Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4583

١٠ – بَابُ ﴿وَإِنۡ كُنۡتُمۡ مَرۡضَى أَوۡ عَلَى سَفَرٍ أَوۡ جَاءَ أَحَدٌ مِنۡكُمۡ مِنَ الۡغَائِطِ﴾ ۝٤٣
10. Bab “Jika kalian sakit atau sedang safar atau salah seorang dari kalian datang dari tempat buang air” (QS. An-Nisa`: 43)


﴿صَعِيدًا﴾ [٤٣] وَجۡهَ الۡأَرۡضِ.

وَقَالَ جَابِرٌ: كَانَتِ الطَّوَاغِيتُ الَّتِي يَتَحَاكَمُونَ إِلَيۡهَا: فِي جُهَيۡنَةَ وَاحِدٌ، وَفِي أَسۡلَمَ وَاحِدٌ، وَفِي كُلِّ حَيٍّ وَاحِدٌ، كُهَّانٌ يَنۡزِلُ عَلَيۡهِمُ الشَّيۡطَانُ.

وَقَالَ عُمَرُ: الۡجِبۡتُ السِّحۡرُ، وَالطَّاغُوتُ الشَّيۡطَانُ.

وَقَالَ عِكۡرِمَةُ: الۡجِبۡتُ بِلِسَانِ الۡحَبَشَةِ شَيۡطَانٌ، وَالطَّاغُوتُ الۡكَاهِنُ.

Sha’iidan” (QS. An-Nisa`: 43) artinya tanah di permukaan bumi.

Jabir berkata, “Tagut-tagut yang dahulu mereka berhakim kepadanya: di kabilah Juhainah ada satu, di kabilah Aslam ada satu, di setiap kampung ada satu; mereka adalah dukun-dukun yang setan-setan turun kepada mereka.”

‘Umar berkata, “Jibt adalah sihir dan tagut adalah setan.”

‘Ikrimah berkata, “Jibt menurut bahasa Habasyah adalah setan dan tagut adalah dukun.”

٤٥٨٣ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدَةُ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: هَلَكَتۡ قِلَادَةٌ لِأَسۡمَاءَ، فَبَعَثَ النَّبِيُّ ﷺ فِي طَلَبِهَا رِجَالًا، فَحَضَرَتِ الصَّلَاةُ، وَلَيۡسُوا عَلَى وُضُوءٍ، وَلَمۡ يَجِدُوا مَاءً، فَصَلَّوۡا وَهُمۡ عَلَى غَيۡرِ وُضُوءٍ، فَأَنۡزَلَ اللهُ، يَعۡنِي: آيَةَ التَّيَمُّمِ. [طرفه في: ٣٣٤].

4583. Muhammad telah menceritakan kepada kami: ‘Abdah mengabarkan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Seuntai kalung milik Asma` hilang (dalam perjalanan). Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutus beberapa orang untuk mencarinya. Waktu salat datang dalam keadaan mereka belum berwudu dan mereka tidak mendapati air. Lalu mereka salat dalam keadaan tidak berwudu. Lalu Allah menurunkan ayat tayamum.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3773

٣٧٧٣ - حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: أَنَّهَا اسۡتَعَارَتۡ مِنۡ أَسۡمَاءَ قِلَادَةً فَهَلَكَتۡ، فَأَرۡسَلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ نَاسًا مِنۡ أَصۡحَابِهِ فِي طَلَبِهَا، فَأَدۡرَكَتۡهُمُ الصَّلَاةُ فَصَلَّوۡا بِغَيۡرِ وُضُوءٍ، فَلَمَّا أَتَوُا النَّبِيَّ ﷺ شَكَوۡا ذٰلِكَ إِلَيۡهِ، فَنَزَلَتۡ آيَةُ التَّيَمُّمِ، فَقَالَ أُسَيۡدُ بۡنُ حُضَيۡرٍ: جَزَاكِ اللهُ خَيۡرًا، فَوَاللهِ مَا نَزَلَ بِكِ أَمۡرٌ قَطُّ إِلَّا جَعَلَ اللهُ لَكِ مِنۡهُ مَخۡرَجًا وَجَعَلَ لِلۡمُسۡلِمِينَ فِيهِ بَرَكَةً.

[طرفه في: ٣٣٤].

3773. ‘Ubaid bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—:

Bahwa beliau meminjam sebuah kalung dari Asma`, lalu kalung tersebut hilang (dalam perjalanan). Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutus sebagian sahabatnya untuk mencarinya. Mereka memasuki waktu salat, lalu mereka salat tanpa wudu (karena tidak ada air). Ketika mereka kembali mendatangi Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, mereka mengadukan hal itu kepada beliau. Kemudian ayat tayamum turun.

Usaid bin Hudhair berkata, “Semoga Allah membalas kebaikan kepadamu. Demi Allah, tidak pernah sama sekali ada perkara yang turun mengenai engkau kecuali Allah menjadikan jalan keluar darinya untukmu dan Allah menjadikan keberkahan padanya untuk kaum muslimin.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3672

٣٦٧٢ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ الۡقَاسِمِ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا أَنَّهَا قَالَتۡ: خَرَجۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي بَعۡضِ أَسۡفَارِهِ، حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالۡبَيۡدَاءِ، أَوۡ بِذَاتِ الۡجَيۡشِ، انۡقَطَعَ عِقۡدٌ لِي، فَأَقَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَى الۡتِمَاسِهِ، وَأَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ، وَلَيۡسُوا عَلَى مَاءٍ، وَلَيۡسَ مَعَهُمۡ مَاءٌ، فَأَتَى النَّاسُ أَبَا بَكۡرٍ، فَقَالُوا: أَلَا تَرَى مَا صَنَعَتۡ عَائِشَةُ، أَقَامَتۡ بِرَسُولِ اللهِ ﷺ وَبِالنَّاسِ مَعَهُ، وَلَيۡسُوا عَلَى مَاءٍ، وَلَيۡسَ مَعَهُمۡ مَاءٌ، فَجَاءَ أَبُو بَكۡرٍ وَرَسُولُ اللهِ ﷺ وَاضِعٌ رَأۡسَهُ عَلَى فَخِذِي قَدۡ نَامَ، فَقَالَ: حَبَسۡتِ رَسُولَ اللهِ ﷺ وَالنَّاسَ، وَلَيۡسُوا عَلَى مَاءٍ، وَلَيۡسَ مَعَهُمۡ مَاءٌ، قَالَتۡ: فَعَاتَبَنِي، وَقَالَ مَا شَاءَ اللهُ أَنۡ يَقُولَ، وَجَعَلَ يَطۡعُنُنِي بِيَدِهِ فِي خَاصِرَتِي. فَلَا يَمۡنَعُنِي مِنَ التَّحَرُّكِ إِلَّا مَكَانُ رَسُولِ اللهِ ﷺ عَلَى فَخِذِي، فَنَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حَتَّى أَصۡبَحَ عَلَى غَيۡرِ مَاءٍ، فَأَنۡزَلَ اللهُ آيَةَ التَّيَمُّمِ فَتَيَمَّمُوا، فَقَالَ أُسَيۡدُ بۡنُ الۡحُضَيۡرِ: مَا هِيَ بِأَوَّلِ بَرَكَتِكُمۡ يَا آلَ أَبِي بَكۡرٍ، فَقَالَتۡ عَائِشَةُ: فَبَعَثۡنَا الۡبَعِيرَ الَّذِي كُنۡتُ عَلَيۡهِ، فَوَجَدۡنَا الۡعِقۡدَ تَحۡتَهُ. [طرفه في: ٣٣٤].

3672. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari ‘Abdurrahman bin Al-Qasim, dari ayahnya, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—bahwa beliau berkata:

Kami pernah keluar bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam salah satu safarnya. Hingga ketika kami berada di Al-Baida` atau Dzat Al-Jaisy, kalungku terputus. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berhenti dari safarnya untuk mencarinya. Begitu juga orang-orang berhenti dari safarnya bersama beliau dalam keadaan mereka di tempat yang tidak ada air dan tidak membawa air.

Lalu orang-orang mendatangi Abu Bakr seraya berkata, “Tidakkah engkau melihat apa yang diperbuat ‘Aisyah? Dia membuat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan orang-orang menghentikan safarnya dalam keadaan di tempat yang tidak ada air dan mereka tidak membawa air.”

Abu Bakr datang ketika Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sedang meletakkan kepalanya di atas pahaku dalam keadaan telah tertidur. Abu Bakr berkata, “Engkau telah menahan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan kaum muslimin padahal mereka di tempat yang tidak ada air dan mereka tidak membawa air.”

‘Aisyah berkata: Abu Bakr memarahiku dan mengucapkan ucapan yang Allah kehendaki. Beliau menusukku dengan tangannya di bagian panggulku. Tidak ada yang mencegahku untuk bergerak kecuali keberadaan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di atas pahaku. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidur hingga keesokan harinya tidak ada air. Lalu Allah menurunkan ayat tayamum sehingga merekapun bertayamum.

Usaid bin Al-Khudhair berkata, “Ini bukan keberkahan pertama kalian wahai keluarga Abu Bakr.”

‘Aisyah mengatakan: Kamipun melepas tali tambatan unta yang sebelumnya aku naiki, lalu kami dapati kalung itu ada di bawahnya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 345 dan 346

٧ - بَابٌ إِذَا خَافَ الۡجُنُبُ عَلَى نَفۡسِهِ الۡمَرَضَ أَوِ الۡمَوۡتَ، أَوۡ خَافَ الۡعَطَشَ، تَيَمَّمَ
7. Bab apabila orang yang junub mengkhawatirkan dirinya sakit atau meninggal, atau mengkhawatirkan kehausan, maka dia boleh tayamum


وَيُذۡكَرُ: أَنَّ عَمۡرَو بۡنَ الۡعَاصِ أَجۡنَبَ فِي لَيۡلَةٍ بَارِدَةٍ، فَتَيَمَّمَ وَتَلَا: ﴿وَلَا تَقۡتُلُوا أَنۡفُسَكُمۡ إِنَّ اللهَ كَانَ بِكُمۡ رَحِيمًا﴾ [النساء: ٢٩]، فَذَكَرَ لِلنَّبِيِّ ﷺ فَلَمۡ يُعَنِّفۡ.

Disebutkan bahwa ‘Amr bin Al-‘Ash pernah mengalami junub di malam yang dingin, lalu beliau bertayamum dan membaca ayat, “Janganlah kalian membunuh diri-diri kalian! Sesungguhnya Allah amat menyayangi kalian.” (QS. An-Nisa`: 29). ‘Amr menyebutkan hal itu kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan Nabi tidak mencelanya.

٣٤٥ - حَدَّثَنَا بِشۡرُ بۡنُ خَالِدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ، هُوَ غُنۡدَرٌ، عَنۡ شُعۡبَةَ، عَنۡ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ قَالَ: قَالَ أَبُو مُوسَى لِعَبۡدِ اللهِ بۡنِ مَسۡعُودٍ: إِذَا لَمۡ يَجِدِ الۡمَاءَ لَا يُصَلِّي؟ قَالَ عَبۡدُ اللهِ: لَوۡ رَخَّصۡتُ لَهُمۡ فِي هٰذَا، كَانَ إِذَا وَجَدَ أَحَدُهُمُ الۡبَرۡدَ قَالَ هٰكَذَا، يَعۡنِي تَيَمَّمَ، وَصَلَّى. قَالَ: قُلۡتُ: فَأَيۡنَ قَوۡلُ عَمَّارٍ لِعُمَرَ؟ قَالَ: إِنِّي لَمۡ أَرَ عُمَرَ قَنِعَ بِقَوۡلِ عَمَّارٍ. [طرفه في: ٣٣٨].

345. Bisyr bin Khalid telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Muhammad, yaitu Ghundar, menceritakan kepada kami dari Syu’bah, dari Sulaiman, dari Abu Wa`il. Beliau berkata:

Abu Musa bertanya kepada ‘Abdullah bin Mas’ud, “Apabila seseorang tidak mendapati air, apa boleh dia tidak salat?”

