Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari - 50. Kitab Mukatab

50. Kitab Mukatab

  1. Bab dosa orang yang memfitnah budaknya
  2. Bab mukatab (budak yang membuat perjanjian dengan majikannya untuk menyerahkan sejumlah harta dengan mengangsur agar dia bisa merdeka) dan angsuran dirinya dengan cara dibayarkan tiap tahun
    • Hadis nomor 2560
  3. Bab yang dibolehkan dari syarat perjanjian pembebasan diri budak dan barang siapa yang membuat syarat yang tidak ada di dalam kitab Allah
    • Hadis nomor 2561 dan 2562
  4. Bab permintaan bantuan budak mukatab kepada orang-orang
    • Hadis nomor 2563
  5. Bab menjual budak mukatab apabila dia rida
    • Hadis nomor 2564
  6. Bab apabila budak mukatab berkata, “Belilah aku dan merdekakan aku!” lalu seseorang membelinya untuk tujuan itu
    • Hadis nomor 2565

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2565

٦ - بَابٌ إِذَا قَالَ الۡمُكَاتَبُ: اشۡتَرِنِي وَأَعۡتِقۡنِي، فَاشۡتَرَاهُ لِذٰلِكَ
6. Bab apabila budak mukatab berkata, “Belilah aku dan merdekakan aku!” lalu seseorang membelinya untuk tujuan itu


٢٥٦٥ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَاحِدِ بۡنُ أَيۡمَنَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي أَيۡمَنُ، قَالَ: دَخَلۡتُ عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، فَقُلۡتُ: كُنۡتُ غُلَامًا لِعُتۡبَةَ بۡنِ أَبِي لَهَبٍ، وَمَاتَ وَوَرِثَنِي بَنُوهُ، وَإِنَّهُمۡ بَاعُونِي مِن ابۡنِ أَبِي عَمۡرٍو، فَأَعۡتَقَنِي ابۡنُ أَبِي عَمۡرٍو، وَاشۡتَرَطَ بَنُو عُتۡبَةَ الۡوَلَاءَ، فَقَالَتۡ: دَخَلَتۡ بَرِيرَةُ وَهِيَ مُكَاتَبَةٌ، فَقَالَتۡ: اشۡتَرِينِي وَأَعۡتِقِينِي، قَالَتۡ: نَعَمۡ. قَالَتۡ: لَا يَبِيعُونِي حَتَّى يَشۡتَرِطُوا وَلَائِي، فَقَالَتۡ: لَا حَاجَةَ لِي بِذٰلِكَ، فَسَمِعَ بِذٰلِكَ النَّبِيُّ ﷺ أَوۡ بَلَغَهُ، فَذَكَرَ لِعَائِشَةَ، فَذَكَرَتۡ عَائِشَةُ مَا قَالَتۡ لَهَا، فَقَالَ: (اشۡتَرِيهَا وَأَعۡتِقِيهَا، وَدَعِيهِمۡ يَشۡتَرِطُونَ مَا شَاؤُوا). فَاشۡتَرَتۡهَا عَائِشَةُ فَأَعۡتَقَتۡهَا، وَاشۡتَرَطَ أَهۡلُهَا الۡوَلَاءَ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (الۡوَلَاءُ لِمَنۡ أَعۡتَقَ، وَإِنِ اشۡتَرَطُوا مِائَةَ شَرۡطٍ). [طرفه في: ٤٥٦].

2565. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahid bin Aiman menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Aiman menceritakan kepadaku. Beliau berkata:

Aku masuk ke tempat ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—, lalu aku berkata, “Dahulu, aku adalah seorang budak milik ‘Utbah bin Abu Lahab. Setelah dia meninggal, putra-putranya mewarisiku. Lantas mereka menjualku kepada Ibnu Abu ‘Umar. Lalu Ibnu Abu ‘Umar memerdekakanku, namun putra-putra ‘Utbah mensyaratkan wala` (hak mendapat warisan budak yang dimerdekakan apabila tidak ada ahli warisnya).”

‘Aisyah berkata: Barirah pernah masuk (ke tempatku) ketika dia masih berstatus budak mukatab (budak yang melakukan kesepakatan dengan majikannya untuk menyerahkan sejumlah harta dengan cara mengangsur untuk kemerdekaan dirinya). Barirah berkata, “Belilah aku dan merdekakan aku!”

‘Aisyah berkata, “Baiklah.”

Barirah berkata, “Mereka tidak mau menjualku kecuali dengan syarat wala`-ku (tetap menjadi milik mereka).”

‘Aisyah berkata, “Aku tidak membutuhkan hal itu.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendengar hal itu atau kabar itu sampai kepada beliau. Beliau menyebutkannya kepada ‘Aisyah, lalu ‘Aisyah menyebutkan perkataannya kepada Barirah. Nabi berkata, “Belilah Barirah dan merdekakan dia! Biarkan mereka mensyaratkan apa saja yang mereka mau!”

‘Aisyah pun membeli Barirah lalu memerdekakannya. Majikannya mensyaratkan wala`. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Wala` milik orang yang memerdekakan, walaupun mereka mensyaratkan seratus syarat.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2564

٥ - بَابُ بَيۡعِ الۡمُكَاتَبِ إِذَا رَضِيَ
5. Bab menjual budak mukatab apabila dia rida


وَقَالَتۡ عَائِشَةُ: هُوَ عَبۡدٌ مَا بَقِيَ عَلَيۡهِ شَيۡءٌ، وَقَالَ زَيۡدُ بۡنُ ثَابِتٍ: مَا بَقِيَ عَلَيۡهِ دِرۡهَمٌ. وَقَالَ ابۡنُ عُمَرَ :هُوَ عَبۡدٌ إِنۡ عَاشَ وَإِنۡ مَاتَ وَإِنۡ جَنَى مَا بَقِيَ عَلَيۡهِ شَيۡءٌ.

‘Aisyah mengatakan, “Dia tetap budak selama masih ada angsuran yang harus dia lunasi.”

Zaid bin Tsabit berkata, “Selama masih tersisa satu dirham yang harus dilunasi.”

Ibnu ‘Umar berkata, “Dia tetap budak, meskipun dia hidup, meskipun dia mati, meskipun dia melakukan pelanggaran, selama masih tersisa angsuran yang harus dia lunasi.”

٢٥٦٤ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ يَحۡيَى بۡنِ سَعِيدٍ، عَنۡ عَمۡرَةَ بِنۡتِ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ: أَنَّ بَرِيرَةَ جَاءَتۡ تَسۡتَعِينُ عَائِشَةَ أُمَّ الۡمُؤۡمِنِينَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، فَقَالَتۡ لَهَا: إِنۡ أَحَبَّ أَهۡلُكِ أَنۡ أَصُبَّ لَهُمۡ ثَمَنَكِ صَبَّةً وَاحِدَةً فَأُعۡتِقَكِ فَعَلۡتُ، فَذَكَرَتۡ بَرِيرَةُ ذٰلِكَ لِأَهۡلِهَا، فَقَالُوا: لَا، إِلَّا أَنۡ يَكُونَ وَلَاؤُكِ لَنَا. قَالَ مَالِكٌ: قَالَ يَحۡيَى: فَزَعَمَتۡ عَمۡرَةُ أَنَّ عَائِشَةَ ذَكَرَتۡ ذٰلِكَ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: (اشۡتَرِيهَا وَأَعۡتِقِيهَا، فَإِنَّمَا الۡوَلَاءُ لِمَنۡ أَعۡتَقَ). [طرفه في: ٤٥٦].

2564. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Sa’id, dari ‘Amrah binti ‘Abdurrahman:

Bahwa Barirah datang meminta bantuan ‘Aisyah ibunda kaum mukminin—radhiyallahu ‘anha—. ‘Aisyah berkata kepada Barirah, “Jika majikanmu suka apabila aku lunasi hargamu sekaligus kepada mereka lalu aku merdekakan engkau, tentu aku lakukan.”

Barirah menyebutkan hal itu kepada majikannya. Mereka berkata, “Tidak mau kecuali wala`(hak mendapat warisan budak yang dimerdekakan apabila tidak ada ahli warisnya)-mu tetap milik kami.”

Malik berkata: Yahya berkata: ‘Amrah menyatakan bahwa ‘Aisyah menyebutkan hal itu kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Rasulullah bersabda, “Belilah dia dan merdekakan dia! Sesungguhnya wala` hanyalah milik orang yang memerdekakan.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2563

٤ - بَابُ اسۡتِعَانَةِ الۡمُكَاتَبِ وَسُؤَالِهِ النَّاسَ
4. Bab permintaan bantuan budak mukatab kepada orang-orang


٢٥٦٣ - حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: جَاءَتۡ بَرِيرَةُ فَقَالَتۡ: إِنِّي كَاتَبۡتُ أَهۡلِي عَلَى تِسۡعِ أَوَاقٍ، فِي كُلِّ عَامٍ وَقِيَّةٌ، فَأَعِينِينِي، فَقَالَتۡ عَائِشَةُ: إِنۡ أَحَبَّ أَهۡلُكِ أَنۡ أَعُدَّهَا لَهُمۡ عَدَّةً وَاحِدَةً وَأُعۡتِقَكِ فَعَلۡتُ، وَيَكُونَ وَلَاؤُكِ لِي، فَذَهَبَتۡ إِلَى أَهۡلِهَا فَأَبَوۡا ذٰلِكَ عَلَيۡهَا، فَقَالَتۡ: إِنِّي قَدۡ عَرَضۡتُ ذٰلِكَ عَلَيۡهِمۡ، فَأَبَوۡا إِلَّا أَنۡ يَكُونَ الۡوَلَاءُ لَهُمۡ، فَسَمِعَ بِذٰلِكَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، فَسَأَلَنِي فَأَخۡبَرۡتُهُ، فَقَالَ: (خُذِيهَا فَأَعۡتِقِيهَا، وَاشۡتَرِطِي لَهُمُ الۡوَلَاءَ، فَإِنَّمَا الۡوَلَاءُ لِمَنۡ أَعۡتَقَ). قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي النَّاسِ فَحَمِدَ اللهَ وَأَثۡنَى عَلَيۡهِ، ثُمَّ قَالَ: (أَمَّا بَعۡدُ، فَمَا بَالُ رِجَالٍ مِنۡكُمۡ يَشۡتَرِطُونَ شُرُوطًا لَيۡسَتۡ فِي كِتَابِ اللهِ؟ فَأَيُّمَا شَرۡطٍ لَيۡسَ فِي كِتَابِ اللهِ فَهُوَ بَاطِلٌ، وَإِنۡ كَانَ مِائَةَ شَرۡطٍ، فَقَضَاءُ اللهِ أَحَقُّ وَشَرۡطُ اللهِ أَوۡثَقُ، مَا بَالُ رِجَالٍ مِنۡكُمۡ يَقُولُ أَحَدُهُمۡ: أَعۡتِقۡ يَا فُلَانُ وَلِيَ الۡوَلَاءُ، إِنَّمَا الۡوَلَاءُ لِمَنۡ أَعۡتَقَ). [طرفه في: ٤٥٦].

2563. ‘Ubaid bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:

Barirah datang lalu berkata, “Sesungguhnya aku membuat kesepakatan dengan majikanku tentang kemerdekaan diriku dengan harga sembilan uqiyyah. Setiap tahun diangsur satu uqiyyah. Bantulah aku!”

‘Aisyah berkata, “Jika majikanmu mau, aku siapkan harta sejumlah itu untuk mereka sekaligus dan aku merdekakan engkau, tentu aku lakukan asal wala`(hak mendapatkan warisan budak yang dimerdekakan apabila tidak ada ahli warisnya)-mu menjadi milikku.”

Barirah pergi menemui majikannya, namun mereka tidak menyetujuinya. Barirah berkata, “Sesungguhnya aku telah menawarkan hal itu kepada mereka namun mereka tidak mau kecuali wala` tetap milik mereka.”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendengar kejadian itu lalu beliau bertanya kepadaku dan aku kabarkan kepada beliau. Rasulullah bersabda, “Ambillah Barirah lalu merdekakan dia! Persyaratkan kepada mereka wala` (menjadi milikmu)! Sesungguhnya wala` milik orang yang memerdekakan.”

