحۡيَاءِ الۡأَرۡضِ بَعۡدَ مَوۡتِهَا، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَتَرَى ٱلۡأَرۡضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡهَا ٱلۡمَآءَ ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡ وَأَنۢبَتَتۡ مِن كُلِّ زَوۡجِۭ بَهِيجٍ ۝٥ ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡحَقُّ وَأَنَّهُۥ يُحۡىِ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَأَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ ۝٦ وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ لَّا رَيۡبَ فِيهَا وَأَنَّ ٱللَّهَ يَبۡعَثُ مَن فِى ٱلۡقُبُورِ﴾،

Perkara kedua: Mengingatkan dengan menghidupkan bumi setelah matinya. Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Engkau lihat bumi itu kering lalu ketika Kami turunkan air padanya, bumi itu hidup, subur, dan menumbuhkan berbagai tumbuhan yang indah. Yang demikian itu karena Allah adalah Al-Haq (Yang Maha Benar), Dia menghidupkan segala yang mati, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan padanya dan bahwa Allah membangkitkan siapa saja yang di dalam kubur.” (QS. Al-Haj: 5-7).

وَقَالَ سُبۡحَانَهُ: ﴿وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنَّكَ تَرَى ٱلۡأَرۡضَ خَٰشِعَةً فَإِذَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡهَا ٱلۡمَآءَ ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡ ۚ إِنَّ ٱلَّذِىٓ أَحۡيَاهَا لَمُحۡىِ ٱلۡمَوۡتَىٰٓ ۚ إِنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ﴾،

Allah—subhanahu—berfirman, “Di antara ayat-Nya adalah bahwa engkau melihat bumi tandus lalu ketika Kami turunkan air padanya, bumi itu bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya pasti akan menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat: 39).

وَقَالَ: ﴿يُخۡرِجُ ٱلۡحَىَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَيُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَىِّ وَيُحۡىِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا ۚ وَكَذَٰلِكَ تُخۡرَجُونَ﴾،

Allah berfirman, “Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati. Dia mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Dia menghidupkan bumi setelah matinya. Seperti itulah nanti kalian dikeluarkan (dari kubur).” (QS. Ar-Rum: 19).

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَٱلَّذِى نَزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءَۢ بِقَدَرٍ فَأَنشَرۡنَا بِهِۦ بَلۡدَةً مَّيۡتًا ۚ كَذَٰلِكَ تُخۡرَجُونَ﴾،

Allah taala berfirman, “Dan Yang menurunkan air dari langit sesuai ukuran lalu Kami hidupkan negeri yang mati dengan air itu. Seperti itulah nanti kalian dikeluarkan (dari kubur).” (QS. Az-Zukhruf: 11).

وَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَنَزَّلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً مُّبَٰرَكًا فَأَنۢبَتۡنَا بِهِۦ جَنَّٰتٍ وَحَبَّ ٱلۡحَصِيدِ ۝٩ وَٱلنَّخۡلَ بَاسِقَٰتٍ لَّهَا طَلۡعٌ نَّضِيدٌ ۝١٠ رِّزۡقًا لِّلۡعِبَادِ ۖ وَأَحۡيَيۡنَا بِهِۦ بَلۡدَةً مَّيۡتًا ۚ كَذَٰلِكَ ٱلۡخُرُوجُ﴾،

Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Kami menurunkan air yang diberkahi dari langit lalu Kami menumbuhkan kebun-kebun dan biji-biji tanaman yang diketam. Juga pohon-pohon kurma yang tinggi yang memiliki mayang yang bersusun. Sebagai rezeki untuk para hamba. Dan Kami hidupkan tanah yang mati dengannya. Seperti itulah kebangkitan.” (QS. Qaf: 9-11).

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَهُوَ ٱلَّذِى يُرۡسِلُ ٱلرِّيَٰحَ بُشۡرَۢا بَيۡنَ يَدَىۡ رَحۡمَتِهِۦ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَقَلَّتۡ سَحَابًا ثِقَالًا سُقۡنَٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلۡنَا بِهِ ٱلۡمَآءَ فَأَخۡرَجۡنَا بِهِۦ مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخۡرِجُ ٱلۡمَوۡتَىٰ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ﴾،

Allah taala berfirman, “Dialah yang meniupkan angin sebagai kabar gembira akan datangnya rahmat-Nya. Hingga ketika angin itu telah membawa awan mendung, Kami menghalaunya ke suatu daerah yang tandus. Lalu Kami turunkan hujan di situ lalu dengan sebab hujan itu, Kami keluarkan segala macam buah. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang sudah mati agar kalian mengambil pelajaran.” (QS. Al-A’raf: 57).

وَقَالَ: ﴿وَٱللَّهُ ٱلَّذِىٓ أَرۡسَلَ ٱلرِّيَٰحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقۡنَٰهُ إِلَىٰ بَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَحۡيَيۡنَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا ۚ كَذَٰلِكَ ٱلنُّشُورُ﴾.

Allah berfirman, “Allah lah Yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan, lalu Kami halau awan itu ke negeri yang mati, lalu dengan hujan Kami menghidupkan bumi setelah matinya. Seperti itulah kebangkitan.” (QS. Fathir: 9).

الۡأَمۡرُ الثَّالِثُ: التَّنۡبِيهُ بِخَلۡقِ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ وَهُوَ أَعۡظَمُ مِنۡ خَلۡقِ النَّاسِ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿ لَخَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَكۡبَرُ مِنۡ خَلۡقِ ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ﴾،

Perkara ketiga: Mengingatkan dengan penciptaan langit dan bumi yang lebih besar daripada penciptaan manusia. Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Penciptaan langit dan bumi benar-benar lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ghafir: 57).

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿أَوَلَمۡ يَرَوۡا۟ أَنَّ ٱللَّهَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَلَمۡ يَعۡىَ بِخَلۡقِهِنَّ بِقَٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يُحۡـِۧىَ ٱلۡمَوۡتَىٰ ۚ بَلَىٰٓ إِنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ﴾،

Allah taala berfirman, “Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam keadaan Dia tidak susah payah menciptakannya, mampu untuk menghidupkan yang mati? Bahkan sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Ahqaf: 33).

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿أَوَلَيۡسَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ بِقَٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يَخۡلُقَ مِثۡلَهُم ۚ بَلَىٰ وَهُوَ ٱلۡخَلَّٰقُ ٱلۡعَلِيمُ﴾،

Allah taala berfirman, “Bukankah yang telah menciptakan langit dan bumi pasti mampu untuk menciptakan yang semisal mereka? Bahkan Dia adalah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin: 81).

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿أَوَلَمۡ يَرَوۡا۟ أَنَّ ٱللَّهَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ قَادِرٌ عَلَىٰٓ أَن يَخۡلُقَ مِثۡلَهُمۡ وَجَعَلَ لَهُمۡ أَجَلًا لَّا رَيۡبَ فِيهِ فَأَبَى ٱلظَّٰلِمُونَ إِلَّا كُفُورًا﴾،

Allah taala berfirman, “Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan langit-langit dan bumi mampu untuk menciptakan yang semisal mereka dan Dia telah menetapkan waktu untuk mereka yang tidak ada keraguan padanya? Namun orang-orang yang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran.” (QS. Al-Isra`: 99).

وَقَالَ: ﴿ءَأَنتُمۡ أَشَدُّ خَلۡقًا أَمِ ٱلسَّمَآءُ ۚ بَنَىٰهَا﴾ الۡآيَات.

Allah berfirman, “Apakah kalian yang lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya.” (QS. An-Nazi’at: 27).

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3038 dan 3039

١٦٤ - بَابُ مَا يُكۡرَهُ مِنَ التَّنَازُعِ وَالۡاِخۡتِلَافِ فِي الۡحَرۡبِ، وَعُقُوبَةِ مَنۡ عَصَى إِمَامَهُ
164. Bab pertengkaran dan perselisihan yang dibenci dalam perang dan hukuman untuk orang yang membangkang pemimpinnya


وَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفۡشَلُوا وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡ﴾ [الأنفال: ٤٦]. قَالَ قَتَادَةُ: الرِّيحُ: الۡحَرۡبُ.

Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Janganlah kalian bertengkar yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan kekuatan perang kalian hilang.” (QS. Al-Anfal: 46). Qatadah berkata, “Rīh artinya kekuatan perang.”

٣٠٣٨ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنۡ شُعۡبَةَ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ جَدِّهِ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ بَعَثَ مُعَاذًا وَأَبَا مُوسَى إِلَى الۡيَمَنِ، قَالَ: (يَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا، وَتَطَاوَعَا وَلَا تَخۡتَلِفَا). [طرفاه في: ٢٢٦١، ٢٢٦٤].

3038. Yahya telah menceritakan kepada kami: Waki’ menceritakan kepada kami dari Syu’bah, dari Sa’id bin Abu Burdah, dari ayahnya, dari kakeknya: Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutus Mu’adz dan Abu Musa ke Yaman. Beliau berpesan, “Permudah dan jangan persulit! Berilah kabar gembira dan jangan buat lari! Saling cintalah dan jangan berselisih!”

٣٠٣٩ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا زُهَيۡرٌ: حَدَّثَنَا أَبُو إِسۡحَاقَ قَالَ: سَمِعۡتُ الۡبَرَاءَ بۡنَ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يُحَدِّثُ قَالَ: جَعَلَ النَّبِيُّ ﷺ عَلَى الرَّجَّالَةِ يَوۡمَ أُحُدٍ - وَكَانُوا خَمۡسِينَ رَجُلًا - عَبۡدَ اللهِ بۡنَ جُبَيۡرٍ فَقَالَ: (إِنۡ رَأَيۡتُمُونَا تَخۡطَفُنَا الطَّيۡرُ فَلَا تَبۡرَحُوا مَكَانَكُمۡ هٰذَا، حَتَّى أُرۡسِلَ إِلَيۡكُمۡ، وَإِنۡ رَأَيۡتُمُونَا هَزَمۡنَا الۡقَوۡمَ وَأَوۡطَأۡنَاهُمۡ، فَلَا تَبۡرَحُوا حَتَّى أُرۡسِلَ إِلَيۡكُمۡ).

