Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3354

٣٣٥٤ - حَدَّثَنَا مُؤَمَّلٌ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ: حَدَّثَنَا عَوۡفٌ: حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ: حَدَّثَنَا سَمُرَةُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَتَانِي اللَّيۡلَةَ آتِيَانِ، فَأَتَيۡنَا عَلَى رَجُلٍ طَوِيلٍ، لَا أَكَادُ أَرَى رَأۡسَهُ طُولًا، وَإِنَّهُ إِبۡرَاهِيمُ ﷺ). [طرفه في: ٨٤٥].

3354. Mu`ammal telah menceritakan kepada kami: Isma’il menceritakan kepada kami: ‘Auf menceritakan kepada kami: Abu Raja` menceritakan kepada kami: Samurah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Semalam ada dua orang mendatangiku. Lalu kami mendatangi seorang pria yang badannya tinggi. Hampir-hampir aku tidak melihat kepalanya saking tingginya. Beliau adalah Ibrahim—shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1386

٩٣ - بَابٌ
93. Bab


١٣٨٦ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا جَرِيرُ بۡنُ حَازِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ، عَنۡ سَمُرَةَ بۡنِ جُنۡدَبٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا صَلَّى صَلَاةً، أَقۡبَلَ عَلَيۡنَا بِوَجۡهِهِ، فَقَالَ: (مَنۡ رَأَى مِنۡكُمُ اللَّيۡلَةَ رُؤۡيَا؟) قَالَ: فَإِنۡ رَأَى أَحَدٌ قَصَّهَا، فَيَقُولُ: (مَا شَاءَ اللهُ). فَسَأَلَنَا يَوۡمًا فَقَالَ: (هَلۡ رَأَى أَحَدٌ مِنۡكُمۡ رُؤۡيَا؟) قُلۡنَا: لَا، قَالَ: (لَٰكِنِّي رَأَيۡتُ اللَّيۡلَةَ رَجُلَيۡنِ أَتَيَانِي فَأَخَذَا بِيَدِي، فَأَخۡرَجَانِي إِلَى الۡأَرۡضِ الۡمُقَدَّسَةِ، فَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ، وَرَجُلٌ قَائِمٌ، بِيَدِهِ كَلُّوبٌ مِنۡ حَدِيدٍ).

1386. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Jarir bin Hazim menceritakan kepada kami: Abu Raja` menceritakan kepada kami dari Samurah bin Jundab. Beliau berkata:

Dahulu, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila telah mengerjakan salat, beliau menghadapkan wajah kepada kami. Beliau bertanya, “Siapa di antara kalian yang tadi malam bermimpi?”

Perawi berkata: Apabila ada seseorang yang bermimpi, dia akan menceritakannya, lalu beliau mengatakan, “Masyaallah.”

Suatu hari beliau bertanya kepada kami, “Apakah salah seorang dari kalian ada yang bermimpi?”

Kami menjawab, “Tidak.”

Beliau bersabda, “Akan tetapi tadi malam aku bermimpi melihat dua lelaki mendatangiku lalu memegang tanganku. Keduanya membawaku keluar menuju tanah yang disucikan. Di sana ada seorang pria yang duduk dan seorang pria yang berdiri yang di tangannya ada semacam pengait dari besi.”

قَالَ بَعۡضُ أَصۡحَابِنَا عَنۡ مُوسَى: (إِنَّهُ يُدۡخِلُ ذٰلِكَ الۡكَلُّوبَ فِي شِدۡقِهِ حَتَّى يَبۡلُغَ قَفَاهُ، ثُمَّ يَفۡعَلُ بِشِدۡقِهِ الۡآخَرِ مِثۡلَ ذٰلِكَ، وَيَلۡتَئِمُ شِدۡقُهُ هَٰذَا، فَيَعُودُ فَيَصۡنَعُ مِثۡلَهُ، قُلۡتُ: مَا هَٰذَا؟ قَالَا: انۡطَلِقۡ،

Sebagian sahabat kami berkata dari Musa: Pria yang berdiri itu memasukkan pengait itu ke dalam sisi rahang pria yang duduk hingga sampai ke tengkuknya. Kemudian dia melakukan semisal itu ke sisi rahang yang lain. Lalu sisi rahang pria itu kembali normal, lalu pria yang berdiri itu mengulangi melakukan semisal tadi.

Aku bertanya, “Siapa pria ini?”

Kedua lelaki (yang membawaku) berkata, “Ayo pergi.”

فَانۡطَلَقۡنَا، حَتَّى أَتَيۡنَا عَلَى رَجُلٍ مُضۡطَجِعٍ عَلَى قَفَاهُ، وَرَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى رَأۡسِهِ بِفِهۡرٍ، أَوۡ صَخۡرَةٍ، فَيَشۡدَخُ بِهِ رَأۡسَهُ، فَإِذَا ضَرَبَهُ تَدَهۡدَهَ الۡحَجَرُ، فَانۡطَلَقَ إِلَيۡهِ لِيَأۡخُذَهُ، فَلَا يَرۡجِعُ إِلَى هَٰذَا، حَتَّى يَلۡتَئِمَ رَأۡسُهُ، وَعَادَ رَأۡسُهُ كَمَا هُوَ، فَعَادَ إِلَيۡهِ فَضَرَبَهُ، قُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَا: انۡطَلِقۡ،

Kami pun pergi hingga kami mendatangi seorang pria yang berbaring di atas tengkuknya dan seorang pria berdiri di atas kepalanya dengan memegangi batu lalu dia meremukkan kepala pria (yang berbaring) menggunakan batu tersebut. Setelah dia memukulnya, batu itu menggelinding. Dia pergi memungut kembali batu itu. Belum sampai dia kembali ke orang yang dia pukul, ternyata kepalanya sudah kembali utuh dan kembali seperti semula. Dia pun mengulangi memukulnya.

Aku bertanya, “Siapa orang ini?”

Kedua lelaki (yang membawaku) berkata, “Ayo pergi.”

فَانۡطَلَقۡنَا إِلَى ثَقۡبٍ مِثۡلِ التَّنُّورِ، أَعۡلَاهُ ضَيِّقٌ وَأَسۡفَلُهُ وَاسِعٌ، يَتَوَقَّدُ تَحۡتَهُ نَارًا، فَإِذَا اقۡتَرَبَ ارۡتَفَعُوا، حَتَّى كَادَ أَنۡ يَخۡرُجُوا، فَإِذَا خَمَدَتۡ رَجَعُوا فِيهَا، وَفِيهَا رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ، فَقُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَا: انۡطَلِقۡ،

Kita pun pergi ke suatu lubang semisal tanur (besar). Bagian atasnya sempit dan bagian bawahnya luas. Di bawahnya dinyalakan api. Apabila api mendekat ke tanur, orang-orang di dalamnya berusaha naik sampai mereka hampir-hampir keluar. Apabila nyala apinya tenang, mereka kembali (turun) di dalam. Di dalam tanur itu ada pria-pria dan wanita-wanita yang telanjang.

Aku bertanya, “Siapa mereka ini?”

Kedua lelaki (yang membawaku) berkata, “Ayo pergi.”

فَانۡطَلَقۡنَا، حَتَّى أَتَيۡنَا عَلَى نَهَرٍ مِنۡ دَمٍ فِيهِ رَجُلٌ قَائِمٌ، عَلَى وَسَطِ النَّهَرِ – قَالَ يَزِيدُ وَوَهۡبُ بۡنُ جَرِيرٍ، عَنۡ جَرِيرِ بۡنِ حَازِمٍ: وَعَلَى شَطِّ النَّهَرِ - رَجُلٌ بَيۡنَ يَدَيۡهِ حِجَارَةٌ، فَأَقۡبَلَ الرَّجُلُ الَّذِي فِي النَّهَرِ، فَإِذَا أَرَادَ أَنۡ يَخۡرُجَ رَمَى الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِي فِيهِ، فَرَدَّهُ حَيۡثُ كَانَ، فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ لِيَخۡرُجَ رَمَى فِي فِيهِ بِحَجَرٍ، فَيَرۡجِعُ كَمَا كَانَ، فَقُلۡتُ: مَا هَٰذَا؟ قَالَا: انۡطَلِقۡ،

Kita pun pergi hingga kami mendatangi suatu sungai dari darah. Di sungai itu ada seorang pria yang berdiri di tengah sungai. Yazid dan Wahb bin Jarir berkata dari Jarir bin Hazim: Sementara di pinggir sungai ada seorang pria yang di depannya ada batu-batu. Dia menghadap ke arah pria yang berada di sungai. Ketika pria yang di sungai hendak keluar, pria (yang di pinggir sungai) melempar batu ke mulutnya hingga membuatnya kembali ke tempat semula. Setiap kali pria yang di sungai datang untuk keluar, pria yang di pinggir sungai melempari mulutnya dengan batu, lalu dia kembali ke tempat semula.

Aku bertanya, “Siapa orang ini?”

Kedua lelaki (yang membawaku) berkata, “Ayo pergi.”

فَانۡطَلَقۡنَا، حَتَّى انۡتَهَيۡنَا إِلَى رَوۡضَةٍ خَضۡرَاءَ، فِيهَا شَجَرَةٌ عَظِيمَةٌ، وَفِي أَصۡلِهَا شَيۡخٌ وَصِبۡيَانٌ، وَإِذَا رَجُلٌ قَرِيبٌ مِنَ الشَّجَرَةِ، بَيۡنَ يَدَيۡهِ نَارٌ يُوقِدُهَا، فَصَعِدَا بِي فِي الشَّجَرَةِ، وَأَدۡخَلَانِي دَارًا لَمۡ أَرَ قَطُّ أَحۡسَنَ مِنۡهَا، فِيهَا رِجَالٌ شُيُوخٌ، وَشَبَابٌ وَنِسَاءٌ وَصِبۡيَانٌ، ثُمَّ أَخۡرَجَانِي مِنۡهَا، فَصَعِدَا بِي الشَّجَرَةَ، فَأَدۡخَلَانِي دَارًا هِيَ أَحۡسَنُ وَأَفۡضَلُ، فِيهَا شُيُوخٌ وَشَبَابٌ،

Kita pun pergi hingga kami sampai ke suatu taman yang hijau. Di dalamnya ada sebuah pohon yang amat besar. Di dasar pohon itu ada seorang yang sudah tua dan ada anak-anak. Ada seorang pria yang berada di dekat pohon. Di hadapannya ada api yang dia nyalakan. Kedua lelaki membawaku naik di pohon tadi. Keduanya membawaku masuk ke suatu kampung yang aku belum pernah melihat yang lebih indah darinya. Di dalamnya ada pria-pria dewasa, orang-orang tua, pemuda-pemuda, wanita-wanita, dan anak-anak. Kemudian keduanya membawaku keluar darinya. Keduanya membawaku lebih naik pohon tadi. Keduanya membawaku masuk ke suatu kampung yang lebih indah dan lebih bagus. Di dalamnya ada orang-orang tua dan pemuda-pemuda.