‘Aisyah berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri di hadapan orang-orang. Beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya. Kemudian beliau bersabda, “Amabakdu. Bagaimana keadaan orang-orang di antara kalian yang membuat syarat-syarat yang tidak ada di dalam kitab Allah?! Syarat apapun yang tidak ada di dalam kitab Allah, maka syarat itu batil walaupun seratus syarat. Ketetapan Allah adalah benar dan syarat Allah adalah yang kuat. Bagaimana keadaan orang-orang di antara kalian yang salah seorang mereka mengucapkan: Wahai Fulan, silakan merdekakan, namun wala` tetap milikku. Sesungguhnya wala` hanya milik orang yang memerdekakan.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2561 dan 2562

٣ - بَابُ مَا يَجُوزُ مِنۡ شُرُوطِ الۡمُكَاتَبِ، وَمَنِ اشۡتَرَطَ شَرۡطًا لَيۡسَ فِي كِتَابِ اللهِ
3. Bab yang dibolehkan dari syarat perjanjian pembebasan diri budak dan barang siapa yang membuat syarat yang tidak ada di dalam kitab Allah


فِيهِ ابۡنُ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Dalam bab ini ada riwayat Ibnu ‘Umar dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

٢٥٦١ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عُرۡوَةَ: أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا أَخۡبَرَتۡهُ: أَنَّ بَرِيرَةَ جَاءَتۡ تَسۡتَعِينُهَا فِي كِتَابَتِهَا، وَلَمۡ تَكُنۡ قَضَتۡ مِنۡ كِتَابَتِهَا شَيۡئًا، قَالَتۡ لَهَا عَائِشَةُ: ارۡجِعِي إِلَى أَهۡلِكِ، فَإِنۡ أَحَبُّوا أَنۡ أَقۡضِيَ عَنۡكِ كِتَابَتَكِ وَيَكُونَ وَلَاؤُكِ لِي فَعَلۡتُ، فَذَكَرَتۡ ذٰلِكَ بَرِيرَةُ لِأَهۡلِهَا فَأَبَوۡا، وَقَالُوا: إِنۡ شَاءَتۡ أَنۡ تَحۡتَسِبَ عَلَيۡكِ فَلۡتَفۡعَلۡ، وَيَكُونَ وَلَاؤُكِ لَنَا، فَذَكَرَتۡ ذٰلِكَ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ: (ابۡتَاعِي، فَأَعۡتِقِي، فَإِنَّمَا الۡوَلَاءُ لِمَنۡ أَعۡتَقَ). قَالَ: ثُمَّ قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَقَالَ: (مَا بَالُ أُنَاسٍ يَشۡتَرِطُونَ شُرُوطًا لَيۡسَتۡ فِي كِتَابِ اللهِ؟ مَنِ اشۡتَرَطَ شَرۡطًا لَيۡسَ فِي كِتَابِ اللهِ فَلَيۡسَ لَهُ، وَإِنۡ شَرَطَ مِائَةَ مَرَّةٍ، شَرۡطُ اللهِ أَحَقُّ وَأَوۡثَقُ). [طرفه في: ٤٥٦].

2561. Qutaibah telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari ‘Urwah: Bahwa ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—mengabarkan kepadanya bahwa Barirah datang meminta bantuannya dalam kesepakatan antara dirinya dan majikannya untuk menyerahkan sejumlah harta guna kebebasan dirinya. Tetapi dia belum bisa mengangsur dari harta yang disepakati.

‘Aisyah berkata kepadanya, “Kembalilah kepada majikanmu! Jika mereka mau, aku melunasi atas namamu sejumlah harta yang disepakati itu dan wala`(hak mendapatkan warisan budak yang dimerdekakan apabila tidak ada ahli warisnya)-mu menjadi milikku, tentu aku akan lakukan.”

Barirah menyebutkan hal itu kepada majikannya, namun mereka tidak mau. Mereka berkata, “Jika ‘Aisyah mau untuk mendapatkan pahala dengan membantumu, silakan dia lakukan. Namun wala`-mu tetap milik kami.”

‘Aisyah menyebutkan itu kepada Rasulullah—shallallahu ‘alahi wa sallam—. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepada ‘Aisyah, “Belilah lalu merdekakan! Sesungguhnya wala` milik orang yang memerdekakan.”

Perawi berkata: Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri lalu berkata, “Bagaimana keadaan orang-orang yang membuat syarat-syarat yang tidak ada di dalam kitab Allah?! Siapa saja yang membuat syarat yang tidak ada di dalam kitab Allah, maka syarat itu tidak diterima, walaupun dia membuat seratus syarat. Syarat Allah itulah yang benar dan kuat.”

٢٥٦٢ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: أَرَادَتۡ عَائِشَةُ أُمُّ الۡمُؤۡمِنِينَ أَنۡ تَشۡتَرِيَ جَارِيَةً لِتُعۡتِقَهَا، فَقَالَ أَهۡلُهَا: عَلَى أَنَّ وَلَاءَهَا لَنَا، قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَا يَمۡنَعُكِ ذٰلِكَ، فَإِنَّمَا الۡوَلَاءُ لِمَنۡ أَعۡتَقَ). [طرفه في: ٢١٥٦].

2562. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami dari Nafi’, dari ‘Abdullah bin ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau berkata:

‘Aisyah ibunda kaum mukminin hendak membeli seorang budak wanita untuk dimerdekakan. Majikan budak itu berkata, “Dengan syarat wala`(hak mendapat warisan budak yang dimerdekakan apabila tidak ada ahli warisnya)-nya tetap milik kami.”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Syarat itu jangan sampai mencegahmu (untuk membelinya). Sesungguhnya wala` hanyalah milik orang yang memerdekakan.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2560

٢ – بَابُ الۡمُكَاتَبِ، وَنُجُومِهِ فِي كُلِّ سَنَةٍ نَجۡمٌ
2. Bab mukatab (budak yang membuat perjanjian dengan majikannya untuk menyerahkan sejumlah harta dengan mengangsur agar dia bisa merdeka) dan angsuran dirinya dengan cara dibayarkan tiap tahun


وَقَوۡلِهِ: ﴿وَالَّذِينَ يَبۡتَغُونَ الۡكِتَابَ مِمَّا مَلَكَتۡ أَيۡمَانُكُمۡ فَكَاتِبُوهُمۡ إِنۡ عَلِمۡتُمۡ فِيهِمۡ خَيۡرًا وَآتُوهُمۡ مِنۡ مَالِ اللهِ الَّذِي آتَاكُمۡ﴾ [النور: ٣٣].

Dan firman Allah, “Budak-budak yang kalian miliki yang menginginkan perjanjian, buatlah perjanjian dengan mereka apabila kalian mengetahui ada kebaikan pada diri mereka. Berikan kepada mereka sebagian harta Allah yang telah Dia berikan kepada kalian.” (QS. An-Nur: 33).

وَقَالَ رَوۡحٌ، عَنِ ابۡنِ جُرَيۡجٍ: قُلۡتُ لِعَطَاءٍ: أَوَاجِبٌ عَلَيَّ إِذَا عَلِمۡتُ لَهُ مَالًا أَنۡ أُكَاتِبَهُ؟ قَالَ: مَا أُرَاهُ إِلَّا وَاجِبًا.

وَقَالَهُ عَمۡرُو بۡنُ دِينَارٍ. قُلۡتُ لِعَطَاءٍ: أَتَأۡثُرُهُ عَنۡ أَحَدٍ؟ قَالَ: لَا، ثُمَّ أَخۡبَرَنِي: أَنَّ مُوسَى بۡنَ أَنَسٍ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ سِيرِينَ سَأَلَ أَنَسًا الۡمُكَاتَبَةَ، وَكَانَ كَثِيرَ الۡمَالِ فَأَبَى، فَانۡطَلَقَ إِلَى عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ فَقَالَ: كَاتِبۡهُ، فَأَبَى، فَضَرَبَهُ بِالدِّرَّةِ وَيَتۡلُو عُمَرُ: ﴿فَكَاتِبُوهُمۡ إِنۡ عَلِمۡتُمۡ فِيهِمۡ خَيۡرًا﴾ فَكَاتَبَهُ.

Rauh berkata, dari Ibnu Juraij: Aku bertanya kepada ‘Atha`, “Apakah wajib bagiku untuk membuat perjanjian dengan budak apabila aku mengetahui dia memiliki harta?”

‘Atha` menjawab, “Aku berpendapat wajib.”

Ini juga dikatakan oleh ‘Amr bin Dinar.

Aku bertanya kepada ‘Atha`, “Apakah engkau meriwayatkannya dari seseorang?”

‘Atha` menjawab, “Tidak.”

Kemudian ‘Atha` mengabarkan kepadaku: Bahwa Musa bin Anas mengabarkan kepadanya: Bahwa Sirin meminta perjanjian kepada Anas (majikannya). Ketika itu, Sirin memiliki banyak harta. Namun, Anas enggan membuat perjanjian dengannya. Sirin pergi menemui ‘Umar—radhiyallahu ‘anhu—lalu ‘Umar berkata (kepada Anas), “Buatlah perjanjian dengannya!”

Anas tetap tidak mau. ‘Umar pun menghukum cambuk Anas dan membaca, “Buatlah perjanjian dengan mereka apabila engkau mengetahui ada kebaikan pada diri mereka!”

Akhirnya, Anas pun membuat perjanjian dengan Sirin.

٢٥٦٠ - وَقَالَ اللَّيۡثُ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ: قَالَ عُرۡوَةُ: قَالَتۡ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: إِنَّ بَرِيرَةَ دَخَلَتۡ عَلَيۡهَا تَسۡتَعِينُهَا فِي كِتَابَتِهَا، وَعَلَيۡهَا خَمۡسَةُ أَوَاقٍ، نُجِّمَتۡ عَلَيۡهَا فِي خَمۡسِ سِنِينَ، فَقَالَتۡ لَهَا عَائِشَةُ وَنَفِسَتۡ فِيهَا: أَرَأَيۡتِ إِنۡ عَدَدۡتُ لَهُمۡ عَدَّةً وَاحِدَةً، أَيَبِيعُكِ أَهۡلُكِ فَأُعۡتِقَكِ، فَيَكُونَ وَلَاؤُكِ لِي؟ فَذَهَبَتۡ بَرِيرَةُ إِلَى أَهۡلِهَا، فَعَرَضَتۡ ذٰلِكَ عَلَيۡهِمۡ، فَقَالُوا: لَا، إِلَّا أَنۡ يَكُونَ لَنَا الۡوَلَاءُ، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَدَخَلۡتُ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَذَكَرۡتُ ذٰلِكَ لَهُ، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ: (اشۡتَرِيهَا فَأَعۡتِقِيهَا، فَإِنَّمَا الۡوَلَاءُ لِمَنۡ أَعۡتَقَ). ثُمَّ قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَقَالَ: (مَا بَالُ رِجَالٍ يَشۡتَرِطُونَ شُرُوطًا لَيۡسَتۡ فِي كِتَابِ اللهِ، مَنِ اشۡتَرَطَ شَرۡطًا لَيۡسَ فِي كِتَابِ اللهِ فَهُوَ بَاطِلٌ، شَرۡطُ اللهِ أَحَقُّ وَأَوۡثَقُ). [طرفه في: ٤٥٦].

2560. Al-Laits berkata: Yunus menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab: ‘Urwah berkata: ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—berkata:

Sesungguhnya Barirah masuk ke tempatnya dengan meminta bantuannya dalam masalah perjanjian dengan majikannya tentang kemerdekaan dirinya. Barirah masih punya tanggungan lima uqiyyah yang harus dia cicil selama lima tahun.

