Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4783

٢ - بَابٌ ‏﴿‏فَمِنۡهُمۡ مَنۡ قَضَى نَحۡبَهُ وَمِنۡهُمۡ مَنۡ يَنۡتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبۡدِيلًا‏﴾‏ [٢٣]
2. Bab “Di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah janjinya” (QS. Al-Ahzab: 23)


﴿نَحۡبَهُ﴾: عَهۡدَهُ. ﴿أَقۡطَارِهَا﴾ [١٤] جَوَانِبُهَا. ﴿الۡفِتۡنَةَ لَآتَوۡهَا﴾ [١٤] لَأَعۡطَوۡهَا.

Nahbahu artinya janjinya. Aqthārihā (QS. Al-Ahzab: 14) artinya sisi-sisinya. “al-fitnata la-ātauhā” (QS. Al-Ahzab: 14) artinya niscaya mereka menuruti permintaan (untuk murtad).

٤٧٨٣ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ الۡأَنۡصَارِيُّ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي: عَنۡ ثُمَامَةَ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: نُرَى هٰذِهِ الۡآيَةَ نَزَلَتۡ فِي أَنَسِ بۡنِ النَّضۡرِ: ﴿مِنَ الۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيۡهِ﴾ [٢٣]. [طرفه في: ٢٨٠٥].

4783. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepadaku: Muhammad bin ‘Abdullah Al-Anshari menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari Tsumamah, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Kami mengira ayat berikut ini turun tentang Anas bin An-Nadhr, “Di antara orang-orang yang beriman itu ada orang-orang yang menepati janji kepada Allah.” (QS. Al-Ahzab: 23).

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4048

٤٠٤٨ - أَخۡبَرَنَا حَسَّانُ بۡنُ حَسَّانَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ طَلۡحَةَ: حَدَّثَنَا حُمَيۡدٌ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ عَمَّهُ غَابَ عَنۡ بَدۡرٍ، فَقَالَ: غِبۡتُ عَنۡ أَوَّلِ قِتَالِ النَّبِيِّ ﷺ، لَئِنۡ أَشۡهَدَنِي اللهُ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ لَيَرَيَنَّ اللهُ مَا أُجِدُّ، فَلَقِيَ يَوۡمَ أُحُدٍ، فَهُزِمَ النَّاسُ، فَقَالَ: اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعۡتَذِرُ إِلَيۡكَ مِمَّا صَنَعَ هَؤُلَاءِ، يَعۡنِي الۡمُسۡلِمِينَ، وَأَبۡرَأُ إِلَيۡكَ مِمَّا جَاءَ بِهِ الۡمُشۡرِكُونَ، فَتَقَدَّمَ بِسَيۡفِهِ فَلَقِيَ سَعۡدَ بۡنَ مُعَاذٍ، فَقَالَ: أَيۡنَ يَا سَعۡدُ، إِنِّي أَجِدُ رِيحَ الۡجَنَّةِ دُونَ أُحُدٍ، فَمَضَى فَقُتِلَ، فَمَا عُرِفَ حَتَّى عَرَفَتۡهُ أُخۡتُهُ بِشَامَةٍ، أَوۡ بِبَنَانِهِ، وَبِهِ بِضۡعٌ وَثَمَانُونَ: مِنۡ طَعۡنَةٍ وَضَرۡبَةٍ وَرَمۡيَةٍ بِسَهۡمٍ. [طرفه في: ٢٨٠٥].

4048. Hassan bin Hassan telah mengabarkan kepada kami: Muhammad bin Thalhah menceritakan kepada kami: Humaid menceritakan kepada kami dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—:

Bahwa pamannya absen dalam perang Badr, lalu dia berkata, “Aku absen di perang pertama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Jika Allah mengikutkan aku (dalam perang) bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, niscaya Allah akan melihat apa yang aku upayakan.”

Beliau menjumpai hari perang Uhud dan kaum muslimin dalam keadaan kocar-kacir. Beliau berkata, “Ya Allah, aku meminta uzur kepada-Mu dari apa yang mereka lakukan.” Yakni muslimin. “Dan aku berlepas diri kepada-Mu dari apa yang dilakukan oleh kaum musyrikin.”