قُلۡتُ: طَوَّفۡتُمَانِي اللَّيۡلَةَ، فَأَخۡبِرَانِي عَمَّا رَأَيۡتُ، قَالَا: نَعَمۡ، أَمَّا الَّذِي رَأَيۡتَهُ يُشَقُّ شِدۡقُهُ فَكَذَّابٌ، يُحَدِّثُ بِالۡكَذۡبَةِ، فَتُحۡمَلُ عَنۡهُ حَتَّى تَبۡلُغَ الۡآفَاقَ، فَيُصۡنَعُ بِهِ إِلَى يَوۡمِ الۡقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيۡتَهُ يُشۡدَخُ رَأۡسُهُ، فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ الۡقُرۡآنَ، فَنَامَ عَنۡهُ بِاللَّيۡلِ، وَلَمۡ يَعۡمَلۡ فِيهِ بِالنَّهَارِ، يُفۡعَلُ بِهِ إِلَى يَوۡمِ الۡقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيۡتَهُ فِي الثَّقۡبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيۡتَهُ فِي النَّهَرِ آكِلُو الرِّبَا،

Aku berkata, “Kalian berdua sudah membawaku berkeliling semalaman. Sekarang beri tahu aku tentang yang telah aku lihat.”

Kedua lelaki itu berkata, “Baiklah. Orang yang engkau lihat disobek rahangnya adalah tukang dusta. Dia biasa bercerita bohong, lalu darinya disebarkan hingga sampai ke berbagai penjuru dunia. Dia pun diperlakukan (demikian) hingga hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat diremukkan kepalanya adalah seseorang yang telah Allah ajari Alquran, namun di malam hari dia tidur (tidak mau membacanya) dan di siang hari dia tidak mengamalkanya. Dia diperlakukan demikian sampai hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat berada di dalam lubang, mereka adalah para pezina. Adapun orang yang engkau lihat berada di dalam sungai adalah pemakan riba.”

وَالشَّيۡخُ فِي أَصۡلِ الشَّجَرَةِ إِبۡرَاهِيمُ عَلَيۡهِ السَّلَامُ، وَالصِّبۡيَانُ حَوۡلَهُ فَأَوۡلَادُ النَّاسِ، وَالَّذِي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ، وَالدَّارُ الۡأُولَى الَّتِي دَخَلۡتَ دَارُ عَامَّةِ الۡمُؤۡمِنِينَ، وَأَمَّا هَٰذِهِ الدَّارُ فَدَارُ الشُّهَدَاءِ، وَأَنَا جِبۡرِيلُ، وَهَٰذَا مِيكَائِيلُ، فَارۡفَعۡ رَأۡسَكَ، فَرَفَعۡتُ رَأۡسِي، فَإِذَا فَوۡقِي مِثۡلُ السَّحَابِ، قَالَا: ذَاكَ مَنۡزِلُكَ، قُلۡتُ: دَعَانِي أَدۡخُلۡ مَنۡزِلِي، قَالَا: إِنَّهُ بَقِيَ لَكَ عُمۡرٌ لَمۡ تَسۡتَكۡمِلۡهُ، فَلَوِ اسۡتَكۡمَلۡتَ أَتَيۡتَ مَنۡزِلَكَ). [طرفه في: ٨٤٥].

“Orang tua yang ada di dasar pohon adalah Nabi Ibrahim—‘alaihis salam—. Anak-anak di sekitarnya adalah anak-anak manusia. Yang menyalakan api adalah malaikat Malik penjaga neraka. Kampung pertama yang engkau masuki adalah kampung keumuman kaum mukminin, sedangkan kampung ini adalah kampung syuhada. Aku adalah Jibril dan ini adalah Mikail. Angkatlah kepalamu!”

Akupun mengangkat kepalaku. Ternyata di atasku ada semacam awan.

Kedua malaikat itu berkata, “Itulah tempatmu.”

Aku berkata, “Tinggalkan aku agar aku bisa masuk ke tempatku.”

Keduanya berkata, “Engkau masih memiliki umur yang belum engkau sempurnakan. Kalau sudah engkau sempurnakan, engkau akan mendatangi tempatmu.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2791

٢٧٩١ - حَدَّثَنَا مُوسَى: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ: حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ، عَنۡ سَمُرَةَ، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (رَأَيۡتُ اللَّيۡلَةَ رَجُلَيۡنِ أَتَيَانِي، فَصَعِدَا بِي الشَّجَرَةَ، فَأَدۡخَلَانِي دَارًا هِيَ أَحۡسَنُ وَأَفۡضَلُ، لَمۡ أَرَ قَطُّ أَحۡسَنَ مِنۡهَا، قَالَا: أَمَّا هَٰذِهِ الدَّارُ فَدَارُ الشُّهَدَاءِ). [طرفه في: ٨٤٥].

2791. Musa telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami: Abu Raja` menceritakan kepada kami dari Samurah. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tadi malam aku bermimpi melihat dua pria yang mendatangiku. Keduanya naik membawaku ke pohon lalu memasukkanku ke suatu kampung yang lebih indah dan lebih utama. Aku belum pernah melihat yang lebih indah darinya. Keduanya mengatakan: Kampung ini adalah kampung syuhada.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3236

٣٢٣٦ - حَدَّثَنَا مُوسَى: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ: حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ، عَنۡ سَمُرَةَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (رَأَيۡتُ اللَّيۡلَةَ رَجُلَيۡنِ أَتَيَانِي، قَالَا: الَّذِي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ، وَأَنَا جِبۡرِيلُ وَهَٰذَا مِيكَائِيلُ). [طرفه في: ٨٤٥].

3236. Musa telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami: Abu Raja` menceritakan kepada kami dari Samurah. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku bermimpi tadi malam ada dua orang lelaki mendatangiku. Keduanya berkata: Yang menyalakan api adalah Malik penjaga neraka, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika`il.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1143

١١٤٣ - حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بۡنُ هِشَامٍ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنَا عَوۡفٌ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ قَالَ: حَدَّثَنَا سَمُرَةُ بۡنُ جُنۡدَبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ فِي الرُّؤۡيَا، قَالَ: (أَمَّا الَّذِي يُثۡلَغُ رَأۡسُهُ بِالۡحَجَرِ، فَإِنَّهُ يَأۡخُذُ الۡقُرۡآنَ فَيَرۡفِضُهُ، وَيَنَامُ عَنِ الصَّلَاةِ الۡمَكۡتُوبَةِ). [طرفه في: ٨٤٥].

1143. Mu`ammal bin Hisyam telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Isma’il menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Auf menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Raja` menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Samurah bin Jundab—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tentang mimpi. Beliau bersabda, “Adapun orang yang kepalanya dipecah menggunakan batu, dia menghafal Alquran lalu tidak menjaga dan tidak mengamalkannya dan dia tidur (lalai) dari salat yang wajib.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7292

٧٢٩٢ - حَدَّثَنَا مُوسَى: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡمَلِكِ، عَنۡ وَرَّادٍ كَاتِبِ الۡمُغِيرَةِ، قَالَ: كَتَبَ مُعَاوِيَةُ إِلَى الۡمُغِيرَةِ: اكۡتُبۡ إِلَيَّ مَا سَمِعۡتَ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَكَتَبَ إِلَيۡهِ: إِنَّ نَبِيَّ اللهِ ﷺ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ: (لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الۡمُلۡكُ وَلَهُ الۡحَمۡدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٌ، اللّٰهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعۡطَيۡتَ، وَلَا مُعۡطِيَ لِمَا مَنَعۡتَ، وَلَا يَنۡفَعُ ذَا الۡجَدِّ مِنۡكَ الۡجَدُّ، وَكَتَبَ إِلَيۡهِ: إِنَّهُ كَانَ يَنۡهَى عَنۡ قِيلَ وَقَالَ، وَكَثۡرَةِ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةِ الۡمَالِ. وَكَانَ يَنۡهَى عَنۡ عُقُوقِ الۡأُمَّهَاتِ، وَوَأۡدِ الۡبَنَاتِ، وَمَنۡعٍ وَهَاتِ. [طرفه في: ٨٤٤].

7292. Musa telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Malik menceritakan kepada kami dari Warrad juru tulis Al-Mughirah. Beliau berkata: Mu’awiyah menulis surat kepada Al-Mughirah: Tulislah kepadaku hadis yang engkau dengar dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Al-Mughirah menulis surat kepada Mu’awiyah: Sesungguhnya Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu setiap selesai salat mengucapkan doa, “Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah. Lahul mulk wa lahul hamd wa huwa ‘ala kulli syai`in qadiir. Allaahumma laa maani’a limaa a’thaita wa laa mu’thiya limaa mana’ta wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jadd. (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya segala kekuasaan dan segala pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Allahuma tidak ada yang bisa menahan apa saja yang Engkau beri dan tidak ada yang bisa memberi apa saja yang Engkau tahan. Kedudukan orang yang memiliki kedudukan tidak bermanfaat di sisi-Mu).”

Al-Mughirah juga menulis surat kepada Mu’awiyah bahwa Nabi melarang qila wa qala (larut dalam pembicaraan yang tidak ada faedahnya), banyak bertanya/meminta (tanpa hajat), menyia-nyiakan harta. Nabi juga melarang durhaka kepada ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, dan tidak menunaikan hak orang lain namun meminta haknya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6615

١٢ - بَابٌ لَا مَانِعَ لِمَا أَعۡطَى اللهُ
12. Bab tidak ada yang bisa menahan apa saja yang Allah berikan


٦٦١٥ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ سِنَانٍ: حَدَّثَنَا فُلَيۡحٌ: حَدَّثَنَا عَبۡدَةُ بۡنُ أَبِي لُبَابَةَ، عَنۡ وَرَّادٍ مَوۡلَى الۡمُغِيرَةِ بۡنِ شُعۡبَةَ، قَالَ: كَتَبَ مُعَاوِيَةُ إِلَى الۡمُغِيرَةِ: اكۡتُبۡ إِلَيَّ مَا سَمِعۡتَ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ خَلۡفَ الصَّلَاةِ، فَأَمۡلَى عَلَيَّ الۡمُغِيرَةُ قَالَ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ خَلۡفَ الصَّلَاةِ: (لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، اللّٰهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعۡطَيۡتَ، وَلَا مُعۡطِيَ لِمَا مَنَعۡتَ، وَلاَ يَنۡفَعُ ذَا الۡجَدِّ مِنۡكَ الۡجَدُّ). وَقَالَ ابۡنُ جُرَيۡجٍ: أَخۡبَرَنِي عَبۡدَةُ: أَنَّ وَرَّادًا أَخۡبَرَهُ بِهَٰذَا. ثُمَّ وَفَدۡتُ بَعۡدُ إِلَى مُعَاوِيَةَ فَسَمِعۡتُهُ يَأۡمُرُ النَّاسَ بِذٰلِكَ الۡقَوۡلِ. [طرفه في: ٨٤٤].