3039. ‘Amr bin Khalid telah menceritakan kepada kami: Zuhair menceritakan kepada kami: Abu Ishaq menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Al-Bara` bin ‘Azib—radhiyallahu ‘anhuma—bercerita. Beliau berkata:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengangkat ‘Abdullah bin Jubair sebagai pemimpin pasukan infanteri pada hari perang Uhud. Mereka berjumlah lima puluh orang. Beliau berpesan, “Jika kalian melihat kami disambar oleh burung, janganlah kalian beranjak dari tempat kalian ini sampai ada utusan yang mendatangi kalian. Begitu pula jika kalian melihat kami memukul mundur dan mengalahkan musuh, tetaplah di tempat kalian sampai ada orang yang diutus kepada kalian.”

فَهَزَمُوهُمۡ، قَالَ: فَأَنَا وَاللهِ رَأَيۡتُ النِّسَاءَ يَشۡتَدِدۡنَ، قَدۡ بَدَتۡ خَلَاخِلُهُنَّ وَأَسۡوُقُهُنَّ، رَافِعَاتٍ ثِيَابَهُنَّ، فَقَالَ أَصۡحَابُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ جُبَيۡرٍ: الۡغَنِيمَةَ أَيۡ قَوۡمِ الۡغَنِيمَةَ، ظَهَرَ أَصۡحَابُكُمۡ فَمَا تَنۡتَظِرُونَ؟ فَقَالَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ جُبَيۡرٍ: أَنَسِيتُمۡ مَا قَالَ لَكُمۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ؟ قَالُوا: وَاللهِ لَنَأۡتِيَنَّ النَّاسَ فَلَنُصِيبَنَّ مِنَ الۡغَنِيمَةِ، فَلَمَّا أَتَوۡهُمۡ صُرِفَتۡ وُجُوهُهُمۡ فَأَقۡبَلُوا مُنۡهَزِمِينَ، فَذَاكَ إِذۡ يَدۡعُوهُمُ الرَّسُولُ فِي أُخۡرَاهُمۡ،

Kaum muslimin berhasil memukul mundur kaum musyrikin.

Al-Bara` berkata: Demi Allah, aku melihat wanita-wanita musyrik terbirit-birit sampai gelang-gelang dan betis-betis mereka terlihat karena mereka mengangkat pakaian mereka.

Para sahabat ‘Abdullah bin Jubair berkata, “Teman-teman, ayo ambil ganimah! Ayo ambil ganimah! Para sahabat kalian sudah menang. Apa lagi yang kalian tunggu?”

‘Abdullah bin Jubair berkata, “Apakah kalian lupa pesan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—kepada kalian?”

Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tetap akan mendatangi mereka supaya kami mendapat ganimah.”

Ketika mereka mendatanginya, wajah-wajah mereka dialihkan lalu mereka malah terpukul mundur. Itulah saat ketika Rasulullah yang sedang berada di antara sahabat-sahabat mereka yang lain memanggil mereka.

فَلَمۡ يَبۡقَ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ غَيۡرُ اثۡنَيۡ عَشَرَ رَجُلًا، فَأَصَابُوا مِنَّا سَبۡعِينَ، وَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ وَأَصۡحَابُهُ أَصَابَ مِنَ الۡمُشۡرِكِينَ يَوۡمَ بَدۡرٍ أَرۡبَعِينَ وَمِائَةً: سَبۡعِينَ أَسِيرًا وَسَبۡعِينَ قَتِيلًا، فَقَالَ أَبُو سُفۡيَانَ: أَفِي الۡقَوۡمِ مُحَمَّدٌ؟ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَنَهَاهُمُ النَّبِيُّ ﷺ أَنۡ يُجِيبُوهُ، ثُمَّ قَالَ: أَفِي الۡقَوۡمِ ابۡنُ أَبِي قُحَافَةَ؟ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ قَالَ: أَفِي الۡقَوۡمِ ابۡنُ الۡخَطَّابِ؟ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ رَجَعَ إِلَى أَصۡحَابِهِ، فَقَالَ: أَمَّا هَؤُلَاءِ فَقَدۡ قُتِلُوا، فَمَا مَلَكَ عُمَرُ نَفۡسَهُ، فَقَالَ: كَذَبۡتَ وَاللهِ يَا عَدُوَّ اللهِ، إِنَّ الَّذِينَ عَدَدۡتَ لَأَحۡيَاءٌ كُلُّهُمۡ، وَقَدۡ بَقِيَ لَكَ مَا يَسُوؤُكَ،

Tidaklah ada yang tersisa bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—selain dua belas orang. Pasukan musyrikin berhasil membunuh tujuh puluh orang dari kami, sementara sebelumnya pada hari perang Badr, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah melumpuhkan seratus empat puluh orang musyrikin: tujuh puluh orang sebagai tawanan dan tujuh puluh orang sebagai korban terbunuh.

Abu Sufyan berkata, “Apakah di antara orang-orang itu ada Muhammad?” Sebanyak tiga kali. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang mereka untuk menjawabnya. Kemudian Abu Sufyan bertanya, “Apakah di antara orang-orang itu ada Ibnu Abu Quhafah?” Sebanyak tiga kali. Kemudian Abu Sufyan bertanya, “Apakah di antara orang-orang itu ada Ibnu Al-Khaththab?” Sebanyak tiga kali. Kemudian Abu Sufyan kembali ke teman-temannya seraya berkata, “Berarti mereka semua sudah terbunuh.”

‘Umar tidak bisa menahan diri, sontak berkata, “Demi Allah, engkau dusta wahai musuh Allah. Sesungguhnya orang-orang yang engkau sebutkan tadi masih hidup semua dan yang tersisa untukmu adalah perkara yang akan menyedihkanmu.”

قَالَ: يَوۡمٌ بِيَوۡمِ بَدۡرٍ، وَالۡحَرۡبُ سِجَالٌ، إِنَّكُمۡ سَتَجِدُونَ فِي الۡقَوۡمِ مُثۡلَةً، لَمۡ آمُرۡ بِهَا وَلَمۡ تَسُؤۡنِي، ثُمَّ أَخَذَ يَرۡتَجِزُ: أُعۡلُ هُبَلۡ، أُعۡلُ هُبَلۡ، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (أَلَا تُجِيبُوا لَهُ؟) قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ مَا نَقُولُ؟ قَالَ: (قُولُوا: اللهُ أَعۡلَى وَأَجَلُّ). قَالَ: إِنَّ لَنَا الۡعُزَّى وَلَا عُزَّى لَكُمۡ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (أَلَا تُجِيبُوا لَهُ؟) قَالَ: قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ مَا نَقُولُ؟ قَالَ: (قُولُوا: اللهُ مَوۡلَانَا وَلَا مَوۡلَى لَكُمۡ). [الحديث ٣٠٣٩ - أطرافه في: ٣٩٨٦، ٤٠٤٣، ٤٠٦٧، ٤٥٦١]

Abu Sufyan berkata, “Hari ini pembalasan hari perang Badr. Perang itu silih berganti. Sesungguhnya kalian akan mendapati korban mutilasi di antara mereka. Aku tidak memerintahkan hal itu namun aku tidak menyesalinya.” Kemudian dia mulai bersorak, “Menang, wahai Hubal. Menang, wahai Hubal.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Tidakkah kalian menjawabnya?”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang akan kita katakan?”

Nabi bersabda, “Ucapkanlah: Allah lah yang paling tinggi dan paling mulia!”

Abu Sufyan berkata, “Sesungguhnya kami memiliki ‘Uzza, sedang kalian tidak memiliki ‘Uzza.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Tidakkah kalian menjawabnya?”

Al-Bara` berkata: Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang akan kita katakan?”

Nabi bersabda, “Ucapkanlah: Allah adalah pelindung kami, sedangkan kalian tidak memiliki pelindung!”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 2954

١٠٧ - بَابُ التَّوۡدِيعِ
107. Bab pamit safar


٢٩٥٤ – وَقَالَ ابۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنِي عَمۡرٌو، عَنۡ بُكَيۡرٍ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَنَّهُ قَالَ: بَعَثَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي بَعۡثٍ، وَقَالَ لَنَا: (إِنۡ لَقِيتُمۡ فُلَانًا وَفُلَانًا – لِرَجُلَيۡنِ مِنۡ قُرَيۡشٍ سَمَّاهُمَا – فَحَرِّقُوهُمَا بِالنَّارِ). قَالَ: ثُمَّ أَتَيۡنَاهُ نُوَدِّعُهُ حِينَ أَرَدۡنَا الۡخُرُوجَ، فَقَالَ: (إِنِّي كُنۡتُ أَمَرۡتُكُمۡ أَنۡ تُحَرِّقُوا فُلَانًا وَفُلَانًا بِالنَّارِ، وَإِنَّ النَّارَ لَا يُعَذِّبُ بِهَا إِلَّا اللهُ، فَإِنۡ أَخَذۡتُمُوهُمَا فَاقۡتُلُوهُمَا). [الحديث ٢٩٥٤ – طرفه في: ٣٠١٦].

2954. Ibnu Wahb berkata: ‘Amr mengabarkan kepadaku dari Bukair, dari Sulaiman bin Yasar, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—bahwa beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengirim kami dalam suatu rombongan pasukan. Beliau berpesan kepada kami, “Jika kalian menjumpai si Polan dan si Polan—dua orang pria Quraisy yang beliau sebut namanya—, bakarlah keduanya!”