Kemudian beliau maju membawa pedangnya dan berjumpa dengan Sa’d bin Mu’adz. Beliau berkata, “Ke mana, wahai Sa’d? Sungguh aku mencium wangi janah di dekat Uhud.”

Beliau berlalu (menuju medan perang) lalu dibunuh. Tidak ada yang mengenali jasad beliau hingga saudara perempuannya yang mengenalinya dari tahi lalat atau jari-jarinya. Pada jasadnya ada delapan puluh sekian tusukan tombak, sabetan pedang, atau tancapan anak panah.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6146

٦١٤٦ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنِ الۡأَسۡوَدِ بۡنِ قَيۡسٍ، سَمِعۡتُ جُنۡدَبًا يَقُولُ: بَيۡنَمَا النَّبِيُّ ﷺ يَمۡشِي إِذۡ أَصَابَهُ حَجَرٌ، فَعَثَرَ، فَدَمِيَتۡ إِصۡبَعُهُ، فَقَالَ: (هَلۡ أَنۡتِ إِلَّا إِصۡبَعٌ دَمِيتِ. وَفِي سَبِيلِ اللهِ مَا لَقِيتِ). [طرفه في: ٢٨٠٢].

6146. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Al-Aswad bin Qais: Aku mendengar Jundab mengatakan: Ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sedang berjalan, tiba-tiba ada batu mengenainya lalu beliau jatuh sehingga jarinya berdarah. Beliau bersabda, “Tidaklah kamu kecuali sebuah jari yang berdarah dan yang kamu jumpai ini adalah di jalan Allah.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1246

١٢٤٦ - حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ: حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنۡ حُمَيۡدِ بۡنِ هِلَالٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (أَخَذَ الرَّايَةَ زَيۡدٌ فَأُصِيبَ، ثُمَّ أَخَذَهَا جَعۡفَرٌ فَأُصِيبَ، ثُمَّ أَخَذَهَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ رَوَاحَةَ فَأُصِيبَ - وَإِنَّ عَيۡنَيۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ لَتَذۡرِفَانِ - ثُمَّ أَخَذَهَا خَالِدُ بۡنُ الۡوَلِيدِ مِنۡ غَيۡرِ إِمۡرَةٍ فَفُتِحَ لَهُ).

[الحديث ١٢٤٦ - أطرافه في: ٢٧٩٨، ٣٠٦٣، ٣٦٣٠، ٣٧٥٧، ٦٢٤٢].

1246. Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami: Ayyub menceritakan kepada kami dari Humaid bin Hilal, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Zaid mengambil panji, lalu terbunuh. Kemudian Ja’far mengambil panji itu, lalu terbunuh. Kemudian ‘Abdullah bin Rawahah mengambil panji itu, lalu terbunuh.” Sungguh kedua mata Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berlinang air mata. “Kemudian Khalid bin Al-Walid mengambil panji itu tanpa ada penunjukan, lalu kaum muslimin mendapat kemenangan.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6415

٢ - بَابُ مَثَلِ الدُّنۡيَا فِي الۡآخِرَةِ‏
2. Bab perumpaan dunia dibandingkan akhirat


وَقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا الۡحَيَاةُ الدُّنۡيَا لَعِبٌ وَلَهۡوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ فِي الۡأَمۡوَالِ وَالۡأَوۡلَادِ كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ الۡكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الۡآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغۡفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضۡوَانٌ وَمَا الۡحَيَاةُ الدُّنۡيَا إِلَّا مَتَاعُ الۡغُرُورِ﴾ [الحديد: ٢٠].

Dan firman Allah taala, “Kehidupan dunia hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan, perhiasan, saling bermegah-megahan di antara kalian, saling berbangga dengan banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, kemudian kering, lalu engkau melihatnya menguning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang pedih dan ada ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Tidaklah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20).

٦٤١٥ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ سَهۡلٍ قَالَ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (مَوۡضِعُ سَوۡطٍ فِي الۡجَنَّةِ خَيۡرٌ مِنَ الدُّنۡيَا وَمَا فِيهَا، وَلَغَدۡوَةٌ فِي سَبِيلِ اللهِ أَوۡ رَوۡحَةٌ خَيۡرٌ مِنَ الدُّنۡيَا وَمَا فِيهَا). [طرفه في: ٢٧٩٤].