6615. Muhammad bin Sinan telah menceritakan kepada kami: Fulaih menceritakan kepada kami: ‘Abdah bin Abu Lubabah menceritakan kepada kami dari Warrad maula Al-Mughirah bin Syu’bah. Beliau berkata: Mu’awiyah menulis surat kepada Al-Mughirah: Tulislah surat kepadaku tentang doa yang engkau dengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ucapkan setelah salat.

Lalu Al-Mughirah mengimlakan kepadaku. Beliau berkata: Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdoa setelah salat, “Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah. Allaahumma laa maani’a limaa a’thaita wa laa mu’thiya limaa mana’ta wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jadd. (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya. Ya Allah, tidak ada yang bisa menahan apa saja yang Engkau beri dan tidak ada yang bisa memberi apa saja yang Engkau tahan. Kedudukan orang yang memiliki kedudukan tidak bermanfaat di sisi-Mu).”

Ibnu Juraij berkata: ‘Abdah mengabarkan kepadaku: Bahwa Warrad mengabarkan ini kepadanya. Setelah itu, aku datang sebagai utusan kepada Mu’awiyah. Lalu aku mendengar beliau memerintahkan orang-orang untuk mengamalkan doa itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6473

٢٢ - بَابُ مَا يُكۡرَهُ مِنۡ قِيلَ وَقَالَ
22. Bab qila wa qala yang dibenci


٦٤٧٣ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ مُسۡلِمٍ: حَدَّثَنَا هُشَيۡمٌ: أَخۡبَرَنَا غَيۡرُ وَاحِدٍ، مِنۡهُمۡ مُغِيرَةُ وَفُلَانٌ وَرَجُلٌ ثَالِثٌ أَيۡضًا، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنۡ وَرَّادٍ كَاتِبِ الۡمُغِيرَةِ بۡنِ شُعۡبَةَ: أَنَّ مُعَاوِيَةَ كَتَبَ إِلَى الۡمُغِيرَةِ: أَنِ اكۡتُبۡ إِلَيَّ بِحَدِيثٍ سَمِعۡتَهُ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ، قَالَ: فَكَتَبَ إِلَيۡهِ الۡمُغِيرَةُ: إِنِّي سَمِعۡتُهُ يَقُولُ عِنۡدَ انۡصِرَافِهِ مِنَ الصَّلَاةِ: (لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الۡمُلۡكُ وَلَهُ الۡحَمۡدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٌ). ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَ: وَكَانَ يَنۡهَى عَنۡ قِيلَ وَقَالَ، وَكَثۡرَةِ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةِ الۡمَالِ، وَمَنۡعٍ وَهَاتِ، وَعُقُوقِ الۡأُمَّهَاتِ، وَوَأۡدِ الۡبَنَاتِ. وَعَنۡ هُشَيۡمٍ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الۡمَلِكِ بۡنُ عُمَيۡرٍ قَالَ: سَمِعۡتُ وَرَّادًا يُحَدِّثُ هَٰذَا الۡحَدِيثَ، عَنِ الۡمُغِيرَةِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. [طرفه في: ٨٤٤].

6473. ‘Ali bin Muslim telah menceritakan kepada kami: Husyaim menceritakan kepada kami: Lebih dari satu orang mengabarkan kepada kami. Di antara mereka adalah Mughirah, si Polan, dan orang ketiga. Dari Asy-Sya’bi, dari Warrad juru tulis Al-Mughirah bin Syu’bah: Bahwa Mu’awiyah menulis surat kepada Al-Mughirah, “Tulislah kepadaku satu hadis yang engkau dengar dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—!”

Perawi berkata: Al-Mughirah menulis surat kepadanya: Sesungguhnya aku mendengar beliau berkata ketika selesai salat, “Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah. Lahul mulk wa lahul hamd wa huwa ‘ala kulli syai`in qadiir. (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya segala kekuasaan dan segala pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu).” Sebanyak tiga kali.

Perawi berkata: Dahulu beliau melarang dari qila wa qala (larut dalam pembicaraan yang tidak ada faedahnya), banyak bertanya/meminta (tanpa hajat), menyia-nyiakan harta, tidak menunaikan hak orang lain namun meminta haknya, durhaka kepada ibu, dan mengubur anak perempuan hidup-hidup.

Dari Husyaim: ‘Abdul Malik bin ‘Umair mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Warrad menceritakan hadis ini, dari Al-Mughirah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6330

٦٣٣٠ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنۡ مَنۡصُورٍ، عَنِ الۡمُسَيَّبِ بۡنِ رَافِعٍ، عَنۡ وَرَّادٍ مَوۡلَى الۡمُغِيرَةِ بۡنِ شُعۡبَةَ قَالَ: كَتَبَ الۡمُغِيرَةُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بۡنِ أَبِي سُفۡيَانَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ إِذَا سَلَّمَ: (لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الۡمُلۡكُ، وَلَهُ الۡحَمۡدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ، اللّٰهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعۡطَيۡتَ، وَلَا مُعۡطِيَ لِمَا مَنَعۡتَ، وَلَا يَنۡفَعُ ذَا الۡجَدِّ مِنۡكَ الۡجَدُّ). وَقَالَ شُعۡبَةُ، عَنۡ مَنۡصُورٍ قَالَ: سَمِعۡتُ الۡمُسَيَّبَ. [طرفه في: ٨٤٤].

6330. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami dari Manshur, dari Al-Musayyab bin Rafi’, dari Warrad maula Al-Mughirah bin Syu’bah. Beliau berkata: Al-Mughirah bin Syu’bah menulis surat kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan:

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu di setiap akhir salat setelah salam mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah. Lahul mulk wa lahul hamd wa huwa ‘ala kulli syai`in qadiir. Allaahumma laa maani’a limaa a’thaita wa laa mu’thiya limaa mana’ta wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jadd. (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya segala kekuasaan dan segala pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang bisa menahan apa saja yang Engkau beri dan tidak ada yang bisa memberi apa saja yang Engkau tahan. Kedudukan orang yang memiliki kedudukan tidak bermanfaat di sisi-Mu).”

Syu’bah berkata dari Manshur. Beliau berkata: Aku mendengar Al-Musayyab.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2408

٢٤٠٨ - حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنۡ مَنۡصُورٍ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنۡ وَرَّادٍ مَوۡلَى الۡمُغِيرَةِ بۡنِ شُعۡبَةَ، عَنِ الۡمُغِيرَةِ بۡنِ شُعۡبَةَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيۡكُمۡ عُقُوقَ الۡأُمَّهَاتِ وَوَأۡدَ الۡبَنَاتِ، وَمَنَعَ وَهَاتِ. وَكَرِهَ لَكُمۡ قِيلَ وَقَالَ، وَكَثۡرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الۡمَالِ). [طرفه في: ٨٤٤].

2408. ‘Utsman telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami dari Manshur, dari Asy-Sya’bi, dari Warrad maula Al-Mughirah bin Syu’bah, dari Al-Mughirah bin Syu’bah. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada kalian: durhaka kepada ibu, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan meminta haknya tapi tidak menunaikan hak orang lain. Allah juga membenci untuk kalian: Qil wa qal (larut dalam pembicaraan yang tidak ada faedahnya), banyak meminta (tanpa hajat), dan menyia-nyiakan harta.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6329

١٨ - بَابُ الدُّعَاءِ بَعۡدَ الصَّلَاةِ
18. Bab doa setelah salat


٦٣٢٩ - حَدَّثَنِي إِسۡحَاقُ: أَخۡبَرَنَا يَزِيدُ: أَخۡبَرَنَا وَرۡقَاءُ، عَنۡ سُمَيٍّ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ: قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ ذَهَبَ أَهۡلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ وَالنَّعِيمِ الۡمُقِيمِ. قَالَ: (كَيۡفَ ذَاكَ؟). قَالُوا: صَلَّوۡا كَمَا صَلَّيۡنَا، وَجَاهَدُوا كَمَا جَاهَدۡنَا، وَأَنۡفَقُوا مِنۡ فُضُولِ أَمۡوَالِهِمۡ، وَلَيۡسَتۡ لَنَا أَمۡوَالٌ. قَالَ: (أَفَلَا أُخۡبِرُكُمۡ بِأَمۡرٍ تُدۡرِكُونَ مَنۡ كَانَ قَبۡلَكُمۡ، وَتَسۡبِقُونَ مَنۡ جَاءَ بَعۡدَكُمۡ، وَلَا يَأۡتِي أَحَدٌ بِمِثۡلِ مَا جِئۡتُمۡ إِلَّا مَنۡ جَاءَ بِمِثۡلِهِ؟ تُسَبِّحُونَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشۡرًا، وَتَحۡمَدُونَ عَشۡرًا، وَتُكَبِّرُونَ عَشۡرًا). تَابَعَهُ عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ عُمَرَ، عَنۡ سُمَيٍّ، وَرَوَاهُ ابۡنُ عَجۡلَانَ، عَنۡ سُمَيٍّ، وَرَجَاءِ بۡنِ حَيۡوَةَ. وَرَوَاهُ جَرِيرٌ، عَنۡ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ بۡنِ رُفَيۡعٍ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ، عَنۡ أَبِي الدَّرۡدَاءِ. وَرَوَاهُ سُهَيۡلٌ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. [طرفه في: ٨٤٣].

6329. Ishaq telah menceritakan kepadaku: Yazid mengabarkan kepada kami: Warqa` mengabarkan kepada kami dari Sumai, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah.

Mereka (orang-orang fakir muhajirin) berkata, “Wahai Rasulullah, orang-orang yang punya harta banyak telah pergi dengan derajat-derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal.”

Rasulullah bertanya, “Bagaimana itu?”

Mereka menjawab, “Mereka bisa salat sebagaimana kami salat. Mereka bisa berjihad sebagaimana kami berjihad. Namun mereka bisa menginfakkan kelebihan harta mereka sedangkan kami tidak punya harta.”

Nabi menanggapi, “Maukah aku kabarkan kepada kalian suatu amalan sehingga kalian akan menyusul orang-orang yang sebelum kalian dan kalian akan berada di depan orang yang datang setelah kalian. Juga tidak ada seorang pun yang bisa melakukan sebanding dengan apa yang kalian lakukan, kecuali orang yang juga mengamalkan semisal itu? Kalian bertasbih sepuluh kali setiap setelah salat, bertahmid sepuluh kali, dan bertakbir sepuluh kali.”

‘Ubaidullah bin ‘Umar mengiringi Warqa` dari Sumai. Ibnu ‘Ajlan juga meriwayatkannya dari Sumai dan Raja` bin Haiwah. Jarir juga meriwayatkannya dari ‘Abdul ‘Aziz bin Rufai’, dari Abu Shalih, dari Abu Ad-Darda`. Suhail juga meriwayatkannya dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7387 dan 7388

٧٣٨٧، ٧٣٨٨ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سُلَيۡمَانَ: حَدَّثَنِي ابۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنِي عَمۡرٌو، عَنۡ يَزِيدَ، عَنۡ أَبِي الۡخَيۡرِ: سَمِعَ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَمۡرٍو: أَنَّ أَبَا بَكۡرٍ الصِّدِّيقَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ لِلنَّبِيِّ ﷺ: يَا رَسُولَ اللهِ، عَلِّمۡنِي دُعَاءً أَدۡعُو بِهِ فِي صَلَاتِي. قَالَ: (قُلِ اللّٰهُمَّ إِنِّي ظَلَمۡتُ نَفۡسِي ظُلۡمًا كَثِيرًا، وَلَا يَغۡفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنۡتَ، فَاغۡفِرۡ لِي مِنۡ عِنۡدِكَ مَغۡفِرَةً، إِنَّكَ أَنۡتَ الۡغَفُورُ الرَّحِيمُ). [طرفه في: ٨٣٤].