Abu Hurairah berkata: Kemudian kami mendatangi beliau untuk berpamitan ketika kami hendak berangkat. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku tadi memerintahkan kalian untuk membakar si Polan dan si Polan. Tetapi, tidak ada yang boleh menyiksa menggunakan api kecuali Allah. Oleh karena itu, jika kalian telah menangkap kedua orang tersebut, bunuhlah keduanya!”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3036

٣٠٣٦ - وَلَقَدۡ شَكَوۡتُ إِلَيۡهِ إِنِّي لَا أَثۡبُتُ عَلَى الۡخَيۡلِ، فَضَرَبَ بِيَدِهِ فِي صَدۡرِي وَقَالَ: (اللّٰهُمَّ ثَبِّتۡهُ، وَاجۡعَلۡهُ هَادِيًا مَهۡدِيًّا). [طرفه في: ٣٠٢٠].

3036. Aku mengeluhkan kepada beliau bahwa aku tidak bisa mapan menaiki kuda. Beliau menepukkan tangannya di dadaku dan berkata, “Ya Allah, mapankanlah dia dan jadikan dia pemberi petunjuk lagi mendapat petunjuk!”

Shahih Muslim hadis nomor 2868

٦٨ - (٢٨٦٨) - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّىٰ وَابۡنُ بَشَّارٍ. قَالَا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرٍ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ أَنَسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (لَوۡلَا أَنۡ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوۡتُ اللهَ أَنۡ يُسۡمِعَكُمۡ مِنۡ عَذَابِ الۡقَبۡرِ).

68. (2868). Muhammad bin Al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Anas, bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kalau bukan karena kalian saling menguburkan, niscaya aku berdoa kepada Allah untuk memperdengarkan azab kubur kepada kalian.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3034

١٦١ - بَابُ الرَّجَزِ فِي الۡحَرۡبِ وَرَفۡعِ الصَّوۡتِ فِي حَفۡرِ الۡخَنۡدَقِ
161. Bab syair ketika perang dan menyaringkan suara ketika menggali parit


فِيهِ سَهۡلٌ وَأَنَسٌ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. وَفِيهِ يَزِيدُ عَنۡ سَلَمَةَ.

Dalam bab ini ada riwayat Sahl dan Anas dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Dalam bab ini juga ada riwayat Yazid dari Salamah.

٣٠٣٤ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا أَبُو الۡأَحۡوَصِ: حَدَّثَنَا أَبُو إِسۡحَاقَ، عَنِ الۡبَرَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَوۡمَ الۡخَنۡدَقِ، وَهُوَ يَنۡقُلُ التُّرَابَ حَتَّى وَارَى التُّرَابُ شَعَرَ صَدۡرِهِ، وَكَانَ رَجُلًا كَثِيرَ الشَّعَرِ، وَهُوَ يَرۡتَجِزُ بِرَجَزِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ رَوَاحَةَ:

(اللّٰهُمَّ لَوۡلَا أَنۡتَ مَا اهۡتَدَيۡنَا وَلَا تَصَدَّقۡنَا وَلَا صَلَّيۡنَا

فَأَنۡزِلَنۡ سَكِينَةً عَلَيۡنَا وَثَبِّتِ الۡأَقۡدَامَ إِنۡ لَاقَيۡنَا

إِنَّ الۡأَعۡدَاءَ قَدۡ بَغَوۡا عَلَيۡنَا إِذَا أَرَادُوا فِتۡنَةً أَبَيۡنَا)

يَرۡفَعُ بِهَا صَوۡتَهُ. [طرفه في: ٢٨٣٦].

3034. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Abu Al-Ahwash menceritakan kepada kami: Abu Ishaq menceritakan kepada kami, dari Al-Bara`—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Aku melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pada hari perang parit, beliau mengangkut tanah hingga tanah menutupi bulu dadanya. Beliau adalah seorang yang lebat bulunya. Beliau bersyair dengan syair ‘Abdullah bin Rawahah, “Ya Allah, kalau bukan karena-Mu, niscaya kami tidak mendapat petunjuk. Tidak pula kami bisa bersedekah dan salat. Turunkanlah ketenangan kepada kami dan teguhkan jika kami bertemu (dengan musuh). Sesungguhnya musuh-musuh itu telah berbuat zalim kepada kami. Ketika mereka menginginkan fitnah (agar kami meninggalkan agama Islam), kami menolaknya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3033

١٦٠ - بَابُ مَا يَجُوزُ مِنَ الۡاِحۡتِيَالِ وَالۡحَذَرِ مَعَ مَنۡ يَخۡشَى مَعَرَّتَهُ
160. Bab muslihat dan kewaspadaan yang dibolehkan terhadap orang yang dikhawatirkan keburukannya


٣٠٣٣ - قَالَ اللَّيۡثُ: حَدَّثَنِي عُقَيۡلٌ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ سَالِمِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا أَنَّهُ قَالَ: انۡطَلَقَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَمَعَهُ أُبَيُّ بۡنُ كَعۡبٍ قِبَلَ ابۡنِ صَيَّادٍ، فَحُدِّثَ بِهِ فِي نَخۡلٍ، فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيۡهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ النَّخۡلَ، طَفِقَ يَتَّقِي بِجُذُوعِ النَّخۡلِ، وَابۡنُ صَيَّادٍ فِي قَطِيفَةٍ لَهُ فِيهَا رَمۡرَمَةٌ، فَرَأَتۡ أُمُّ ابۡنِ صَيَّادٍ رَسُولَ اللهِ ﷺ، فَقَالَتۡ: يَا صَافِ هٰذَا مُحَمَّدٌ، فَوَثَبَ ابۡنُ صَيَّادٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَوۡ تَرَكَتۡهُ بَيَّنَ). [طرفه في: ١٣٥٥].

3033. Al-Laits berkata: ‘Uqail menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab, dari Salim bin ‘Abdullah, dari ‘Abdullah bin ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pergi bersama Ubai bin Ka’b ke tempat Ibnu Shayyad, lalu ada yang memberitahu bahwa dia ada di suatu kebun kurma. Ketika Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk ke kebun kurma tersebut, beliau bergegas bersembunyi di balik batang-batang pohon kurma. Ibnu Shayyad sedang bersuara di dalam selembar kain beludrunya. Ibu Ibnu Shayyad melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu berkata, “Wahai Shaf, ini Muhammad.”

Ibnu Shayyad bangkit. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Andai ibunya membiarkannya (tidur), niscaya (keadaannya) akan jelas.”

Musnad Ahmad hadis nomor 18733

١٨٧٣٣ (١٨٥٣٤) - حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ. قَالَ: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ، عَنۡ مِنۡهَالِ بۡنِ عَمۡرٍو، عَنۡ زَاذَانَ، عَنِ الۡبَرَاءِ بۡنِ عَازِبٍ. قَالَ:

18733. (18534). Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-A’masy menceritakan kepada kami dari Minhal bin ‘Amr, dari Zadzan, dari Al-Bara` bin ‘Azib. Beliau mengatakan,

خَرَجۡنَا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي جِنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ الۡأَنۡصَارِ فَانۡتَهَيۡنَا إِلَى الۡقَبۡرِ وَلَمَّا يُلۡحَدۡ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَجَلَسۡنَا حَوۡلَهُ وَكَأَنَّ عَلَى رُؤُوسِنَا الطَّيۡرَ وَفِي يَدِهِ عُودٌ يَنۡكُتُ فِي الۡأَرۡضِ فَرَفَعَ رَأۡسَهُ فَقَالَ: اسۡتَعِيذُوا بِاللهِ مِنۡ عَذَابِ الۡقَبۡرِ مَرَّتَيۡنِ أَوۡ ثَلَاثًا

Kami keluar bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengiringi jenazah seorang pria Ansar. Kami sampai di kuburan namun penggalian belum selesai. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—duduk dan kami juga duduk di sekitar beliau seakan-akan ada burung bertengger di atas kepala kami. Di tangan beliau ada sebatang ranting yang beliau garis-gariskan di tanah. Lalu beliau mengangkat kepalanya seraya bersabda, “Mintalah perlindungan kepada Allah dari azab kubur!” Sebanyak dua atau tiga kali.

ثُمَّ قَالَ: إِنَّ الۡعَبۡدَ الۡمُؤۡمِنَ إِذَا كَانَ فِي انۡقِطَاعٍ مِنَ الدُّنۡيَا وَإِقۡبَالٍ مِنَ الۡآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيۡهِ مَلَائِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الۡوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمۡسُ مَعَهُمۡ كَفَنٌ مِنۡ أَكۡفَانِ الۡجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنۡ حَنُوطِ الۡجَنَّةِ، حَتَّى يَجۡلِسُوا مِنۡهُ مَدَّ الۡبَصَرِ،

Kemudian beliau bersabda, “Ketika seorang hamba mukmin terputus dari kehidupan dunia dan mendatangi akhirat, malaikat-malaikat berwajah putih akan turun dari langit ke tempatnya. Wajah mereka seakan-akan matahari. Mereka membawa kafan dari kafan janah dan wewangian dari wewangian jenazah janah. Mereka turun hingga duduk dari kuburnya sampai sejauh mata memandang.

ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الۡمَوۡتِ عَلَيۡهِ السَّلَامُ حَتَّى يَجۡلِسَ عِنۡدَ رَأۡسِهِ فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفۡسُ الطَّيِّبَةُ اخۡرُجِي إِلَى مَغۡفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضۡوَانٍ قَالَ: فَتَخۡرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الۡقَطۡرَةُ مِنۡ فِي السِّقَاءِ فَيَأۡخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمۡ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرۡفَةَ عَيۡنٍ حَتَّى يَأۡخُذُوهَا فَيَجۡعَلُوهَا فِي ذٰلِكَ الۡكَفَنِ وَفِي ذٰلِكَ الۡحَنُوطِ وَيَخۡرُجُ مِنۡهَا كَأَطۡيَبِ نَفۡحَةِ مِسۡكٍ وُجِدَتۡ عَلَى وَجۡهِ الۡأَرۡضِ

Kemudian malaikat maut—’alaihis salam—datang hingga duduk di samping kepalanya lalu berkata, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridaan dari Allah!”