6415. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul ‘Aziz bin Abu Hazim menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Sahl. Beliau berkata: Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tempat cambuk di dalam janah lebih baik daripada dunia seisinya. Sungguh keberangkatan di jalan Allah baik di pagi atau sore hari lebih baik daripada dunia seisinya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3250

٣٢٥٠ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَوۡضِعُ سَوۡطٍ فِي الۡجَنَّةِ خَيۡرٌ مِنَ الدُّنۡيَا وَمَا فِيهَا). [طرفه في: ٢٧٩٤].

3250. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Abu Hazim, dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tempat cambuk di dalam janah lebih baik daripada dunia seisinya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3252 dan 3253

٣٢٥٢ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ سِنَانٍ: حَدَّثَنَا فُلَيۡحُ بۡنُ سُلَيۡمَانَ: حَدَّثَنَا هِلَالُ بۡنُ عَلِيٍّ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبِي عَمۡرَةَ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (إِنَّ فِي الۡجَنَّةِ لَشَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ سَنَةٍ، وَاقۡرَؤُوا إِنۡ شِئۡتُمۡ: ﴿وَظِلٍّ مَمۡدُودٍ﴾ [الواقعة: ٣٠]. [الحديث ٣٢٥٢ - طرفه في: ٤٨٨١].

3252. Muhammad bin Sinan telah menceritakan kepada kami: Fulaih bin Sulaiman menceritakan kepada kami: Hilal bin ‘Ali menceritakan kepada kami dari ‘Abdurrahman bin Abu ‘Amrah, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau mengatakan, “Sungguh di dalam janah ada sebuah pohon yang dilalui oleh pengendara di bawah naungannya selama seratus tahun. Bacalah jika kalian mau, ‘Dan naungan yang terbentang luas.’ (QS. Al-Waqi’ah: 30).”

٣٢٥٣ – (وَلَقَابُ قَوۡسِ أَحَدِكُمۡ فِي الۡجَنَّةِ خَيۡرٌ مِمَّا طَلَعَتۡ عَلَيۡهِ الشَّمۡسُ أَوۡ تَغۡرُبُ). [طرفه في: ٢٧٩٣].

3253. “Dan sungguh separuh busur salah seorang kalian di dalam janah lebih baik daripada yang dilalui oleh matahari dari terbit hingga tenggelam.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6567 dan 6568

٦٥٦٧ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ جَعۡفَرٍ، عَنۡ حُمَيۡدٍ، عَنۡ أَنَسٍ: أَنَّ أُمَّ حَارِثَةَ أَتَتۡ رَسُولَ اللهِ ﷺ، وَقَدۡ هَلَكَ حَارِثَةُ يَوۡمَ بَدۡرٍ، أَصَابَهُ غَرۡبُ سَهۡمٍ، فَقَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، قَدۡ عَلِمۡتَ مَوۡقِعَ حَارِثَةَ مِنۡ قَلۡبِي، فَإِنۡ كَانَ فِي الۡجَنَّةِ لَمۡ أَبۡكِ عَلَيۡهِ، وَإِلَّا سَوۡفَ تَرَى مَا أَصۡنَعُ، فَقَالَ لَهَا: (هَبِلۡتِ، أَجَنَّةٌ وَاحِدَةٌ هِيَ؟ إِنَّهَا جِنَانٌ كَثِيرَةٌ، وَإِنَّهُ فِي الۡفِرۡدَوۡسِ الۡأَعۡلَى). [طرفه في: ٢٨٠٩].

6567. Qutaibah telah menceritakan kepada kami: Isma’il bin Ja’far menceritakan kepada kami dari Humaid, dari Anas:

Bahwa ibu Haritsah mendatangi Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Haritsah telah meninggal pada hari Badr karena terkena panah yang tidak diketahui pelemparnya. Ibu Haritsah berkata, “Wahai Rasulullah, engkau sudah tahu tempat Haritsah di hatiku. Jika dia di janah, aku tidak akan menangisinya, namun jika tidak, engkau akan lihat yang akan aku lakukan.”