7387, 7388. Yahya bin Sulaiman telah menceritakan kepada kami: Ibnu Wahb menceritakan kepadaku: ‘Amr mengabarkan kepadaku dari Yazid, dari Abu Al-Khair: Beliau mendengar ‘Abdullah bin ‘Amr:

Bahwa Abu Bakr Ash-Shiddiq—radhiyallahu ‘anhu—berkata kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Wahai Rasulullah, ajari aku sebuah doa yang dapat aku lantunkan dalam salatku.”

Beliau bersabda, “Katakanlah: Ya Allah sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7129

٧١٢٩ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ سَعۡدٍ، عَنۡ صَالِحٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عُرۡوَةَ: أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَسۡتَعِيذُ فِي صَلَاتِهِ مِنۡ فِتۡنَةِ الدَّجَّالِ. [طرفه في: ٨٣٢].

7129. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepada kami dari Shalih, dari Ibnu Syihab, dari ‘Urwah: Bahwa ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—mengatakan: Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meminta perlindungan dalam salatnya dari fitnah Ad-Dajjal.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6377

٤٧ - بَابُ التَّعَوُّذِ مِنۡ فِتۡنَةِ الۡفَقۡرِ
47. Bab berlindung dari fitnah kefakiran


٦٣٧٧ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ: أَخۡبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ: أَخۡبَرَنَا هِشَامُ بۡنُ عُرۡوَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَقُولُ: (اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنۡ فِتۡنَةِ النَّارِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَفِتۡنَةِ الۡقَبۡرِ وَعَذَابِ الۡقَبۡرِ، وَشَرِّ فِتۡنَةِ الۡغِنَى وَشَرِّ فِتۡنَةِ الۡفَقۡرِ، اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنۡ شَرِّ فِتۡنَةِ الۡمَسِيحِ الدَّجَّالِ، اللّٰهُمَّ اغۡسِلۡ قَلۡبِي بِمَاءِ الثَّلۡجِ وَالۡبَرَدِ، وَنَقِّ قَلۡبِي مِنَ الۡخَطَايَا كَمَا نَقَّيۡتَ الثَّوۡبَ الۡأَبۡيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَبَاعِدۡ بَيۡنِي وَبَيۡنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدۡتَ بَيۡنَ الۡمَشۡرِقِ وَالۡمَغۡرِبِ، اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الۡكَسَلِ، وَالۡمَأۡثَمِ وَالۡمَغۡرَمِ). [طرفه في: ٨٣٢].

6377. Muhammad telah menceritakan kepada kami: Abu Mu’awiyah mengabarkan kepada kami: Hisyam bin ‘Urwah mengabarkan kepada kami dari ayahnya, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan: Dahulu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—biasa berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari fitnah neraka, azab neraka, fitnah kubur, azab kubur, kejelekan fitnah kekayaan, dan kejelekan fitnah kefakiran. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan fitnah Al-Masih (yang matanya buta sebelah) Ad-Dajjal. Ya Allah, cucilah kalbuku dengan air salju dan es, bersihkanlah kalbuku dari kesalahan-kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang berwarna putih dari noda, jauhkanlah antara aku dengan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dengan barat. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, perbuatan dosa, dan utang.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6376

٤٦ - بَابُ الۡاِسۡتِعَاذَةِ مِنۡ فِتۡنَةِ الۡغِنَى
46. Bab berlindung dari fitnah kekayaan


٦٣٧٦ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا سَلَّامُ بۡنُ أَبِي مُطِيعٍ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ خَالَتِهِ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَتَعَوَّذُ: (اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنۡ فِتۡنَةِ النَّارِ وَمِنۡ عَذَابِ النَّارِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنۡ فِتۡنَةِ الۡقَبۡرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنۡ عَذَابِ الۡقَبۡرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنۡ فِتۡنَةِ الۡغِنَى، وَأَعُوذُ بِكَ مِنۡ فِتۡنَةِ الۡفَقۡرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنۡ فِتۡنَةِ الۡمَسِيحِ الدَّجَّالِ). [طرفه في: ٨٣٢].

6376. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Sallam bin Abu Muthi’ menceritakan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya, dari bibinya (dari jalur ibu): Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu biasa berdoa meminta perlindungan, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari fitnah neraka dan dari azab neraka. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kubur. Aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kekayaan. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al-Masih (yang matanya buta sebelah) Ad-Dajjal.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6375

٦٣٧٥ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ مُوسَى: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بۡنُ عُرۡوَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَقُولُ: (اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الۡكَسَلِ وَالۡهَرَمِ، وَالۡمَغۡرَمِ وَالۡمَأۡثَمِ، اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنۡ عَذَابِ النَّارِ، وَفِتۡنَةِ النَّارِ، وَعَذَابِ الۡقَبۡرِ، وَشَرِّ فِتۡنَةِ الۡغِنَى، وَشَرِّ فِتۡنَةِ الۡفَقۡرِ، وَمِنۡ شَرِّ فِتۡنَةِ الۡمَسِيحِ الدَّجَّالِ، اللّٰهُمَّ اغۡسِلۡ خَطَايَاىَ بِمَاءِ الثَّلۡجِ وَالۡبَرَدِ، وَنَقِّ قَلۡبِي مِنَ الۡخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوۡبُ الۡأَبۡيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَبَاعِدۡ بَيۡنِي وَبَيۡنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدۡتَ بَيۡنَ الۡمَشۡرِقِ وَالۡمَغۡرِبِ). [طرفه في: ٨٣٢].

6375. Yahya bin Musa telah menceritakan kepada kami: Waki’ menceritakan kepada kami: Hisyam bin ‘Urwah menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari ‘Aisyah: Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu biasa berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, kepikunan, perbuatan dosa, dan utang. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka, fitnah neraka, azab kubur, kejelekan fitnah kekayaan, kejelekan fitnah kefakiran, dan dari kejelekan fitnah Al-Masih (yang matanya buta sebelah) Ad-Dajjal. Ya Allah, cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air salju dan es, bersihkan kalbuku dari kesalahan-kesalahan sebagaimana baju berwarna putih dibersihkan dari noda, dan jauhkanlah antara aku dengan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dengan barat.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6368

٤٠ - بَابُ التَّعَوُّذِ مِنَ الۡمَأۡثَمِ وَالۡمَغۡرَمِ
40. Bab berlindung dari perbuatan dosa dan utang


٦٣٦٨ - حَدَّثَنَا مُعَلَّى بۡنُ أَسَدٍ: حَدَّثَنَا وُهَيۡبٌ، عَنۡ هِشَامِ بۡنِ عُرۡوَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَقُولُ: (اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الۡكَسَلِ وَالۡهَرَمِ، وَالۡمَأۡثَمِ وَالۡمَغۡرَمِ، وَمِنۡ فِتۡنَةِ الۡقَبۡرِ، وَعَذَابِ الۡقَبۡرِ، وَمِنۡ فِتۡنَةِ النَّارِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَمِنۡ شَرِّ فِتۡنَةِ الۡغِنَى، وَأَعُوذُ بِكَ مِنۡ فِتۡنَةِ الۡفَقۡرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنۡ فِتۡنَةِ الۡمَسِيحِ الدَّجَّالِ، اللّٰهُمَّ اغۡسِلۡ عَنِّي خَطَايَاىَ بِمَاءِ الثَّلۡجِ وَالۡبَرَدِ، وَنَقِّ قَلۡبِي مِنَ الۡخَطَايَا كَمَا نَقَّيۡتَ الثَّوۡبَ الۡأَبۡيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَبَاعِدۡ بَيۡنِي وَبَيۡنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدۡتَ بَيۡنَ الۡمَشۡرِقِ وَالۡمَغۡرِبِ). [طرفه في: ٨٣٢].

6368. Mu’alla bin Asad telah menceritakan kepada kami: Wuhaib menceritakan kepada kami dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—: Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu biasa berdoa, “Allahuma, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kepikunan, perbuatan dosa dan utang, dari ujian kubur dan azab kubur, dari ujian neraka dan azab neraka, dari kejelekan fitnah kekayaan. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al-Masih (yang matanya buta sebelah) Ad-Dajjal. Allahuma, cucilah kesalahan-kesalahanku dariku dengan air salju dan es; bersihkanlah kalbuku dari kesalahan-kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju putih dari noda; jauhkanlah antara aku dengan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara timur dengan barat.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2397

١٠ - بَابُ مَنِ اسۡتَعَاذَ مِنَ الدَّيۡنِ
10. Bab barang siapa berlindung dari utang


٢٣٩٧ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ عَنِ الزُّهۡرِيِّ (ح). وَحَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي أَخِي، عَنۡ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ أَبِي عَتِيقٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عُرۡوَةَ: أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا أَخۡبَرَتۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ يَدۡعُو فِي الصَّلَاةِ، وَيَقُولُ: (اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الۡمَأۡثَمِ وَالۡمَغۡرَمِ). فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ: مَا أَكۡثَرَ مَا تَسۡتَعِيذُ يَا رَسُولَ اللهِ مِنَ الۡمَغۡرَمِ؟ قَالَ: (إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ، وَوَعَدَ فَأَخۡلَفَ). [طرفه في: ٨٣٢].

2397. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. (Dalam riwayat lain) Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Saudaraku menceritakan kepadaku dari Sulaiman, dari Muhammad bin Abu ‘Atiq, dari Ibnu Syihab, dari ‘Urwah: Bahwa ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—biasa berdoa ketika salat, “Allahuma, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan utang.”

Ada yang berkata kepada beliau, “Alangkah seringnya engkau berlindung dari utang, wahai Rasulullah.”

Nabi bersabda, “Sesungguhnya apabila seseorang berutang, dia akan berbicara lalu bohong dan berjanji lalu mungkir.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7381

٥ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿السَّلَامُ الۡمُؤۡمِنُ﴾ [الحشر: ٢٣]
5. Bab firman Allah taala, “As-Salām Al-Mu`min” (QS. Al-Hasyr: 23)


٧٣٨١ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ يُونُسَ: حَدَّثَنَا زُهَيۡرٌ: حَدَّثَنَا مُغِيرَةُ: حَدَّثَنَا شَقِيقُ بۡنُ سَلَمَةَ قَالَ: قَالَ عَبۡدُ اللهِ: كُنَّا نُصَلِّي خَلۡفَ النَّبِيِّ ﷺ فَنَقُولُ: السَّلَامُ عَلَى اللهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِنَّ اللهَ هُوَ السَّلَامُ، وَلَٰكِنۡ قُولُوا: التَّحِيَّاتُ لِلهِ، وَالصَّلَوَاتُ، وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيۡكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحۡمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيۡنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أَشۡهَدُ أَنۡ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشۡهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبۡدُهُ وَرَسُولُهُ). [طرفه في: ٨٣١].