Beliau berkata: Roh itu mengalir keluar seperti aliran tetesan air di mulut kantong air. Malaikat maut mengambil roh itu. Ketika dia telah mengambilnya, malaikat-malaikat berwajah putih tidak membiarkannya ada di tangannya sekejap mata saja hingga mereka mengambilnya lalu meletakkannya di dalam kafan dan wewangian tadi. Aroma wangi keluar darinya seperti aroma misik terwangi yang ada di muka bumi.

قَالَ: فَيَصۡعَدُونَ بِهَا فَلَا يَمُرُّونَ— يَعۡنِي بِهَا— عَلَى مَلَإٍ مِنَ الۡمَلَائِكَةِ إِلَّا قَالُوا: مَا هٰذَا الرُّوحُ الطَّيِّبُ، فَيَقُولُونَ: فُلَانُ بۡنُ فُلَانٍ بِأَحۡسَنِ أَسۡمَائِهِ الَّتِي كَانُوا يُسَمُّونَهُ بِهَا فِي الدُّنۡيَا حَتَّى يَنۡتَهُوا بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الدُّنۡيَا فَيَسۡتَفۡتِحُونَ لَهُ فَيُفۡتَحُ لَهُمۡ فَيُشَيِّعُهُ مِنۡ كُلِّ سَمَاءٍ مُقَرَّبُوهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي تَلِيهَا حَتَّى يُنۡتَهَى بِهِ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ

Beliau berkata: Mereka membawa ruh itu naik. Tidaklah mereka melewati satu malaikat dari para malaikat kecuali berkata, “Siapa ruh yang baik ini?”

Mereka menjawab, “Polan bin Polan.” Namanya yang paling bagus yang mereka memanggilnya dengan nama tersebut di dunia.

(Mereka terus naik) sampai langit dunia. Mereka meminta agar dibukakan pintu untuknya. Lalu pintu langit dunia pun terbuka untuk mereka. Malaikat dari setiap langit ikut mengiringinya sampai ke langit berikutnya hingga berakhir di langit ketujuh.

فَيَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: اكۡتُبُوا كِتَابَ عَبۡدِي فِي عِلِّيِّينَ وَأَعِيدُوهُ إِلَى الۡأَرۡضِ فَإِنِّي مِنۡهَا خَلَقۡتُهُمۡ وَفِيهَا أُعِيدُهُمۡ وَمِنۡهَا أُخۡرِجُهُمۡ تَارَةً أُخۡرَى

Allah—’azza wa jalla—berkata, “Tulislah kitab hamba-Ku di ‘illiyun dan kembalikanlah dia ke bumi! Karena Aku menciptakan mereka dari tanah, Aku akan mengembalikan mereka ke tanah, dan Aku akan mengeluarkan mereka darinya di waktu lain.”

قَالَ: فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ فَيَأۡتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجۡلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَنۡ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللهُ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: دِينِيَ الۡإِسۡلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هٰذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمۡ؟ فَيَقُولُ: هُوَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَيَقُولَانِ لَهُ: وَمَا عِلۡمُكَ؟ فَيَقُولُ: قَرَأۡتُ كِتَابَ اللهِ فَآمَنۡتُ بِهِ وَصَدَّقۡتُ

Beliau berkata: Lalu ruhnya dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu dua malaikat mendatanginya, mendudukkannya, lalu berkata kepadanya, “Siapa tuhanmu?”

Dia akan menjawab, “Tuhanku adalah Allah.”

Kedua malaikat bertanya lagi kepadanya, “Apa agamamu?”

Dia menjawab, “Agamaku adalah Islam.”

Kedua malaikat itu bertanya lagi kepadanya, “Siapa lelaki yang diutus kepada kalian ini?”

Dia menjawab, “Beliau adalah Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Kedua malaikat itu bertanya lagi kepadanya, “Apa ilmumu?”

Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allah, lalu aku imani dan aku percayai.”

فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ أَنۡ صَدَقَ عَبۡدِي فَأَفۡرِشُوهُ مِنَ الۡجَنَّةِ وَأَلۡبِسُوهُ مِنَ الۡجَنَّةِ وَافۡتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الۡجَنَّةِ قَالَ: فَيَأۡتِيهِ مِنۡ رَوۡحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفۡسَحُ لَهُ فِي قَبۡرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ

Lalu ada yang berseru di langit, “Hamba-Ku telah benar. Bentangkan untuknya hamparan dari janah, pakaikan pakaian dari janah, dan bukakan sebuah pintu menuju janah!”

Beliau berkata: Hingga semerbak aroma janah mendatanginya dan kuburnya diluaskan sejauh mata memandang.

قَالَ: وَيَأۡتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الۡوَجۡهِ حَسَنُ الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبۡشِرۡ بِالَّذِي يَسُرُّكَ هٰذَا يَوۡمُكَ الَّذِي كُنۡتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ لَهُ: مَنۡ أَنۡتَ؟ فَوَجۡهُكَ الۡوَجۡهُ يَجِيءُ بِالۡخَيۡرِ فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ فَيَقُولُ: رَبِّ أَقِمِ السَّاعَةَ حَتَّى أَرۡجِعَ إِلَى أَهۡلِي وَمَالِي،

Beliau berkata: Lalu ada seorang lelaki yang wajahnya bagus, pakaiannya indah, dan aromanya wangi mendatanginya. Lelaki itu berkata, “Berbahagialah dengan sesuatu yang akan menggembirakanmu! Ini adalah harimu yang dijanjikan.”

Dia akan bertanya kepadanya, “Siapa engkau? Wajahmu wajah yang membawa kebaikan.”

Lelaki itu menjawab, “Aku adalah amal salehmu.”

Lalu dia berkata, “Ya Rabi, langsungkanlah hari kiamat sehingga aku bisa kembali kepada keluargaku dan hartaku.”

قَالَ: وَإِنَّ الۡعَبۡدَ الۡكَافِرَ إِذَا كَانَ فِي انۡقِطَاعٍ مِنَ الدُّنۡيَا وَإِقۡبَالٍ مِنَ الۡآخِرَةِ (٢٨٨/٤) نَزَلَ إِلَيۡهِ مِنَ السَّمَاءِ مَلَائِكَةٌ سُودُ الۡوُجُوهِ مَعَهُمُ الۡمُسُوحُ فَيَجۡلِسُونَ مِنۡهُ مَدَّ الۡبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الۡمَوۡتِ حَتَّى يَجۡلِسَ عِنۡدَ رَأۡسِهِ، فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفۡسُ الۡخَبِيثَةُ اخۡرُجِي إِلَى سَخَطٍ مِنَ اللهِ وَغَضَبٍ،

Beliau berkata: Sesungguhnya apabila hamba yang kafir sudah meninggal dunia dan menuju akhirat, malaikat-malaikat yang berwajah hitam akan turun kepadanya dengan membawa lembaran kain kasar. Kemudian mereka akan duduk dari kuburnya sampai sejauh mata memandang kemudian malaikat maut datang hingga duduk di dekat kepalanya. Malaikat maut berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah!”

قَالَ: فَتُفَرَّقُ فِي جَسَدِهِ فَيَنۡتَزِعُهَا كَمَا يُنۡتَزَعُ السَّفُّودُ مِنَ الصُّوفِ الۡمَبۡلُولِ فَيَأۡخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمۡ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرۡفَةَ عَيۡنٍ حَتَّى يَجۡعَلُوهَا فِي تِلۡكَ الۡمُسُوحِ وَيَخۡرُجُ مِنۡهَا كَأَنۡتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ وُجِدَتۡ عَلَى وَجۡهِ الۡأَرۡضِ

Beliau berkata: Rohnya ketakutan (tidak mau keluar) di dalam jasadnya. Malaikat maut mencabut rohnya sebagaimana tusuk besi dicabut dari bulu domba yang basah, lalu malaikat maut mengambil rohnya. Apabila malaikat maut telah mengambilnya, para malaikat yang berwajah hitam tidak membiarkan roh itu di tangannya sekejap mata pun hingga mereka meletakkannya di dalam lembaran kain kasar tadi. Tercium darinya bau seperti bau bangkai terbusuk yang terdapat di muka bumi.

فَيَصۡعَدُونَ بِهَا فَلَا يَمُرُّونَ بِهَا عَلَى مَلَأٍ مِنَ الۡمَلَائِكَةِ إِلَّا قَالُوا: مَا هٰذَا الرُّوحُ الۡخَبِيثُ؟ فَيَقُولُونَ: فُلَانُ بۡنُ فُلَانٍ بِأَقۡبَحِ أَسۡمَائِهِ الَّتِي كَانَ يُسَمَّى بِهَا فِي الدُّنۡيَا حَتَّى يُنۡتَهَى بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنۡيَا فَيُسۡتَفۡتَحُ لَهُ فَلَا يُفۡتَحُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللهِ ﷺ {لَا تُفَتَّحُ لَهُمۡ أَبۡوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدۡخُلُونَ الۡجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الۡجَمَلُ فِي سَمِّ الۡخِيَاطِ} [الۡأعراف: ٤٠]

Mereka membawanya naik. Tidaklah mereka melewati satu malaikat dari para malaikat kecuali mereka berkata, “Siapa roh yang jelek ini?”