‘Abdullah menjawab, “Kalau aku memberi rukhsah kepada mereka dalam masalah ini, niscaya apabila salah seorang mereka mendapati cuaca yang sangat dingin, dia akan berpendapat demikian, yakni tayamum dan salat.”

Abu Musa berkata: Aku bertanya, “Lalu bagaimana ucapan ‘Ammar kepada ‘Umar?”

‘Abdullah menjawab, “Sesungguhnya aku tidak memandang ‘Umar merasa puas dengan ucapan ‘Ammar.”

٣٤٦ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ قَالَ: سَمِعۡتُ شَقِيقَ بۡنَ سَلَمَةَ قَالَ: كُنۡتُ عِنۡدَ عَبۡدِ اللهِ وَأَبِي مُوسَى، فَقَالَ لَهُ أَبُو مُوسَى: أَرَأَيۡتَ يَا أَبَا عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، إِذَا أَجۡنَبَ فَلَمۡ يَجِدۡ مَاءً، كَيۡفَ يَصۡنَعُ؟ فَقَالَ عَبۡدُ اللهِ: لَا يُصَلِّي حَتَّى يَجِدَ الۡمَاءَ. فَقَالَ أَبُو مُوسَى: فَكَيۡفَ تَصۡنَعُ بِقَوۡلِ عَمَّارٍ، حِينَ قَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: (كَانَ يَكۡفِيكَ؟) قَالَ: أَلَمۡ تَرَ عُمَرَ لَمۡ يَقۡنَعۡ بِذٰلِكَ؟ فَقَالَ أَبُو مُوسَى: فَدَعۡنَا مِنۡ قَوۡلِ عَمَّارٍ، كَيۡفَ تَصۡنَعُ بِهٰذِهِ الۡآيَةِ؟ فَمَا دَرَى عَبۡدُ اللهِ مَا يَقُولُ، فَقَالَ: إِنَّا لَوۡ رَخَّصۡنَا لَهُمۡ فِي هٰذَا، لَأَوۡشَكَ إِذَا بَرُدَ عَلَى أَحَدِهِمُ الۡمَاءَ أَنۡ يَدَعَهُ وَيَتَيَمَّمَ. فَقُلۡتُ لِشَقِيقٍ: فَإِنَّمَا كَرِهَ عَبۡدُ اللهِ لِهٰذَا؟ قَالَ: نَعَمۡ. [طرفه في: ٣٣٨].

346. ‘Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-A’masy menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Syaqiq bin Salamah berkata:

Aku pernah berada di dekat ‘Abdullah dan Abu Musa. Abu Musa bertanya kepada ‘Abdullah, “Apa pendapatmu wahai Abu ‘Abdirrahman, apabila seseorang mengalami junub namun tidak mendapati air, apa yang mesti dia lakukan?”

‘Abdullah menjawab, “Dia tidak salat sampai mendapatkan air.”

Abu Musa berkata, “Lalu apa yang engkau lakukan dengan ucapan ‘Ammar ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda kepadanya, ‘(Tayamum) cukup bagimu.’?”

‘Abdullah berkata, “Tidakkah engkau melihat bahwa ‘Umar tidak merasa puas dengan itu?”

Abu Musa berkata, “Baik. Kita tinggalkan ucapan ‘Ammar. Lalu bagaimana yang engkau lakukan dengan ayat ini?”

‘Abdullah tidak mengetahui sisi pendalilan dari apa yang dia ucapkan, lantas berkata, “Sesungguhnya kalau kami memberi rukhsah kepada mereka dalam masalah ini, kemungkinan besar nanti apabila salah seorang mereka mendapati air yang dingin, dia akan meninggalkannya dan melakukan tayamum.”

Aku (Al-A’masy) bertanya kepada Syaqiq, “Apakah ‘Abdullah membenci (tayamum bagi orang junub) hanya karena alasan ini?”

Syaqiq menjawab, “Iya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 344

٦ - بَابٌ الصَّعِيدُ الطَّيِّبُ وَضُوءُ الۡمُسۡلِمِ يَكۡفِيهِ مِنَ الۡمَاءِ
6. Bab tanah yang bagus adalah alat bersuci seorang muslim yang mencukupinya dari air


وَقَالَ الۡحَسَنُ: يُجۡزِئُهُ التَّيَمُّمُ مَا لَمۡ يُحۡدِثۡ. وَأَمَّ ابۡنُ عَبَّاسٍ وَهُوَ مُتَيَمِّمٌ. وَقَالَ يَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ: لَا بَأۡسَ بِالصَّلَاةِ عَلَى السَّبَخَةِ، وَالتَّيَمُّمِ بِهَا.

Al-Hasan berkata, “(Sekali) tayamum sudah mencukupinya selama dia tidak berhadas.”

Ibnu ‘Abbas mengimami dalam keadaan beliau bertayamum.

Yahya bin Sa’id berkata, “Tidak mengapa salat di atas tanah berkadar garam tinggi dan tayamum menggunakannya.”

٣٤٤ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنِي يَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَوۡفٌ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ، عَنۡ عِمۡرَانَ قَالَ: كُنَّا فِي سَفَرٍ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ، وَإِنَّا أَسۡرَيۡنَا، حَتَّى كُنَّا فِي آخِرِ اللَّيۡلِ، وَقَعۡنَا وَقۡعَةً، وَلَا وَقۡعَةَ أَحۡلَى عِنۡدَ الۡمُسَافِرِ مِنۡهَا، فَمَا أَيۡقَظَنَا إِلَّا حَرُّ الشَّمۡسِ، وَكَانَ أَوَّلَ مَنِ اسۡتَيۡقَظَ فُلَانٌ ثُمَّ فُلَانٌ ثُمَّ فُلَانٌ - يُسَمِّيهِمۡ أَبُو رَجَاءٍ فَنَسِيَ عَوۡفٌ - ثُمَّ عُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ الرَّابِعُ، وَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا نَامَ لَمۡ يُوقَظۡ حَتَّى يَكُونَ هُوَ يَسۡتَيۡقِظُ، لِأَنَّا لَا نَدۡرِي مَا يَحۡدُثُ لَهُ فِي نَوۡمِهِ، فَلَمَّا اسۡتَيۡقَظَ عُمَرُ وَرَأَى مَا أَصَابَ النَّاسَ، وَكَانَ رَجُلًا جَلِيدًا، فَكَبَّرَ وَرَفَعَ صَوۡتَهُ بِالتَّكۡبِيرِ، فَمَا زَالَ يُكَبِّرُ وَيَرۡفَعُ صَوۡتَهُ بِالتَّكۡبِيرِ، حَتَّى اسۡتَيۡقَظَ لِصَوۡتِهِ النَّبِيُّ ﷺ، فَلَمَّا اسۡتَيۡقَظَ شَكَوۡا إِلَيۡهِ الَّذِي أَصَابَهُمۡ، قَالَ: (لَا ضَيۡرَ - أَوۡ لَا يَضِيرُ – ارۡتَحِلُوا).

344. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya bin Sa’id menceritakan kepadaku. Beliau berkata: ‘Auf menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Raja` menceritakan kepada kami dari ‘Imran. Beliau berkata:

Dahulu kami pernah dalam suatu safar bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Kami melakukan perjalanan di malam hari hingga ketika di akhir malam, kami tertidur. Tidak ada tidur yang lebih nyenyak bagi musafir daripada tidur yang demikian. Tidak ada yang membangunkan kami kecuali panas matahari. Ketika itu, yang pertama bangun adalah si Polan, si Polan, kemudian si Polan. Abu Raja` menyebutkan namanya, namun ‘Auf lupa. Kemudian ‘Umar bin Al-Khaththab orang keempat yang bangun.

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila tidur, tidak ada yang membangunkan beliau sampai beliau sendiri yang bangun karena kami tidak mengetahui apa yang terjadi pada beliau ketika beliau tidur. Ketika ‘Umar telah bangun dan melihat yang dialami orang-orang—beliau adalah orang yang tegar—lalu beliau bertakbir dan mengeraskan suara takbirnya. Beliau terus bertakbir dan mengeraskan suara takbirnya hingga Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangun karena suaranya. Ketika beliau telah bangun, mereka mengadukan kejadian yang mereka alami tersebut.

Nabi bersabda, “Tidak masalah. Jalanlah kalian!”

فَارۡتَحَلَ فَسَارَ غَيۡرَ بَعِيدٍ، ثُمَّ نَزَلَ فَدَعَا بِالۡوَضُوءِ فَتَوَضَّأَ، وَنُودِيَ بِالصَّلَاةِ فَصَلَّى بِالنَّاسِ، فَلَمَّا انۡفَتَلَ مِنۡ صَلَاتِهِ، إِذَا هُوَ بِرَجُلٍ مُعۡتَزِلٍ لَمۡ يُصَلِّ مَعَ الۡقَوۡمِ، قَالَ: (مَا مَنَعَكَ يَا فُلَانُ أَنۡ تُصَلِّيَ مَعَ الۡقَوۡمِ؟) قَالَ: أَصَابَتۡنِي جَنَابَةٌ وَلَا مَاءَ، قَالَ: (عَلَيۡكَ بِالصَّعِيدِ، فَإِنَّهُ يَكۡفِيكَ). ثُمَّ سَارَ النَّبِيُّ ﷺ، فَاشۡتَكَى إِلَيۡهِ النَّاسُ مِنَ الۡعَطَشِ، فَنَزَلَ فَدَعَا فُلَانًا - كَانَ يُسَمِّيهِ أَبُو رَجَاءٍ نَسِيَهُ عَوۡفٌ - وَدَعَا عَلِيًّا فَقَالَ: (اذۡهَبَا فَابۡتَغِيَا الۡمَاءَ). فَانۡطَلَقَا، فَتَلَقَّيَا امۡرَأَةً بَيۡنَ مَزَادَتَيۡنِ، أَوۡ سَطِيحَتَيۡنِ مِنۡ مَاءٍ عَلَى بَعِيرٍ لَهَا، فَقَالَا لَهَا: أَيۡنَ الۡمَاءُ؟ قَالَتۡ: عَهۡدِي بِالۡمَاءِ أَمۡسِ هٰذِهِ السَّاعَةَ، وَنَفَرُنَا خُلُوفًا، قَالَا لَهَا: انۡطَلِقِي إِذًا، قَالَتۡ: إِلَى أَيۡنَ؟ قَالَا: إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، قَالَتِ: الَّذِي يُقَالُ لَهُ: الصَّابِىءُ؟ قَالَا: هُوَ الَّذِي تَعۡنِينَ، فَانۡطَلِقِي،

Beliau berjalan dan menempuh perjalanan yang tidak jauh kemudian beliau berhenti singgah. Beliau minta air wudu lalu berwudu. Lalu dikumandangkan seruan untuk salat, lalu beliau salat mengimami kaum muslimin. Ketika beliau selesai dari salatnya, ternyata ada seorang pria yang menyendiri tidak ikuti salat bersama kaum muslimin.

Nabi bertanya, “Wahai Polan, apa yang menghalangimu salat bersama kaum muslimin?”

Dia menjawab, “Aku sedang junub, tetapi tidak ada air.”

Nabi bersabda, “Bersucilah dengan tanah karena itu cukup bagimu!”

Kemudian Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melanjutkan perjalanan. Orang-orang mengeluh kehausan kepada beliau. Beliau berhenti lalu memanggil si Polan—Abu Raja` menyebutkan namanya namun ‘Auf lupa namanya—dan memanggil ‘Ali. Beliau bersabda, “Pergilah kalian berdua dan carilah air!”

Keduanya pergi. Lalu keduanya berjumpa dengan seorang wanita yang berada di atas untanya di antara kedua kantong air besar. Keduanya bertanya kepada wanita itu, “Dari mana air itu?”

Wanita itu menjawab, “Aku mendapati air ini kemarin di saat seperti sekarang ini, semetara rombongan kami masih di belakang.”

Keduanya berkata, “Kalau begitu, mari berangkat!”

Wanita itu bertanya, “Ke mana?”

Keduanya berkata, “Kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.”

Wanita itu bertanya, “Maksud kalian, orang yang disebut-sebut ash-shabi` (orang yang pindah agama)?”

Keduanya menjawab, “Iya, beliau adalah orang yang engkau maksud. Berangkatlah!”