7381. Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami: Zuhair menceritakan kepada kami: Mughirah menceritakan kepada kami: Syaqiq bin Salamah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdullah mengatakan:

Kami dahulu salat di belakang Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan mengucapkan, “Keselamatan atas Allah.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya Allah adalah As-Salam (pemilik keselamatan). Ucapkanlah: At-tahiyyatu lillah wash-shalawatu wath-thayyibat. As-salamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh. As-salamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish shalihin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh. (Semua salam penghormatan milik Allah. Begitu pula shalawat (doa pengagungan kepada Allah) dan ucapan-ucapan yang baik. Salam atasmu wahai Nabi. Begitu pula rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Salam kesejahteraan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya).”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6328

٦٣٢٨ - حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنۡ مَنۡصُورٍ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كُنَّا نَقُولُ فِي الصَّلَاةِ: السَّلَامُ عَلَى اللهِ، السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ، فَقَالَ لَنَا النَّبِيُّ ﷺ ذَاتَ يَوۡمٍ: (إِنَّ اللهَ هُوَ السَّلَامُ، فَإِذَا قَعَدَ أَحَدُكُمۡ فِي الصَّلَاةِ فَلۡيَقُلِ: التَّحِيَّاتُ لِلهِ - إِلَى قَوۡلِهِ – الصَّالِحِينَ، فَإِذَا قَالَهَا أَصَابَ كُلَّ عَبۡدٍ لِلهِ فِي السَّمَاءِ وَالۡأَرۡضِ صَالِحٍ، أَشۡهَدُ أَنۡ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشۡهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبۡدُهُ وَرَسُولُهُ، ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنَ الثَّنَاءِ مَا شَاءَ). [طرفه في: ٨٣١].

6328. ‘Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami dari Manshur, dari Abu Wa`il, dari ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Dahulu kami mengucapkan ketika salat, “Keselamatan atas Allah. Kesalamatan atas si Polan.”

Lalu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepada kami pada suatu hari, “Sesungguhnya Allah adalah As-Salam. Apabila salah seorang kalian duduk (tahiat) ketika salat, ucapkanlah: At-tahiyyatu lillah, sampai ucapan beliau, ash-shalihin. Apabila dia mengucapkannya, maka akan mengenai seluruh hamba yang saleh milik Allah di langit dan bumi. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh (Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya). Kemudian dia memilih sanjungan (untuk Allah) yang dia inginkan.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6265

٢٨ - بَابُ الۡأَخۡذِ بِالۡيَدَيۡنِ
28. Bab menjabat dengan kedua tangan


وَصَافَحَ حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ ابۡنَ الۡمُبَارَكِ بِيَدَيۡهِ.

Hammad bin Zaid menjabat tangan Ibnu Al-Mubarak dengan kedua tangannya.

٦٢٦٥ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ: حَدَّثَنَا سَيۡفٌ قَالَ: سَمِعۡتُ مُجَاهِدًا يَقُولُ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ اللهِ بۡنُ سَخۡبَرَةَ أَبُو مَعۡمَرٍ قَالَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ مَسۡعُودٍ يَقُولُ: عَلَّمَنِي رَسُولُ اللهِ ﷺ وَكَفِّي بَيۡنَ كَفَّيۡهِ، التَّشَهُّدَ، كَمَا يُعَلِّمُنِي السُّورَةَ مِنَ الۡقُرۡآنِ: (التَّحِيَّاتُ لِلهِ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيۡكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحۡمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيۡنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أَشۡهَدُ أَنۡ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشۡهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبۡدُهُ وَرَسُولُهُ). وَهُوَ بَيۡنَ ظَهۡرَانَيۡنَا، فَلَمَّا قُبِضَ قُلۡنَا: السَّلَامُ - يَعۡنِي - عَلَى النَّبِيِّ ﷺ. [طرفه في: ٨٣١].

6265. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami: Saif menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Mujahid berkata: ‘Abdullah bin Sakhbarah Abu Ma’mar menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Aku mendengar Ibnu Mas’ud mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengajariku tasyahud dalam keadaan telapak tanganku di antara kedua telapak tangan beliau. Sebagaimana beliau mengajariku surah dari Al-Quran. “At-tahiyyatu lillah wash-shalawatu wath-thayyibat. As-salamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh. As-salamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish shalihin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh. (Semua salam penghormatan milik Allah. Begitu pula shalawat (doa pengagungan kepada Allah) dan ucapan-ucapan yang baik. Salam atasmu wahai Nabi. Begitu pula rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Salam kesejahteraan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya).”

Saat itu beliau masih berada di tengah-tengah kami. Ketika beliau telah wafat, kami ucapkan, “As-salamu—yakni—‘alan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam— (Salam atas Nabi).”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6230

٣ - بَابُ السَّلَامُ اسۡمٌ مِنۡ أَسۡمَاءِ اللهِ تَعَالَى
3. Bab As-Salam adalah salah satu nama Allah taala


﴿وَإِذَا حُيِّيتُمۡ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحۡسَنَ مِنۡهَا أَوۡ رُدُّوهَا﴾ [النساء: ٨٦].

“Apabila kalian diberi penghormatan, balaslah dengan penghormatan yang lebih baik daripada itu atau balaslah dengan penghormatan yang serupa.” (QS. An-Nisa`: 86).

٦٢٣٠ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ قَالَ: حَدَّثَنِي شَقِيقٌ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: كُنَّا إِذَا صَلَّيۡنَا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ قُلۡنَا: السَّلَامُ عَلَى اللهِ قَبۡلَ عِبَادِهِ، السَّلَامُ عَلَى جِبۡرِيلَ، السَّلَامُ عَلَى مِيكَائِيلَ، السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ، فَلَمَّا انۡصَرَفَ النَّبِيُّ ﷺ، أَقۡبَلَ عَلَيۡنَا بِوَجۡهِهِ، فَقَالَ: (إِنَّ اللهَ هُوَ السَّلَامُ، فَإِذَا جَلَسَ أَحَدُكُمۡ فِي الصَّلَاةِ فَلۡيَقُلِ: التَّحِيَّاتُ لِلهِ، وَالصَّلَوَاتُ، وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيۡكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحۡمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيۡنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، فَإِنَّهُ إِذَا قَالَ ذٰلِكَ أَصَابَ كُلَّ عَبۡدٍ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالۡأَرۡضِ، أَشۡهَدُ أَنۡ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشۡهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبۡدُهُ وَرَسُولُهُ، ثُمَّ يَتَخَيَّرۡ بَعۡدُ مِنَ الۡكَلَامِ مَا شَاءَ). [طرفه في: ٨٣١].

6230. ‘Amr bin Hafsh telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syaqiq menceritakan kepadaku dari ‘Abdullah. Beliau berkata:

Dahulu, apabila kami salat bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, kami mengucapkan, “As-salamu ‘alallah qabla ‘ibadih, as-salamu ‘ala Jibril, as-salamu ‘ala Mika`il, as-salamu ‘ala fulan (Keselamatan atas Allah sebelum para hamba-Nya. Keselamatan atas Jibril. Keselamatan atas Mikail. Keselamatan atas si Polan).”

Ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—selesai salat, beliau menghadap ke arah kami seraya bersabda, “Sesungguhnya Allah adalah As-Salam. Apabila salah seorang kalian duduk (tahiat) dalam salat, ucapkanlah: At-tahiyyatu lillah wash-shalawatu wath-thayyibat. As-salamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh. As-salamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish shalihin. (Semua salam penghormatan milik Allah. Begitu pula shalawat (doa pengagungan kepada Allah) dan ucapan-ucapan yang baik. Salam atasmu wahai Nabi. Begitu pula rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Salam kesejahteraan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh). Jika kalian mengucapkan itu, maka akan mengenai seluruh hamba yang saleh di langit dan bumi.”

(Lanjutannya), “Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh. (Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya). Kemudian dia bisa memilih doa yang dia kehendaki setelah itu.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1202

٤ - بَابُ مَنۡ سَمَّى قَوۡمًا، أَوۡ سَلَّمَ فِي الصَّلَاةِ عَلَى غَيۡرِهِ مُوَاجَهَةً، وَهُوَ لَا يَعۡلَمُ
4. Bab barang siapa yang menyebut nama orang atau mengucapkan salam kepada yang lain ketika salat dalam keadaan dia tidak mengetahui (hukumnya)


١٢٠٢ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ عِيسَى: حَدَّثَنَا أَبُو عَبۡدِ الصَّمَدِ عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ عَبۡدِ الصَّمَدِ: حَدَّثَنَا حُصَيۡنُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ مَسۡعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كُنَّا نَقُولُ التَّحِيَّةُ فِي الصَّلَاةِ، وَنُسَمِّي، وَيُسَلِّمُ بَعۡضُنَا عَلَى بَعۡضٍ، فَسَمِعَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَقَالَ: (قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلهِ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيۡكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحۡمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيۡنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أَشۡهَدُ أَنۡ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشۡهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبۡدُهُ وَرَسُولُهُ، فَإِنَّكُمۡ إِذَا فَعَلۡتُمۡ ذٰلِكَ، فَقَدۡ سَلَّمۡتُمۡ عَلَى كُلِّ عَبۡدٍ لِلهِ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالۡأَرۡضِ). [طرفه في: ٨٣١].

1202. ‘Amr bin ‘Isa telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Abdush Shamad ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdush Shamad menceritakan kepada kami: Hushain bin ‘Abdurrahman menceritakan kepada kami dari Abu Wa`il, dari ‘Abdullah bin Mas’ud—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Dahulu kami mengucapkan salam penghormatan dalam salat. Kami juga mengucapkan salam kepada malaikat Jibril dan Mikail. Sebagian kami juga mengucapkan salam kepada sebagian lain. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendengarnya lalu bersabda, “Ucapkanlah: At-tahiyyatu lillah wash-shalawatu wath-thayyibat. As-salamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh. As-salamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish shalihin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh. (Semua salam penghormatan milik Allah. Begitu pula shalawat (doa pengagungan kepada Allah) dan ucapan-ucapan yang baik. Salam atasmu wahai Nabi. Begitu pula rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Salam kesejahteraan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya). Jika kalian melakukan itu, maka kalian telah mengucapkan salam kepada seluruh hamba yang saleh milik Allah di langit dan bumi.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6670

٦٦٧٠ - حَدَّثَنَا آدَمُ بۡنُ أَبِي إِيَاسٍ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي ذِئۡبٍ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ ابۡنِ بُحَيۡنَةَ قَالَ: صَلَّى بِنَا النَّبِيُّ ﷺ، فَقَامَ فِي الرَّكۡعَتَيۡنِ الۡأُولَيَيۡنِ قَبۡلَ أَنۡ يَجۡلِسَ، فَمَضَى فِي صَلَاتِهِ، فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ انۡتَظَرَ النَّاسُ تَسۡلِيمَهُ، فَكَبَّرَ وَسَجَدَ قَبۡلَ أَنۡ يُسَلِّمَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأۡسَهُ، ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأۡسَهُ وَسَلَّمَ. [طرفه في: ٨٢٩].