Mereka menjawab, “Polan bin Polan.” Nama terjeleknya yang dijulukkan kepadanya ketika di dunia. Hingga akhirnya roh itu terhenti di langit dunia. Pintu langit diminta dibukakan untuknya namun tidak dibukakan.

Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membaca ayat, “Pintu-pintu langit tidak dibukakan untuk mereka dan mereka pun tidak akan masuk janah sampai unta masuk ke lubang jarum.” (QS. Al-A’raf: 40).

فَيَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: اكۡتُبُوا كِتَابَهُ فِي سِجِّينٍ فِي الۡأَرۡضِ السُّفۡلَى فَتُطۡرَحُ رُوحُهُ طَرۡحًا ثُمَّ قَرَأَ {وَمَنۡ يُشۡرِكۡ بِاللهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخۡطَفُهُ الطَّيۡرُ أَوۡ تَهۡوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ} [الحج: ٣١]

Lalu Allah—’azza wa jalla—berkata, “Tulislah kitabnya di sijjin di lapisan bumi terendah!”

Lalu rohnya dihempaskan, kemudian beliau membaca, “Siapa saja yang menyekutukan Allah, seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau dihempaskan oleh angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31).

فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ وَيَأۡتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجۡلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَنۡ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: هَاهۡ هَاهۡ لَا أَدۡرِي فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: هَاهۡ هَاهۡ لَا أَدۡرِي فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هٰذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمۡ؟ فَيَقُولُ: هَاهۡ هَاهۡ لَا أَدۡرِي

Lalu rohnya dikembalikan ke jasadnya dan dua malaikat mendatanginya, mendudukkannya, lalu berkata kepadanya, “Siapa tuhanmu?”

Dia menjawab, “Hah hah, aku tidak tahu.”

Kedua malaikat berkata, “Apa agamamu?”

Dia menjawab, “Hah hah, aku tidak tahu.”

Kedua malaikat itu berkata kepadanya, “Siapa lelaki yang diutus kepada kalian?”

Dia menjawab, “Hah hah, aku tidak tahu.”

فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنۡ كَذَبَ فَافۡرِشُوا لَهُ مِنَ النَّارِ وَافۡتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأۡتِيهِ مِنۡ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيۡهِ قَبۡرُهُ حَتَّى تَخۡتَلِفَ فِيهِ أَضۡلَاعُهُ

Lalu ada seruan dari langit, “Dia telah berdusta. Hamparkan untuknya hamparan dari neraka dan bukakan satu pintu untuknya menuju neraka!”

Kemudian panas api dan angin panas neraka mendatanginya. Kuburnya disempitkan hingga tulang-tulang rusuknya bersilangan.

وَيَأۡتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الۡوَجۡهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنۡتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبۡشِرۡ بِالَّذِي يَسُوءُكَ هٰذَا يَوۡمُكَ الَّذِي كُنۡتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ: مَنۡ أَنۡتَ فَوَجۡهُكَ الۡوَجۡهُ يَجِيءُ بِالشَّرِّ فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الۡخَبِيثُ فَيَقُولُ: رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ.

Lalu ada lelaki yang buruk rupa, jelek pakaiannya, dan busuk aromanya mendatanginya lalu berkata, “Bergembiralah dengan sesuatu yang akan menyedihkanmu! Inilah hari yang dulu dijanjikan kepadamu.”

Dia berkata, “Siapa engkau? Wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan.”

Lelaki itu menjawab, “Aku adalah amal jelekmu.”

Dia berkata, “Ya Rabi, jangan Engkau langsungkan hari kiamat.”

[صححه الحاكم (٣٧/١). وقد أعله أبو حاتم وابن حزم. وصححه أبو نعيم وغيره. قال الۡألباني: صحيح (أبو داود: ٣٢١٢ و٤٧٥٣ و٤٧٥٤، ابن ماجة: ١٥٤٨ و١٥٤٩، النسائي: ٧٨/٤)]. [انظر: ١٨٧٣٤، ١٨٧٣٥، ١٨٨١٥، ١٨٨١٦، ١٨٨٢٨].

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3032

١٥٩ - بَابُ الۡفَتۡكِ بِأَهۡلِ الۡحَرۡبِ
159. Bab menyergap pasukan musuh


٣٠٣٢ - حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَمۡرٍو، عَنۡ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ لِكَعۡبِ بۡنِ الۡأَشۡرَفِ؟) فَقَالَ مُحَمَّدُ بۡنُ مَسۡلَمَةَ: أَتُحِبُّ أَنۡ أَقۡتُلَهُ؟ قَالَ: (نَعَمۡ). قَالَ: فَأۡذَنۡ لِي فَأَقُولَ، قَالَ: (قَدۡ فَعَلۡتُ). [طرفاه في: ٢٤٣، ٢٥١٠].

3032. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepadaku: Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Amr, dari Jabir, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Beliau bersabda, “Siapa yang bisa membunuh Ka’b bin Al-Asyraf?”

Muhammad bin Maslamah berkata, “Apakah engkau ingin aku membunuhnya?”

Beliau menjawab, “Iya.”

Muhammad bin Maslamah berkata, “Izinkan aku untuk mengatakan sesuatu (dalam rangka muslihat)!”

Beliau bersabda, “Aku telah izinkan.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3031

١٥٨ - بَابُ الۡكَذِبِ فِي الۡحَرۡبِ
158. Bab dusta dalam perang


٣٠٣١ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ دِينَارٍ، عَنۡ جَابِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ لِكَعۡبِ بۡنِ الۡأَشۡرَفِ، فَإِنَّهُ قَدۡ آذَى اللهَ وَرَسُولَهُ؟) قَالَ مُحَمَّدُ بۡنُ مَسۡلَمَةَ: أَتُحِبُّ أَنۡ أَقۡتُلَهُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (نَعَمۡ). قَالَ: فَأَتَاهُ فَقَالَ: إِنَّ هٰذَا - يَعۡنِي النَّبِيَّ ﷺ - قَدۡ عَنَّانَا وَسَأَلَنَا الصَّدَقَةَ، قَالَ: وَأَيۡضًا وَاللهِ لَتَمَلُّنَّهُ. قَالَ: فَإِنَّا قَدِ اتَّبَعۡنَاهُ فَنَكۡرَهُ أَنۡ نَدَعَهُ حَتَّى نَنۡظُرَ إِلَى مَا يَصِيرُ أَمۡرُهُ، قَالَ: فَلَمۡ يَزَلۡ يُكَلِّمُهُ حَتَّى اسۡتَمۡكَنَ مِنۡهُ فَقَتَلَهُ. [طرفه في: ٢٥١٠].

3031. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Amr bin Dinar, dari Jabir bin ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhuma—:

Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa yang bisa membereskan Ka’b bin Al-Asyraf? Sesungguhnya dia telah mengganggu Allah dan Rasul-Nya.”

Muhammad bin Maslamah berkata, “Apa engkau suka jika aku membunuhnya, wahai Rasulullah?”

Nabi menjawab, “Iya.”

Jabir berkata: Muhammad bin Maslamah mendatangi Ka’b lalu berkata, “Sesungguhnya orang ini—yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah meletihkan kami dan meminta sedekah kepada kami.”

Ka’b berkata, “Demi Allah, pasti engkau akan jenuh dengannya.”

Muhammad bin Maslamah berkata, “Sesungguhnya kami telah mengikutinya dan kami tidak suka meninggalkannya sampai kami melihat bagaimana urusannya nanti.”

Jabir berkata: Muhammad bin Maslamah terus mengajak bicara Ka’b sampai akhirnya beliau mendapat kesempatan membunuhnya.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3029 dan 3030

٣٠٢٩ - حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَصۡرَمَ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنۡ هَمَّامِ بۡنِ مُنَبِّهٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: سَمَّى النَّبِيُّ ﷺ الۡحَرۡبَ خُدۡعَةً. [طرفه في: ٣٠٢٨].

3029. Abu Bakr bin Ashram telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Hammam bin Munabbih, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menamai perang dengan tipu daya.

٣٠٣٠ - حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بۡنُ الۡفَضۡلِ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ عُيَيۡنَةَ، عَنۡ عَمۡرٍو: سَمِعَ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (الۡحَرۡبُ خُدۡعَةٌ).

3030. Shadaqah bin Al-Fadhl telah menceritakan kepada kami: Ibnu ‘Uyainah mengabarkan kepada kami dari ‘Amr: Beliau mendengar Jabir bin ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Perang adalah tipu daya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3027 dan 3028

١٥٧ - بَابٌ الۡحَرۡبُ خَدۡعَةٌ
157. Bab perang adalah tipu daya


٣٠٢٧ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنۡ هَمَّامٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (هَلَكَ كِسۡرَى ثُمَّ لَا يَكُونُ كِسۡرَى بَعۡدَهُ، وَقَيۡصَرٌ لَيَهۡلِكَنَّ ثُمَّ لَا يَكُونُ قَيۡصَرٌ بَعۡدَهُ، وَلَتُقۡسَمَنَّ كُنُوزُهَا فِي سَبِيلِ اللهِ). [الحديث ٣٠٢٧ - أطرافه في: ٣١٢٠، ٣٦١٨، ٦٦٣٠].

٣٠٢٨ - وَسَمَّى الۡحَرۡبَ خَدۡعَةً. [الحديث ٣٠٢٨ - طرفه في: ٣٠٢٩].

3027. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami: ‘Abdurrazzaq menceritakan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Hammam, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Kisra telah binasa kemudian tidak ada Kisra setelah itu. Qaishar pasti akan binasa kemudian tidak ada Qaishar setelahnya dan perbendaharannya pasti akan dibagi-bagikan di jalan Allah.”