فَجَاءَا بِهَا إِلَى النَّبِيِّ ﷺ وَحَدَّثَاهُ الۡحَدِيثَ، قَالَ: فَاسۡتَنۡزَلُوهَا عَنۡ بَعِيرِهَا، وَدَعَا النَّبِيُّ ﷺ بِإِنَاءٍ، فَفَرَّغَ فِيهِ مِنۡ أَفۡوَاهِ الۡمَزَادَتَيۡنِ، أَوِ السَّطِيحَتَيۡنِ، وَأَوۡكَأَ أَفۡوَاهَهُمَا، وَأَطۡلَقَ الۡعَزَالِيَ، وَنُودِيَ فِي النَّاسِ: اسۡقُوا وَاسۡتَقُوا، فَسَقَى مَنۡ شَاءَ، وَاسۡتَقَى مَنۡ شَاءَ، وَكَانَ آخِرَ ذَاكَ أَنۡ أَعۡطَى الَّذِي أَصَابَتۡهُ الۡجَنَابَةُ إِنَاءً مِنۡ مَاءٍ، قَالَ: (اذۡهَبۡ فَأَفۡرِغۡهُ عَلَيۡكَ). وَهِيَ قَائِمَةٌ تَنۡظُرُ إِلَى مَا يُفۡعَلُ بِمَائِهَا، وَايۡمُ اللهِ لَقَدۡ أُقۡلِعَ عَنۡهَا وَإِنَّهُ لَيُخَيَّلُ إِلَيۡنَا أَنَّهَا أَشَدُّ مِلۡأَةً مِنۡهَا حِينَ ابۡتَدَأَ فِيهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (اجۡمَعُوا لَهَا). فَجَمَعُوا لَهَا مِنۡ بَيۡنِ عَجۡوَةٍ وَدَقِيقَةٍ وَسَوِيقَةٍ، حَتَّى جَمَعُوا لَهَا طَعَامًا، فَجَعَلُوهَا فِي ثَوۡبٍ، وَحَمَلُوهَا عَلَى بَعِيرِهَا، وَوَضَعُوا الثَّوۡبَ بَيۡنَ يَدَيۡهَا، قَالَ لَهَا: (تَعۡلَمِينَ، مَا رَزِئۡنَا مِنۡ مَائِكِ شَيۡئًا، وَلَكِنَّ اللهَ هُوَ الَّذِي أَسۡقَانَا).

Kedua sahabat itu datang bersama wanita itu kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan keduanya menceritakan kisahnya. Nabi bersabda, “Mintalah dia untuk turun dari untanya!”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meminta sebuah bejana lalu menuangkan kedua kantong besar itu ke dalam bejana itu. Beliau mengikat mulut kedua kantong itu dan membuka lubang bawahnya. Orang-orang dipanggil, “Ambillah air ini untuk kalian dan hewan-hewan kalian!”

Hingga semua orang yang ingin bisa memberi minum hewan-hewannya dan semua orang yang ingin bisa menggunakan air itu. Yang terakhir, beliau memberikan satu bejana air kepada orang yang sedang junub tadi. Beliau bersabda, “Pergilah dan guyurkan air ini ke tubuhmu!”

Sementara wanita tadi berdiri memandang apa yang diperbuat dengan airnya. Demi Allah, ketika kantong air itu sudah tidak diperlukan, kantong tersebut terlihat lebih penuh daripada ketika awal mulanya. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kumpulkanlah sesuatu untuk wanita itu!”

Para sahabat ada yang mengumpulkan kurma ‘ajwah, tepung, dan gandum hingga mereka mengumpulkan bahan-bahan makanan untuk dia. Lalu mereka membungkusnya dalam selembar kain dan memikulkannya ke atas untanya. Mereka meletakkan bungkusan kain itu di depannya.

Nabi bersabda kepadanya, “Ketahuilah! Kami tidak mengurangi airmu sedikit saja. Akan tetapi Allahlah yang memberi air kepada kami.”

فَأَتَتۡ أَهۡلَهَا وَقَدِ احۡتَبَسَتۡ عَنۡهُمۡ، قَالُوا: مَا حَبَسَكِ يَا فُلَانَةُ؟ قَالَتِ: الۡعَجَبُ، لَقِيَنِي رَجُلَانِ، فَذَهَبَا بِي إِلَى هٰذَا الَّذِي يُقَالُ لَهُ الصَّابِىءُ، فَفَعَلَ كَذَا وَكَذَا، فَوَاللهِ، إِنَّهُ لَأَسۡحَرُ النَّاسِ مِنۡ بَيۡنِ هٰذِهِ وَهٰذِهِ - وَقَالَتۡ بِإِصۡبَعَيۡهَا الۡوُسۡطَى وَالسَّبَّابَةِ، فَرَفَعَتۡهُمَا إِلَى السَّمَاءِ تَعۡنِي: السَّمَاءَ وَالۡأَرۡضَ - أَوۡ إِنَّهُ لَرَسُولُ اللهِ حَقًّا. فَكَانَ الۡمُسۡلِمُونَ بَعۡدَ ذٰلِكَ يُغِيرُونَ عَلَى مَنۡ حَوۡلَهَا مِنَ الۡمُشۡرِكِينَ، وَلَا يُصِيبُونَ الصِّرۡمَ الَّذِي هِيَ مِنۡهُ، فَقَالَتۡ يَوۡمًا لِقَوۡمِهَا: مَا أُرَى أَنَّ هَؤُلَاءِ الۡقَوۡمَ يَدَعُونَكُمۡ عَمۡدًا، فَهَلۡ لَكُمۡ فِي الۡإِسۡلَامِ؟ فَأَطَاعُوهَا فَدَخَلُوا فِي الۡإِسۡلَامِ. [الحديث ٣٤٤ - طرفاه في: ٣٤٨، ٣٥٧١].

Wanita itu menemui keluarganya dalam keadaan dia sudah terlambat. Keluarganya bertanya, “Apa yang menahanmu, wahai Fulanah?”

Wanita itu menjawab, “Keajaiban. Dua orang berjumpa denganku lalu keduanya membawaku pergi menemui orang yang disebut-sebut dengan ash-shabi` lalu dia melakukan ini dan itu. Demi Allah, dia adalah orang yang paling pandai menyihir di antara ini dengan ini.” Wanita itu memberi isyarat dengan jari tengah dan jari telunjuknya lalu mengangkatnya ke langit. Yang dia maksud adalah antara langit dengan bumi. “Atau kalau bukan, berarti dia benar-benar seorang utusan Allah.”

Setelah kejadian itu, kaum muslimin menyerang orang-orang musyrik yang berada di sekitar tempat wanita itu dan mereka tidak menyerang kampung tempat wanita itu. Pada suatu hari, wanita itu berkata kepada kaumnya, “Aku yakin mereka membiarkan (tidak menyerang) kalian karena ada maksud tertentu. Apakah kalian memiliki keinginan untuk masuk Islam?”

Lalu kaumnya menuruti wanita itu dan merekapun memeluk agama Islam.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 341, 342, dan 343

٣٤١ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ كَثِيرٍ: أَخۡبَرَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡحَكَمِ، عَنۡ ذَرٍّ، عَنِ ابۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبۡزَى، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ قَالَ: قَالَ عَمَّارٌ لِعُمَرَ: تَمَعَّكۡتُ، فَأَتَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: (يَكۡفِيكَ الۡوَجۡهُ وَالۡكَفَّانِ). [طرفه في: ٣٣٨].

341. Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami: Syu’bah mengabarkan kepada kami dari Al-Hakam, dari Dzarr, dari Ibnu ‘Abdurrahman bin Abza, dari ‘Abdurrahman. Beliau berkata: ‘Ammar berkata kepada ‘Umar: Aku berguling-guling di tanah lalu aku datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “(Mengusap) wajah dan kedua telapak tangan sudah mencukupimu.”

٣٤٢ - حَدَّثَنَا مُسۡلِمٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡحَكَمِ، عَنۡ ذَرٍّ، عَنِ ابۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ قَالَ: شَهِدۡتُ عُمَرَ، فَقَالَ لَهُ عَمَّارٌ، وَسَاقَ الۡحَدِيثَ. [طرفه في: ٣٣٨].

342. Muslim telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Al-Hakam, dari Dzarr, dari Ibnu ‘Abdurrahman, dari ‘Abdurrahman. Beliau berkata: Aku menyaksikan ‘Umar ketika ‘Ammar berkata kepadanya. Beliau membawakan hadis tersebut.

٣٤٣ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡحَكَمِ، عَنۡ ذَرٍّ، عَنِ ابۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبۡزَى، عَنۡ أَبِيهِ، قَالَ: قَالَ عَمَّارٌ: فَضَرَبَ النَّبِيُّ ﷺ بِيَدِهِ الۡأَرۡضَ، فَمَسَحَ وَجۡهَهُ وَكَفَّيۡهِ. [طرفه في: ٣٣٨].

343. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ghundar menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Al-Hakam, dari Dzarr, dari Ibnu ‘Abdurrahman bin Abza, dari ayahnya. Beliau berkata: ‘Ammar berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menepukkan tangan ke tanah lalu mengusap wajah dan kedua telapak tangannya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 339 dan 340

٥ - بَابٌ التَّيَمُّمُ لِلۡوَجۡهِ وَالۡكَفَّيۡنِ
5. Bab tayamum pada wajah dan dua tangan


٣٣٩ - حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ قَالَ: أَخۡبَرَنَا شُعۡبَةُ: أَخۡبَرَنِي الۡحَكَمُ، عَنۡ ذَرٍّ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبۡزَى، عَنۡ أَبِيهِ: قَالَ عَمَّارٌ بِهٰذَا، وَضَرَبَ شُعۡبَةُ بِيَدَيۡهِ الۡأَرۡضَ، ثُمَّ أَدۡنَاهُمَا مِنۡ فِيهِ، ثُمَّ مَسَحَ وَجۡهَهُ وَكَفَّيۡهِ. وَقَالَ النَّضۡرُ: أَخۡبَرَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡحَكَمِ قَالَ: سَمِعۡتُ ذَرًّا يَقُولُ: عَنِ ابۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبۡزَى. قَالَ الۡحَكَمُ: وَقَدۡ سَمِعۡتُهُ مِنِ ابۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ عَمَّارٌ. [طرفه في: ٣٣٨].

339. Hajjaj telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah mengabarkan kepada kami: Al-Hakam mengabarkan kepadaku dari Dzarr, dari Sa’id bin ‘Abdurrahman bin Abza, dari ayahnya: ‘Ammar mengucapkan perkataannya ini dan Syu’bah menepukkan kedua tangannya ke tanah, mendekatkan kedua tangannya ke mulutnya, kemudian mengusap wajah dan kedua telapak tangannya.

An-Nadhr berkata: Syu’bah mengabarkan kepada kami dari Al-Hakam. Beliau berkata: Aku mendengar Dzarr berkata: Dari Ibnu ‘Abdurrahman bin Abza.

Al-Hakam berkata: Aku telah mendengarnya dari Ibnu ‘Abdurrahman, dari ayahnya. Beliau berkata: ‘Ammar berkata.

٣٤٠ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡحَكَمِ، عَنۡ ذَرٍّ، عَنِ ابۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبۡزَى، عَنۡ أَبِيهِ: أَنَّهُ شَهِدَ عُمَرَ، وَقَالَ لَهُ عَمَّارٌ: كُنَّا فِي سَرِيَّةٍ فَأَجۡنَبۡنَا، وَقَالَ: تَفَلَ فِيهِمَا. [طرفه في: ٣٣٨].

340. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Al-Hakam, dari Dzarr, dari Ibnu ‘Abdurrahman bin Abza, dari ayahnya: Bahwa beliau menyaksikan ‘Umar ketika ‘Ammar berkata kepada beliau: Dahulu kita pernah di suatu pasukan lalu kita mengalami junub. Beliau berkata: Beliau sedikit meludah ke kedua telapak tangannya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 338

٤ - بَابٌ الۡمُتَيَمِّمُ هَلۡ يَنۡفُخُ فِيهِمَا
4. Bab orang yang bertayamum apakah meniup kedua telapak tangannya?