‘Aisyah berkata kepada Barirah dan ingin membantunya, “Apa pendapatmu apabila aku siapkan pembayaran cicilan untuk mereka sekaligus? Apakah majikanmu mau menjualmu lalu aku merdekakan engkau sehingga wala`(hak mendapatkan warisan budak yang dimerdekakan apabila tidak ada ahli warisnya)-mu untukku?”

Barirah pergi menemui majikannya, lalu dia menawarkan hal itu kepada mereka. Mereka menanggapi, “Tidak mau. Kecuali wala`-mu tetap untuk kami.”

‘Aisyah berkata: Aku masuk ke tempat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu aku sebutkan kejadian itu kepada beliau. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepadanya, “Belilah Barirah lalu merdekakan dia! Karena wala` milik orang yang memerdekakan.”

Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apa urusan orang-orang yang membuat syarat-syarat yang tidak ada di kitab Allah?! Siapa saja yang membuat syarat yang tidak ada di kitab Allah, maka syarat itu batil. Syarat Allah lebih berhak dan lebih kuat (untuk ditunaikan).”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2536

٢٥٣٦ - حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنۡ مَنۡصُورٍ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنِ الۡأَسۡوَدِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتِ: اشۡتَرَيۡتُ بَرِيرَةَ، فَاشۡتَرَطَ أَهۡلُهَا وَلَاءَهَا، فَذَكَرۡتُ ذٰلِكَ لِلنَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ: (أَعۡتِقِيهَا، فَإِنَّ الۡوَلَاءَ لِمَنۡ أَعۡطَى الۡوَرِقَ). فَأَعۡتَقۡتُهَا، فَدَعَاهَا النَّبِيُّ ﷺ فَخَيَّرَهَا مِنۡ زَوۡجِهَا، فَقَالَتۡ: لَوۡ أَعۡطَانِي كَذَا وَكَذَا مَا ثَبَتُّ عِنۡدَهُ، فَاخۡتَارَتۡ نَفۡسَهَا. [طرفه في: ٤٥٦].

2536. ‘Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami dari Manshur, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau berkata:

Aku (bermaksud) membeli Barirah, namun majikannya mensyaratkan wala` (hak mendapatkan warisan budak yang dimerdekakan apabila tidak ada ahli warisnya) tetap milik mereka. Aku menyebutkan hal itu kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau berkata, “Merdekakan Barirah! Karena wala` milik orang yang memberikan dirham.”

Aku pun memerdekakan Barirah. Lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memanggilnya dan memberinya pilihan terhadap suaminya.

Barirah berkata, “Andai dia memberiku sekian dan sekian, aku tidak mau tetap bersamanya.” Ternyata, Barirah memilih dirinya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2168

٧٣ - بَابٌ إِذَا اشۡتَرَطَ شُرُوطًا فِي الۡبَيۡعِ لَا تَحِلُّ
73. Bab apabila menentukan syarat-syarat yang tidak halal dalam jual beli


٢١٦٨ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ هِشَامِ بۡنِ عُرۡوَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: جَاءَتۡنِي بَرِيرَةُ فَقَالَتۡ: كَاتَبۡتُ أَهۡلِي عَلَى تِسۡعِ أَوَاقٍ، فِي كُلِّ عَامٍ أُوقِيَّةٌ، فَأَعِينِينِي، فَقُلۡتُ: إِنۡ أَحَبَّ أَهۡلُكِ أَنۡ أَعُدَّهَا لَهُمۡ، وَيَكُونَ وَلَاؤُكِ لِي فَعَلۡتُ. فَذَهَبَتۡ بَرِيرَةُ إِلَى أَهۡلِهَا، فَقَالَتۡ لَهُمۡ فَأَبَوۡا عَلَيۡهَا، فَجَاءَتۡ مِنۡ عِنۡدِهِمۡ وَرَسُولُ اللهِ ﷺ جَالِسٌ، فَقَالَتۡ: إِنِّي قَدۡ عَرَضۡتُ ذٰلِكَ عَلَيۡهِمۡ فَأَبَوۡا إِلَّا أَنۡ يَكُونَ الۡوَلَاءُ لَهُمۡ، فَسَمِعَ النَّبِيُّ ﷺ، فَأَخۡبَرَتۡ عَائِشَةُ النَّبِيَّ ﷺ، فَقَالَ: (خُذِيهَا وَاشۡتَرِطِي لَهُمُ الۡوَلَاءَ، فَإِنَّمَا الۡوَلَاءُ لِمَنۡ أَعۡتَقَ). فَفَعَلَتۡ عَائِشَةُ، ثُمَّ قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي النَّاسِ، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثۡنَى عَلَيۡهِ، ثُمَّ قَالَ: (أَمَّا بَعۡدُ، مَا بَالُ رِجَالٍ يَشۡتَرِطُونَ شُرُوطًا لَيۡسَتۡ فِي كِتَابِ اللهِ، مَا كَانَ مِنۡ شَرۡطٍ لَيۡسَ فِي كِتَابِ اللهِ فَهُوَ بَاطِلٌ، وَإِنۡ كَانَ مِائَةَ شَرۡطٍ، قَضَاءُ اللهِ أَحَقُّ، وَشَرۡطُ اللهِ أَوۡثَقُ، وَإِنَّمَا الۡوَلَاءُ لِمَنۡ أَعۡتَقَ). [طرفه في: ٤٥٦].

2168. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepadaku dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:

Barirah mendatangiku seraya berkata, “Majikanku membuat kesepakatan denganku untuk kemerdekaanku (dari perbudakan) senilai sembilan uqiyyah dengan cara setiap tahunnya satu uqiyyah. Bantulah aku!”

Aku berkata, “Jika majikanmu suka, aku akan siapkan itu untuk mereka, dan jika wala`(hak mendapatkan warisan budak yang dimerdekakan apabila tidak ada ahli warisnya)-mu untukku, akan aku lakukan.”

Barirah pergi menemui majikannya. Dia mengutarakan hal itu kepada mereka, namun mereka enggan menyetujuinya. Barirah datang kembali dari tempat mereka, sementara Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—duduk (di dekatku). Dia berkata, “Sesungguhnya aku sudah menawarkan hal itu kepada mereka, namun mereka tidak mau kecuali wala` tetap menjadi milik mereka.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendengar hal itu, lalu ‘Aisyah mengabarkan kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu Nabi berkata, “Ambillah dia dan persyaratkan kepada mereka agar wala` menjadi milikmu! Karena wala` milik orang yang membebaskan.” ‘Aisyah pun melakukannya.

Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri di hadapan orang-orang. Beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya kemudian bersabda, “Amabakdu, apa urusan orang-orang membuat syarat-syarat yang tidak ada di dalam kitab Allah?! Syarat yang tidak ada di dalam kitab Allah adalah syarat batil walaupun seratus syarat. Ketetapan Allah lebih berhak (untuk diikuti) dan syarat Allah lebih kuat (untuk dipatuhi). Wala` hanyalah milik orang yang membebaskan.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2155

٦٧ - بَابُ الۡبَيۡعِ وَالشِّرَاءِ مَعَ النِّسَاءِ
67. Bab jual beli bersama para wanita


٢١٥٥ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ: قَالَ عُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ: قَالَتۡ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: دَخَلَ عَلَىَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَذَكَرۡتُ لَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (اشۡتَرِي وَأَعۡتِقِي، فَإِنَّ الۡوَلَاءَ لِمَنۡ أَعۡتَقَ). ثُمَّ قَامَ النَّبِيُّ ﷺ مِنَ الۡعَشِيِّ، فَأَثۡنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهۡلُهُ، ثُمَّ قَالَ: (مَا بَالُ أُنَاسٍ يَشۡتَرِطُونَ شُرُوطًا لَيۡسَ فِي كِتَابِ اللهِ؟ مَنِ اشۡتَرَطَ شَرۡطًا لَيۡسَ فِي كِتَابِ اللهِ فَهُوَ بَاطِلٌ، وَإِنِ اشۡتَرَطَ مِائَةَ شَرۡطٍ، شَرۡطُ اللهِ أَحَقُّ وَأَوۡثَقُ). [طرفه في: ٤٥٦].

2155. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri: ‘Urwah bin Az-Zubair berkata: ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk ke tempatku lalu aku menyebutkan kepada beliau (tentang Barirah). Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Belilah dan bebaskan (dia)! Karena wala` (hak mendapatkan warisan budak yang dimerdekakan apabila tidak ada ahli warisnya) milik orang yang membebaskan.”

Kemudian Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri di sore itu, lalu beliau menyanjung Allah dengan sanjungan yang pantas untuk-Nya. Kemudian beliau bersabda, “Apa urusan orang-orang yang mensyaratkan syarat-syarat yang tidak ada di dalam kitab Allah?! Siapa saja yang membuat satu syarat yang tidak ada di dalam kitab Allah, maka syarat itu batil, walaupun dia membuat seratus syarat. Syarat Allah lebih berhak dan lebih kuat.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1493

١٤٩٣ - حَدَّثَنَا آدَمُ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: حَدَّثَنَا الۡحَكَمُ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنِ الۡأَسۡوَدِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: أَنَّهَا أَرَادَتۡ أَنۡ تَشۡتَرِيَ بَرِيرَةَ لِلۡعِتۡقِ، وَأَرَادَ مَوَالِيهَا أَنۡ يَشۡتَرِطُوا وَلَاءَهَا، فَذَكَرَتۡ عَائِشَةُ لِلنَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ ﷺ: (اشۡتَرِيهَا، فَإِنَّمَا الۡوَلَاءُ لِمَنۡ أَعۡتَقَ). قَالَتۡ: وَأُتِيَ النَّبِيُّ ﷺ بِلَحۡمٍ، فَقُلۡتُ: هَٰذَا مَا تُصُدِّقَ بِهِ عَلَى بَرِيرَةَ، فَقَالَ: (هُوَ لَهَا صَدَقَةٌ وَلَنَا هَدِيَّةٌ). [طرفه في: ٤٥٦].

1493. Adam telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami: Al-Hakam menceritakan kepada kami dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ’anha—:

Bahwa beliau ingin membeli Barirah untuk dimerdekakan, namun tuan Barirah ingin mempersyaratkan wala` (harta warisan budak yang dimerdekakan) Barirah (tetap milik mereka). ‘Aisyah menyebutkan hal itu kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepada ‘Aisyah, “Belilah Barirah! Akan tetapi wala` milik orang yang memerdekakan.”

‘Aisyah berkata: Ada yang membawa daging kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, aku berkata, “Ini adalah daging yang disedekahkan kepada Barirah.”

Nabi berkata, “Daging itu sedekah untuknya dan hadiah untuk kita.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5236

١١٥ - بَابُ نَظَرِ الۡمَرۡأَةِ إِلَى الۡحَبَشِ وَنَحۡوِهِمۡ مِنۡ غَيۡرِ رِيبَةٍ
115. Bab wanita melihat orang-orang Habasyah dan semisal mereka tanpa memunculkan kecurigaan


٥٢٣٦ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ الۡحَنۡظَلِيُّ، عَنۡ عِيسَى، عَنِ الۡأَوۡزَاعِيِّ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ عُرۡوَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَسۡتُرُنِي بِرِدَائِهِ، وَأَنَا أَنۡظُرُ إِلَى الۡحَبَشَةِ يَلۡعَبُونَ فِي الۡمَسۡجِدِ، حَتَّى أَكُونَ أَنَا الَّذِي أَسۡأَمُ، فَاقۡدُرُوا قَدۡرَ الۡجَارِيَةِ الۡحَدِيثَةِ السِّنِّ، الۡحَرِيصَةِ عَلَى اللَّهۡوِ. [طرفه في: ٤٥٤].

5236. Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali telah menceritakan kepada kami dari ‘Isa, dari Al-Auza’i, dari Az-Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau berkata: Aku melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menabiriku dengan pakaian atasnya ketika aku menonton orang-orang Habasyah yang sedang bermain di dalam masjid, hingga aku sendiri yang merasa jemu. Silakan kalian perkirakan di usia berapa seorang anak wanita tertarik kepada hiburan!