3028. Beliau juga menamakan perang dengan tipu daya.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3024, 3025, dan 3026

١٥٦ - بَابٌ لَا تَمَنَّوۡا لِقَاءَ الۡعَدُوِّ
156. Bab jangan mengangankan pertemuan dengan musuh


٣٠٢٤ - حَدَّثَنَا يُوسُفُ بۡنُ مُوسَى: حَدَّثَنَا عَاصِمُ بۡنُ يُوسُفَ الۡيَرۡبُوعِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو إِسۡحَاقَ الۡفَزَارِيُّ، عَنۡ مُوسَى بۡنِ عُقۡبَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي سَالِمٌ أَبُو النَّضۡرِ مَوۡلَى عُمَرَ بۡنِ عُبَيۡدِ اللهِ كُنۡتُ كَاتِبًا لَهُ، قَالَ: كَتَبَ إِلَيۡهِ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي أَوۡفَى حِينَ خَرَجَ إِلَى الۡحَرُورِيَّةِ، فَقَرَأۡتُهُ فَإِذَا فِيهِ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ فِي بَعۡضِ أَيَّامِهِ الَّتِي لَقِيَ فِيهَا الۡعَدُوَّ، انۡتَظَرَ حَتَّى مَالَتِ الشَّمۡسُ. [طرفه في: ٢٨١٨].

3024. Yusuf bin Musa telah menceritakan kepada kami: ‘Ashim bin Yusuf Al-Yarbu’i menceritakan kepada kami: Abu Ishaq Al-Fazari menceritakan kepada kami dari Musa bin ‘Uqbah. Beliau berkata: Salim Abu An-Nadhr maula ‘Umar bin ‘Ubaidullah menceritakan kepadaku: Dahulu aku adalah juru tulis ‘Umar bin ‘Ubaidullah. Salim berkata:

‘Abdullah bin Abu Aufa menulis surat kepada ‘Umar ketika beliau keluar ke Al-Haruriyyah, lalu aku membacakannya. Ternyata isinya bahwasanya Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam sebagian hari-harinya saat beliau bertemu musuh, beliau menunggu hingga matahari mulai turun.

٣٠٢٥ - ثُمَّ قَامَ فِي النَّاسِ فَقَالَ: (أَيُّهَا النَّاسُ، لَا تَمَنَّوۡا لِقَاءَ الۡعَدُوِّ، وَسَلُوا اللهَ الۡعَافِيَةَ، فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمۡ فَاصۡبِرُوا، وَاعۡلَمُوا أَنَّ الۡجَنَّةَ تَحۡتَ ظِلَالِ السُّيُوفِ)، ثُمَّ قَالَ: (اللّٰهُمَّ مُنۡزِلَ الۡكِتَابِ، وَمُجۡرِيَ السَّحَابِ، وَهَازِمَ الۡأَحۡزَابِ، اهۡزِمۡهُمۡ وَانۡصُرۡنَا عَلَيۡهِمۡ).

وَقَالَ مُوسَى بۡنُ عُقۡبَةَ: حَدَّثَنِي سَالِم أَبُو النَّضۡرِ: كُنۡتُ كَاتِبًا لِعُمَرَ بۡنِ عُبَيۡدِ اللهِ، فَأَتَاهُ كِتَابُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي أَوۡفَى، رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (لَا تَمَنَّوۡا لِقَاءَ الۡعَدُوِّ). [طرفه في: ٢٩٣٣].

3025. Kemudian beliau berdiri di hadapan manusia lalu bersabda, “Wahai sekalian manusia, janganlah kalian mengangankan perjumpaan dengan musuh! Mintalah kepada Allah agar dihindarkan dari bahaya! Apabila kalian sudah berjumpa dengan mereka, sabarlah dan ketahuilah bahwa janah di bawah naungan pedang!”

Kemudian beliau bersabda, “Ya Allah, Yang menurunkan Alquran, Yang menjalankan awan, Yang mengalahkan golongan-golongan yang bersekutu, kalahkan mereka dan tolonglah kami menghadapi mereka.”

Musa bin ‘Uqbah berkata: Salim Abu An-Nadhr menceritakan kepadaku: Dahulu aku adalah juru tulis ‘Umar bin ‘Ubaidullah. Surat ‘Abdullah bin Abu ‘Aufa—radhiyallahu ‘anhuma—datang kepadanya bertuliskan bahwasanya Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Janganlah kalian mengangankan pertemuan dengan musuh!”

٣٠٢٦ - وَقَالَ أَبُو عَامِرٍ: حَدَّثَنَا مُغِيرَةُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، عَنۡ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (لَا تَمَنَّوۡا لِقَاءَ الۡعَدُوِّ، فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمۡ فَاصۡبِرُوا).

3026. Abu ‘Amr berkata: Mughirah bin ‘Abdurrahman menceritakan kepada kami dari Abu Az-Zinad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Janganlah kalian mengangankan perjumpaan dengan musuh! Namun apabila kalian sudah berjumpa dengan mereka, sabarlah!”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3022 dan 3023

١٥٥ - بَابُ قَتۡلِ النَّائِمِ الۡمُشۡرِكِ
155. Bab pembunuhan orang musyrik yang tidur


٣٠٢٢ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُسۡلِمٍ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ زَكَرِيَّاءَ بۡنِ أَبِي زَائِدَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ، عَنِ الۡبَرَاءِ بۡنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: بَعَثَ رَسُولُ اللهِ ﷺ رَهۡطًا مِنَ الۡأَنۡصَارِ إِلَى أَبِي رَافِعٍ لِيَقۡتُلُوهُ، فَانۡطَلَقَ رَجُلٌ مِنۡهُمۡ فَدَخَلَ حِصۡنَهُمۡ، قَالَ: فَدَخَلۡتُ فِي مَرۡبِطِ دَوَابَّ لَهُمۡ، قَالَ: وَأَغۡلَقُوا بَابَ الۡحِصۡنِ، ثُمَّ إِنَّهُمۡ فَقَدُوا حِمَارًا لَهُمۡ، فَخَرَجُوا يَطۡلُبُونَهُ، فَخَرَجۡتُ فِيمَنۡ خَرَجَ، أُرِيهِمۡ أَنَّنِي أَطۡلُبُهُ مَعَهُمۡ، فَوَجَدُوا الۡحِمَارَ فَدَخَلُوا وَدَخَلۡتُ، وَأَغۡلَقُوا بَابَ الۡحِصۡنِ لَيۡلًا، فَوَضَعُوا الۡمَفَاتِيحَ فِي كَوَّةٍ حَيۡثُ أَرَاهَا، فَلَمَّا نَامُوا أَخَذۡتُ الۡمَفَاتِيحَ، فَفَتَحۡتُ بَابَ الۡحِصۡنِ،

3022. ‘Ali bin Muslim telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Zakariyya` bin Abu Za`idah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari Abu Ishaq, dari Al-Bara` bin ‘Azib—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengirim beberapa orang dari Ansar ke tempat Abu Rafi’ untuk membunuhnya. Salah seorang dari mereka (yaitu ‘Abdullah bin ‘Atik) pergi mencoba masuk ke benteng mereka.

‘Abdullah bin ‘Atik mengisahkan: Aku masuk ke dalam kandang hewan tunggangan mereka.

‘Abdullah bin ‘Atik melanjutkan:

Mereka mengunci pintu gerbang benteng, kemudian ternyata mereka kehilangan seekor himarnya sehingga mereka keluar untuk mencarinya. Aku ikut keluar bersama orang-orang yang keluar. Aku berlagak mencari himar bersama mereka. Akhirnya mereka menemukan himar tersebut lalu mereka masuk (benteng) dan akupun ikut masuk. Mereka mengunci pintu benteng di malam hari, lalu meletakkan kunci-kuncinya di dalam sebuah ceruk yang kulihat posisinya. Ketika mereka sudah tertidur, aku mengambil kunci-kunci tersebut, lalu kubuka pintu (salah satu ruangan) benteng (tempat Abu Rafi’).

ثُمَّ دَخَلۡتُ عَلَيۡهِ فَقُلۡتُ: يَا أَبَا رَافِعٍ، فَأَجَابَنِي، فَتَعَمَّدۡتُ الصَّوۡتَ فَضَرَبۡتُهُ فَصَاحَ، فَخَرَجۡتُ ثُمَّ جِئۡتُ، ثُمَّ رَجَعۡتُ كَأَنِّي مُغِيثٌ، فَقُلۡتُ: يَا أَبَا رَافِعٍ، وَغَيَّرۡتُ صَوۡتِي، فَقَالَ: مَا لَكَ، لِأُمِّكَ الۡوَيۡلُ؟ قُلۡتُ: مَا شَأۡنُكَ؟ قَالَ: لَا أَدۡرِي مَنۡ دَخَلَ عَلَيَّ فَضَرَبَنِي، قَالَ: فَوَضَعۡتُ سَيۡفِي فِي بَطۡنِهِ، ثُمَّ تَحَامَلۡتُ عَلَيۡهِ حَتَّى قَرَعَ الۡعَظۡمَ، ثُمَّ خَرَجۡتُ وَأَنَا دَهِشٌ، فَأَتَيۡتُ سُلَّمًا لَهُمۡ لِأَنۡزِلَ مِنۡهُ فَوَقَعۡتُ، فَوُثِئَتۡ رِجۡلِي، فَخَرَجۡتُ إِلَى أَصۡحَابِي فَقُلۡتُ: مَا أَنَا بِبَارِحٍ حَتَّى أَسۡمَعَ النَّاعِيَةَ، فَمَا بَرِحۡتُ حَتَّى سَمِعۡتُ نَعَايَا أَبِي رَافِعٍ تَاجِرِ أَهۡلِ الۡحِجَازِ، قَالَ: فَقُمۡتُ وَمَا بِي قَلَبَةٌ، حَتَّى أَتَيۡنَا النَّبِيَّ ﷺ فَأَخۡبَرۡنَاهُ.