6670. Adam bin Abu Iyas telah menceritakan kepada kami: Ibnu Abu Dzi`b menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Al-A’raj, dari ‘Abdullah bin Buhainah. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat mengimami kami. Beliau langsung bangkit di dua rakaat pertama sebelum duduk (tasyahud awal). Beliau melanjutkan salatnya. Ketika beliau menyelesaikan salatnya, para makmum menunggu salam beliau. Namun beliau bertakbir dan sujud sebelum salam. Kemudian beliau mengangkat kepalanya. Kemudian bertakbir dan sujud. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan salam.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1230

١٢٣٠ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا لَيۡثٌ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ ابۡنِ بُحَيۡنَةَ الۡأَسۡدِيِّ حَلِيفِ بَنِي عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَامَ فِي صَلَاةِ الظُّهۡرِ وَعَلَيۡهِ جُلُوسٌ، فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجۡدَتَيۡنِ، فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجۡدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبۡلَ أَنۡ يُسَلِّمَ، وَسَجَدَهُمَا النَّاسُ مَعَهُ، مَكَانَ مَا نَسِيَ مِنَ الۡجُلُوسِ. تَابَعَهُ ابۡنُ جُرَيۡجٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ فِي التَّكۡبِيرِ. [طرفه في: ٨٢٩].

1230. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Laits menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Al-A’raj, dari ‘Abdullah bin Buhainah Al-Asadi—sekutu bani ‘Abdul Muththalib—: Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah langsung berdiri dalam salat Zuhur padahal harusnya duduk (tasyahud awal). Ketika beliau telah merampungkan salatnya, beliau sujud dua kali. Beliau bertakbir pada setiap sujud dalam keadaan duduk sebelum salam. Para makmum ikut sujud dua kali bersama beliau. Kedua sujud itu sebagai pengganti duduk yang terlupakan.

Ibnu Juraij mengiringi Laits dari Ibnu Syihab perihal takbir (pada kedua sujud sahwi).

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1225

١٢٢٥ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ يَحۡيَى بۡنِ سَعِيدٍ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ ابۡنِ بُحَيۡنَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَامَ مِنِ اثۡنَتَيۡنِ مِنَ الظُّهۡرِ، لَمۡ يَجۡلِسۡ بَيۡنَهُمَا، فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجۡدَتَيۡنِ، ثُمَّ سَلَّمَ بَعۡدَ ذٰلِكَ. [طرفه في: ٨٢٩].

1225. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Sa’id, dari ‘Abdurrahman Al-A’raj, dari ‘Abdullah bin Buhainah—radhiyallahu ‘anhu—. Bahwa beliau mengatakan: Sesungguhnya Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pernah langsung bangkit dari rakaat kedua salat Zuhur. Beliau tidak duduk di antara keduanya. Ketika beliau menyelesaikan salatnya, beliau sujud dua kali kemudian salam setelah itu.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7437

٧٤٣٧ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ سَعۡدٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَزِيدَ اللَّيۡثِيِّ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ: أَنَّ النَّاسَ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلۡ نَرَى رَبَّنَا يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (هَلۡ تُضَارُّونَ فِي الۡقَمَرِ لَيۡلَةَ الۡبَدۡرِ؟). قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: (فَهَلۡ تُضَارُّونَ فِي الشَّمۡسِ لَيۡسَ دُونَهَا سَحَابٌ؟). قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ،

7437. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Ibrahim bin Sa’d menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari ‘Atha` bin Yazid Al-Laitsi, dari Abu Hurairah:

Orang-orang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Tuhan kita pada hari kiamat?”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Apakah kalian kesulitan (melihat) bulan di malam purnama?”

Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah.”

Rasulullah berkata, “Apakah kalian kesulitan (melihat) matahari dalam keadaan tidak ada awan yang menutupinya?”

Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah.”

قَالَ: (فَإِنَّكُمۡ تَرَوۡنَهُ كَذٰلِكَ، يَجۡمَعُ اللهُ النَّاسَ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ، فَيَقُولُ: مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ شَيۡئًا فَلۡيَتۡبَعۡهُ، فَيَتۡبَعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الشَّمۡسَ الشَّمۡسَ، وَيَتۡبَعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الۡقَمَرَ الۡقَمَرَ، وَيَتۡبَعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الطَّوَاغِيتَ الطَّوَاغِيتَ، وَتَبۡقَى هَٰذِهِ الۡأُمَّةُ فِيهَا شَافِعُوهَا، أَوۡ مُنَافِقُوهَا - شَكَّ إِبۡرَاهِيمُ - فَيَأۡتِيهِمُ اللهُ فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمۡ، فَيَقُولُونَ: هَٰذَا مَكَانُنَا حَتَّى يَأۡتِيَنَا رَبُّنَا، فَإِذَا جَاءَنَا رَبُّنَا عَرَفۡنَاهُ، فَيَأۡتِيهِمُ اللهُ فِي صُورَتِهِ الَّتِي يَعۡرِفُونَ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمۡ، فَيَقُولُونَ: أَنۡتَ رَبُّنَا فَيَتَّبِعُونَهُ، وَيُضۡرَبُ الصِّرَاطُ بَيۡنَ ظَهۡرَيۡ جَهَنَّمَ فَأَكُونُ أَنَا وَأُمَّتِي أَوَّلَ مَنۡ يُجِيزُهَا، وَلَا يَتَكَلَّمُ يَوۡمَئِذٍ إِلَّا الرُّسُلُ، وَدَعۡوَى الرُّسُلِ يَوۡمَئِذٍ: اللّٰهُمَّ سَلِّمۡ سَلِّمۡ، وَفِي جَهَنَّمَ كَلَالِيبُ مِثۡلُ شَوۡكِ السَّعۡدَانِ، هَلۡ رَأَيۡتُمُ السَّعۡدَانَ؟). قَالُوا: نَعَمۡ يَا رَسُولَ اللهِ،

Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya kalian akan melihat Allah seperti itu. Allah akan mengumpulkan orang-orang, lalu berkata, “Siapa saja yang dahulu beribadah kepada sesuatu, silakan mengikutinya.”

Yang dulunya menyembah matahari akan mengikuti matahari. Yang dulunya menyembah bulan akan mengikuti bulan. Yang dulunya menyembah para tagut akan mengikuti para tagut. Yang tersisa adalah umat ini. Di kalangan mereka ada pemberi syafaatnya atau kaum munafiknya—Ibrahim ragu—.

Allah mendatangi mereka, lalu berkata, “Aku adalah Tuhan kalian.”

Mereka berkata, “Di sini tempat kami hingga Tuhan kami mendatangi kami. Apabila Tuhan kami mendatangi kami, kami tentu akan mengenali-Nya.”

Allah mendatangi mereka dalam bentuk yang mereka kenali, lalu berkata, “Aku adalah Tuhan kalian.”

Mereka berkata, “Engkau adalah Tuhan kami.” Merekapun mengikuti-Nya.

Lalu jembatan dibentangkan di antara neraka Jahannam. Aku dan umatku adalah yang pertama-tama menyeberang. Pada hari itu tidak ada yang berbicara kecuali para rasul. Doa para rasul pada hari itu adalah, “Allahuma, selamatkanlah! Selamatkanlah!”

Di neraka Jahannam ada besi-besi pengait seperti duri tumbuhan Sa’dan. Apakah kalian sudah melihat duri tumbuhan Sa’dan?

Para sahabat menjawab, “Iya, wahai Rasulullah.”

قَالَ: (فَإِنَّهَا مِثۡلُ شَوۡكِ السَّعۡدَانِ، غَيۡرَ أَنَّهُ لَا يَعۡلَمُ مَا قَدۡرُ عِظَمِهَا إِلَّا اللهُ، تَخۡطَفُ النَّاسَ بِأَعۡمَالِهِمۡ، فَمِنۡهُمُ الۡمُوبَقُ بَقِيَ بِعَمَلِهِ، أَوِ الۡمُوثَقُ بِعَمَلِهِ، وَمِنۡهُمُ الۡمُخَرۡدَلُ، أَوِ الۡمُجَازَى، أَوۡ نَحۡوُهُ، ثُمَّ يَتَجَلَّى، حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللهُ مِنَ الۡقَضَاءِ بَيۡنَ الۡعِبَادِ، وَأَرَادَ أَنۡ يُخۡرِجَ بِرَحۡمَتِهِ مَنۡ أَرَادَ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ، أَمَرَ الۡمَلَائِكَةَ أَنۡ يُخۡرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنۡ كَانَ لَا يُشۡرِكُ بِاللهِ شَيۡئًا، مِمَّنۡ أَرَادَ اللهُ أَنۡ يَرۡحَمَهُ، مِمَّنۡ يَشۡهَدُ أَنۡ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ، فَيَعۡرِفُونَهُمۡ فِي النَّارِ بِأَثَرِ السُّجُودِ، تَأۡكُلُ النَّارُ ابۡنَ آدَمَ إِلَّا أَثَرَ السُّجُودِ، حَرَّمَ اللهُ عَلَى النَّارِ أَنۡ تَأۡكُلَ أَثَرَ السُّجُودِ، فَيَخۡرُجُونَ مِنَ النَّارِ قَدِ امۡتُحِشُوا، فَيُصَبُّ عَلَيۡهِمۡ مَاءُ الۡحَيَاةِ، فَيَنۡبُتُونَ تَحۡتَهُ، كَمَا تَنۡبُتُ الۡحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيۡلِ،

Rasulullah bersabda:

Pengait itu semisal duri tumbuhan Sa’dan hanya saja tidak ada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Pengait itu menyambar manusia sesuai amalan-amalan mereka. Di antara mereka ada yang dibinasakan tetap (di Jahannam) dengan sebab amalannya atau ada yang diikat dengan sebab amalannya. Di antara mereka ada yang tercabik-cabik atau ada yang diberi balasan, atau yang semacam itu.

Kemudian keadaan menjadi jelas, sampai ketika Allah menyudahi penyelesaian perkara antara para hamba dan Allah ingin mengeluarkan dengan rahmat-Nya orang yang Dia inginkan dari penduduk neraka, Allah memerintahkan kepada malaikat agar mengeluarkan dari neraka orang yang dahulunya tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun. Yaitu dari kalangan orang yang Allah kehendaki untuk merahmatinya, atau dari orang yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi keucali Allah. Malaikat mengenali mereka dengan tanda bekas sujud. Neraka melalap Ibnu Adam kecuali anggota badan bekas sujud. Allah mengharamkan api neraka untuk melalap bekas sujud bani Adam.