Rasulullah berkata kepadanya, “Apa engkau kehilangan akal? Apakah janah itu hanya satu? Janah itu ada banyak dan Haritsah berada di Firdaus yang paling tinggi.”

٦٥٦٨ - وَقَالَ ‏:‏ (غَدۡوَةٌ فِي سَبِيلِ اللهِ أَوۡ رَوۡحَةٌ خَيۡرٌ مِنَ الدُّنۡيَا وَمَا فِيهَا، وَلَقَابُ قَوۡسِ أَحَدِكُمۡ، أَوۡ مَوۡضِعُ قَدَمٍ مِنَ الۡجَنَّةِ، خَيۡرٌ مِنَ الدُّنۡيَا وَمَا فِيهَا، وَلَوۡ أَنَّ امۡرَأَةً مِنۡ نِسَاءِ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ اطَّلَعَتۡ إِلَى الۡأَرۡضِ لَأَضَاءَتۡ مَا بَيۡنَهُمَا، وَلَمَلَأَتۡ مَا بَيۡنَهُمَا رِيحًا، وَلَنَصِيفُهَا - يَعۡنِي الۡخِمَارَ - خَيۡرٌ مِنَ الدُّنۡيَا وَمَا فِيهَا‏). [طرفه في: ٢٧٩٦].

6568. Rasulullah bersabda, “Keberangkatan di jalan Allah di waktu pagi atau sore lebih baik daripada dunia seisinya. Janah seukuran separuh busur salah seorang kalian atau seukuran tempat kaki lebih baik daripada dunia seisinya. Kalau seorang wanita penghuni janah melihat ke bumi, niscaya akan menerangi antara keduanya dan aroma wanginya akan memenuhi antara keduanya. Penutup kepalanya, yakni kerudungnya, benar-benar lebih baik daripada dunia seisinya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7423

٧٤٢٣ - حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ الۡمُنۡذِرِ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ فُلَيۡحٍ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي: حَدَّثَنِي هِلَالٌ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ آمَنَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ، وَأَقَامَ الصَّلَاةَ، وَصَامَ رَمَضَانَ، كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنۡ يُدۡخِلَهُ الۡجَنَّةَ، هَاجَرَ فِي سَبِيلِ اللهِ، أَوۡ جَلَسَ فِي أَرۡضِهِ الَّتِي وُلِدَ فِيهَا). قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلَا نُنَبِّىءُ النَّاسَ بِذٰلِكَ؟ قَالَ: (إِنَّ فِي الۡجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ، أَعَدَّهَا اللهُ لِلۡمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِهِ، كُلُّ دَرَجَتَيۡنِ مَا بَيۡنَهُمَا كَمَا بَيۡنَ السَّمَاءِ وَالۡأَرۡضِ، فَإِذَا سَأَلۡتُمُ اللهَ فَسَلُوهُ الۡفِرۡدَوۡسَ، فَإِنَّهُ أَوۡسَطُ الۡجَنَّةِ، وَأَعۡلَى الۡجَنَّةِ، وَفَوۡقَهُ عَرۡشُ الرَّحۡمٰنِ، وَمِنۡهُ تَفَجَّرُ أَنۡهَارُ الۡجَنَّةِ). [طرفه في: ٢٧٩٠].

7423. Ibrahim bin Al-Mundzir telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Fulaih menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku: Hilal menceritakan kepadaku dari ‘Atha` bin Yasar, dari Abu Hurairah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Beliau bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menegakkan salat, dan berpuasa Ramadan, wajib bagi Allah untuk memasukkannya ke janah, baik dia berhijrah di jalan Allah atau tinggal di tanah kelahirannya.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa boleh kami beritakan kabar gembira ini kepada orang-orang?”

Beliau bersabda, “Sesungguhnya di dalam janah ada seratus tingkatan yang Allah siapkan untuk mujahidin di jalan Allah. Jarak antara setiap dua tingkat seperti antara langit dan bumi. Jika kalian meminta Allah, mintalah Firdaus, karena itulah janah bagian paling tengah atau paling tinggi. Di atas Firdaus ada arasy Ar-Rahman dan sungai-sungai janah memancar dari situ.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7001 dan 7002

١٢ - بَابُ الرُّؤۡيَا بِالنَّهَارِ
12. Bab mimpi di siang hari


وَقَالَ ابۡنُ عَوۡنٍ، عَنِ ابۡنِ سِيرِينَ: رُؤۡيَا النَّهَارِ مِثۡلُ رُؤۡيَا اللَّيۡلِ.