[الحديث ٣٠٢٢ - أطرافه في: ٣٠٢٣، ٤٠٣٨، ٤٠٣٩، ٤٠٤٠].

Kemudian aku memasukinya sembari memanggil, “Wahai Abu Rafi’.”

Dia menjawab panggilanku. Aku bergerak menuju arah suara lalu aku memukulnya. Dia berteriak. Aku keluar kemudian aku datang kembali berlagak ingin menolong. Aku berkata sambil mengubah suaraku, “Wahai Abu Rafi’.”

Dia berkata, “Ada apa denganmu? Malangnya ibumu.”

Aku berkata, “Mengapa kamu?”

Dia menjawab, “Aku tidak tahu orangnya. Dia masuk lalu memukulku.”

‘Abdullah bin ‘Atik melanjutkan kisahnya:

Lalu aku meletakkan pedangku di perutnya kemudian aku menusukkannya dengan kuat hingga mengenai tulang. Kemudian aku keluar dengan panik. Aku menuju ke suatu tangga mereka untuk turun, namun aku jatuh hingga kakiku terkilir. Lalu aku keluar ke tempat para sahabatku kemudian aku katakan, “Aku tidak mau pergi meninggalkan tempat ini sampai aku mendengar kabar kematian (Abu Rafi’).”

Aku pun tetap di situ hingga aku mendengar kabar kematian Abu Rafi’ saudagar penduduk Hijaz.

‘Abdullah bin ‘Atik berkata:

Aku bangkit dalam keadaan sudah tidak merasakan sakit (pada kakiku) hingga kami mendatangi Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan mengabarkan peristiwa itu kepada beliau.

٣٠٢٣ - حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ آدَمَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ أَبِي زَائِدَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ، عَنِ الۡبَرَاءِ بۡنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: بَعَثَ رَسُولُ اللهِ ﷺ رَهۡطًا مِنَ الۡأَنۡصَارِ إِلَى أَبِي رَافِعٍ فَدَخَلَ عَلَيۡهِ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَتِيكٍ بَيۡتَهُ لَيۡلًا، فَقَتَلَهُ وَهُوَ نَائِمٌ. [طرفه في: ٣٠٢٢].

3023. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepadaku: Yahya bin Adam menceritakan kepada kami: Yahya bin Abu Za`idah menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Abu Ishaq, dari Al-Bara` bin ‘Azib—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengirim beberapa orang Ansar ke tempat Abu Rafi’ (untuk membunuhnya). ‘Abdullah bin ‘Atik masuk ke rumahnya di malam hari lalu membunuhnya ketika sedang tidur.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3020 dan 3021

١٥٤ - بَابُ حَرۡقِ الدُّورِ وَالنَّخِيلِ
154. Bab pembakaran rumah dan pohon kurma


٣٠٢٠ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ إِسۡمَاعِيلَ قَالَ: حَدَّثَنِي قَيۡسُ بۡنُ أَبِي حَازِمٍ قَالَ: قَالَ لِي جَرِيرٌ: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَلَا تُرِيحُنِي مِنۡ ذِي الۡخَلَصَةِ؟). وَكَانَ بَيۡتًا فِي خَثۡعَمَ يُسَمَّى كَعۡبَةَ الۡيَمَانِيَةَ، قَالَ فَانۡطَلَقۡتُ فِي خَمۡسِينَ وَمِائَةِ فَارِسٍ مِنۡ أَحۡمَسَ، وَكَانُوا أَصۡحَابَ خَيۡلٍ، قَالَ: وَكُنۡتُ لَا أَثۡبُتُ عَلَى الۡخَيۡلِ، فَضَرَبَ فِي صَدۡرِي حَتَّى رَأَيۡتُ أَثَرَ أَصَابِعِهِ فِي صَدۡرِي وَقَالَ: (اللّٰهُمَّ ثَبِّتۡهُ، وَاجۡعَلۡهُ هَادِيًا مَهۡدِيًّا). فَانۡطَلَقَ إِلَيۡهَا فَكَسَرَهَا وَحَرَّقَهَا، ثُمَّ بَعَثَ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ يُخۡبِرُهُ، فَقَالَ رَسُولُ جَرِيرٍ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالۡحَقِّ، مَا جِئۡتُكَ حَتَّى تَرَكۡتُهَا كَأَنَّهَا جَمَلٌ أَجۡوَفُ، أَوۡ أَجۡرَبُ. قَالَ: فَبَارَكَ فِي خَيۡلِ أَحۡمَسَ وَرِجَالِهَا خَمۡسَ مَرَّاتٍ.

[الحديث ٣٠٢٠ - أطرافه في: ٣٠٢٦، ٣٠٧٦، ٣٨٢٣، ٤٣٥٥، ٤٣٥٦، ٤٣٥٧، ٦٠٨٩، ٦٣٣٣].

3020. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami dari Isma’il. Beliau berkata: Qais bin Abu Hazim menceritakan kepadaku. Beliau berkata:

Jarir berkata kepadaku: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda kepadaku, “Tidakkah engkau bisa mengistirahatkanku dari Dzu Al-Khalashah?” Dzu Al-Khalashah adalah sebuah rumah di Khats’am yang dijuluki Kakbah Yamaniyah.

Jarir berkata: Aku berangkat dalam rombongan pasukan sebanyak seratus lima puluh penunggang kuda dari kabilah Ahmas. Mereka adalah para ahli penunggang kuda. Jarir berkata: Tadinya aku adalah orang yang tidak ahli menunggang kuda, lalu Rasulullah memukul di bagian dadaku hingga aku melihat bekas jari-jari beliau di dadaku. Beliau berdoa, “Ya Allah, mapankan dia dan jadikan dia pemberi petunjuk lagi mendapat petunjuk!”

Jarir pergi ke Dzu Al-Khalashah, menghancurkannya, lalu membakarnya. Kemudian Jarir mengirim utusan kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—untuk mengabari beliau.

Utusan Jarir berkata, “Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak mendatangimu sampai aku meninggalkan Dzu Al-Khalashah seakan-akan dia seekor unta yang berongga kosong atau kudisan.”

Beliau berkata: Lalu Rasulullah mendoakan keberkahan untuk kuda-kuda kabilah Ahmas dan para penunggangnya sebanyak lima kali.

٣٠٢١ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ كَثِيرٍ: أَخۡبَرَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ مُوسَى بۡنِ عُقۡبَةَ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: حَرَّقَ النَّبِيُّ ﷺ نَخۡلَ بَنِي النَّضِيرِ. [طرفه في: ٢٣٢٦].

3021. Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah membakar pohon kurma bani An-Nadhir.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3019

١٥٣ – بَابٌ
153. Bab


٣٠١٩ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ يُونُسَ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ الۡمُسَيَّبِ وَأَبِي سَلَمَةَ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (قَرَصَتۡ نَمۡلَةٌ نَبِيًّا مِنَ الۡأَنۡبِيَاءِ، فَأَمَرَ بِقَرۡيَةِ النَّمۡلِ فَأُحۡرِقَتۡ، فَأَوۡحَى اللهُ إِلَيۡهِ: أَنۡ قَرَصَتۡكَ نَمۡلَةٌ أَحۡرَقۡتَ أُمَّةً مِنَ الۡأُمَمِ تُسَبِّحُ اللهَ!). [الحديث ٣٠١٩ - طرفه في: ٣٣١٩].

3019. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Yunus, dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin Al-Musayyab dan Abu Salamah: Bahwa Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Ada seekor semut yang menggigit salah seorang nabi. Lalu nabi itu memerintahkan agar sarang semut itu dibakar. Lalu Allah mewahyukan kepadanya: Engkau digigit hanya oleh seekor semut namun engkau membakar salah satu bangsa di antara bangsa-bangsa yang bertasbih kepada Allah.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3016 dan 3017

١٤٩ - بَابٌ لَا يُعَذَّبُ بِعَذَابِ اللهِ
149. Bab seseorang tidak boleh diazab dengan azab Allah


٣٠١٦ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ بُكَيۡرٍ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَنَّهُ قَالَ: بَعَثَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي بَعۡثٍ فَقَالَ: (إِنۡ وَجَدۡتُمۡ فُلَانًا وَفُلَانًا فَأَحۡرِقُوهُمَا بِالنَّارِ). ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حِينَ أَرَدۡنَا الۡخُرُوجَ: (إِنِّي أَمَرۡتُكُمۡ أَنۡ تُحۡرِقُوا فُلَانًا وَفُلَانًا، وَإِنَّ النَّارَ لَا يُعَذِّبُ بِهَا إِلَّا اللهُ، فَإِنۡ وَجَدۡتُمُوهُمَا فَاقۡتُلُوهُمَا). [طرفه في: ٢٩٥٤].

3016. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Bukair, dari Sulaiman bin Yasar, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutus kami dalam suatu pasukan, lalu bersabda, “Jika kalian menemukan si Polan dan si Polan, bakarlah kedua orang itu!”

Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda ketika kami hendak berangkat, “Sungguh aku telah memerintahkan kalian untuk membakar si Polan dan si Polan. Namun, tidak ada yang boleh menyiksa dengan api kecuali Allah. Jadi jika kalian menemukan kedua orang tersebut, bunuhlah mereka!”

٣٠١٧ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ: أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ حَرَّقَ قَوۡمًا، فَبَلَغَ ابۡنَ عَبَّاسٍ فَقَالَ: لَوۡ كُنۡتُ أَنَا لَمۡ أُحَرِّقۡهُمۡ، لِأَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (لَا تُعَذِّبُوا بِعَذَابِ اللهِ). وَلَقَتَلۡتُهُمۡ، كَمَا قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (مَنۡ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقۡتُلُوهُ). [الحديث ٣٠١٧ - طرفه في: ٦٩٢٢].