٣٣٨ - حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: حَدَّثَنَا الۡحَكَمُ، عَنۡ ذَرٍّ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبۡزَى، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بۡنِ الۡخَطَّابِ فَقَالَ: إِنِّي أَجۡنَبۡتُ فَلَمۡ أُصِبِ الۡمَاءَ؟ فَقَالَ عَمَّارُ بۡنُ يَاسِرٍ لِعُمَرَ بۡنِ الۡخَطَّابِ: أَمَا تَذۡكُرُ أَنَّا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا وَأَنۡتَ، فَأَمَّا أَنۡتَ فَلَمۡ تُصَلِّ، وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكۡتُ فَصَلَّيۡتُ، فَذَكَرۡتُ لِلنَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِنَّمَا كَانَ يَكۡفِيكَ هٰكَذَا) فَضَرَبَ النَّبِيُّ ﷺ بِكَفَّيۡهِ الۡأَرۡضَ، وَنَفَخَ فِيهِمَا، ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجۡهَهُ وَكَفَّيۡهِ؟.

[الحديث ٣٣٨ - أطرافه في: ٣٣٩، ٣٤٠، ٣٤١، ٣٤٢، ٣٤٣، ٣٤٥، ٣٤٦، ٣٤٧].

338. Adam telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami: Al-Hakam menceritakan kepada kami dari Dzarr, dari Sa’id bin ‘Abdurrahman bin Abza, dari ayahnya. Beliau berkata:

Seseorang datang kepada ‘Umar bin Al-Khaththab seraya berkata, “Sesungguhnya saya sedang junub, namun saya tidak mendapatkan air.”

‘Ammar bin Yasir berkata kepada ‘Umar bin Al-Khaththab:

Ingatkah engkau bahwa kita pernah mengalaminya dalam suatu safar? Waktu itu engkau tidak salat. Adapun aku berguling-guling di tanah lalu salat. Lalu aku menyebutkan perbuatanku kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Lantas Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Engkau cukup melakukan begini.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menepukkan kedua telapak tangannya ke tanah, lalu meniup telapak tangannya, lalu mengusapkannya ke wajah dan kedua telapak tangan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 337

٣ - بَابُ التَّيَمُّمِ فِي الۡحَضَرِ، إِذَا لَمۡ يَجِدِ الۡمَاءَ، وَخَافَ فَوۡتَ الصَّلَاةِ
3. Bab tayamum ketika mukim apabila tidak mendapati air dan khawatir luput salat


وَبِهِ قَالَ عَطَاءٌ، وَقَالَ الۡحَسَنُ، فِي الۡمَرِيضِ عِنۡدَهُ الۡمَاءُ، وَلَا يَجِدُ مَنۡ يُنَاوِلُهُ: يَتَيَمَّمُ.

وَأَقۡبَلَ ابۡنُ عُمَرَ مِنۡ أَرۡضِهِ بِالۡجُرُفِ، فَحَضَرَتِ الۡعَصۡرُ بِمَرۡبَدِ النَّعَمِ فَصَلَّى، ثُمَّ دَخَلَ الۡمَدِينَةَ وَالشَّمۡسُ مُرۡتَفِعَةٌ، فَلَمۡ يُعِدۡ.

‘Atha` berpendapat demikian. Al-Hasan berpendapat tentang orang sakit yang memiliki air namun tidak mendapati orang yang bisa membantunya menggunakan air tersebut bahwa dia boleh bertayamum.

Ibnu ‘Umar pergi menuju salah satu tanahnya di Al-Juruf, lalu waktu salat Asar masuk ketika beliau masih di Marbad An-Na’am, lalu beliau salat. Kemudian Ibnu ‘Umar memasuki kota Madinah dalam keadaan matahari masih tinggi dan beliau tidak mengulangi salatnya.

٣٣٧ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ جَعۡفَرِ بۡنِ رَبِيعَةَ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ قَالَ: سَمِعۡتُ عُمَيۡرًا، مَوۡلَى ابۡنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: أَقۡبَلۡتُ أَنَا وَعَبۡدُ اللهِ بۡنُ يَسَارٍ، مَوۡلَى مَيۡمُونَةَ زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ، حَتَّى دَخَلۡنَا عَلَى أَبِي جُهَيۡمِ بۡنِ الۡحَارِثِ بۡنِ الصِّمَّةِ الۡأَنۡصَارِيِّ، فَقَالَ أَبُو الۡجُهَيۡمِ: أَقۡبَلَ النَّبِيُّ ﷺ مِنۡ نَحۡوِ بِئۡرِ جَمَلٍ، فَلَقِيَهُ رَجُلٌ فَسَلَّمَ عَلَيۡهِ، فَلَمۡ يَرُدَّ عَلَيۡهِ النَّبِيُّ ﷺ حَتَّى أَقۡبَلَ عَلَى الۡجِدَارِ، فَمَسَحَ بِوَجۡهِهِ وَيَدَيۡهِ، ثُمَّ رَدَّ عَلَيۡهِ السَّلَامَ.

337. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Ja’far bin Rabi’ah, dari Al-A’raj. Beliau berkata: Aku mendengar ‘Umair maula Ibnu ‘Abbas berkata: Aku dan ‘Abdullah bin Yasar maula Maimunah istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang hingga kami masuk ke tempat Abu Juhaim bin Al-Harits bin Ash-Shimmah Al-Anshari. Abu Al-Juhaim berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang dari arah sumur Jamal. Lalu ada seorang lelaki menjumpai beliau lalu mengucapkan salam kepada beliau. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak langsung membalas salamnya hingga beliau menghadap tembok lalu mengusap wajah dan kedua tangannya, baru setelah itu beliau membalas salamnya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 602

٤٢ - بَابُ السَّمَرِ مَعَ الۡأَهۡلِ وَالضَّيۡفِ
42. Bab bergadang bersama keluarga dan tamu


٦٠٢ - حَدَّثَنَا أَبُو النُّعۡمَانِ قَالَ: حَدَّثَنَا مُعۡتَمِرُ بۡنُ سُلَيۡمَانَ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا أَبُو عُثۡمَانَ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبِي بَكۡرٍ: أَنَّ أَصۡحَابَ الصُّفَّةِ كَانُوا أُنَاسًا فُقَرَاءَ، وَأَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ كَانَ عِنۡدَهُ طَعَامُ اثۡنَيۡنِ فَلۡيَذۡهَبۡ بِثَالِثٍ، وَإِنۡ أَرۡبَعٌ فَخَامِسٌ أَوۡ سَادِسٌ).

602. Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Mu’tamir bin Sulaiman menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepada kami: Abu ‘Utsman menceritakan kepada kami dari ‘Abdurrahman bin Abu Bakr: Bahwa ahli sufah dahulunya adalah orang-orang fakir dan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang memiliki makanan untuk dua orang, hendaknya pergi dengan membawa serta orang ketiga (dari ahli sufah). Jika memiliki makanan untuk empat orang, hendaknya membawa serta orang kelima atau keenam.”

وَأَنَّ أَبَا بَكۡرٍ جَاءَ بِثَلَاثَةٍ، فَانۡطَلَقَ النَّبِيُّ ﷺ بِعَشَرَةٍ، قَالَ: فَهُوَ أَنَا وَأَبِي وَأُمِّي، فَلَا أَدۡرِي قَالَ: وَامۡرَأَتِي وَخَادِمٌ، بَيۡنَنَا وَبَيۡنَ بَيۡتِ أَبِي بَكۡرٍ‏.‏ وَإِنَّ أَبَا بَكۡرٍ تَعَشَّى عِنۡدَ النَّبِيِّ ﷺ ثُمَّ لَبِثَ حَيۡثُ صُلِّيَتِ الۡعِشَاءُ، ثُمَّ رَجَعَ فَلَبِثَ حَتَّى تَعَشَّى النَّبِيُّ ﷺ، فَجَاءَ بَعۡدَ مَا مَضَى مِنَ اللَّيۡلِ مَا شَاءَ اللهُ،

Abu Bakr datang dengan tiga orang (ahli sufah), sedangkan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pergi dengan sepuluh orang. ‘Abdurrahman berkata: Di rumah Abu Bakr ada aku, ayahku, dan ibuku. Perawi berkata: Aku tidak mengetahui apakah ‘Abdurrahman mengatakan: istriku dan seorang pelayan yang membantu di rumah kami dan rumah Abu Bakr. Abu Bakr ikut makan malam di tempat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—kemudian beliau tinggal sampai selesai salat Isya. Kemudian Abu Bakr kembali ke tempat Nabi lalu tetap di situ sampai Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—selesai makan malam. Lalu beliau datang (ke rumah) setelah sebagian malam yang Allah kehendaki berlalu.

قَالَتۡ لَهُ امۡرَأَتُهُ: وَمَا حَبَسَكَ عَنۡ أَضۡيَافِكَ، أَوۡ قَالَتۡ ضَيۡفِكَ؟ قَالَ: أَوَمَا عَشَّيۡتِيهِمۡ؟ قَالَتۡ: أَبَوۡا حَتَّى تَجِيءَ، قَدۡ عُرِضُوا فَأَبَوۡا، قَالَ: فَذَهَبۡتُ أَنَا فَاخۡتَبَأۡتُ، فَقَالَ: يَا غُنۡثَرُ، فَجَدَّعَ وَسَبَّ، وَقَالَ: كُلُوا لَا هَنِيئًا، فَقَالَ: وَاللهِ لَا أَطۡعَمُهُ أَبَدًا، وَايۡمُ اللهِ، مَا كُنَّا نَأۡخُذُ مِنۡ لُقۡمَةٍ إِلَّا رَبَا مِنۡ أَسۡفَلِهَا أَكۡثَرُ مِنۡهَا، قَالَ يَعۡنِي، حَتَّى شَبِعُوا، وَصَارَتۡ أَكۡثَرَ مِمَّا كَانَتۡ قَبۡلَ ذٰلِكَ،

Istri beliau berkata kepadanya, “Apa yang menahanmu dari tamu-tamumu?”

Abu Bakr bertanya, “Apa engkau tidak mempersilakan mereka makan malam?”

Istrinya berkata, “Mereka tidak mau sampai engkau datang. Mereka sudah ditawari, namun tidak mau.”

‘Abdurrahman berkata: Aku pergi bersembunyi. Abu Bakr berkata, “Sini bodoh!” Beliau mendoakan kejelekan untuk ‘Abdurrahman dan mencelanya. Abu Bakr berkata, “Makanlah kalian dengan tidak enak!” Beliau lalu berkata, “Demi Allah, aku tidak akan memakannya selama-lamanya.”

Demi Allah, tidaklah kami mengambil satu suap kecuali makanan itu tambah dari bawahnya lebih banyak daripada suapan tersebut.

‘Abdurrahman berkata: Yakni sampai mereka kenyang, sementara makanannya jadi lebih banyak daripada sebelum dimakan.

فَنَظَرَ إِلَيۡهَا أَبُو بَكۡرٍ فَإِذَا هِيَ كَمَا هِيَ أَوۡ أَكۡثَرُ مِنۡهَا، فَقَالَ لِامۡرَأَتِهِ: يَا أُخۡتَ بَنِي فِرَاسٍ، مَا هٰذَا؟ قَالَتۡ: لَا وَقُرَّةِ عَيۡنِي، لَهِيَ الۡآنَ أَكۡثَرُ مِنۡهَا قَبۡلَ ذٰلِكَ بِثَلَاثِ مَرَّاتٍ، فَأَكَلَ مِنۡهَا أَبُو بَكۡرٍ وَقَالَ: إِنَّمَا كَانَ ذٰلِكَ مِنَ الشَّيۡطَانِ، يَعۡنِي يَمِينَهُ، ثُمَّ أَكَلَ مِنۡهَا لُقۡمَةً، ثُمَّ حَمَلَهَا إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَأَصۡبَحَتۡ عِنۡدَهُ، وَكَانَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَ قَوۡمٍ عَقۡدٌ، فَمَضَى الۡأَجَلُ، فَفَرَّقَنَا اثۡنَي عَشَرَ رَجُلًا، مَعَ كُلِّ رَجُلٍ مِنۡهُمۡ أُنَاسٌ، اللهُ أَعۡلَمُ كَمۡ مَعَ كُلِّ رَجُلٍ، فَأَكَلُوا مِنۡهَا أَجۡمَعُونَ، أَوۡ كَمَا قَالَ.