Mereka keluar dari neraka dalam keadaan terbakar, lalu mereka diguyur air yang disebut air kehidupan, lalu mereka tumbuh di bawah (guyuran air) sebagaimana tumbuhnya benih rumput di tanah yang dibawa banjir.

ثُمَّ يَفۡرُغُ اللهُ مِنَ الۡقَضَاءِ بَيۡنَ الۡعِبَادِ، وَيَبۡقَى رَجُلٌ مُقۡبِلٌ بِوَجۡهِهِ عَلَى النَّارِ، هُوَ آخِرُ أَهۡلِ النَّارِ دُخُولًا الۡجَنَّةَ، فَيَقُولُ: أَيۡ رَبِّ اصۡرِفۡ وَجۡهِي عَنِ النَّارِ، فَإِنَّهُ قَدۡ قَشَبَنِي رِيحُهَا، وَأَحۡرَقَنِي ذَكَاؤُهَا، فَيَدۡعُو اللهَ بِمَا شَاءَ أَنۡ يَدۡعُوَهُ، ثُمَّ يَقُولُ اللهُ: هَلۡ عَسَيۡتَ إِنۡ أُعۡطِيتَ ذٰلِكَ أَنۡ تَسۡأَلَنِي غَيۡرَهُ؟ فَيَقُولُ: لَا وَعِزَّتِكَ لَا أَسۡأَلُكَ غَيۡرَهُ، وَيُعۡطِي رَبَّهُ مِنۡ عُهُودٍ وَمَوَاثِيقَ مَا شَاءَ، فَيَصۡرِفُ اللهُ وَجۡهَهُ عَنِ النَّارِ، فَإِذَا أَقۡبَلَ عَلَى الۡجَنَّةِ وَرَآهَا سَكَتَ مَا شَاءَ اللهُ أَنۡ يَسۡكُتَ، ثُمَّ يَقُولُ: أَىۡ رَبِّ قَدِّمۡنِي إِلَى بَابِ الۡجَنَّةِ، فَيَقُولُ اللهُ لَهُ: أَلَسۡتَ قَدۡ أَعۡطَيۡتَ عُهُودَكَ وَمَوَاثِيقَكَ أَنۡ لَا تَسۡأَلَنِي غَيۡرَ الَّذِي أُعۡطِيتَ أَبَدًا؟ وَيۡلَكَ يَا ابۡنَ آدَمَ مَا أَغۡدَرَكَ! فَيَقُولُ: أَيۡ رَبِّ، وَيَدۡعُو اللهَ حَتَّى يَقُولَ: هَلۡ عَسَيۡتَ إِنۡ أُعۡطِيتَ ذٰلِكَ أَنۡ تَسۡأَلَ غَيۡرَهُ؟ فَيَقُولُ: لَا وَعِزَّتِكَ لَا أَسۡأَلُكَ غَيۡرَهُ، وَيُعۡطِي مَا شَاءَ مِنۡ عُهُودٍ وَمَوَاثِيقَ، فَيُقَدِّمُهُ إِلَى بَابِ الۡجَنَّةِ،

Kemudian Allah menyelesaikan pemutusan perkara di antara hamba. Tinggallah seseorang yang wajahnya menghadap ke neraka. Dia adalah penduduk neraka terakhir yang masuk janah. Dia berucap, “Wahai Rabi, palingkanlah wajahku dari neraka. Anginnya menyakitiku hidungku dan jilatan apinya membakarku.” Dia terus berdoa kepada Allah sesuai keinginannya.

Allah berkata, “Jika permintaanmu dikabulkan, apakah engkau ingin meminta selain itu?”

Orang itu menjawab, “Tidak, demi kemuliaan-Mu. Aku tidak akan meminta-Mu selain itu.” Dia mengutarakan janji dan sumpahnya kepada Tuhannya.

Allah memalingkan wajah orang itu dari neraka. Diapun menghadap ke arah janah dan melihatnya. Dia terdiam sesuai dengan yang Allah kehendaki. Kemudian dia berucap, “Ya Rabi, majukan aku mendekati pintu janah itu.”

Allah berkata kepadanya, “Bukankah engkau sudah memberikan janji dan sumpahmu untuk tidak meminta selain permintaanmu tadi? Celaka engkau wahai ibnu Adam. Alangkah curangnya engkau.”

Dia berkata, “Ya Rabi...”

Dia terus berdoa kepada Allah sampai Allah berkata, “Jika permintaanmu dikabulkan, apakah engkau tidak ingin meminta selainnya?”

Dia menjawab, “Tidak, demi kemuliaan-Mu. Aku tidak akan meminta selain itu.”

Allah memberikan kemauannya dengan sumpah dan janji. Allah memajukannya mendekati pintu janah.

فَإِذَا قَامَ إِلَى بَابِ الۡجَنَّةِ انۡفَهَقَتۡ لَهُ الۡجَنَّةُ، فَرَأَى مَا فِيهَا مِنَ الۡحَبۡرَةِ وَالسُّرُورِ، فَيَسۡكُتُ مَا شَاءَ اللهُ أَنۡ يَسۡكُتَ، ثُمَّ يَقُولُ: أَىۡ رَبِّ أَدۡخِلۡنِي الۡجَنَّةَ، فَيَقُولُ اللهُ: أَلَسۡتَ قَدۡ أَعۡطَيۡتَ عُهُودَكَ وَمَوَاثِيقَكَ أَنۡ لَا تَسۡأَلَ غَيۡرَ مَا أُعۡطِيتَ؟ فَيَقُولُ: وَيۡلَكَ يَا ابۡنَ آدَمَ مَا أَغۡدَرَكَ، فَيَقُولُ: أَيۡ رَبِّ لَا أَكُونَنَّ أَشۡقَى خَلۡقِكَ، فَلَا يَزَالُ يَدۡعُو حَتَّى يَضۡحَكَ اللهُ مِنۡهُ، فَإِذَا ضَحِكَ مِنۡهُ قَالَ لَهُ: ادۡخُلِ الۡجَنَّةَ، فَإِذَا دَخَلَهَا قَالَ اللهُ لَهُ: تَمَنَّهۡ، فَسَأَلَ رَبَّهُ وَتَمَنَّى، حَتَّى إِنَّ اللهَ لَيُذَكِّرُهُ، يَقُولُ: كَذَا وَكَذَا، حَتَّى انۡقَطَعَتۡ بِهِ الۡأَمَانِيُّ، قَالَ اللهُ: ذٰلِكَ لَكَ وَمِثۡلُهُ مَعَهُ).

Ketika dia berdiri menghadap pintu janah, janah terbuka, sehingga dia bisa melihat isinya berupa kenikmatan dan kesenangan. Dia terdiam sesuai kehendak Allah. Lalu dia berkata, “Ya Rabi, masukkan aku ke dalam janah.”

Allah berkata, “Bukankah engkau sudah memberikan sumpah dan janji untuk tidak meminta selain yang telah diberikan kepadamu?”

Allah berkata, “Celaka engkau wahai ibnu Adam, alangkah curangnya engkau.”

Dia berkata, “Wahai Rabi, aku tidak mau menjadi hamba-Mu yang paling sengsara.”

Dia terus berdoa sampai Allah tertawa. Ketika Allah telah tertawa karenanya, Allah berkata kepadanya, “Masuklah ke janah!”

Ketika dia sudah masuk, Allah berkata kepadanya, “Berangan-anganlah!”

Orang itu meminta kepada Allah dan berangan-angan, sampai-sampai Allah mengingatkannya. Allah berkata, “Angankan ini dan ini!” Sampai angan-angannya habis.

Allah berkata, “Itu untukmu dan ditambah yang semisal itu.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6573 dan 6574

٥٢ - بَابٌ الصِّرَاطُ جِسۡرُ جَهَنَّمَ
52. Bab shirath adalah jembatan yang membentang di atas neraka jahanam


٦٥٧٣ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدٌ وَعَطَاءُ بۡنُ يَزِيدَ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ أَخۡبَرَهُمَا: عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. وَحَدَّثَنِي مَحۡمُودٌ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَزِيدَ اللَّيۡثِيِّ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ قَالَ: قَالَ أُنَاسٌ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلۡ نَرَى رَبَّنَا يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؟ فَقَالَ: (هَلۡ تُضَارُّونَ فِي الشَّمۡسِ لَيۡسَ دُونَهَا سَحَابٌ؟) قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: (هَلۡ تُضَارُّونَ فِي الۡقَمَرِ لَيۡلَةَ الۡبَدۡرِ لَيۡسَ دُونَهُ سَحَابٌ؟) قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ،

6573. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri: Sa’id dan ‘Atha` bin Yazid mengabarkan kepadaku bahwa Abu Hurairah mengabarkan kepada mereka berdua, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Mahmud juga telah menceritakan kepadaku: ‘Abdurrazzaq menceritakan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari ‘Atha` bin Yazid Al-Laitsi, dari Abu Hurairah. Beliau mengatakan:

Orang-orang berkata, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Tuhan kita pada hari kiamat?”

Rasulullah berkata, “Apakah kalian kesulitan (melihat) matahari dalam keadaan tidak ada awan yang menutupinya?”

Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah.”

Rasulullah berkata, “Apakah kalian kesulitan (melihat) bulan di malam purnama dalam keadaan tidak ada awan yang menutupinya?”

Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah.”

قَالَ: (فَإِنَّكُمۡ تَرَوۡنَهُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ كَذٰلِكَ يَجۡمَعُ اللهُ النَّاسَ، فَيَقُولُ: مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ شَيۡئًا فَلۡيَتَّبِعۡهُ، فَيَتۡبَعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الشَّمۡسَ، وَيَتۡبَعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الۡقَمَرَ، وَيَتۡبَعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الطَّوَاغِيتَ، وَتَبۡقَى هَٰذِهِ الۡأُمَّةُ فِيهَا مُنَافِقُوهَا، فَيَأۡتِيهِمُ اللهُ فِي غَيۡرِ الصُّورَةِ الَّتِي يَعۡرِفُونَ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمۡ، فَيَقُولُونَ: نَعُوذُ بِاللهِ مِنۡكَ، هَٰذَا مَكَانُنَا حَتَّى يَأۡتِيَنَا رَبُّنَا، فَإِذَا أَتَانَا رَبُّنَا عَرَفۡنَاهُ، فَيَأۡتِيهِمُ اللهُ فِي الصُّورَةِ الَّتِي يَعۡرِفُونَ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمۡ، فَيَقُولُونَ: أَنۡتَ رَبُّنَا فَيَتۡبَعُونَهُ، وَيُضۡرَبُ جِسۡرُ جَهَنَّمَ)، قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنۡ يُجِيزُ، وَدُعَاءُ الرُّسُلِ يَوۡمَئِذٍ: اللّٰهُمَّ سَلِّمۡ سَلِّمۡ. وَبِهِ كَلَالِيبُ مِثۡلُ شَوۡكِ السَّعۡدَانِ، أَمَا رَأَيۡتُمۡ شَوۡكَ السَّعۡدَانِ؟) قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ،

Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya kalian akan melihat Allah seperti itu. Allah akan mengumpulkan orang-orang, lalu berkata, “Siapa saja yang dahulu beribadah kepada sesuatu, silakan mengikutinya.”