3017. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari ‘Ikrimah: ‘Ali—radhiyallahu ‘anhu—telah membakar suatu kaum, lalu kabar tersebut sampai kepada Ibnu ‘Abbas.

Ibnu ‘Abbas mengatakan: Kalau saya, saya tidak akan membakar mereka, karena Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Janganlah kalian menyiksa dengan azab Allah!” Namun, aku akan membunuh mereka sebagaimana Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang mengganti agama Islamnya, bunuhlah orang tersebut!”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3015

١٤٨ - بَابُ قَتۡلِ النِّسَاءِ فِي الۡحَرۡبِ
148. Bab pembunuhan wanita dalam perang


٣٠١٥ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ قَالَ: قُلۡتُ لِأَبِي أُسَامَةَ: حَدَّثَكُمۡ عُبَيۡدُ اللهِ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: وُجِدَتِ امۡرَأَةٌ مَقۡتُولَةً فِي بَعۡضِ مَغَازِي رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَنَهَى رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنۡ قَتۡلِ النِّسَاءِ وَالصِّبۡيَانِ. [طرفه في: ٣٠١٤].

3015. Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku berkata kepada Abu Usamah: ‘Ubaidullah menceritakan kepada kalian dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Seorang wanita didapati terbunuh dalam sebagian peperangan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang pembunuhan wanita dan anak-anak.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3014

١٤٧ - بَابُ قَتۡلِ الصِّبۡيَانِ فِي الۡحَرۡبِ
147. Bab pembunuhan anak-anak dalam perang


٣٠١٤ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ يُونُسَ: أَخۡبَرَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ نَافِعٍ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ امۡرَأَةً وُجِدَتۡ فِي بَعۡضِ مَغَازِي النَّبِيِّ ﷺ مَقۡتُولَةً، فَأَنۡكَرَ رَسُولُ اللهِ ﷺ قَتۡلَ النِّسَاءِ وَالصِّبۡيَانِ. [الحديث ٣٠١٤ - طرفه في: ٣٠١٥].

3014. Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami: Al-Laits mengabarkan kepada kami dari Nafi’: Bahwa ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—mengabarkan kepadanya: Seorang wanita ditemukan terbunuh dalam sebagian peperangan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengingkari/melarang pembunuhan wanita dan anak-anak.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3012 dan 3013

١٤٦ - بَابُ أَهۡلِ الدَّارِ يُبَيَّتُونَ فَيُصَابُ الۡوِلۡدَانُ وَالذَّرَارِيُّ
146. Bab penduduk suatu negeri yang diserbu di malam hari sehingga anak-anak dan keturunan mereka bisa terluka


﴿بَيَاتًا﴾ [الأعراف: ٤]: لَيۡلًا. ﴿لَنُبَيِّتَنَّهُ﴾ [النمل: ٤٩]: لَيۡلًا. ﴿يُبَيِّتُ﴾ [النساء: ٨١]: لَيۡلًا.

Bayātan” (QS. Al-A’raf: 4) artinya di malam hari.

Lanubayyitannahu” (QS. An-Naml: 49) artinya (menyerang dengan tiba-tiba) di malam hari.

Yubayyitu” (QS. An-Nisa`: 81) (dia lakukan) di malam hari.

٣٠١٢ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا الزُّهۡرِيُّ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ، عَنِ الصَّعۡبِ بۡنِ جَثَّامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمۡ قَالَ: مَرَّ بِيَ النَّبِيُّ ﷺ بِالۡأَبۡوَاءِ أَوۡ بِوَدَّانَ، وَسُئِلَ عَنۡ أَهۡلِ الدَّارِ يُبَيَّتُونَ مِنَ الۡمُشۡرِكِينَ، فَيُصَابُ مِنۡ نِسَائِهِمۡ وَذَرَارِيِّهِمۡ، قَالَ: (هُمۡ مِنۡهُمۡ). وَسَمِعۡتُهُ يَقُولُ: (لَا حِمَى إِلَّا لِلهِ وَلِرَسُولِهِ ﷺ).

3012. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: Az-Zuhri menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah, dari Ibnu ‘Abbas, dari Ash-Sha’b bin Jatstsamah—radhiyallahu ‘anhum—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melewatiku di Al-Abwa` atau di Waddan. Beliau ditanya tentang penduduk suatu negeri dari kalangan musyrikin yang diserbu di malam hari sehingga wanita-wanita dan anak cucu mereka bisa terluka. Nabi menjawab, “Wanita-wanita dan anak cucu mereka termasuk mereka.”

Aku juga mendengar beliau bersabda, “Tidak ada wilayah yang dilindungi kecuali untuk Allah dan Rasul-Nya—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.”

٣٠١٣ - وَعَنِ الزُّهۡرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ عُبَيۡدَ اللهِ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ. حَدَّثَنَا الصَّعۡبُ فِي الذَّرَارِيِّ: كَانَ عَمۡرٌو يُحَدِّثُنَا، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. فَسَمِعۡنَاهُ مِنَ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي عُبَيۡدُ اللهِ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ، عَنِ الصَّعۡبِ قَالَ: (هُمۡ مِنۡهُمۡ). وَلَمۡ يَقُلۡ كَمَا قَالَ عَمۡرٌو: (هُمۡ مِنۡ آبَائِهِمۡ). [طرفه في: ٢٣٧٠].

3013. Dan dari Az-Zuhri: Bahwa beliau mendengar ‘Ubaidullah dari Ibnu ‘Abbas: Ash-Sha’b menceritakan kepada kami tentang anak cucu mereka: Dahulu ‘Amr menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Lalu kami mendengarnya dari Az-Zuhri. Beliau berkata: ‘Ubaidullah mengabarkan kepadaku dari Ibnu ‘Abbas, dari Ash-Sha’b. Beliau berkata: (Anak cucu) mereka termasuk mereka.

Beliau tidak mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Amr, “Mereka termasuk ayah-ayah mereka.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3010

١٤٤ - بَابُ الۡأُسَارَى فِي السَّلَاسِلِ
144. Bab para tawanan dalam belenggu rantai


٣٠١٠ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ زِيَادٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (عَجِبَ اللهُ مِنۡ قَوۡمٍ يَدۡخُلُونَ الۡجَنَّةَ فِي السَّلَاسِلِ). [الحديث ٣٠١٠ - طرفه في: ٤٥٥٧].

3010. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami: Ghundar menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Ziyad, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Allah takjub dengan suatu kaum yang akan masuk janah (dalam keadaan ketika di dunia menjadi tawanan pasukan muslimin) dalam belenggu rantai (lalu masuk Islam).”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3009

١٤٣ - بَابُ فَضۡلِ مَنۡ أَسۡلَمَ عَلَى يَدَيۡهِ رَجُلٌ
143. Bab keutamaan orang yang menjadi perantara orang lain masuk Islam


٣٠٠٩ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ مُحَمَّدِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبۡدٍ الۡقَارِيُّ، عَنۡ أَبِي حَازِمٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَهۡلٌ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، يَعۡنِي ابۡنَ سَعۡدٍ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ يَوۡمَ خَيۡبَرَ: (لَأُعۡطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلًا يُفۡتَحُ عَلَى يَدَيۡهِ، يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُولُهُ). فَبَاتَ النَّاسُ لَيۡلَتَهُمۡ: أَيُّهُمۡ يُعۡطَى، فَغَدَوۡا كُلُّهُمۡ يَرۡجُوهُ، فَقَالَ: (أَيۡنَ عَلِيٌّ؟) فَقِيلَ: يَشۡتَكِي عَيۡنَيۡهِ، فَبَصَقَ فِي عَيۡنَيۡهِ وَدَعَا لَهُ، فَبَرَأَ كَأَنۡ لَمۡ يَكُنۡ بِهِ وَجَعٌ، فَأَعۡطَاهُ، فَقَالَ: أُقَاتِلُهُمۡ حَتَّى يَكُونُوا مِثۡلَنَا؟ فَقَالَ: (انۡفُذۡ عَلَى رِسۡلِكَ حَتَّى تَنۡزِلَ بِسَاحَتِهِمۡ، ثُمَّ ادۡعُهُمۡ إِلَى الۡإِسۡلَامِ، وَأَخۡبِرۡهُمۡ بِمَا يَجِبُ عَلَيۡهِمۡ، فَوَاللهِ لَأَنۡ يَهۡدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلًا، خَيۡرٌ لَكَ مِنۡ أَنۡ يَكُونَ لَكَ حُمۡرُ النَّعَمِ). [طرفه في: ٢٩٤٢].

3009. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Ya’qub bin ‘Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abd Al-Qari menceritakan kepada kami dari Abu Hazim. Beliau berkata: Sahl bin Sa’d—radhiyallahu ‘anhu—mengabarkan kepadaku. Beliau berkata:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda pada hari Khaibar, “Aku pasti akan memberikan panji ini besok kepada seseorang yang kemenangan akan diberikan melaluinya. Dia adalah orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.”

Orang-orang bertanya-tanya di malam harinya siapa di antara mereka yang akan diberi. Esoknya, mereka semua mengharapkannya.

Nabi bertanya, “Di mana ‘Ali?”

Ada yang menjawab, “Dia sakit kedua matanya.”

Nabi meludah di kedua matanya dan mendoakannya lalu ‘Ali sembuh sampai seakan-akan dia tidak pernah mengalami sakit apapun. Nabi memberikan panji tersebut kepadanya.

‘Ali bertanya, “Apakah kami perangi mereka sampai mereka menjadi seperti kita?”

Nabi bersabda, “Jalanlah dengan tenang, sampai engkau tiba di halaman mereka, lalu ajaklah mereka kepada Islam dan kabarkan apa saja yang wajib bagi mereka! Demi Allah, jika ada seseorang yang diberi petunjuk melalui engkau, sungguh lebih baik daripada engkau memiliki unta merah.”