[الحديث ٦٠٢ - أطرافه في: ٣٥٨١، ٦١٤٠، ٦١٤١].

Abu Bakr melihat makanan itu. Ternyata makanan itu tetap seperti semula atau lebih banyak daripada semula. Abu Bakr berkata kepada istrinya, “Wahai saudara perempuan bani Firas, apa ini?”

Istrinya menjawab, “Demi Allah yang telah menyejukkan pandanganku, makanan itu sekarang tiga kali lebih banyak daripada sebelumnya.”

Abu Bakr memakannya dan berkata, “Sumpahku tadi hanyalah dari setan.”

Kemudian beliau memakannya satu suap lagi, kemudian beliau membawa makanan tersebut kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sehingga makanan itu berada di tempat beliau keesokan harinya. Saat itu, antara kami dengan suatu kaum ada perjanjian, lalu masa perjanjian itu telah berlalu. Beliau membagi-bagi kami menjadi dua belas orang. Setiap satu orang dari mereka disertai oleh sejumlah orang. Allah Maha Mengetahui jumlah orang yang bersama setiap orang tersebut. Mereka seluruhnya makan dari makanan tersebut atau sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Abdurrahman.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 600

٤١ - بَابُ السَّمَرِ فِي الۡفِقۡهِ وَالۡخَيۡرِ بَعۡدَ الۡعِشَاءِ
41. Bab bergadang untuk mendalami agama dan perkara kebaikan setelah Isya


٦٠٠ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ الصَّبَّاحِ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ الۡحَنَفِيُّ: حَدَّثَنَا قُرَّةُ بۡنُ خَالِدٍ قَالَ: انۡتَظَرۡنَا الۡحَسَنَ، وَرَاثَ عَلَيۡنَا، حَتَّى قَرُبۡنَا مِنۡ وَقۡتِ قِيَامِهِ، فَجَاءَ فَقَالَ: دَعَانَا جِيرَانُنَا هٰؤُلَاءِ، ثُمَّ قَالَ: قَالَ أَنَسٌ: نَظَرۡنَا النَّبِيَّ ﷺ ذَاتَ لَيۡلَةٍ، حَتَّى كَانَ شَطۡرُ اللَّيۡلِ يَبۡلُغُهُ، فَجَاءَ فَصَلَّى لَنَا، ثُمَّ خَطَبَنَا فَقَالَ: (أَلَا إِنَّ النَّاسَ قَدۡ صَلَّوۡا ثُمَّ رَقَدُوا، وَإِنَّكُمۡ لَمۡ تَزَالُوا فِي صَلَاةٍ مَا انۡتَظَرۡتُمُ الصَّلَاةَ). قَالَ الۡحَسَنُ: وَإِنَّ الۡقَوۡمَ لَا يَزَالُونَ بِخَيۡرٍ مَا انۡتَظَرُوا الۡخَيۡرَ. قَالَ قُرَّةُ: هُوَ مِنۡ حَدِيثِ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. [طرفه في: ٥٧٢].

600. ‘Abdullah bin Ash-Shabbah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu ‘Ali Al-Hanafi menceritakan kepada kami: Qurrah bin Khalid menceritakan kepada kami. Beliau berkata:

Kami menunggu Al-Hasan dalam keadaan beliau terlambat hingga kami sudah mendekati waktu salat malam beliau. Al-Hasan datang seraya berkata, “Tetangga kami tadi mengundang kami.”

Kemudian Al-Hasan berkata: Anas berkata: Kami menanti Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pada suatu malam sampai separuh malam lewat. Akhirnya beliau datang lalu salat mengimami kami, kemudian beliau berkhotbah seraya bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang telah salat kemudian mereka tidur dan sesungguhnya kalian senantiasa teranggap salat selama kalian menunggu-nunggu salat ini.”

Al-Hasan berkata: Sesungguhnya orang-orang senantiasa baik selama mereka menunggu-nunggu kebaikan.

Qurrah berkata: Ucapan Al-Hasan itu termasuk hadis Anas, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 334

١ – بَابٌ
1. Bab


٣٣٤ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ الۡقَاسِمِ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَتۡ: خَرَجۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي بَعۡضِ أَسۡفَارِهِ، حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالۡبَيۡدَاءِ، أَوۡ بِذَاتِ الۡجَيۡشِ، انۡقَطَعَ عِقۡدٌ لِي، فَأَقَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَى الۡتِمَاسِهِ، وَأَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ، وَلَيۡسُوا عَلَى مَاءٍ، فَأَتَى النَّاسُ إِلَى أَبِي بَكۡرٍ الصِّدِّيقِ، فَقَالُوا: أَلَا تَرَى مَا صَنَعَتۡ عَائِشَةُ؟ أَقَامَتۡ بِرَسُولِ اللهِ ﷺ وَالنَّاسِ، وَلَيۡسُوا عَلَى مَاءٍ، وَلَيۡسَ مَعَهُمۡ مَاءٌ،

334. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik mengabarkan kepada kami dari ‘Abdurrahman bin Al-Qasim, dari ayahnya, dari ‘Aisyah istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau mengatakan:

Kami keluar bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam salah satu safar beliau. Hingga ketika kami berada di Al-Baida` atau di Dzat Al-Jaisy (dua nama tempat di antara Makkah dan Madinah), kalungku terputus. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menghentikan perjalanannya untuk mencarinya. Begitu pula orang-orang menghentikan perjalanan bersama beliau dalam keadaan mereka berhenti di tempat yang tidak ada air.

Orang-orang datang menemui Abu Bakr Ash-Shiddiq seraya berkata, “Tidakkah engkau lihat yang diperbuat oleh ‘Aisyah? Dia membuat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan kaum muslimin menghentikan perjalanannya padahal mereka di tempat yang tidak ada air dan mereka tidak membawa air.”

فَجَاءَ أَبُو بَكۡرٍ، وَرَسُولُ اللهِ ﷺ وَاضِعٌ رَأۡسَهُ عَلَى فَخِذِي قَدۡ نَامَ، فَقَالَ: حَبَسۡتِ رَسُولَ اللهِ ﷺ وَالنَّاسَ، وَلَيۡسُوا عَلَى مَاءٍ، وَلَيۡسَ مَعَهُمۡ مَاءٌ! فَقَالَتۡ عَائِشَةُ: فَعَاتَبَنِي أَبُو بَكۡرٍ، وَقَالَ مَا شَاءَ اللهُ أَنۡ يَقُولَ، وَجَعَلَ يَطۡعُنُنِي بِيَدِهِ فِي خَاصِرَتِي، فَلَا يَمۡنَعُنِي مِنَ التَّحَرُّكِ إِلَّا مَكَانُ رَسُولِ اللهِ ﷺ عَلَى فَخِذِي، فَقَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حِينَ أَصۡبَحَ عَلَى غَيۡرِ مَاءٍ، فَأَنۡزَلَ اللهُ آيَةَ التَّيَمُّمِ فَتَيَمَّمُوا، فَقَالَ أُسَيۡدُ بۡنُ الۡحُضَيۡرِ: مَا هِيَ بِأَوَّلِ بَرَكَتِكُمۡ يَا آلَ أَبِي بَكۡرٍ، قَالَتۡ: فَبَعَثۡنَا الۡبَعِيرَ الَّذِي كُنۡتُ عَلَيۡهِ، فَأَصَبۡنَا الۡعِقۡدَ تَحۡتَهُ.

[الحديث ٣٣٤ - أطرافه في: ٣٣٦، ٣٦٧٢، ٣٧٧٣، ٤٥٨٣، ٤٦٠٧، ٤٦٠٨، ٥١٦٤، ٥٢٥٠، ٥٨٨٢، ٦٨٤٤، ٦٨٤٥].

Abu Bakr datang dalam keadaan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meletakkan kepalanya di atas pahaku tertidur. Abu Bakr berkata, “Engkau telah menahan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan kaum muslimin padahal mereka di tempat yang tidak ada air dan mereka tidak membawa air.”

‘Aisyah berkata: Lalu Abu Bakr menghardikku dan mengucapkan perkataan yang Allah kehendaki. Abu Bakr menusuk pinggangku dengan tangannya. Tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak kecuali karena keberadaan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di atas pahaku. Keesokannya, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangun dalam keadaan tidak ada air. Allah menurunkan ayat tayamum, lalu mereka bertayamum.

Usaid bin Al-Hudhair berkata: Ini bukan yang keberkahan pertama kalian wahai keluarga Abu Bakr.

‘Aisyah mengatakan: Kami melepas tambatan unta yang tadinya aku naiki, lalu kami menemukan kalung itu ada di bawahnya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 599

٤٠ - بَابُ مَا يُكۡرَهُ مِنَ السَّمَرِ بَعۡدَ الۡعِشَاءِ
40. Bab bergadang yang dibenci setelah Isya


٥٩٩ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى قَالَ: حَدَّثَنَا عَوۡفٌ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الۡمِنۡهَالِ قَالَ: انۡطَلَقۡتُ مَعَ أَبِي إِلَى أَبِي بَرۡزَةَ الۡأَسۡلَمِيِّ، فَقَالَ لَهُ أَبِي: حَدِّثۡنَا كَيۡفَ كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُصَلِّي الۡمَكۡتُوبَةَ؟ قَالَ: كَانَ يُصَلِّي الۡهَجِيرَ، وَهِيَ الَّتِي تَدۡعُونَهَا الۡأُولَى، حِينَ تَدۡحَضُ الشَّمۡسُ، وَيُصَلِّي الۡعَصۡرَ، ثُمَّ يَرۡجِعُ أَحَدُنَا إِلَى أَهۡلِهِ فِي أَقۡصَى الۡمَدِينَةِ، وَالشَّمۡسُ حَيَّةٌ، وَنَسِيتُ مَا قَالَ فِي الۡمَغۡرِبِ، قَالَ: وَكَانَ يَسۡتَحِبُّ أَنۡ يُؤَخِّرَ الۡعِشَاءَ، قَالَ: وَكَانَ يَكۡرَهُ النَّوۡمَ قَبۡلَهَا، وَالۡحَدِيثَ بَعۡدَهَا، وَكَانَ يَنۡفَتِلُ مِنۡ صَلَاةِ الۡغَدَاةِ، حِينَ يَعۡرِفُ أَحَدُنَا جَلِيسَهُ، وَيَقۡرَأُ مِنَ السِّتِّينَ إِلَى الۡمِائَةِ. [طرفه في: ٥٤١].

599. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Auf menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Al-Minhal menceritakan kepada kami. Beliau berkata:

Aku pergi bersama ayahku menemui Abu Barzah Al-Aslami. Ayahku berkata kepadanya, “Ceritakan kepada kami bagaimana Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu salat wajib?”

Beliau menjawab, “Dahulu beliau salat Zuhur, yang kalian namakan salat pertama, ketika matahari mulai turun. Beliau salat Asar kemudian salah satu dari kami kembali ke keluarganya di pinggir kota dalam keadaan matahari masih putih bersih.”

Abu Al-Minhal berkata: Aku lupa apa yang Abu Barzah katakan tentang salat Magrib.

Abu Barzah berkata, “Dahulu Rasulullah menyukai untuk mengakhirkan salat Isya.”

Abu Barzah berkata, “Beliau membenci tidur sebelum salat Isya dan berbincang-bincang setelahnya. Beliau selesai dari salat Subuh ketika salah seorang dari kami mengenali teman duduknya dan beliau membaca surah sebanyak enam puluh sampai seratus ayat.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 598

٣٩ - بَابُ قَضَاءِ الصَّلَوَاتِ، الۡأُولَى فَالۡأُولَى
39. Bab mengqada beberapa salat adalah urut dari yang pertama


٥٩٨ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ هِشَامٍ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، هُوَ ابۡنُ أَبِي كَثِيرٍ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ، عَنۡ جَابِرٍ قَالَ: جَعَلَ عُمَرُ يَوۡمَ الۡخَنۡدَقِ يَسُبُّ كُفَّارَهُمۡ، وَقَالَ: مَا كِدۡتُ أُصَلِّي الۡعَصۡرَ حَتَّى غَرَبَتۡ، قَالَ: فَنَزَلۡنَا بُطۡحَانَ، فَصَلَّى بَعۡدَ مَا غَرَبَتِ الشَّمۡسُ، ثُمَّ صَلَّى الۡمَغۡرِبَ. [طرفه في: ٥٩٦].

598. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami dari Hisyam. Beliau berkata: Yahya bin Abu Katsir menceritakan kepada kami dari Abu Salamah, dari Jabir. Beliau berkata: Pada hari Khandaq (parit), ‘Umar mencela orang-orang kafir Quraisy dan berkata, “Aku hampir tidak bisa salat Asar sampai matahari tenggelam.”

Beliau berkata: Lalu kami singgah di Buthhan, lalu Nabi salat (Asar) setelah matahari tenggelam, kemudian salat Magrib.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 597

٣٨ - بَابُ مَنۡ نَسِيَ صَلَاةً فَلۡيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا، وَلَا يُعِيدُ إِلَّا تِلۡكَ الصَّلَاةَ
38. Bab barang siapa lupa salat, maka dia salat ketika mengingatnya dan dia tidak mengulang kecuali salat itu


وَقَالَ إِبۡرَاهِيمُ: مَنۡ تَرَكَ صَلَاةً وَاحِدَةً عِشۡرِينَ سَنَةً، لَمۡ يُعِدۡ إِلَّا تِلۡكَ الصَّلَاةَ الۡوَاحِدَةَ.

Ibrahim berkata: Siapa saja yang meninggalkan satu salat (karena lupa) dua puluh tahun yang lalu, dia tidak mengulang kecuali satu salat itu saja.

٥٩٧ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ، وَمُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ قَالَا: حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ نَسِيَ صَلَاةً فَلۡيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا، لَا كَفَّارَةَ لَهَا إِلَّا ذٰلِكَ: ﴿وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكۡرِي﴾) [طه: ١٤]. قَالَ مُوسَى: قَالَ هَمَّامٌ: سَمِعۡتُهُ يَقُولُ بَعۡدُ: ﴿وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكۡرِي﴾. وَقَالَ حَبَّانُ: حَدَّثَنَا هَمَّامٌ: حَدَّثَنَا قَتَادَةُ: حَدَّثَنَا أَنَسٌ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ نَحۡوَهُ.

597. Abu Nu’aim dan Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami. Keduanya berkata: Hammam menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Anas, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Siapa saja yang lupa salat, dia lakukan ketika ingat. Tidak ada kafaratnya kecuali itu: Tegakkan salat untuk mengingat-Ku! (QS. Thaha: 14).”

Musa berkata: Hammam berkata: Aku mendengar Qatadah mengucapkan setelahnya, “Tegakkan salat untuk mengingat-Ku.”

Habban berkata: Hammam menceritakan kepada kami: Qatadah menceritakan kepada kami: Anas menceritakan kepada kami dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—semisal riwayat tersebut.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1332

٦٣ - بَابٌ أَيۡنَ يَقُومُ مِنَ الۡمَرۡأَةِ وَالرَّجُلِ
63. Bab di mana imam berdiri ketika menyalati jenazah wanita dan pria


١٣٣٢ - حَدَّثَنَا عِمۡرَانُ بۡنُ مَيۡسَرَةَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ: حَدَّثَنَا حُسَيۡنٌ، عَنِ ابۡنِ بُرَيۡدَةَ: حَدَّثَنَا سَمُرَةُ بۡنُ جُنۡدُبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: صَلَّيۡتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ ﷺ عَلَى امۡرَأَةٍ مَاتَتۡ فِي نِفَاسِهَا، فَقَامَ عَلَيۡهَا وَسَطَهَا. [طرفه في: ٣٣٢].

1332. ‘Imran bin Maisarah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami: Husain menceritakan kepada kami dari Ibnu Buraidah: Samurah bin Jundub—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku bermakmum kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang menyalati jenazah seorang wanita yang meninggal di masa nifasnya. Beliau berdiri menghadapnya di bagian tengahnya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1331

٦٢ - بَابُ الصَّلَاةِ عَلَى النُّفَسَاءِ إِذَا مَاتَتۡ فِي نِفَاسِهَا
62. Bab salat jenazah terhadap wanita yang baru melahirkan ketika meninggal di masa nifasnya


١٣٣١ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ زُرَيۡعٍ: حَدَّثَنَا حُسَيۡنٌ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ بُرَيۡدَةَ، عَنۡ سَمُرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: صَلَّيۡتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ ﷺ عَلَى امۡرَأَةٍ مَاتَتۡ فِي نِفَاسِهَا، فَقَامَ عَلَيۡهَا وَسَطَهَا. [الحديث ١٣٣١ - طرفاه في: ٣٣٢، ١٣٣٢].

1331. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami: Husain menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Buraidah menceritakan kepada kami dari Samurah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Aku bermakmum kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang menyalati jenazah seorang wanita yang meninggal di masa nifasnya. Beliau berdiri menghadapnya di bagian tengahnya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6595

٦٥٩٥ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي بَكۡرِ بۡنِ أَنَسٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (وَكَّلَ اللهُ بِالرَّحِمِ مَلَكًا، فَيَقُولُ: أَيۡ رَبِّ نُطۡفَةٌ، أَيۡ رَبِّ عَلَقَةٌ، أَيۡ رَبِّ مُضۡغَةٌ، فَإِذَا أَرَادَ اللهُ أَنۡ يَقۡضِيَ خَلۡقَهَا، قَالَ: أَيۡ رَبِّ ذَكَرٌ أَمۡ أُنۡثَى، أَشَقِيٌّ أَمۡ سَعِيدٌ، فَمَا الرِّزۡقُ فَمَا الۡأَجَلُ؟ فَيُكۡتَبُ كَذٰلِكَ فِي بَطۡنِ أُمِّهِ). [طرفه في: ٣١٨].

6595. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Hammad menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah bin Abu Bakr bin Anas, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Allah menugaskan satu malaikat kepada rahim. Malaikat itu berkata: Ya Rabi, ini nutfah. Ya Rabi, ini segumpal darah. Ya Rabi, ini segumpal daging. Ketika Allah hendak menyempurnakan penciptaannya, malaikat itu bertanya: Ya Rabi, apakah (janin ini) laki-laki atau perempuan? Sengsara atau bahagia? Bagaimana rezeki dan ajalnya? Semua itu akan ditulis di perut ibunya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3333

٣٣٣٣ - حَدَّثَنَا أَبُو النُّعۡمَانِ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي بَكۡرِ بۡنِ أَنَسٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (إِنَّ اللهَ وَكَّلَ فِي الرَّحِمِ مَلَكًا، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ نُطۡفَةٌ، يَا رَبِّ عَلَقَةٌ، يَا رَبِّ مُضۡغَةٌ، فَإِذَا أَرَادَ أَنۡ يَخۡلُقَهَا قَالَ: يَا رَبِّ أَذَكَرٌ أَمۡ أُنۡثَى؟ يَا رَبِّ شَقِيٌّ أَمۡ سَعِيدٌ؟ فَمَا الرِّزۡقُ؟ فَمَا الۡأَجَلُ؟ فَيُكۡتَبُ كَذٰلِكَ فِي بَطۡنِ أُمِّهِ). [طرفه في: ٣١٨].

3333. Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah bin Abu Bakr bin Anas, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menugaskan satu malaikat di dalam rahim. Malaikat itu berkata, “Ya Rabi, ini nutfah. Ya Rabi, ini segumpal darah. Ya Rabi, ini segumpal daging. Ketika Allah hendak menciptakannya, malaikat itu bertanya: Ya Rabi, apakah (janin ini) laki-laki atau perempuan? Ya Rabi, sengsara atau bahagia? Bagaimana rezekinya? Bagaimana ajalnya? Seperti itulah yang ditulis di perut ibunya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7357

٧٣٥٧ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى: حَدَّثَنَا ابۡنُ عُيَيۡنَةَ، عَنۡ مَنۡصُورِ بۡنِ صَفِيَّةَ، عَنۡ أُمِّهِ، عَنۡ عَائِشَةَ: أَنَّ امۡرَأَةً سَأَلَتِ النَّبِيَّ ﷺ.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ - هُوَ ابۡنُ عُقۡبَةَ -: حَدَّثَنَا الۡفُضَيۡلُ بۡنُ سُلَيۡمَانَ النُّمَيۡرِيُّ الۡبَصۡرِيُّ: حَدَّثَنَا مَنۡصُورُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ ابۡنُ شَيۡبَةَ، حَدَّثَتۡنِي أُمِّي، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: أَنَّ امۡرَأَةً سَأَلَتِ النَّبِيَّ ﷺ عَنِ الۡحَيۡضِ، كَيۡفَ تَغۡتَسِلُ مِنۡهُ؟ قَالَ: (تَأۡخُذِينَ فِرۡصَةً مُمَسَّكَةً، فَتَوَضَّئِينَ بِهَا). قَالَتۡ: كَيۡفَ أَتَوَضَّأُ بِهَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (تَوَضَّئِي). قَالَتۡ: كَيۡفَ أَتَوَضَّأُ بِهَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (تَوَضَّئِينَ بِهَا). قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَعَرَفۡتُ الَّذِي يُرِيدُ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَجَذَبۡتُهَا إِلَيَّ فَعَلَّمۡتُهَا. [طرفه في: ٣١٤].

7357. Yahya telah menceritakan kepada kami: Ibnu ‘Uyainah menceritakan kepada kami dari Manshur bin Shafiyyah, dari ibunya, dari ‘Aisyah: Bahwa ada seorang wanita bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Muhammad bin ‘Uqbah telah menceritakan kepada kami: Al-Fudhail bin Sulaiman An-Numairi Al-Bashri menceritakan kepada kami: Manshur bin ‘Abdurrahman bin Syaibah menceritakan kepada kami: Ibuku menceritakan kepadaku dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—:

Bahwa ada seorang wanita bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tentang haid, “Bagaimana aku mandi haid?”

Nabi menjawab, “Engkau ambil secarik kain yang diberi wewangian kesturi, lalu engkau bersihkan menggunakan itu.”

Wanita itu bertanya, “Bagaimana aku membersihkan dengannya, wahai Rasulullah?”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Bersihkanlah!”

Wanita itu kembali bertanya, “Bagaimana aku membersihkan dengannya, wahai Rasulullah?”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Bersihkanlah menggunakan itu!”

‘Aisyah berkata: Aku mengerti yang dimaukan oleh Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lalu aku menarik wanita itu ke arahku lalu aku mengajarinya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5342 dan 5343

٤٩ - بَابٌ تَلۡبَسُ الۡحَادَّةُ ثِيَابَ الۡعَصۡبِ
49. Bab wanita yang berihdad memakai pakaian ‘ashb


٥٣٤٢ - حَدَّثَنَا الۡفَضۡلُ بۡنُ دُكَيۡنٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ السَّلَامِ بۡنُ حَرۡبٍ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ حَفۡصَةَ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتۡ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (لَا يَحِلُّ لِامۡرَأَةٍ تُؤۡمِنُ بِاللهِ وَالۡيَوۡمِ الۡآخِرِ أَنۡ تُحِدَّ فَوۡقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوۡجٍ، فَإِنَّهَا لَا تَكۡتَحِلُ وَلَا تَلۡبَسُ ثَوۡبًا مَصۡبُوغًا إِلَّا ثَوۡبَ عَصۡبٍ). [طرفه في: ٣١٣].

5342. Al-Fadhl bin Dukain telah menceritakan kepada kami: ‘Abdus Salam bin Harb menceritakan kepada kami dari Hisyam, dari Hafshah, dari Umu ‘Athiyyah. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berihdad lebih dari tiga hari kecuali karena kematian suami. Dia tidak boleh bercelak dan tidak boleh memakai pakaian yang dicelup kecuali pakaian ‘ashb (pakaian orang Yaman yang dibuat dengan cara benangnya diikat, lalu dicelup, lalu ditenun dalam keadaan masih terikat sehingga akan memunculkan motif karena ikatan benangnya tetap berwarna putih akibat tidak terkena celupan).”