Ibnu ‘Aun berkata, dari Ibnu Sirin: Mimpi di siang hari seperti mimpi di malam hari.

٧٠٠١ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ إِسۡحَاقَ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي طَلۡحَةَ: أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بۡنَ مَالِكٍ يَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَدۡخُلُ عَلَى أُمِّ حَرَامٍ بِنۡتِ مِلۡحَانَ، وَكَانَتۡ تَحۡتَ عُبَادَةَ بۡنِ الصَّامِتِ، فَدَخَلَ عَلَيۡهَا يَوۡمًا فَأَطۡعَمَتۡهُ، وَجَعَلَتۡ تَفۡلِي رَأۡسَهُ، فَنَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ ثُمَّ اسۡتَيۡقَظَ وَهُوَ يَضۡحَكُ. [طرفه في: ٢٧٨٨].

7001. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami dari Ishaq bin ‘Abdullah bin Abu Thalhah: Beliau mendengar Anas bin Malik mengatakan:

Dahulu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—biasa masuk ke tempat Umu Haram binti Milhan. Saat itu, Umu Haram adalah istri ‘Ubadah bin Ash-Shamit. Suatu hari, Rasulullah masuk ke tempatnya lalu dia menghidangkan makanan untuk beliau. Lalu dia mencari kutu rambut kepala beliau. Lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidur kemudian terbangun dalam keadaan tertawa.

٧٠٠٢ – قَالَتۡ: فَقُلۡتُ: مَا يُضۡحِكُكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (نَاسٌ مِنۡ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللهِ، يَرۡكَبُونَ ثَبَجَ هٰذَا الۡبَحۡرِ، مُلُوكًا عَلَى الۡأَسِرَّةِ، أَوۡ، مِثۡلَ الۡمُلُوكِ عَلَى الۡأَسِرَّةِ). - شَكَّ إِسۡحَاقُ – قَالَتۡ: فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، ادۡعُ اللهَ أَنۡ يَجۡعَلَنِي مِنۡهُمۡ، فَدَعَا لَهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ، ثُمَّ وَضَعَ رَأۡسَهُ ثُمَّ اسۡتَيۡقَظَ وَهُوَ يَضۡحَكُ، فَقُلۡتُ: مَا يُضۡحِكُكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (نَاسٌ مِنۡ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللهِ) كَمَا قَالَ فِي الۡأُولَى، قَالَتۡ: فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ ادۡعُ اللهَ أَنۡ يَجۡعَلَنِي مِنۡهُمۡ، قَالَ: (أَنۡتِ مِنَ الۡأَوَّلِينَ)، فَرَكِبَتِ الۡبَحۡرَ فِي زَمَانِ مُعَاوِيَةَ بۡنِ أَبِي سُفۡيَانَ، فَصُرِعَتۡ عَنۡ دَابَّتِهَا حِينَ خَرَجَتۡ مِنَ الۡبَحۡرِ، فَهَلَكَتۡ. [طرفه في: ٢٧٨٨].

7002. Umu Haram berkata: Aku bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda, “Ada orang-orang dari kalangan umatku yang diperlihatkan kepadaku berperang di jalan Allah. Mereka mengarungi tengah lautan ini layaknya raja-raja di atas ranjang-ranjang.” Atau, “semisal raja-raja di atas ranjang-ranjang.” Ishaq ragu.

Umu Haram berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikan aku di antara mereka.”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pun mendoakannya. Kemudian beliau kembali meletakkan kepalanya lalu terbangun dalam keadaan tertawa. Aku bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda, “Ada orang-orang dari kalangan umatku yang diperlihatkan kepadaku berperang di jalan Allah.” Sebagaimana yang beliau katakan di awal.

Umu Haram berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikanku termasuk mereka.”