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5190

٥١٩٠ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ عُرۡوَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ قَالَتۡ: كَانَ الۡحَبَشُ يَلۡعَبُونَ بِحِرَابِهِمۡ، فَسَتَرَنِي رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَنَا أَنۡظُرُ، فَمَا زِلۡتُ أَنۡظُرُ حَتَّى كُنۡتُ أَنَا أَنۡصَرِفُ، فَاقۡدُرُوا قَدۡرَ الۡجَارِيَةِ الۡحَدِيثَةِ السِّنِّ، تَسۡمَعُ اللَّهۡوَ. [طرفه في: ٤٥٤].

5190. ‘Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami: Hisyam menceritakan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah. Beliau berkata: Dahulu orang-orang Habasyah pernah bermain menggunakan sangkur mereka. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menabiriku, sementara aku menonton. Aku terus menonton hingga aku sendiri yang berpaling. Silakan kalian perkirakan usia anak perempuan yang boleh mendengar hiburan (yang mubah)!

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3931

٣٩٣١ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ: أَنَّ أَبَا بَكۡرٍ دَخَلَ عَلَيۡهَا، وَالنَّبِيُّ ﷺ عِنۡدَهَا، يَوۡمَ فِطۡرٍ أَوۡ أَضۡحًى، وَعِنۡدَهَا قَيۡنَتَانِ تُغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاذَفَتِ الۡأَنۡصَارُ يَوۡمَ بُعَاثَ، فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: مِزۡمَارُ الشَّيۡطَانِ؟ مَرَّتَيۡنِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (دَعۡهُمَا يَا أَبَا بَكۡرٍ، إِنَّ لِكُلِّ قَوۡمٍ عِيدًا، وَإِنَّ عِيدَنَا هَٰذَا الۡيَوۡمُ). [طرفه في: ٩٤٩].

3931. Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepadaku: Ghundar menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya, dari ‘Aisyah:

Bahwa Abu Bakr masuk ke tempatnya ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berada di dekatnya pada hari Idulfitri atau Iduladha. Di dekat ‘Aisyah juga ada dua budak wanita penyanyi yang sedang mendendangkan lantunan peristiwa kaum ansar saling lempar pada hari Bu’ats. Abu Bakr berkata, “Seruling setan?” Dua kali.

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Biarkan mereka berdua wahai Abu Bakr! Sesungguhnya masing-masing kaum memiliki hari raya dan sesungguhnya hari raya kita adalah hari ini.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3529 dan 3530

١٥ - بَابُ قِصَّةِ الۡحَبَشِ، وَقَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ: (يَا بَنِي أَرۡفِدَةَ)
15. Bab kisah orang-orang Habasyah dan sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Wahai bani Arfidah”


٣٥٢٩ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عُرۡوَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ: أَنَّ أَبَا بَكۡرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ دَخَلَ عَلَيۡهَا، وَعِنۡدَهَا جَارِيَتَانِ فِي أَيَّامِ مِنًى تُدَفِّفَانِ وَتَضۡرِبَانِ، وَالنَّبِيُّ ﷺ مُتَغَشٍّ بِثَوۡبِهِ، فَانۡتَهَرَهُمَا أَبُو بَكۡرٍ، فَكَشَفَ النَّبِيُّ ﷺ عَنۡ وَجۡهِهِ، فَقَالَ: (دَعۡهُمَا يَا أَبَا بَكۡرٍ، فَإِنَّهَا أَيَّامُ عِيدٍ). وَتِلۡكَ الۡأَيَّامُ أَيَّامُ مِنًى. [طرفه في: ٤٥٤].

3529. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah:

Bahwa Abu Bakr—radhiyallahu ‘anhu—masuk ke tempat ‘Aisyah, sementara di dekat ‘Aisyah ada dua anak wanita di hari-hari Mina sedang menyanyi dan menabuh rebana dalam keadaan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sedang tidur menutup kepala menggunakan pakaiannya. Abu Bakr menegur kedua anak itu.

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyingkap penutup dari wajahnya lantas berkata, “Biarkan keduanya, wahai Abu Bakr! Karena hari ini adalah hari raya.”

Hari-hari itu adalah hari-hari Mina.

٣٥٣٠ - وَقَالَتۡ عَائِشَةُ: رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَسۡتُرُنِي، وَأَنَا أَنۡظُرُ إِلَى الۡحَبَشَةِ، وَهُمۡ يَلۡعَبُونَ فِي الۡمَسۡجِدِ، فَزَجَرَهُمۡ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (دَعۡهُمۡ، أَمۡنًا بَنِي أَرۡفَدَةَ). يَعۡنِي مِنَ الۡأَمۡنِ. [طرفه في: ٩٤٩].

3530. ‘Aisyah berkata: Aku melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menabiriku ketika aku sedang menonton orang-orang Habasyah. Mereka sedang bermain di dalam masjid. (‘Umar) menegur mereka. Lalu, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Biarkan mereka! Aman, wahai bani Arfadah.”

أَمۡنًا dari kata الۡأَمۡن.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2906 dan 2907

٨١ - بَابُ الدَّرَقِ
81. Bab perisai (dari kulit binatang)


٢٩٠٦ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي ابۡنُ وَهۡبٍ: قَالَ عَمۡرٌو: حَدَّثَنِي أَبُو الۡأَسۡوَدِ، عَنۡ عُرۡوَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: دَخَلَ عَلَىَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَعِنۡدِي جَارِيَتَانِ تُغَنِّيَانِ بِغِنَاءِ بُعَاثَ، فَاضۡطَجَعَ عَلَى الۡفِرَاشِ وَحَوَّلَ وَجۡهَهُ، فَدَخَلَ أَبُو بَكۡرٍ فَانۡتَهَرَنِي وَقَالَ: مِزۡمَارَةُ الشَّيۡطَانِ عِنۡدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ؟ فَأَقۡبَلَ عَلَيۡهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَقَالَ: (دَعۡهُمَا). فَلَمَّا غَفَلَ غَمَزۡتُهُمَا فَخَرَجَتَا.

2906. Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Wahb menceritakan kepadaku: ‘Amr berkata: Abu Al-Aswad menceritakan kepadaku dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masuk ke tempatku sementara di dekatku ada dua anak perempuan yang sedang mendendangkan nyanyian Bu’ats. Beliau berbaring di atas ranjang dengan memalingkan wajahnya.

Setelah itu, Abu Bakr masuk lalu menegurku dan berkata, “Seruling setan di dekat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menghadap ke arah Abu Bakr seraya berkata, “Biarkan mereka berdua!”

Ketika Abu Bakr sudah tidak memperhatikan, aku memberi isyarat mata kepada dua anak itu lalu keduanya keluar.

٢٩٠٧ – قَالَتۡ: وَكَانَ يَوۡمُ عِيدٍ، يَلۡعَبُ السُّوَدَانُ بِالدَّرَقِ وَالۡحِرَابِ، فَإِمَّا سَأَلۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ، وَإِمَّا قَالَ: (تَشۡتَهِينَ تَنۡظُرِينَ؟) فَقَالَتۡ: نَعَمۡ. فَأَقَامَنِي وَرَاءَهُ، خَدِّي عَلَى خَدِّهِ، وَيَقُولُ: (دُونَكُمۡ بَنِي أَرۡفِدَةَ). حَتَّى إِذَا مَلِلۡتُ، قَالَ: (حَسۡبُكِ؟) قُلۡتُ: نَعَمۡ، قَالَ: (فَاذۡهَبِي). قَالَ أَحۡمَدُ، عَنِ ابۡنِ وَهۡبٍ: فَلَمَّا غَفَلَ. [طرفاه في: ٤٥٤، ٩٤٩].

2907. ‘Aisyah berkata: Waktu itu adalah hari raya. Orang-orang kulit hitam sedang bermain dengan perisai kulit dan sangkur. Bisa jadi aku yang bertanya kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—atau beliau yang bertanya, “Apakah engkau ingin melihat?”

‘Aisyah menjawab, “Iya.”

Rasulullah menempatkan aku di belakang beliau. Pipiku di atas pipi beliau. Beliau berkata, “Lanjutkan wahai bani Arfidah!”

Sampai ketika aku sudah bosan, beliau bertanya, “Cukup?”

Aku menjawab, “Iya.”

Beliau berkata, “Pergilah!”

Ahmad berkata, dari Ibnu Wahb: Ketika beliau sudah tidak memperhatikan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6152

٦١٥٢ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ (ح). وَحَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي أَخِي، عَنۡ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ أَبِي عَتِيقٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ عَوۡفٍ: أَنَّهُ سَمِعَ حَسَّانَ بۡنَ ثَابِتٍ الۡأَنۡصَارِيَّ يَسۡتَشۡهِدُ أَبَا هُرَيۡرَةَ فَيَقُولُ: يَا أَبَا هُرَيۡرَةَ، نَشَدۡتُكَ بِاللهِ، هَلۡ سَمِعۡتَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (يَا حَسَّانُ، أَجِبۡ عَنۡ رَسُولِ اللهِ، اللّٰهُمَّ أَيِّدۡهُ بِرُوحِ الۡقُدُسِ)؟ قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ: نَعَمۡ. [طرفه في: ٤٥٣].

6152. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. (Dalam riwayat lain) Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Saudaraku menceritakan kepadaku dari Sulaiman, dari Muhammad bin Abu ‘Atiq, dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf: Bahwa beliau mendengar Hassan bin Tsabit Al-Anshari meminta kesaksian Abu Hurairah.

Beliau berkata: Wahai Abu Hurairah, aku sumpah engkau dengan nama Allah. Apakah engkau mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Wahai Hassan, jawablah atas nama Rasulullah! Ya Allah kuatkanlah dia dengan Ruhulkudus (malaikat Jibril).”?

Abu Hurairah menjawab, “Iya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3212

٣٢١٢ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا الزُّهۡرِيُّ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ الۡمُسَيَّبِ قَالَ: مَرَّ عُمَرُ فِي الۡمَسۡجِدِ، وَحَسَّانُ يُنۡشِدُ، فَقَالَ: كُنۡتُ أُنۡشِدُ فِيهِ، وَفِيهِ مَنۡ هُوَ خَيۡرٌ مِنۡكَ، ثُمَّ الۡتَفَتَ إِلَى أَبِي هُرَيۡرَةَ فَقَالَ: أَنۡشُدُكَ بِاللهِ، أَسَمِعۡتَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (أَجِبۡ عَنِّي، اللّٰهُمَّ أَيِّدۡهُ بِرُوحِ الۡقُدُسِ)؟ قَالَ: نَعَمۡ. [طرفه في: ٤٥٣].

3212. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: Az-Zuhri menceritakan kepada kami dari Sa’id bin Al-Musayyab. Beliau berkata:

‘Umar lewat di dalam masjid, sementara Hassan sedang bersyair. Hassan berkata: Dahulu, aku pernah bersyair di masjid ini dan di situ ada orang yang lebih baik daripada engkau.

Kemudian Hassan menoleh kepada Abu Hurairah lalu berkata: Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah. Apakah engkau mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Jawablah atas namaku! Ya Allah, kuatkanlah dia dengan Ruhulkudus (malaikat Jibril).”?

Abu Hurairah menjawab, “Iya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7075

٧٠٧٥ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡعَلَاءِ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ بُرَيۡدٍ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (إِذَا مَرَّ أَحَدُكُمۡ فِي مَسۡجِدِنَا، أَوۡ فِي سُوقِنَا، وَمَعَهُ نَبۡلٌ، فَلۡيُمۡسِكۡ عَلَى نِصَالِهَا، أَوۡ قَالَ: فَلۡيَقۡبِضۡ بِكَفِّهِ، أَنۡ يُصِيبَ أَحَدًا مِنَ الۡمُسۡلِمِينَ مِنۡهَا شَىۡءٌ). [طرفه في: ٤٥٢].