٥٣٤٣ - وَقَالَ الۡأَنۡصَارِيُّ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ: حَدَّثَتۡنَا حَفۡصَةُ: حَدَّثَتۡنِي أُمُّ عَطِيَّةَ: نَهَى النَّبِيُّ ﷺ: (وَلَا تَمَسَّ طِيبًا، إِلَّا أَدۡنَى طُهۡرِهَا إِذَا طَهُرَتۡ نُبۡذَةً مِنۡ قُسۡطٍ وَأَظۡفَارٍ.

[طرفه في: ٣١٣].

5343. Al-Anshari berkata: Hisyam menceritakan kepada kami: Hafhsah menceritakan kepada kami: Umu ‘Athiyyah menceritakan kepadaku: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang, “Jangan menyentuh wewangian kecuali sedikit qusth dan azhfar (dua jenis bukhur) ketika dia suci (dari haid atau nifas)!”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5341

٤٨ - بَابُ الۡقُسۡطِ لِلۡحَادَّةِ عِنۡدَ الطُّهۡرِ
48. Bab penggunaan qusth (kayu gaharu yang dibakar) untuk wanita yang berihdad ketika bersuci


٥٣٤١ - حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَبۡدِ الۡوَهَّابِ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ حَفۡصَةَ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتۡ: كُنَّا نُنۡهَى أَنۡ نُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوۡقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوۡجٍ، أَرۡبَعَةَ أَشۡهُرٍ وَعَشۡرًا، وَلَا نَكۡتَحِلَ، وَلَا نَطَّيَّبَ، وَلَا نَلۡبَسَ ثَوۡبًا مَصۡبُوغًا إِلَّا ثَوۡبَ عَصۡبٍ، وَقَدۡ رُخِّصَ لَنَا عِنۡدَ الطُّهۡرِ، إِذَا اغۡتَسَلَتۡ إِحۡدَانَا مِنۡ مَحِيضِهَا، فِي نُبۡذَةٍ مِنۡ كُسۡتِ أَظۡفَارٍ، وَكُنَّا نُنۡهَى عَنِ اتِّبَاعِ الۡجَنَائِزِ. [طرفه في: ٣١٣].

5341. ‘Abdullah bin ‘Abdul Wahhab telah menceritakan kepadaku: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Hafshah, dari Umu ‘Athiyyah. Beliau mengatakan: Dahulu, kami dilarang untuk berihdad (berkabung) terhadap orang yang meninggal lebih dari tiga hari kecuali terhadap suami selama empat bulan sepuluh hari. Kami juga tidak boleh bercelak, tidak boleh mengenakan wewangian, tidak boleh memakai pakaian yang dicelup kecuali pakaian ‘ashb (pakaian orang Yaman yang dibuat dengan cara benangnya diikat, lalu dicelup, lalu ditenun dalam keadaan masih terikat sehingga akan memunculkan motif karena ikatan benangnya tetap berwarna putih akibat tidak terkena celupan). Kami diberi keringanan ketika suci, yaitu ketika salah seorang kami baru saja mandi haid untuk boleh mengenakan sedikit kust azhfar (sejenis bukhur untuk menghilangkan bau tidak sedap, bukan untuk wewangian). Kami juga dilarang untuk mengiringi jenazah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5340

٥٣٤٠ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا بِشۡرٌ: حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بۡنُ عَلۡقَمَةَ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ سِيرِينَ: قَالَتۡ أُمُّ عَطِيَّةَ: نُهِينَا أَنۡ نُحِدَّ أَكۡثَرَ مِنۡ ثَلَاثٍ إِلَّا بِزَوۡجٍ. [طرفه في: ٣١٣].

5340. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Bisyr menceritakan kepada kami: Salamah bin ‘Alqamah menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Sirin: Umu ‘Athiyyah berkata, “Kami dilarang berkabung lebih dari tiga hari kecuali karena kematian suami.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1279

٣٠ - بَابُ حَدِّ الۡمَرۡأَةِ عَلَى غَيۡرِ زَوۡجِهَا
30. Bab wanita berkabung atas kematian selain suaminya


١٢٧٩ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا بِشۡرُ بۡنُ الۡمُفَضَّلِ: حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بۡنُ عَلۡقَمَةَ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ سِيرِينَ قَالَ: تُوُفِّيَ ابۡنٌ لِأُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، فَلَمَّا كَانَ الۡيَوۡمُ الثَّالِثُ، دَعَتۡ بِصُفۡرَةٍ، فَتَمَسَّحَتۡ بِهِ، وَقَالَتۡ: نُهِينَا أَنۡ نُحِدَّ أَكۡثَرَ مِنۡ ثَلَاثٍ إِلَّا بِزَوۡجٍ. [طرفه في: ٣١٣].

1279. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Bisyr bin Al-Mufadhdhal menceritakan kepada kami: Salamah bin ‘Alqamah menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Sirin. Beliau berkata:

Putra Umu ‘Athiyyah—radhiyallahu ‘anha—meninggal. Di hari ketiga, Umu ‘Athiyyah minta diambilkan wewangian kuning lalu mengoleskannya seraya berkata, “Kami dilarang untuk berkabung lebih dari tiga hari kecuali karena kematian suami.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1278

٢٩ - بَابُ اتِّبَاعِ النِّسَاءِ الۡجَنَائِزَ
29. Bab wanita mengikuti jenazah


١٢٧٨ - حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ بۡنُ عُقۡبَةَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ خَالِدٍ، عَنۡ أُمِّ الۡهُذَيۡلِ، عَنۡ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: نُهِينَا عَنِ اتِّبَاعِ الۡجَنَائِزِ، وَلَمۡ يُعۡزَمۡ عَلَيۡنَا. [طرفه في: ٣١٣].

1278. Qabishah bin ‘Uqbah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Khalid, dari Umu Al-Hudzail, dari Umu ‘Athiyyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan, “Kami dilarang mengiringi jenazah, namun larangan itu tidak wajib.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2658

١٢ - بَابُ شَهَادَةِ النِّسَاءِ
12. Bab kesaksian wanita


وَقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿فَإِنۡ لَمۡ يَكُونَا رَجُلَيۡنِ فَرَجُلٌ وَامۡرَأَتَانِ﴾ [البقرة: ٢٨٢].

Dan firman Allah taala, “Jika tidak ada dua orang pria, (boleh) satu orang pria dan dua orang wanita.” (QS. Al-Baqarah: 282).

٢٦٥٨ - حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ: أَخۡبَرَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي زَيۡدٌ، عَنۡ عِيَاضِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (أَلَيۡسَ شَهَادَةُ الۡمَرۡأَةِ مِثۡلَ نِصۡفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ؟) قُلۡنَا: بَلَى، قَالَ: (فَذٰلِكَ مِنۡ نُقۡصَانِ عَقۡلِهَا). [الحديث ٢٦٥٨ - أطرافه في: ٣٠٤، ٩٥٦، ١٤٦٢، ١٩٥١].

2658. Ibnu Abu Maryam telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Ja’far mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Zaid mengabarkan kepadaku dari ‘Iyadh bin ‘Abdullah, dari Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Beliau bersabda, “Bukankah kesaksian wanita seperti separuh kesaksian pria?”

Kami menjawab, “Betul.”

Nabi bersabda, “Itu dari kekurangan akalnya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1462

١٤٦٢ - حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ: أَخۡبَرَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ جَعۡفَرٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي زَيۡدٌ، عَنۡ عِيَاضِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، خَرَجَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي أَضۡحًى أَوۡ فِطۡرٍ إِلَى الۡمُصَلَّى، ثُمَّ انۡصَرَفَ، فَوَعَظَ النَّاسَ وَأَمَرَهُمۡ بِالصَّدَقَةِ، فَقَالَ: (أَيُّهَا النَّاسُ، تَصَدَّقُوا). فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ، فَقَالَ: (يَا مَعۡشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقۡنَ، فَإِنِّي رَأَيۡتُكُنَّ أَكۡثَرَ أَهۡلِ النَّارِ). فَقُلۡنَ: وَبِمَ ذٰلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (تُكۡثِرۡنَ اللَّعۡنَ، وَتَكۡفُرۡنَ الۡعَشِيرَ، مَا رَأَيۡتُ مِنۡ نَاقِصَاتِ عَقۡلٍ وَدِينٍ، أَذۡهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الۡحَازِمِ، مِنۡ إِحۡدَاكُنَّ، يَا مَعۡشَرَ النِّسَاءِ).

1462. Ibnu Abu Maryam telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Ja’far mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Zaid mengabarkan kepadaku dari ‘Iyadh bin ‘Abdullah, dari Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—.

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—keluar di hari Iduladha atau Idulfitri ke tanah lapang. Kemudian beliau berbalik lalu memberi petuah kepada orang-orang dan memerintahkan mereka untuk bersedekah. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, bersedekahlah!”

Lalu beliau melewati para wanita dan bersabda, “Wahai sekalian wanita, bersedekahlah! Karena aku melihat kalian adalah mayoritas penghuni neraka.”

Para wanita bertanya, “Dengan sebab apa wahai Rasulullah?”

Rasulullah bersabda, “Kalian sering melaknat dan mengingkari kebaikan suami. Aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang lebih dapat menghilangkan kecerdasan seorang lelaki yang teguh pendiriannya daripada salah seorang dari kalian, wahai para wanita.”

ثُمَّ انۡصَرَفَ، فَلَمَّا صَارَ إِلَى مَنۡزِلِهِ، جَاءَتۡ زَيۡنَبُ، امۡرَأَةُ ابۡنِ مَسۡعُودٍ، تَسۡتَأۡذِنُ عَلَيۡهِ، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، هٰذِهِ زَيۡنَبُ، فَقَالَ: (أَيُّ الزَّيَانِبِ؟) فَقِيلَ: امۡرَأَةُ ابۡنِ مَسۡعُودٍ، قَالَ: (نَعَمۡ، ائۡذَنُوا لَهَا). فَأُذِنَ لَهَا، قَالَتۡ: يَا نَبِيَّ اللهِ، إِنَّكَ أَمَرۡتَ الۡيَوۡمَ بِالصَّدَقَةِ، وَكَانَ عِنۡدِي حُلِيٌّ لِي، فَأَرَدۡتُ أَنۡ أَتَصَدَّقَ بِهِ، فَزَعَمَ ابۡنُ مَسۡعُودٍ أَنَّهُ وَوَلَدَهُ أَحَقُّ مَنۡ تَصَدَّقۡتُ بِهِ عَلَيۡهِمۡ! فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (صَدَقَ ابۡنُ مَسۡعُودٍ، زَوۡجُكِ وَوَلَدُكِ أَحَقُّ مَنۡ تَصَدَّقۡتِ بِهِ عَلَيۡهِمۡ). [طرفه في: ٣٠٤].

Kemudian beliau pulang. Ketika beliau sudah berada di rumahnya, Zainab istri Ibnu Mas’ud datang. Dia minta izin untuk menemui beliau. Ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, ini ada Zainab.”

Rasulullah bertanya, “Zainab siapa?” Dijawab, “Istri Ibnu Mas’ud.”

Rasulullah bersabda, “Ya, izinkan dia!”

Zainab diizinkan menemui beliau. Dia berkata, “Wahai Nabi, pada hari ini engkau memerintahkan untuk bersedekah. Aku memiliki perhiasan dan aku ingin menyedekahkannya. Namun Ibnu Mas’ud menyatakan bahwa dia dan anaknya adalah orang yang paling berhak aku sedekahi.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Ibnu Mas’ud benar. Suami dan anakmu adalah orang yang paling berhak engkau sedekahi.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7229

٣ - بَابُ قَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ: (لَوِ اسۡتَقۡبَلۡتُ مِنۡ أَمۡرِي مَا اسۡتَدۡبَرۡتُ)
3. Bab sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Andai di awal aku mengetahui apa yang sekarang aku ketahui”


٧٢٢٩ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ: حَدَّثَنِي عُرۡوَةُ: أَنَّ عَائِشَةَ قَالَتۡ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَوِ اسۡتَقۡبَلۡتُ مِنۡ أَمۡرِي مَا اسۡتَدۡبَرۡتُ مَا سُقۡتُ الۡهَدۡيَ، وَلَحَلَلۡتُ مَعَ النَّاسِ حِينَ حَلُّوا). [طرفه في: ٢٩٤].