Beliau bersabda, “Engkau termasuk kelompok pertama.”

Umu Haram pun mengarungi lautan di zaman kepemimpinan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, lalu dia terjungkal dari tunggangannya ketika keluar dari lautan, kemudian meninggal.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6282 dan 6283

٦٢٨٢، ٦٢٨٣ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ إِسۡحَاقَ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي طَلۡحَةَ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا ذَهَبَ إِلَى قُبَاءٍ، يَدۡخُلُ عَلَى أُمِّ حَرَامٍ بِنۡتِ مِلۡحَانَ فَتُطۡعِمُهُ، وَكَانَتۡ تَحۡتَ عُبَادَةَ بۡنِ الصَّامِتِ، فَدَخَلَ يَوۡمًا فَأَطۡعَمَتۡهُ، فَنَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، ثُمَّ اسۡتَيۡقَظَ يَضۡحَكُ، قَالَتۡ: فَقُلۡتُ: مَا يُضۡحِكُكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ فَقَالَ: (نَاسٌ مِنۡ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللهِ، يَرۡكَبُونَ ثَبَجَ هٰذَا الۡبَحۡرِ، مُلُوكًا عَلَى الۡأَسِرَّةِ، أَوۡ قَالَ: مِثۡلُ الۡمُلُوكِ عَلَى الۡأَسِرَّةِ). شَكَّ إِسۡحَاقُ. قُلۡتُ: ادۡعُ اللهَ أَنۡ يَجۡعَلَنِي مِنۡهُمۡ، فَدَعَا، ثُمَّ وَضَعَ رَأۡسَهُ فَنَامَ، ثُمَّ اسۡتَيۡقَظَ يَضۡحَكُ، فَقُلۡتُ: مَا يُضۡحِكُكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (نَاسٌ مِنۡ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللهِ، يَرۡكَبُونَ ثَبَجَ هٰذَا الۡبَحۡرِ، مُلُوكًا عَلَى الۡأَسِرَّةِ، أَوۡ: مِثۡلَ الۡمُلُوكِ عَلَى الۡأَسِرَّةِ). فَقُلۡتُ: ادۡعُ اللهَ أَنۡ يَجۡعَلَنِي مِنۡهُمۡ، قَالَ: (أَنۡتِ مِنَ الۡأَوَّلِينَ). فَرَكِبَتِ الۡبَحۡرَ زَمَانَ مُعَاوِيَةَ، فَصُرِعَتۡ عَنۡ دَابَّتِهَا حِينَ خَرَجَتۡ مِنَ الۡبَحۡرِ، فَهَلَكَتۡ. [طرفه في: ٢٧٨٨].

6282, 6283. Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Ishaq bin ‘Abdullah bin Abu Thalhah, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—. Ishaq mendengar Anas mengatakan:

Dahulu, apabila Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pergi ke Quba`, beliau masuk ke rumah Umu Haram binti Milhan, lalu disuguhi makanan olehnya. Ketika itu, Umu Haram adalah istri ‘Ubadah bin Ash-Shamit.

Suatu hari Rasulullah masuk lalu Umu Haram menjamu beliau. Lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidur kemudian terbangun dalam keadaan tertawa. Umu Haram berkata: Aku bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda, “Ada orang-orang dari kalangan umatku yang diperlihatkan kepadaku berperang di jalan Allah. Mereka mengarungi tengah lautan ini layaknya raja-raja di atas ranjang-ranjang.” Atau, “semisal raja-raja di atas ranjang-ranjang.” Ishaq ragu.

Aku berkata, “Berdoalah kepada Allah agar menjadikan aku di antara mereka.”

Rasulullah pun mendoakannya. Kemudian beliau kembali meletakkan kepalanya lalu tidur. Kemudian beliau terbangun dalam keadaan tertawa. Aku bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda, “Ada orang-orang dari kalangan umatku yang diperlihatkan kepadaku berperang di jalan Allah. Mereka mengarungi tengah lautan ini layaknya raja-raja di atas ranjang-ranjang.” Atau, “semisal raja-raja di atas ranjang-ranjang.” Ishaq ragu.

Aku berkata, “Berdoalah kepada Allah agar menjadikanku termasuk mereka.”