7075. Muhammad bin Al-‘Ala` telah menceritakan kepada kami: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Buraid, dari Abu Burdah, dari Abu Musa, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Apabila salah seorang kalian lewat di dalam masjid kami atau pasar kami dengan membawa serta anak panah, dia pegangi ujung anak panahnya.” Atau beliau bersabda, “Dia genggam dengan telapak tangannya agar tidak melukai seorang muslim pun.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7073 dan 7074

٧٠٧٣ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ قَالَ: قُلۡتُ لِعَمۡرٍو: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ: سَمِعۡتَ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ يَقُولُ: مَرَّ رَجُلٌ بِسِهَامٍ فِي الۡمَسۡجِدِ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَمۡسِكۡ بِنِصَالِهَا)؟ قَالَ: نَعَمۡ. [طرفه في: ٤٥١].

7073. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku bertanya kepada ‘Amr:

Wahai Abu Muhammad, apakah engkau mendengar Jabir bin ‘Abdullah mengatakan: Seseorang lewat di dalam masjid dengan membawa beberapa anak panah. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda kepadanya, “Pegangilah ujung anak panah itu!”?

‘Amr menjawab: Iya.

٧٠٧٤ - حَدَّثَنَا أَبُو النُّعۡمَانِ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ دِينَارٍ، عَنۡ جَابِرٍ: أَنَّ رَجُلًا مَرَّ فِي الۡمَسۡجِدِ بِأَسۡهُمٍ قَدۡ أَبۡدَى نُصُولَهَا، فَأُمِرَ أَنۡ يَأۡخُذَ بِنُصُولِهَا، لَا يَخۡدِشُ مُسۡلِمًا. [طرفه في: ٤٥١].

7074. Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari ‘Amr bin Dinar, dari Jabir: Bahwa seseorang lewat di dalam masjid dengan beberapa anak panah yang ujungnya tampak mencuat. Orang itu disuruh untuk memegangi ujung anak panah tersebut agar tidak menggores seorang muslim pun.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3585

٣٥٨٥ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي أَخِي، عَنۡ سُلَيۡمَانَ بۡنِ بِلَالٍ، عَنۡ يَحۡيَى بۡنِ سَعِيدٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي حَفۡصُ بۡنُ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ: أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَقُولُ: كَانَ الۡمَسۡجِدُ مَسۡقُوفًا عَلَى جُذُوعٍ مِنۡ نَخۡلٍ، فَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا خَطَبَ يَقُومُ إِلَى جِذۡعٍ مِنۡهَا، فَلَمَّا صُنِعَ لَهُ الۡمِنۡبَرُ وَكَانَ عَلَيۡهِ، فَسَمِعۡنَا لِذٰلِكَ الۡجِذۡعِ صَوۡتًا كَصَوۡتِ الۡعِشَارِ حَتَّى جَاءَ النَّبِيُّ ﷺ فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيۡهَا فَسَكَنَتۡ. [طرفه في: ٤٤٩].

3585. Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Saudaraku menceritakan kepadaku dari Sulaiman bin Bilal, dari Yahya bin Sa’id. Beliau berkata: Hafsh bin ‘Ubaidullah bin Anas bin Malik mengabarkan kepadaku: Bahwa beliau mendengar Jabir bin ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan:

Dahulu masjid Nabi diatapi dengan ditopang batang-batang pohon kurma. Dahulu apabila Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkhotbah, beliau berdiri di atas sebuah (pangkal) batang pohon. Ketika sudah dibuatkan mimbar untuk tempat beliau berdiri, kami mendengar batang pohon itu bersuara seperti suara unta bunting sepuluh bulan, sampai Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang dan meletakkan tangan beliau di atasnya. Lalu batang pohon itu pun tenang.

Usdul Ghabah - 6174. Abu Qatadah Al-Anshari

٦١٧٤ – أَبُو قَتَادَةَ الۡأَنۡصَارِيُّ
6174. Abu Qatadah Al-Anshari


ب ع س: أَبُو قَتَادَةَ الۡأَنۡصَارِيُّ، اسۡمُهُ الۡحَارِثُ بۡنُ رِبۡعِيِّ بۡنِ بَلۡدَمَةَ بۡنِ خُنَاسِ بۡنِ عُبَيۡدِ بۡنِ غَنۡمِ بۡنِ كَعۡبِ بۡنِ سَلِمَةَ بۡنِ سَعۡدٍ الۡأَنۡصَارِيُّ الۡخَزۡرَجِيُّ السَّلَمِيُّ فَارِسُ رَسُولِ اللهِ ﷺ.

وَقِيلَ: اسۡمُهُ النُّعۡمَانُ، قَالَهُ الۡكَلۡبِيُّ، وَابۡنُ إِسۡحَاقَ. وَقَدۡ ذَكَرۡنَاهُ فِيهِمَا، وَالۡحَارِثُ أَكۡثَرُ.

Abu Qatadah Al-Anshari. Namanya adalah Al-Harits bin Rib’i bin Baldamah bin Khunas bin ‘Ubaid bin Ghanm bin Ka’b bin Salimah bin Sa’d Al-Anshari Al-Khazraji As-Salami. Pasukan berkuda Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah An-Nu’man. Ini dikatakan oleh Al-Kalbi dan Ibnu Ishaq. Kami telah menyebutkannya dalam kedua nama tersebut, namun Al-Harits lebih banyak (dikenal).

وَأُمُّهُ كَبۡشَةُ بِنۡتُ مُطَهَّرِ بۡنِ حَرَامِ بۡنِ سَوَادِ بۡنِ غَنۡمِ بۡنِ كَعۡبِ بۡنِ سَلِمَةَ.

Ibu beliau adalah Kabsyah binti Muthahhar bin Haram bin Sawad bin Ghanm bin Ka’b bin Salimah.

اخۡتُلِفَ فِي شُهُودِهِ بَدۡرًا، فَقَالَ بَعۡضُهُمۡ: كَانَ بَدۡرِيًّا. وَلَمۡ يَذۡكُرۡهُ ابۡنُ عُقۡبَةَ، وَلَا ابۡنُ إِسۡحَاقَ فِي الۡبَدۡرِيِّينَ. وَشَهِدَ أُحُدًا وَمَا بَعۡدَهَا مِنَ الۡمَشَاهِدِ كُلِّهَا.

Keikutsertaan Abu Qatadah dalam perang Badr diperselisihkan. Sebagian mereka berkata bahwa beliau adalah veteran perang Badr. Adapun Ibnu ‘Uqbah dan Ibnu Ishaq tidak menyebut beliau dalam daftar pasukan perang Badr. Beliau mengikuti perang Uhud dan seluruh perang setelahnya.

أَخۡبَرَنَا الۡحُسَيۡنُ بۡنُ يُوحَنَ بۡنِ أتويه بۡنِ النُّعۡمَانِ الۡبَاوَرِيُّ الۡيَمَنِيُّ، نَزِيلُ أَصۡفَهَانَ، وَأَبُو الۡعَبَّاسِ أَحۡمَدُ بۡنُ عُثۡمَانَ بۡنِ أَبِي عَلِيٍّ قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو الۡفَضۡلِ مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ الۡوَاحِدِ النِّيلِيُّ، أَخۡبَرَنَا أَبُو الۡقَاسِمِ الۡخَلِيلِيُّ، أَخۡبَرَنَا أَبُو الۡقَاسِمِ عَلِيُّ بۡنُ أَحۡمَدَ الۡخُزَاعِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الشَّاشِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو عِيسَى مُحَمَّدُ بۡنُ عِيسَى، أَخۡبَرَنَا حُسَيۡنُ بۡنُ مُحَمَّدٍ، أَخۡبَرَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ، أَخۡبَرَنَا حَمَّادُ بۡنُ سَلَمَةَ، عَنۡ حُمَيۡدٍ، عَنۡ بَكۡرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ الۡمُزَنِيِّ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ رَبَاحٍ، عَنۡ أَبِي قَتَادَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ إِذَا عَرَّسَ بِلَيۡلٍ اضۡطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الۡأَيۡمَنِ، وَإِذَا اضۡطَجَعَ قُبَيۡلَ الصُّبۡحِ نَصَبَ ذِرَاعَهُ وَوَضَعَ رَأۡسَهُ عَلَى كَفِّهِ.

Al-Husain bin Yuhan bin Atawaih bin An-Nu’man Al-Bawari Al-Yamani—seorang pendatang Isfahan—dan Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Utsman bin Abu ‘Ali telah mengabarkan kepada kami. Keduanya berkata: Abu Al-Fadhl Muhammad bin ‘Abdul Wahid An-Nili menceritakan kepada kami: Abu Al-Qasim Al-Khalili mengabarkan kepada kami: Abu Al-Qasim ‘Ali bin Ahmad Al-Khuza’i mengabarkan kepada kami: Abu Sa’id Asy-Syasyi menceritakan kepada kami: Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa menceritakan kepada kami: Husain bin Muhammad mengabarkan kepada kami: Sulaiman bin Harb mengabarkan kepada kami: Hammad bin Salamah mengabarkan kepada kami dari Humaid, dari Bakr bin ‘Abdullah Al-Muzani, dari ‘Abdullah bin Rabah, dari Abu Qatadah: Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila istirahat di malam hari, beliau berbaring di atas sisi tubuh sebelah kanan. Apabila beliau berbaring sejenak sebelum waktu subuh, beliau menegakkan lengan bawah dan meletakkan kepala di atas telapak tangannya.

وَرَوَى عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي قَتَادَةَ، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: أَدۡرَكَنِي النَّبِيُّ ﷺ يَوۡمَ ذِي قَرَدٍ فَنَظَرَ إِلَيَّ وَقَالَ: (اللّٰهُمَّ، بَارِكۡ فِي شَعۡرِهِ وَبَشَرِهِ). وَقَالَ: (أَفۡلَحَ وَجۡهُكَ). قُلۡتُ: وَوَجۡهُكَ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: (قَتَلۡتَ مَسۡعَدَةَ؟) قُلۡتُ: نَعَمۡ. قَالَ: (فَمَا ذَا الَّذِي بِوَجۡهِكَ؟) قُلۡتُ: سَهۡمٌ رَمَيۡتُ بِهِ. قَالَ: (ادۡنُ). فَدَنَوۡتُ، فَبَصَقَ عَلَيۡهِ، فَمَا ضَرَبَ عَلَيَّ قَطَّ وَلَا فَاحَ.

‘Abdullah bin Abu Qatadah meriwayatkan dari ayahnya. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengetahuiku pada hari perang Dzu Qarad. Nabi memandangku dan berkata, “Ya Allah, berkahilah rambut dan kulitnya.” Nabi juga berkata, “Sungguh beruntung wajahmu.”

Aku katakan, “Begitu pula wajah Anda, wahai Rasulullah.”

Nabi bertanya, “Apakah engkau telah membunuh Mas’adah?”

Aku menjawab, “Iya.”

Nabi bertanya, “Lalu apa yang ada di wajahmu itu?”

Aku menjawab, “(Terkena) anak panah yang aku lempar.”

Nabi berkata, “Mendekatlah!”

Aku mendekat, lalu beliau meludah ke luka di wajahku, hingga benar-benar sembuh dan tidak membekas.

أَخۡرَجَهُ أَبُو عُمَرَ، وَأَبُو نُعَيۡمٍ، وَأَبُو مُوسَى.

Biografi beliau disebutkan oleh Abu ‘Umar, Abu Nu’aim, dan Abu Musa.

وَتُوُفِّيَ سَنَةَ أَرۡبَعٍ وَخَمۡسِينَ بِالۡمَدِينَةِ، فِي قَوۡلٍ. وَقِيلَ: تُوُفِّيَ بِالۡكُوفَةِ فِي خِلَافَةِ عَلِيٍّ، وَصَلَّى عَلَيۡهِ عَلِيٌّ فَكَبَّرَ سَبۡعًا.

Abu Qatadah wafat pada tahun 54 H di Madinah menurut satu pendapat. Ada yang berpendapat bahwa beliau wafat di Kufah ketika kekhilafahan ‘Ali dan ‘Ali menyalati jenazahnya dengan bertakbir sebanyak tujuh takbir.