7229. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab: ‘Urwah menceritakan kepadaku bahwa ‘Aisyah mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Andai di awal aku mengetahui apa yang sekarang aku ketahui, niscaya aku tidak akan membawa hadyu dan tentu aku akan tahalul bersama orang-orang ketika mereka tahalul.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6157

٦١٥٧ - حَدَّثَنَا آدَمُ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: حَدَّثَنَا الۡحَكَمُ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنِ الۡأَسۡوَدِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: أَرَادَ النَّبِيُّ ﷺ أَنۡ يَنۡفِرَ، فَرَأَى صَفِيَّةَ عَلَى بَابِ خِبَائِهَا كَئِيبَةً حَزِينَةً، لِأَنَّهَا حَاضَتۡ، فَقَالَ: (عَقۡرَى حَلۡقَى - لُغَةُ قُرَيۡشٍ - إِنَّكِ لَحَابِسَتُنَا). ثُمَّ قَالَ: (أَكُنۡتِ أَفَضۡتِ يَوۡمَ النَّحۡرِ؟) - يَعۡنِي الطَّوَافَ – قَالَتۡ: نَعَمۡ، قَالَ: (فَانۡفِرِي إِذًا). [طرفه في: ٢٩٤].

6157. Adam telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami: Al-Hakam menceritakan kepada kami dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—hendak berangkat (pulang). Beliau melihat Shafiyyah berada di depan pintu kemahnya dalam keadaan tidak baik dan sedih karena dia haid. Nabi bersabda, “Aqra halqa—bahasa Quraisy—! Sungguh engkau benar-benar menahan kami.” Nabi bertanya, “Apakah engkau sudah tawaf ifadah pada hari nahar?”

Shafiyyah menjawab, “Sudah.”

Nabi bersabda, “Kalau begitu, berangkatlah!”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4408

٤٤٠٨ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنۡ أَبِي الۡأَسۡوَدِ مُحَمَّدِ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ نَوۡفَلٍ، عَنۡ عُرۡوَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: خَرَجۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَمِنَّا مَنۡ أَهَلَّ بِعُمۡرَةٍ وَمِنَّا مَنۡ أَهَلَّ بِحَجَّةٍ، وَمِنَّا مَنۡ أَهَلَّ بِحَجٍّ وَعُمۡرَةٍ، وَأَهَلَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ بِالۡحَجِّ، فَأَمَّا مَنۡ أَهَلَّ بِالۡحَجِّ، أَوۡ جَمَعَ الۡحَجَّ وَالۡعُمۡرَةَ، فَلَمۡ يَحِلُّوا حَتَّى يَوۡمَ النَّحۡرِ.

4408. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari Abu Al-Aswad Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Naufal, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Kami keluar bepergian bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Di antara kami ada yang memulai ihram untuk umrah, di antara kami ada yang memulai ihram untuk haji, dan di antara kami ada yang memulai ihram untuk haji dan umrah. Sementara Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memulai ihram untuk haji. Adapun yang memulai ihram untuk haji atau mengumpulkan haji dengan umrah, mereka tidak tahalul hingga pada hari nahar.

حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ وَقَالَ: مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي حَجَّةِ الۡوَدَاعِ. حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ: حَدَّثَنَا مَالِكٌ: مِثۡلَهُ. [طرفه في: ٢٩٤].

‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami dan berkata: bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam haji wadak.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4395

٧٩ - بَابٌ حَجَّةُ الۡوَدَاعِ
79. Bab haji wadak


٤٣٩٥ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عُرۡوَةَ بۡنِ الزُّبَيۡرِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: خَرَجۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي حَجَّةِ الۡوَدَاعِ، فَأَهۡلَلۡنَا بِعُمۡرَةٍ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ: (مَنۡ كَانَ مَعَهُ هَدۡيٌ فَلۡيُهۡلِلۡ بِالۡحَجِّ مَعَ الۡعُمۡرَةِ، ثُمَّ لَا يَحِلَّ حَتَّى يَحِلَّ مِنۡهُمَا جَمِيعًا). فَقَدِمۡتُ مَعَهُ مَكَّةَ وَأَنَا حَائِضٌ، وَلَمۡ أَطُفۡ بِالۡبَيۡتِ وَلَا بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، فَشَكَوۡتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: (انۡقُضِي رَأۡسَكِ وَامۡتَشِطِي، وَأَهِلِّي بِالۡحَجِّ، وَدَعِي الۡعُمۡرَةَ). فَفَعَلۡتُ، فَلَمَّا قَضَيۡنَا الۡحَجَّ أَرۡسَلَنِي رَسُولُ اللهِ ﷺ مَعَ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبِي بَكۡرٍ الصِّدِّيقِ إِلَى التَّنۡعِيمِ فَاعۡتَمَرۡتُ، فَقَالَ: (هٰذِهِ مَكَانُ عُمۡرَتِكِ). قَالَتۡ: فَطَافَ الَّذِينَ أَهَلُّوا بِالۡعُمۡرَةِ بِالۡبَيۡتِ وَبَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ، ثُمَّ حَلُّوا، ثُمَّ طَافُوا طَوَافًا آخَرَ بَعۡدَ أَنۡ رَجَعُوا مِنۡ مِنًى، وَأَمَّا الَّذِينَ جَمَعُوا الۡحَجَّ وَالۡعُمۡرَةَ فَإِنَّمَا طَافُوا طَوَافًا وَاحِدًا. [طرفه في: ٢٩٤].

4395. Isma’il bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Malik menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari ‘Urwah bin Az-Zubair, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:

Kami keluar bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam haji wadak. Kami tadinya memulai ihram untuk umrah. Kemudian Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang membawa serta hadyu, mulailah ihram untuk haji bersama umrah. Kemudian dia tidak tahalul sampai dia selesai dari keseluruhan haji dan umrahnya.”

Aku tiba di Makkah bersama beliau dalam keadaan haid. Aku belum tawaf di Kakbah dan belum sai antara Shafa dan Marwah. Aku mengadu kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, lantas beliau bersabda, “Lepaskan jalinan rambutmu, bersisirlah, mulailah ihram untuk haji, dan tinggalkan umrah!”

Aku melakukannya. Ketika kami sudah menyelesaikan haji, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutusku bersama ‘Abdurrahman bin Abu Bakr Ash-Shiddiq ke Tan’im lalu aku melakukan umrah. Rasulullah bersabda, “Ini ganti umrahmu.”

‘Aisyah berkata: Orang-orang yang memulai ihram untuk umrah melakukan tawaf di Kakbah dan sai antara Shafa dan Marwah kemudian mereka tahalul. Kemudian mereka melakukan satu tawaf lain setelah mereka kembali dari Mina. Adapun orang-orang yang mengumpulkan haji dengan umrah, mereka hanya tawaf satu kali.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2984

١٢٥ - بَابُ إِرۡدَافِ الۡمَرۡأَةِ خَلۡفَ أَخِيهَا
125. Bab seorang wanita membonceng di belakang saudara laki-lakinya


٢٩٨٤ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ عَلِيٍّ: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ: حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ الۡأَسۡوَدِ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي مُلَيۡكَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا أَنَّهَا قَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، يَرۡجِعُ أَصۡحَابُكَ بِأَجۡرِ حَجٍّ وَعُمۡرَةٍ، وَلَمۡ أَزِدۡ عَلَى الۡحَجِّ؟ فَقَالَ لَهَا: (اذۡهَبِي، وَلۡيَرۡدِفۡكِ عَبۡدُ الرَّحۡمٰنِ). فَأَمَرَ عَبۡدَ الرَّحۡمٰنِ أَنۡ يُعۡمِرَهَا مِنَ التَّنۡعِيمِ، فَانۡتَظَرَهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ بِأَعۡلَى مَكَّةَ حَتَّى جَاءَتۡ. [طرفه في: ٢٩٤].

2984. ‘Amr bin ‘Ali telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Ashim menceritakan kepada kami: ‘Utsman bin Al-Aswad menceritakan kepada kami: Ibnu Abu Mulaikah menceritakan kepada kami dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—, bahwa beliau mengatakan, “Wahai Rasulullah, sahabat-sahabatmu kembali membawa pahala haji dan umrah, sedangkan aku hanya melakukan haji.”

Rasulullah bersabda kepadanya, “Pergilah umrah! Biar ‘Abdurrahman nanti yang memboncengkanmu.”

Beliau memerintahkan ‘Abdurrahman untuk mengantar ‘Aisyah umrah dari Tan’im. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menunggu ‘Aisyah di daerah tertinggi Makkah hingga dia datang.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2952

١٠٥ - بَابُ الۡخُرُوجِ آخِرَ الشَّهۡرِ
105. Bab keluar safar di akhir bulan


وَقَالَ كُرَيۡبٌ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: انۡطَلَقَ النَّبِيُّ ﷺ مِنَ الۡمَدِينَةِ لِخَمۡسٍ بَقِينَ مِنۡ ذِي الۡقَعۡدَةِ، وَقَدِمَ مَكَّةَ لِأَرۡبَعِ لَيَالٍ خَلَوۡنَ مِنۡ ذِي الۡحِجَّةِ.

Kuraib berkata, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berangkat dari Madinah di bulan Zulkaidah masih tersisa lima hari dan tiba di Makkah di saat empat malam telah berlalu dari bulan Zulhijah.

٢٩٥٢ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ، عَنۡ مَالِكٍ، عَنۡ يَحۡيَى بۡنِ سَعِيدٍ، عَنۡ عَمۡرَةَ بِنۡتِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ: أَنَّهَا سَمِعَتۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا تَقُولُ: خَرَجۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ لِخَمۡسِ لَيَالٍ بَقِينَ مِنۡ ذِي الۡقَعۡدَةِ، وَلَا نُرَى إِلَّا الۡحَجَّ، فَلَمَّا دَنَوۡنَا مِنۡ مَكَّةَ، أَمَرَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مَنۡ لَمۡ يَكُنۡ مَعَهُ هَدۡيٌ، إِذَا طَافَ بِالۡبَيۡتِ وَسَعَى بَيۡنَ الصَّفَا وَالۡمَرۡوَةِ أَنۡ يَحِلَّ، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَدُخِلَ عَلَيۡنَا يَوۡمَ النَّحۡرِ بِلَحۡمِ بَقَرٍ، فَقُلۡتُ: مَا هٰذَا؟ فَقَالَ: نَحَرَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنۡ أَزۡوَاجِهِ.

قَالَ يَحۡيَى: فَذَكَرۡتُ هٰذَا الۡحَدِيثَ لِلۡقَاسِمِ بۡنِ مُحَمَّدٍ، فَقَالَ: أَتَتۡكَ وَاللهِ بِالۡحَدِيثِ عَلَى وَجۡهِهِ. [طرفه في: ٢٩٤].

2952. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami dari Malik, dari Yahya bin Sa’id, dari ‘Amrah binti ‘Abdurrahman: Bahwa beliau mendengar ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—mengatakan:

Kami pernah keluar bepergian bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika tersisa lima hari bulan Zulkaidah dan kami hanya berpikiran haji. Sampai ketika kami sudah dekat dengan Makkah, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan bagi siapa saja yang tidak membawa hewan hadyu (sembelihan haji), apabila sudah tawaf di Kakbah dan sai antara Shafa dan Marwah untuk tahalul.

‘Aisyah mengatakan: Daging sapi disuguhkan kepada kami pada hari nahar. Aku bertanya, “Apa ini?”

Dijawab, “Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah menyembelih diniatkan untuk para istrinya.”

Yahya mengatakan: Aku menyebutkan hadis ini ke Al-Qasim bin Muhammad. Beliau mengatakan: Demi Allah, dia telah menceritakan hadis tersebut secara lengkap.