Beliau bersabda, “Engkau termasuk kelompok pertama.”

Umu Haram pun mengarungi lautan di zaman kepemimpinan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, lalu dia terjungkal dari tunggangannya ketika keluar dari lautan, kemudian meninggal.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6494

٣٤ - بَابٌ الۡعُزۡلَةُ رَاحَةٌ مِنۡ خُلَّاطِ السُّوءِ
34. Bab uzlah adalah istirahat dari pergaulan yang buruk


٦٤٩٤ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: حَدَّثَنِي عَطَاءُ بۡنُ يَزِيدَ: أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ حَدَّثَهُ قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ (ح). وَقَالَ مُحَمَّدُ بۡنُ يُوسُفَ: حَدَّثَنَا الۡأَوۡزَاعِيُّ: حَدَّثَنَا الزُّهۡرِيُّ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَزِيدَ اللَّيۡثِيِّ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ قَالَ: جَاءَ أَعۡرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ أَيُّ النَّاسِ خَيۡرٌ؟ قَالَ: (رَجُلٌ جَاهَدَ بِنَفۡسِهِ وَمَالِهِ، وَرَجُلٌ فِي شِعۡبٍ مِنَ الشِّعَابِ: يَعۡبُدُ رَبَّهُ، وَيَدَعُ النَّاسَ مِنۡ شَرِّهِ). تَابَعَهُ الزُّبَيۡدِيُّ وَسُلَيۡمَانُ بۡنُ كَثِيرٍ، وَالنُّعۡمَانُ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ. وَقَالَ مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ عَطَاءٍ، أَوۡ عُبَيۡدِ اللهِ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. وَقَالَ يُونُسُ وَابۡنُ مُسَافِرٍ وَيَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عَطَاءٍ، عَنۡ بَعۡضِ أَصۡحَابِ النَّبِيِّ ﷺ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. [طرفه في: ٢٧٨٦].

6494. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: ‘Atha` bin Yazid menceritakan kepadaku bahwa Abu Sa’id menceritakan kepadanya. Beliau berkata: Ada yang berkata, “Wahai Rasulullah.”

(Dalam riwayat lain) Muhammad bin Yusuf berkata: Al-Auza’i menceritakan kepada kami: Az-Zuhri menceritakan kepada kami dari ‘Atha` bin Yazid Al-Laitsi, dari Abu Sa’id Al-Khudri. Beliau mengatakan:

Seorang arab badui datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling baik?”

Nabi menjawab, “Seseorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya dan seseorang yang berada di salah satu celah dari celah-celah gunung yang beribadah kepada Tuhannya dan meninggalkan manusia karena kejelekan mereka.”

Az-Zubaidi, Sulaiman bin Katsir, dan An-Nu’man mengiringi Syu’aib dari Az-Zuhri.

Ma’mar berkata: Dari Az-Zuhri, dari ‘Atha`, dari ‘Ubaidullah, dari Abu Sa’id, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Yunus, Ibnu Musafir, dan Yahya bin Sa’id berkata: Dari Ibnu Syihab, dari ‘Atha`, dari sebagian sahabat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3088

٣٠٨٨ - حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنِ ابۡنِ جُرَيۡجٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ كَعۡبٍ، عَنۡ أَبِيهِ وَعَمِّهِ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ كَعۡبٍ، عَنۡ كَعۡبٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنۡ سَفَرٍ ضُحًى دَخَلَ الۡمَسۡجِدَ، فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ قَبۡلَ أَنۡ يَجۡلِسَ. [طرفه في: ٢٧٥٧].