وَرَوَى الشَّعۡبِيُّ أَنَّ عَلِيًّا كَبَّرَ عَلَيۡهِ سِتًّا. قَالَ: وَكَانَ بَدۡرِيًّا. وَقَالَ الۡحَسَنُ بۡنُ عُثۡمَانَ: تُوُفِّيَ سَنَةَ أَرۡبَعِينَ وَشَهِدَ مَعَ عَلِيٍّ مَشَاهِدَهُ كُلَّهَا.

Asy-Sya’bi meriwayatkan bahwa ‘Ali bertakbir menyalati jenazahnya dengan enam takbir. Beliau juga berkata bahwa Abu Qatadah adalah veteran perang Badr. Al-Hasan bin ‘Utsman berkata: Abu Qatadah wafat pada tahun 40 H dan beliau mengikuti seluruh peperangan bersama ‘Ali.

قُلۡتُ: مَسۡعَدَةُ الَّذِي قَتَلَهُ أَبُو قَتَادَةَ هُوَ مَسۡعَدَةَ بۡنُ حَكَمَةَ بۡنِ مَالِكِ بۡنِ حُذَيۡفَةَ بۡنِ بَدۡرٍ الۡفَزَارِيُّ، وَمِنۡ وَلَدِهِ عَبۡدُ اللهِ وَعَبۡدُ الرَّحۡمَٰنِ ابۡنَا مَسۡعَدَةَ، وَلِيَ عَبۡدُ اللهِ الصَّائِفَةَ لِمُعَاوِيَةَ، وَوَلِيَ عَبۡدُ الرَّحۡمَٰنِ الصَّائِفَةَ لِعَبۡدِ الۡمَلِكِ.

Aku katakan: Mas’adah yang dibunuh oleh Abu Qatadah adalah Mas’adah bin Hakamah bin Malik bin Hudzaifah bin Badr Al-Fazari. Di antara anaknya adalah ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman dua putra Mas’adah. ‘Abdullah menjadi pemimpin pasukan perang Mu’awiyah di musim panas. Adapun ‘Abdurrahman menjadi pemimpin pasukan perang ‘Abdul Malik di musim panas.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2095

٢٠٩٥ - حَدَّثَنَا خَلَّادُ بۡنُ يَحۡيَى: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَاحِدِ بۡنُ أَيۡمَنَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ جَابِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَنَّ امۡرَأَةً مِنَ الۡأَنۡصَارِ، قَالَتۡ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَلَا أَجۡعَلُ لَكَ شَيۡئًا تَقۡعُدُ عَلَيۡهِ، فَإِنَّ لِي غُلَامًا نَجَّارًا؟ قَالَ: (إِنۡ شِئۡتِ). قَالَ: فَعَمِلَتۡ لَهُ الۡمِنۡبَرَ، فَلَمَّا كَانَ يَوۡمُ الۡجُمُعَةِ، قَعَدَ النَّبِيُّ ﷺ عَلَى الۡمِنۡبَرِ الَّذِي صُنِعَ، فَصَاحَتِ النَّخۡلَةُ الَّتِي كَانَ يَخۡطُبُ عِنۡدَهَا، حَتَّى كَادَتۡ أَنۡ تَنۡشَقَّ، فَنَزَلَ النَّبِيُّ ﷺ حَتَّى أَخَذَهَا فَضَمَّهَا إِلَيۡهِ، فَجَعَلَتۡ تَئِنُّ أَنِينَ الصَّبِيِّ الَّذِي يُسَكَّتُ، حَتَّى اسۡتَقَرَّتۡ، قَالَ: (بَكَتۡ عَلَى مَا كَانَتۡ تَسۡمَعُ مِنَ الذِّكۡرِ). [طرفه في: ٤٤٩].

2095. Khallad bin Yahya telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahid bin Aiman menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Jabir bin ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhuma—:

Bahwa seorang wanita Ansar berkata kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Wahai Rasulullah, maukah aku buatkan sesuatu yang bisa engkau duduki? Karena aku memiliki seorang budak tukang kayu.”

Rasulullah berkata, “Silakan jika engkau mau.”

Jabir berkata: Wanita itu membuatkan mimbar untuk beliau. Ketika hari Jumat, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—duduk di atas mimbar yang telah dibuat. Batang pohon kurma yang biasanya menjadi tempat beliau berkhotbah menjerit sampai hampir terbelah. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—turun hingga beliau mengambilnya lalu mendekapnya. Batang pohon kurma itu terisak seperti isakan anak kecil yang diusahakan untuk diam sampai akhirnya tenang.

Nabi bersabda, “Dia menangis karena dahulunya dia biasa mendengarkan zikir.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 918

٩١٨ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي يَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي ابۡنُ أَنَسٍ: أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: كَانَ جِذۡعٌ يَقُومُ إِلَيۡهِ النَّبِيُّ ﷺ، فَلَمَّا وُضِعَ لَهُ الۡمِنۡبَرُ، سَمِعۡنَا لِلۡجِذۡعِ مِثۡلَ أَصۡوَاتِ الۡعِشَارِ، حَتَّى نَزَلَ النَّبِيُّ ﷺ فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيۡهِ. قَالَ سُلَيۡمَانُ، عَنۡ يَحۡيَى: أَخۡبَرَنِي حَفۡصُ بۡنُ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ أَنَسٍ: أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرًا. [طرفه في: ٤٤٩].

918. Sa’id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya bin Sa’id mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: Ibnu Anas mengabarkan kepadaku bahwa beliau mendengar Jabir bin ‘Abdullah. Beliau berkata:

Dahulu ada sebuah pangkal pohon tempat berdiri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Ketika mimbar diletakkan untuk beliau, kami mendengar pangkal pohon itu bersuara seperti suara unta betina bunting sepuluh bulan, sampai Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—turun. Beliau meletakkan tangannya ke atas pangkal pohon itu.

Sulaiman berkata, dari Yahya: Hafsh bin ‘Ubaidullah bin Anas mengabarkan kepadaku bahwa beliau mendengar Jabir.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2812

١٧ - بَابُ مَسۡحِ الۡغُبَارِ عَنِ النَّاسِ فِي السَّبِيلِ
17. Bab membersihkan debu dari diri manusia ketika berjuang di jalan Allah


٢٨١٢ - حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ مُوسَى: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الۡوَهَّابِ: حَدَّثَنَا خَالِدٌ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ: أَنَّ ابۡنَ عَبَّاسٍ قَالَ لَهُ وَلِعَلِيِّ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ: ائۡتِيَا أَبَا سَعِيدٍ فَاسۡمَعَا مِنۡ حَدِيثِهِ، فَأَتَيۡنَاهُ وَهُوَ وَأَخُوهُ فِي حَائِطٍ لَهُمَا يَسۡقِيَانِهِ، فَلَمَّا رَآنَا جَاءَ فَاحۡتَبَى وَجَلَسَ، فَقَالَ: كُنَّا نَنۡقُلُ لَبِنَ الۡمَسۡجِدِ لَبِنَةً لَبِنَةً، وَكَانَ عَمَّارٌ يَنۡقُلُ لَبِنَتَيۡنِ لَبِنَتَيۡنِ، فَمَرَّ بِهِ النَّبِيُّ ﷺ وَمَسَحَ عَنۡ رَأۡسِهِ الۡغُبَارَ، وَقَالَ: (وَيۡحَ عَمَّارٍ، تَقۡتُلُهُ الۡفِئَةُ الۡبَاغِيَةُ، عَمَّارٌ يَدۡعُوهُمۡ إِلَى اللهِ، وَيَدۡعُونَهُ إِلَى النَّارِ). [طرفه في: ٤٤٧].

2812. Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahhab mengabarkan kepada kami: Khalid menceritakan kepada kami dari ‘Ikrimah: Bahwa Ibnu ‘Abbas berkata kepadanya dan kepada ‘Ali bin ‘Abdullah: Kalian berdua datanglah kepada Abu Sa’id, lalu dengarkan hadisnya. Kami pun mendatangi Abu Sa’id dalam keadaan beliau bersama saudaranya sedang di kebun milik mereka yang sedang mereka airi. Ketika beliau melihat kami, beliau datang lalu duduk mendekap lutut. Beliau mengatakan:

Dahulu, kami memindahkan batu bata masjid satu demi satu, sementara ‘Ammar memindahkan dua dua. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melewati ‘Ammar lalu beliau membersihkan debu dari kepala ‘Ammar. Beliau bersabda, “Kasihan ‘Ammar. Gerombolan yang zalim akan membunuhnya. ‘Ammar mengajak mereka kepada Allah, namun mereka malah mengajak ‘Ammar kepada neraka.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1163

١١٦٣ - حَدَّثَنَا الۡمَكِّيُّ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ سَعِيدٍ، عَنۡ عَامِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ الزُّبَيۡرِ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ سُلَيۡمٍ الزُّرَقِيِّ: سَمِعَ أَبَا قَتَادَةَ بۡنَ رِبۡعِيٍّ الۡأَنۡصَارِيَّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الۡمَسۡجِدَ، فَلَا يَجۡلِسۡ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكۡعَتَيۡنِ). [طرفه في: ٤٤٤].

1163. Al-Makki bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami dari ‘Abdullah bin Sa’id, dari ‘Amir bin ‘Abdullah bin Az-Zubair, dari ‘Amr bin Sulaim Az-Zuraqi: Beliau mendengar Abu Qatadah bin Rib’i Al-Anshari—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apabila salah seorang kalian masuk masjid, janganlah duduk sampai salat dua rakaat.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6387

٦٣٨٧ - حَدَّثَنَا أَبُو النُّعۡمَانِ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ عَمۡرٍو، عَنۡ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: هَلَكَ أَبِي وَتَرَكَ سَبۡعَ أَوۡ تِسۡعَ بَنَاتٍ، فَتَزَوَّجۡتُ امۡرَأَةً، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (تَزَوَّجۡتَ يَا جَابِرُ؟). قُلۡتُ: نَعَمۡ، قَالَ: (بِكۡرًا أَمۡ ثَيِّبًا؟). قُلۡتُ: ثَيِّبًا، قَالَ: (هَلَّا جَارِيَةً تُلَاعِبُهَا وَتُلَاعِبُكَ، أَوۡ تُضَاحِكُهَا وَتُضَاحِكُكَ؟). قُلۡتُ: هَلَكَ أَبِي فَتَرَكَ سَبۡعَ أَوۡ تِسۡعَ بَنَاتٍ، فَكَرِهۡتُ أَنۡ أَجِيئَهُنَّ بِمِثۡلِهِنَّ، فَتَزَوَّجۡتُ امۡرَأَةً تَقُومُ عَلَيۡهِنَّ، قَالَ: (فَبَارَكَ اللهُ عَلَيۡكَ). لَمۡ يَقُلِ ابۡنُ عُيَيۡنَةَ وَمُحَمَّدُ بۡنُ مُسۡلِمٍ، عَنۡ عَمۡرٍو: (بَارَكَ اللهُ عَلَيۡكَ). [طرفه في: ٤٤٣].

6387. Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari ‘Amr, dari Jabir—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Ayahku wafat dan meninggalkan tujuh atau sembilan putri. Lalu aku menikahi seorang wanita.

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bertanya, “Apa engkau sudah menikah, wahai Jabir?”

Aku menjawab, “Sudah.”

Nabi bertanya, “Dengan gadis atau janda?”

Aku menjawab, “Janda.”

Nabi berkata, “Mengapa tidak dengan gadis sehingga engkau bisa mencandainya dan dia bisa mencandaimu atau engkau bisa tertawa bersamanya dan dia bisa tertawa bersamamu?”

Aku berkata, “Ayahku wafat dan meninggalkan tujuh atau sembilan putri. Aku tidak suka untuk mendatangkan wanita yang semisal mereka, sehingga aku menikahi seorang wanita yang bisa mengurusi mereka.”

Nabi berkata, “Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu.”

Ibnu ‘Uyainah dan Muhammad bin Muslim, dari ‘Amr, tidak mengatakan, “Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3803

٣٨٠٣ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا فَضۡلُ بۡنُ مُسَاوِرٍ خَتَنُ أَبِي عَوَانَةَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ أَبِي سُفۡيَانَ، عَنۡ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (اهۡتَزَّ الۡعَرۡشُ لِمَوۡتِ سَعۡدِ بۡنِ مُعَاذٍ).