Ada yang mengikuti matahari yang dulunya dia sembah. Ada yang mengikuti bulan yang dulunya dia sembah. Ada yang mengikuti para tagut yang dulunya dia sembah. Yang tersisa adalah umat ini. Di kalangan mereka ada kaum munafiknya.

Allah mendatangi mereka bukan dalam rupa yang mereka kenali, lalu berkata, “Aku adalah Tuhan kalian.”

Mereka berkata, “Kami berlindung kepada Allah darimu. Kami tetap di sini hingga Tuhan kami mendatangi kami. Apabila Tuhan kami mendatangi kami, kami tentu akan mengenali-Nya.”

Allah mendatangi mereka dalam bentuk yang mereka kenali, lalu berkata, “Aku adalah Tuhan kalian.”

Mereka berkata, “Engkau adalah Tuhan kami.” Merekapun mengikuti-Nya.

Lalu jembatan dibentangkan di atas neraka Jahannam.

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda,

Aku adalah orang pertama yang menyeberang. Doa para rasul pada hari itu adalah, “Allahuma, selamatkanlah! Selamatkanlah!”

Di neraka Jahannam ada besi-besi pengait seperti duri tumbuhan Sa’dan. Apakah kalian sudah melihat duri tumbuhan Sa’dan?

Para sahabat menjawab, “Iya, wahai Rasulullah.”

قَالَ: (فَإِنَّهَا مِثۡلُ شَوۡكِ السَّعۡدَانِ، غَيۡرَ أَنَّهَا لَا يَعۡلَمُ قَدۡرَ عِظَمِهَا إِلَّا اللهُ، فَتَخۡطَفُ النَّاسَ بِأَعۡمَالِهِمۡ، مِنۡهُمُ الۡمُوبَقُ بِعَمَلِهِ وَمِنۡهُمُ الۡمُخَرۡدَلُ، ثُمَّ يَنۡجُو، حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللهُ مِنَ الۡقَضَاءِ بَيۡنَ عِبَادِهِ، وَأَرَادَ أَنۡ يُخۡرِجَ مِنَ النَّارِ مَنۡ أَرَادَ أَنۡ يُخۡرِجَ، مِمَّنۡ كَانَ يَشۡهَدُ أَنۡ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ، أَمَرَ الۡمَلَائِكَةَ أَنۡ يُخۡرِجُوهُمۡ، فَيَعۡرِفُونَهُمۡ بِعَلَامَةِ آثَارِ السُّجُودِ، وَحَرَّمَ اللهُ عَلَى النَّارِ أَنۡ تَأۡكُلَ مِنِ ابۡنِ آدَمَ أَثَرَ السُّجُودِ، فَيُخۡرِجُونَهُمۡ قَدِ امۡتُحِشُوا، فَيُصَبُّ عَلَيۡهِمۡ مَاءٌ يُقَالُ لَهُ مَاءُ الۡحَيَاةِ فَيَنۡبُتُونَ نَبَاتَ الۡحِبَّةِ فِي حَمِيلِ السَّيۡلِ،

Rasulullah bersabda:

Pengait itu semisal duri tumbuhan Sa’dan hanya saja tidak ada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Pengait itu menyambar manusia sesuai amalan-amalan mereka. Di antara mereka ada yang dibinasakan dengan sebab amalannya. Di antara mereka ada yang tercabik-cabik namun bisa selamat.

Sampai ketika Allah menyudahi penyelesaian perkara antara para hamba dan Allah ingin mengeluarkan orang yang Dia inginkan dari penduduk neraka dari kalangan yang dahulu bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah, Allah memerintahkan kepada malaikat agar mengeluarkan mereka. Malaikat mengenali mereka dengan tanda bekas sujud. Allah mengharamkan api neraka untuk melahap bekas sujud bani Adam.

Malaikat mengeluarkan mereka dalam keadaan terbakar, lalu mereka diguyur air yang disebut air kehidupan, lalu mereka tumbuh sebagaimana tumbuhnya benih rumput di tanah yang dibawa banjir.

وَيَبۡقَى رَجُلٌ مُقۡبِلٌ بِوَجۡهِهِ عَلَى النَّارِ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، قَدۡ قَشَبَنِي رِيحُهَا، وَأَحۡرَقَنِي ذَكَاؤُهَا، فَاصۡرِفۡ وَجۡهِي عَنِ النَّارِ، فَلَا يَزَالُ يَدۡعُو اللهَ، فَيَقُولُ: لَعَلَّكَ إِنۡ أَعۡطَيۡتُكَ أَنۡ تَسۡأَلَنِي غَيۡرَهُ، فَيَقُولُ: لَا وَعِزَّتِكَ لَا أَسۡأَلُكَ غَيۡرَهُ، فَيَصۡرِفُ وَجۡهَهُ عَنِ النَّارِ، ثُمَّ يَقُولُ بَعۡدَ ذٰلِكَ: يَا رَبِّ قَرِّبۡنِي إِلَى بَابِ الۡجَنَّةِ، فَيَقُولُ: أَلَيۡسَ قَدۡ زَعَمۡتَ أَنۡ لَا تَسۡأَلَنِي غَيۡرَهُ، وَيۡلَكَ ابۡنَ آدَمَ مَا أَغۡدَرَكَ، فَلَا يَزَالُ يَدۡعُو، فَيَقُولُ: لَعَلِّي إِنۡ أَعۡطَيۡتُكَ ذٰلِكَ تَسۡأَلَنِي غَيۡرَهُ، فَيَقُولُ: لَا وَعِزَّتِكَ لَا أَسۡأَلُكَ غَيۡرَهُ، فَيُعۡطِي اللهَ مِنۡ عُهُودٍ وَمَوَاثِيقَ أَنۡ لَا يَسۡأَلَهُ غَيۡرَهُ، فَيُقَرِّبُهُ إِلَى بَابِ الۡجَنَّةِ،

Tinggallah seseorang yang wajahnya menghadap ke arah neraka. Dia berucap, “Wahai Rabi, anginnya menyakitiku dan jilatan apinya membakarku, palingkanlah wajahku dari neraka.” Dia terus berdoa kepada Allah.

Allah berkata, “Barangkali jika Aku mengabulkan permintaanmu, engkau akan meminta-Ku selain itu?”

Orang itu menjawab, “Tidak, demi kemuliaan-Mu. Aku tidak akan meminta-Mu selain itu.”

Allah memalingkan wajahnya dari neraka. Kemudian dia mengatakan setelah itu, “Ya Rabi, dekatkan aku ke pintu janah itu.”

Allah berkata kepadanya, “Bukankah engkau sudah menyatakan untuk tidak meminta selain permintaanmu tadi? Celaka engkau wahai ibnu Adam. Alangkah curangnya engkau.”

Orang itu terus berdoa.

Allah berkata, “Barangkali jika Aku memberikan permintaanmu, engkau akan meminta-Ku selain itu?”

Dia menjawab, “Tidak, demi kemuliaan-Mu. Aku tidak akan meminta selain itu.”

Lalu Tuhannya memberikan kemauannya dengan sumpah dan janji untuk tidak meminta-Nya selain itu. Allah mendekatkannya ke pintu janah.

فَإِذَا رَأَى مَا فِيهَا سَكَتَ مَا شَاءَ اللهُ أَنۡ يَسۡكُتَ، ثُمَّ يَقُولُ: رَبِّ أَدۡخِلۡنِي الۡجَنَّةَ، ثُمَّ يَقُولُ: أَوَلَيۡسَ قَدۡ زَعَمۡتَ أَنۡ لَا تَسۡأَلَنِي غَيۡرَهُ، وَيۡلَكَ يَا ابۡنَ آدَمَ مَا أَغۡدَرَكَ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ لَا تَجۡعَلۡنِي أَشۡقَى خَلۡقِكَ، فَلَا يَزَالُ يَدۡعُو حَتَّى يَضۡحَكَ، فَإِذَا ضَحِكَ مِنۡهُ أَذِنَ لَهُ بِالدُّخُولِ فِيهَا، فَإِذَا دَخَلَ فِيهَا قِيلَ: تَمَنَّ مِنۡ كَذَا، فَيَتَمَنَّى، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: تَمَنَّ مِنۡ كَذَا، فَيَتَمَنَّى، حَتَّى تَنۡقَطِعَ بِهِ الۡأَمَانِيُّ، فَيَقُولُ لَهُ: هَٰذَا لَكَ وَمِثۡلُهُ مَعَهُ). قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ: وَذٰلِكَ الرَّجُلُ آخِرُ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ دُخُولًا. [طرفه في: ٨٠٦].

Ketika dia melihat isi janah, dia terdiam sesuai kehendak Allah. Lalu dia berkata, “Ya Rabi, masukkan aku ke dalam janah.”

Allah berkata, “Bukankah engkau telah berjanji untuk tidak meminta selain yang telah diberikan kepadamu? Celaka engkau wahai ibnu Adam, alangkah curangnya engkau.”

Dia berkata, “Wahai Rabi, jangan engkau jadikan aku hamba-Mu yang paling sengsara.”

Dia terus berdoa sampai Allah tertawa. Ketika Allah telah tertawa karenanya, Allah mengizinkannya masuk ke janah. Ketika dia sudah masuk, dikatakan kepadanya, “Berangan-anganlah!”

Orang itu pun berangan-angan. Kemudian dikatakan kepadanya, “Berangan-anganlah lebih daripada itu!”

Orang itu berangan-angan lagi, hingga ketika angan-angannya telah terputus, Allah berkata, “Ini untukmu dan ditambah yang semisal itu.”

Abu Hurairah berkata: Orang itu adalah penduduk janah yang terakhir masuk.

٦٥٧٤ - قَالَ عَطَاءٌ: وَأَبُو سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيُّ جَالِسٌ مَعَ أَبِي هُرَيۡرَةَ لَا يُغَيِّرُ عَلَيۡهِ شَيۡئًا مِنۡ حَدِيثِهِ، حَتَّى انۡتَهَى إِلَى قَوۡلِهِ: (هَٰذَا لَكَ وَمِثۡلُهُ مَعَهُ). قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (هَٰذَا لَكَ وَعَشَرَةُ أَمۡثَالِهِ). قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ حَفِظۡتُ: (مِثۡلُهُ مَعَهُ).

6574. ‘Atha` berkata: Dalam keadaan Abu Sa’id Al-Khudri duduk bersama Abu Hurairah. Abu Sa’id tidak mengubah sedikitpun hadis Abu Hurairah. Sampai sabda beliau, “Ini untukmu dan ditambah yang semisal itu,” Abu Sa’id berkata: Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Ini untukmu dan sepuluh kali lipat semisal itu.”

Abu Hurairah berkata: Yang aku hafal, “dan ditambah yang semisal itu.”