وَعَنِ الۡأَعۡمَشِ: حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، عَنۡ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ مِثۡلَهُ. فَقَالَ رَجُلٌ لِجَابِرٍ: فَإِنَّ الۡبَرَاءَ يَقُولُ: (اهۡتَزَّ السَّرِيرُ). فَقَالَ: إِنَّهُ كَانَ بَيۡنَ هَٰذَيۡنِ الۡحَيَّيۡنِ ضَغَائِنُ، سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (اهۡتَزَّ عَرۡشُ الرَّحۡمَٰنِ لِمَوۡتِ سَعۡدِ بۡنِ مُعَاذٍ).

3803. Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepadaku: Fadhl bin Musawir menantu Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir—radhiyallahu ‘anhu—: Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Arasy bergetar karena meninggalnya Sa’d bin Mu’adz.”

Dari Al-A’masy: Abu Shalih menceritakan kepada kami dari Jabir, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—semisal hadis tersebut. Seseorang berkata kepada Jabir: Sesungguhnya Al-Bara` berkata, “(Maksudnya) yang bergetar adalah keranda.” Jabir berkata: Sesungguhnya dahulu di antara dua kabilah ini (Aus dan Khazraj) ada kedengkian-kedengkian. Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Arasy Ar-Rahman bergetar karena meninggalnya Sa’d bin Mu’adz.”

Usdul Ghabah - 647. Jabir bin 'Abdulah bin 'Amr

٦٤٧ – جَابِرُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرٍو
647. Jabir bin ‘Abdullah bin ‘Amr


ب د ع: جَابِرُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ حَرَامِ بۡنِ كَعۡبِ بۡنِ غَنۡمِ بۡنِ كَعۡبِ بۡنِ سَلِمَةَ، يَجۡتَمِعُ هُوَ وَالَّذِي قَبۡلَهُ فِي غَنۡمِ بۡنِ كَعۡبٍ، وَكِلَاهُمَا أَنۡصَارِيَّانِ سَلِمِيَّانِ، وَقِيلَ فِي نَسَبِهِ غَيۡرُ هَٰذَا، وَهَٰذَا أَشۡهَرُهَا،

Jabir bin ‘Abdullah bin ‘Amr bin Haram bin Ka’b bin Ghanm bin Ka’b bin Salimah. Beliau dan sahabat yang disebutkan sebelumnya bertemu nasabnya pada Ghanm bin Ka’b. Kedua-duanya merupakan sahabat Ansar dan dari bani Salim. Ada yang menyebutkan nasab selain ini, namun nasab ini yang paling masyhur.

وَأُمُّهُ: نُسَيۡبَةُ بِنۡتُ عُقۡبَةَ بۡنِ عَدِيِّ بۡنِ سِنَانِ بۡنِ نَابِي بۡنِ زَيۡدِ بۡنِ حَرَامِ بۡنِ كَعۡبِ بۡنِ غَنۡمٍ، تَجۡتَمِعُ هِيَ وَأَبُوهُ فِي حَرَامٍ، يُكۡنَى أَبَا عَبۡدِ اللهِ، وَقِيلَ: أَبُو عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ، وَالۡأَوَّلُ أَصَحُّ، شَهِدَ الۡعَقَبَةَ الثَّانِيَةَ مَعَ أَبِيهِ وَهُوَ صَبِيٌّ، وَقَالَ بَعۡضُهُمۡ: شَهِدَ بَدۡرًا، وَقِيلَ: لَمۡ يَشۡهَدۡهَا، وَكَذٰلِكَ غَزۡوَةَ أُحُدٍ.

Umi beliau adalah Nusaibah binti ‘Uqbah bin ‘Adi bin Sinan bin Nabi bin Zaid bin Haram bin Ka’b bin Ghanm. Nasabnya dan ayah Jabir bertemu pada Haram.

Jabir dipanggil dengan kunyah Abu ‘Abdullah. Ada yang mengatakan: Abu ‘Abdurrahman. Namun yang pertama lebih sahih.

Beliau mengikuti baiat Aqabah kedua bersama ayahnya ketika beliau masih kanak-kanak. Sebagian mereka berkata bahwa Jabir mengikuti perang Badr. Ada pula yang mengatakan bahwa Jabir tidak mengikutinya, begitu pula dengan perang Uhud.

أَخۡبَرَنَا أَبُو الۡفَضۡلِ الۡمَنۡصُورُ بۡنُ أَبِي الۡحَسَنِ بۡنِ أَبِي عَبۡدِ اللهِ الۡمَخۡزُومِيُّ، بِإِسۡنَادِهِ إِلَى أَحۡمَدَ بۡنِ عَلِيِّ بۡنِ الۡمُثَنَّى قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو خَيۡثَمَةَ، أَخۡبَرَنَا رَوۡحٌ، أَخۡبَرَنَا زَكَرِيَّا، حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيۡرِ، أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرًا يَقُولُ: غَزَوۡتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ سَبۡعَ عَشۡرَةَ غَزۡوَةٍ، قَالَ جَابِرٌ: لَمۡ أَشۡهَدۡ بَدۡرًا وَلَا أُحُدًا، مَنَعَنِي أَبِي، فَلَمَّا قُتِلَ يَوۡمَ أُحُدٍ، لَمۡ أَتَخَلَّفۡ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي غَزۡوَةٍ قَطُّ.

Abu Al-Fadhl Al-Manshur bin Abu Al-Hasan bin Abu ‘Abdullah Al-Makhzumi telah mengabarkan kepada kami dengan sanadnya kepada Ahmad bin ‘Ali bin Al-Mutsanna. Beliau berkata: Abu Khaitsamah menceritakan kepada kami: Rauh mengabarkan kepada kami: Zakariyya mengabarkan kepada kami: Abu Az-Zubair menceritakan kepada kami bahwa beliau mendengar Jabir mengatakan: Aku mengikuti perang bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sebanyak tujuh belas peperangan. Jabir berkata: Aku tidak mengikuti perang Badr dan tidak pula Uhud. Ayahku mencegahku. Ketika beliau terbunuh pada hari Uhud, aku tidak pernah lagi tertinggal perang bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

وَقَالَ الۡكَلۡبِيُّ: شَهِدَ جَابِرٌ أُحُدًا وَقِيلَ: شَهِدَ مَعَ النَّبِيّ ﷺ ثَمَانِ عَشۡرَةَ غَزۡوَةً، وَشَهِدَ صِفِّينَ مَعَ عَلِيِّ بۡنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، وَعَمِيَ فِي آخِرِ عُمۡرِهِ، وَكَانَ يُحۡفِيُ شَارِبَهُ، وَكَانَ يُخۡضِبُ بِالصُّفۡرَةِ، وَهُوَ آخِرُ مَنۡ مَاتَ بِالۡمَدِينَةِ مِمَّنۡ شَهِدَ الۡعَقَبَةِ.

Al-Kalbi berkata: Jabir mengikuti perang Uhud. Ada yang mengatakan: Jabir mengikuti delapan belas peperangan bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau juga mengikuti perang Shiffin bersama ‘Ali bin Abu Thalib—radhiyallahu ‘anhu—.

Jabir mengalami kebutaan di akhir umurnya. Beliau biasa mencukur habis kumisnya dan mewarnai (jenggot) dengan warna kuning. Beliau adalah orang terakhir meninggal di Madinah dari kalangan sahabat yang menyaksikan baiat Aqabah.

وَقَدۡ أَوۡرَدَ ابۡنُ مَنۡدَهۡ فِي اسۡمِهِ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ حَضَرَ الۡمَوۡسِمُ وَخَرَجَ نَفَرٌ مِنَ الۡأَنۡصَارِ، مِنۡهُمۡ أَسۡعَدُ بۡنُ زُرَارَةَ، وَجَابِرُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ السَّلِمِيُّ، وَقُطۡبَةُ بۡنُ عَامِرٍ، وَذَكَرَهُمۡ، قَالَ: فَأَتَاهُمۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَدَعَاهُمۡ إِلَى الۡإِسۡلَامِ وَذَكَرَ الۡحَدِيثَ،

Ibnu Mandah membawa riwayat di dalam (bab) nama beliau bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika musim haji datang, serombongan sahabat Ansar keluar.[1] Di antara mereka adalah As’ad bin Zurarah, Jabir bin ‘Abdullah As-Salimi, Quthbah bin ‘Amir, dan beliau menyebutkan yang lain. Ibnu Mandah berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendatangi mereka dan mengajak mereka kepada Islam. Ibnu Mandah menyebutkan kelanjutan hadis.

فَظَنَّ أَنَّ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ السَّلِمِيَّ هُوَ ابۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ حَرَامٍ، وَلَيۡسَ كَذٰلِكَ، وَإِنَّمَا هُوَ جَابِرُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنُ رِئَابٍ، وَقَدۡ تَقَدَّمَ ذِكۡرُهُ قَبۡلَ هَٰذِهِ التَّرۡجَمَةِ، وَقَدۡ كَانَ جَابِرٌ هَٰذَا أَصۡغَرَ مَنۡ شَهِدَ الۡعَقَبَةَ الثَّانِيَةَ مَعَ أَبِيهِ، فَيَكُونُ فِي أَوَّلِ الۡأَمۡرِ رَأۡسًا فِيهِمۡ.. هَٰذَا بَعِيدٌ؛ عَلَى أَنَّ النَّقۡلَ الصَّحِيحَ مِنَ الۡأَئِمَّةِ أَنَّهُ جَابِرُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ رِئَابٍ. وَاللهُ أَعۡلَمُ.

Ibnu Mandah mengira bahwa Jabir bin ‘Abdullah As-Salimi itu adalah putra ‘Abdullah bin ‘Amr bin Haram. Padahal tidak demikian. Dia adalah Jabir bin ‘Abdullah bin Ri`ab yang sudah disebutkan sebelum biografi sahabat ini. Jabir yang ini adalah orang termuda yang menyaksikan baiat Aqabah kedua bersama ayahnya[2], lalu bagaimana dia bisa menjadi pemimpin dalam peristiwa pertama?! Ini tentu tidak mungkin. Apalagi penukilan yang sahih dari para imam menyebutkan bahwa dia (yang disebutkan dalam peristiwa pertama) adalah Jabir bin ‘Abdullah bin Ri`ab. Wallahualam.

وَكَانَ مِنَ الۡمُكۡثِرِينَ فِي الۡحَدِيثِ، الۡحَافِظِينَ لِلسُّنَنِ، رَوَى عَنۡهُ مُحَمَّدُ بۡنُ عَلِيِّ بۡنِ الۡحُسَيۡنِ، وَعَمۡرُو بۡنُ دِينَارٍ، وَأَبُو الزُّبَيۡرِ الۡمَكِّيُّ، وَعَطَاءُ، وَمُجَاهِدٌ، وَغَيۡرُهُمۡ.

Jabir bin ‘Abdullah termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadis dan penghafal sunah. Yang meriwayatkan dari beliau adalah Muhammad bin ‘Ali bin Al-Husain, ‘Amr bin Dinar, Abu Az-Zubair Al-Makki, ‘Atha`, Mujahid, dan selain mereka.

أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَحۡمَدَ بۡنِ عَبۡدِ الۡقَاهِرِ، أَخۡبَرَنَا أَبُو الۡخَطَّابِ نَصۡرُ بۡنُ أَحۡمَدَ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ الۡقَارِىءُ، إِجَازَةً إِنۡ لَمۡ يَكُنۡ سَمَاعًا، أَخۡبَرَنَا الۡحَسَنُ بۡنُ أَحۡمَدَ بۡنِ إِبۡرَاهِيمَ بۡنِ شَاذَانَ أَبُو عَلِيٍّ، أَخۡبَرَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ أَحۡمَدَ الدَّقَّاقُ، أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الۡمَلِكِ بۡنُ مُحَمَّدٍ أَبُو قِلَابَةَ الرَّقَاشِيُّ، أَخۡبَرَنَا أَبُو رَبِيعَةَ، أَخۡبَرَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنِ الۡأَعۡمَشِ عَنۡ أَبِي سُفۡيَانَ، عَنۡ جَابِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ قَالَ سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (اهۡتَزَّ عَرۡشُ الرَّحۡمَٰنِ لِمَوۡتِ سَعۡدِ بۡنِ مُعَاذٍ)، فَقِيلَ لِجَابِرٍ: إِنَّ الۡبَرَاءَ يَقُولُ: اهۡتَزَّ السَّرِيرُ، فَقَالَ جَابِرٌ: كَانَ بَيۡنَ هَٰذَيۡنِ الۡحَيَّيۡنِ: الۡأَوۡسِ وَالۡخَزۡرَجِ ضَغَائِنُ، سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (اهۡتَزَّ عَرۡشُ الرَّحۡمَٰنِ).

‘Abdullah bin Ahmad bin ‘Abdul Qahir telah mengabarkan kepada kami: Abu Al-Khaththab Nashr bin Ahmad bin ‘Abdullah Al-Qari` mengabarkan kepada kami—dengan metode ijazah, jika tidak dengan metode sama’—: Al-Hasan bin Ahmad bin Ibrahim bin Syadzan Abu ‘Ali mengabarkan kepada kami: ‘Utsman bin Ahmad Ad-Daqqaq mengabarkan kepada kami: ‘Abdul Malik bin Muhammad Abu Qilabah Ar-Raqasyi mengabarkan kepada kami: Abu Rabi’ah mengabarkan kepada kami: Abu ‘Awanah mengabarkan kepada kami dari Al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir bin ‘Abdullah.

Beliau mengatakan: Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Arasy Ar-Rahman bergetar karena meninggalnya Sa’d bin Mu’adz.”

Ada yang berkata kepada Jabir: Sesungguhnya Al-Bara` mengatakan bahwa kerandanya bergetar.

Jabir berkata: Dahulu, di antara dua kabilah ini, yaitu Al-Aus dan Al-Khazraj ada kedengkian-kedengkian. Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Arasy Ar-Rahman bergetar.”[3]

قُلۡتُ: وَجَابِرٌ أَيۡضًا مِنَ الۡخَزۡرَجِ، حَمَلَهُ دِينُهُ عَلَى قَوۡلِ الۡحَقِّ وَالۡإِنۡكَارِ عَلَى مَنۡ كَتَمَهُ.

Aku katakan: Jabir juga dari kabilah Al-Khazraj. Agama beliau lah yang mendorong beliau untuk mengucapkan kebenaran dan mengingkari siapa saja yang menyembunyikan kebenaran.

أَخۡبَرَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عَلِيٍّ، وَأَبُو جَعۡفَرِ بۡنُ أَحۡمَدَ بۡنِ عَلِيٍّ، وَإِبۡرَاهِيمُ بۡنُ مُحَمَّدِ بۡنِ مِهۡرَانَ، بِإِسۡنَادِهِمۡ إِلَى أَبِي عِيسَى مُحَمَّدِ بۡنِ عِيسَى قَالَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي عُمَرَ، أَخۡبَرَنَا بِشۡرُ بۡنُ السُّرِّيِّ، أَخۡبَرَنَا حَمَّادُ بۡنُ سَلَمَةَ، عَنۡ أَبِي الزُّبَيۡرِ، عَنۡ جَابِرٍ قَالَ: اسۡتَغۡفَرَ لِي رَسُولُ اللهِ ﷺ لَيۡلَةَ الۡبَعِيرِ خَمۡسًا وَعِشۡرِينَ مَرَّةً، يَعۡنِي بِقَوۡلِهِ: لَيۡلَةَ الۡبَعِيرِ: أَنَّهُ بَاعَ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ بَعِيرًا، وَاشۡتَرَطَ ظَهۡرَهُ إِلَى الۡمَدِينَةَ، وَكَانَ فِي غَزۡوَةٍ لَهُمۡ.

Isma’il bin ‘Ubaidullah bin ‘Ali, Abu Ja’far bin Ahmad bin ‘Ali, dan Ibrahim bin Muhammad bin Mihran telah mengabarkan kepada kami dengan sanad mereka kepada Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa. Beliau berkata: Ibnu Abu ‘Umar menceritakan kepada kami: Bisyr bin As-Surri mengabarkan kepada kami: Hammad bin Salamah mengabarkan kepada kami dari Abu Az-Zubair, dari Jabir. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memintakan ampunan untukku di malam unta sebanyak dua puluh lima kali.

Yang dimaksud dengan ucapan beliau “malam unta” adalah malam ketika Jabir menjual seekor unta kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan Jabir memberi syarat untuk bisa menungganginya sampai Madinah. Kejadian itu ketika mereka pulang dari perang.

وَتُوُفِّيَ جَابِرٌ سَنَةَ أَرۡبَعٍ وَسَبۡعِينَ، وَقِيلَ: سَنَةَ سَبۡعٍ وَسَبۡعِينَ، وَصَلَّى عَلَيۡهِ أَبَانُ بۡنُ عُثۡمَانَ، وَكَانَ أَمِيرَ الۡمَدِينَةِ، وَكَانَ عُمۡرُ جَابِرٍ أَرۡبَعًا وَتِسۡعِينَ سَنَةً.

Jabir wafat pada tahun 74 H. Ada yang mengatakan: pada tahun 77 H. Aban bin ‘Utsman—pemimpin Madinah kala itu—menyalati jenazahnya. Usia Jabir adalah 94 tahun.

أَخۡرَجَهُ الثَّلَاثَةُ.

Biografi beliau disebutkan oleh tiga orang (Ibnu Mandah, Abu Nu’aim, dan Abu ‘Umar).


[1] Terjadi di tahun 11 kenabian.
[2] Terjadi di tahun 13 kenabian.
[3] HR. Al-Bukhari nomor 3803.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5367

١٢ - بَابُ عَوۡنِ الۡمَرۡأَةِ زَوۡجَهَا فِي وَلَدِهِ
12. Bab bantuan istri kepada suaminya dalam urusan anaknya


٥٣٦٧ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ عَمۡرٍو، عَنۡ جَابِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: هَلَكَ أَبِي وَتَرَكَ سَبۡعَ بَنَاتٍ أَوۡ تِسۡعَ بَنَاتٍ فَتَزَوَّجۡتُ امۡرَأَةً ثَيِّبًا، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ ﷺ: (تَزَوَّجۡتَ يَا جَابِرُ؟). فَقُلۡتُ: نَعَمۡ، فَقَالَ: (بِكۡرًا أَمۡ ثَيِّبًا؟) قُلۡتُ: بَلۡ ثَيِّبًا، قَالَ: (فَهَلَّا جَارِيَةً تُلَاعِبُهَا وَتُلَاعِبُكَ، وَتُضَاحِكُهَا وَتُضَاحِكُكَ). قَالَ: فَقُلۡتُ لَهُ: إِنَّ عَبۡدَ اللهِ هَلَكَ، وَتَرَكَ بَنَاتٍ، وَإِنِّي كَرِهۡتُ أَنۡ أَجِيئَهُنَّ بِمِثۡلِهِنَّ، فَتَزَوَّجۡتُ امۡرَأَةً تَقُومُ عَلَيۡهِنَّ وَتُصۡلِحُهُنَّ، فَقَالَ: (بَارَكَ اللهُ لَكَ، أَوۡ: خَيۡرًا). [طرفه في: ٤٤٣].

5367. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari ‘Amr, dari Jabir bin ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau berkata: Ayahku wafat dan meninggalkan tujuh atau sembilan putri. Lalu aku menikahi seorang wanita janda.

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bertanya kepadaku, “Apa engkau sudah menikah, wahai Jabir?”

Aku menjawab, “Sudah.”

Rasulullah bertanya, “Dengan gadis atau janda?”

Aku menjawab, “Janda.”

Rasulullah berkata, “Mengapa tidak dengan seorang gadis sehingga engkau bisa bermain-main dengannya dan dia bisa bermain-main denganmu? Engkau bisa tertawa bersamanya dan dia bisa tertawa bersamamu.”

Jabir berkata: Aku mengemukakan alasan kepada beliau, “Sesungguhnya ‘Abdullah wafat dan meninggalkan banyak anak perempuan. Aku tidak suka untuk mendatangkan wanita semisal mereka, sehingga aku menikahi seorang wanita yang bisa mengurusi dan merawat mereka.”

Rasulullah bersabda, “Semoga Allah memberkahimu,” atau, “Bagus.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5247

١٢٣ - بَابٌ تَسۡتَحِدُّ الۡمُغِيبَةُ وَتَمۡتَشِطُ
123. Bab istri yang lama ditinggal pergi agar mencukur bulu dan bersisir


٥٢٤٧ - حَدَّثَنِي يَعۡقُوبُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا هُشَيۡمٌ: أَخۡبَرَنَا سَيَّارٌ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنۡ جَابِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي غَزۡوَةٍ، فَلَمَّا قَفَلۡنَا، كُنَّا قَرِيبًا مِنَ الۡمَدِينَةِ، تَعَجَّلۡتُ عَلَى بَعِيرٍ لِي قَطُوفٍ، فَلَحِقَنِي رَاكِبٌ مِنۡ خَلۡفِي، فَنَخَسَ بَعِيرِي بِعَنَزَةٍ كَانَتۡ مَعَهُ، فَسَارَ بَعِيرِي كَأَحۡسَنِ مَا أَنۡتَ رَاءٍ مِنَ الۡإِبِلِ، فَالۡتَفَتُّ فَإِذَا أَنَا بِرَسُولِ اللهِ ﷺ، فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي حَدِيثُ عَهۡدٍ بِعُرۡسٍ، قَالَ: (أَتَزَوَّجۡتَ؟). قُلۡتُ: نَعَمۡ، قَالَ: (أَبِكۡرًا أَمۡ ثَيِّبًا؟). قَالَ: قُلۡتُ: بَلۡ ثَيِّبًا، قَالَ: (فَهَلَّا بِكۡرًا تُلَاعِبُهَا وَتُلَاعِبُكَ). قَالَ: فَلَمَّا قَدِمۡنَا ذَهَبۡنَا لِنَدۡخُلَ، فَقَالَ: (أَمۡهِلُوا، حَتَّى تَدۡخُلُوا لَيۡلًا - أَيۡ عِشَاءً - لِكَيۡ تَمۡتَشِطَ الشَّعِثَةُ، وَتَسۡتَحِدَّ الۡمُغِيبَةُ). [طرفه في: ٤٤٣].

5247. Ya’qub bin Ibrahim telah menceritakan kepadaku: Husyaim menceritakan kepada kami: Sayyar mengabarkan kepada kami dari Asy-Sya’bi, dari Jabir bin ‘Abdullah. Beliau mengatakan:

Kami pernah bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam suatu perang. Ketika kami pulang dan sudah dekat dengan Madinah, aku bergegas menaiki untaku yang lamban. Seorang pengendara menyusulku dari belakang, lalu menyodok untaku dengan tongkat yang bersamanya. Setelah itu, untaku berjalan seperti unta terbaik yang pernah engkau lihat. Aku menoleh. Ternyata aku disusul oleh Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini pengantin baru.”

Rasulullah bertanya, “Engkau sudah menikah?”

Aku menjawab, “Sudah.”

Rasulullah bertanya, “Dengan gadis atau janda?”

Jabir berkata: Aku menjawab, “Dengan janda.”

Rasulullah berkata, “Mengapa tidak dengan gadis sehingga engkau bisa mencandainya dan dia bisa mencandaimu.”

Jabir berkata: Ketika kami tiba, kami pergi untuk masuk (ke rumah-rumah). Rasulullah bersabda, “Tundalah hingga kalian masuk nanti malam, yaitu di waktu Isya! Supaya para istri yang sudah lama ditinggal pergi itu sempat menyisir rambut yang kusut dan mencukur bulu.”