3088. Abu ‘Ashim telah menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Syihab, dari ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Ka’b, dari ayahnya dan pamannya—‘Ubaidullah bin Ka’b—, dari Ka’b—radhiyallahu ‘anhu—: Bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila tiba dari safar di waktu duha, beliau masuk masjid lalu salat dua rakaat sebelum beliau duduk.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3082 dan 3083

١٩٦ - بَابُ اسۡتِقۡبَالِ الۡغُزَاةِ
196. Bab penyambutan pasukan perang


٣٠٨٢ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي الۡأَسۡوَدِ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ زُرَيۡعٍ وَحُمَيۡدُ بۡنُ الۡأَسۡوَدِ، عَنۡ حَبِيبِ بۡنِ الشَّهِيدِ، عَنِ ابۡنِ أَبِي مُلَيۡكَةَ: قَالَ ابۡنُ الزُّبَيۡرِ لِابۡنِ جَعۡفَرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمۡ: أَتَذۡكُرُ إِذۡ تَلَقَّيۡنَا رَسُولَ اللهِ ﷺ أَنَا وَأَنۡتَ وَابۡنُ عَبَّاسٍ؟ قَالَ: نَعَمۡ، فَحَمَلَنَا وَتَرَكَكَ.

3082. ‘Abdullah bin Abu Al-Aswad telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Zurai’ dan Humaid bin Al-Aswad menceritakan kepada kami dari Habib bin Asy-Syahid, dari Ibnu Abu Mulaikah:

Ibnu Az-Zubair berkata kepada Ibnu Ja’far—radhiyallahu ‘anhum—, “Apakah engkau ingat ketika aku, engkau, dan Ibnu ‘Abbas menyambut Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?”

Ibnu Ja’far menjawab, “Iya, beliau memboncengkan kami (aku dan Ibnu ‘Abbas) dan tidak memboncengkan engkau.”

٣٠٨٣ - حَدَّثَنَا مَالِكُ بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ عُيَيۡنَةَ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: قَالَ السَّائِبُ بۡنُ يَزِيدَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: ذَهَبۡنَا نَتَلَقَّى رَسُولَ اللهِ ﷺ مَعَ الصِّبۡيَانِ إِلَى ثَنِيَّةِ الۡوَدَاعِ. [الحديث ٣٠٨٣ - طرفاه في: ٤٤٢٦، ٤٤٢٧].

3083. Malik bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Ibnu ‘Uyainah menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: As-Sa`ib bin Yazid—radhiyallahu ‘anhu—berkata: Kami pergi menyambut Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersama anak-anak ke Tsaniyyah Al-Wada’.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3081

١٩٥ - بَابٌ إِذَا اضۡطَرَّ الرَّجُلُ إِلَى النَّظَرِ فِي شُعُورِ أَهۡلِ الذِّمَّةِ، وَالۡمُؤۡمِنَاتِ إِذَا عَصَيۡنَ اللهَ، وَتَجۡرِيدِهِنَّ
195. Bab apabila seorang pria harus melihat rambut wanita kafir zimi atau mukminat ketika mereka durhaka kepada Allah, serta melucuti pakaian mereka


٣٠٨١ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ حَوۡشَبٍ الطَّائِفِيُّ: حَدَّثَنَا هُشَيۡمٌ: أَخۡبَرَنَا حُصَيۡنٌ، عَنۡ سَعۡدِ بۡنِ عُبَيۡدَةَ، عَنۡ أَبِي عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ، وَكَانَ عُثۡمَانِيًّا، فَقَالَ لِابۡنِ عَطِيَّةَ، وَكَانَ عَلَوِيًّا: إِنِّي لَأَعۡلَمُ مَا الَّذِي جَرَّأَ صَاحِبَكَ عَلَى الدِّمَاءِ، سَمِعۡتُهُ يَقُولُ: بَعَثَنِي النَّبِيُّ ﷺ وَالزُّبَيۡرَ، فَقَالَ: (ائۡتُوا رَوۡضَةَ كَذَا، وَتَجِدُونَ بِهَا امۡرَأَةً، أَعۡطَاهَا حَاطِبٌ كِتَابًا). فَأَتَيۡنَا الرَّوۡضَةَ: فَقُلۡنَا: الۡكِتَابَ، قَالَتۡ: لَمۡ يُعۡطِنِي، فَقُلۡنَا: لَتُخۡرِجِنَّ أَوۡ لَأُجَرِّدَنَّكِ، فَأَخۡرَجَتۡ مِنۡ حُجۡزَتِهَا، فَأَرۡسَلَ إِلَى حَاطِبٍ، فَقَالَ: لَا تَعۡجَلۡ، وَاللهِ مَا كَفَرۡتُ وَلَا ازۡدَدۡتُ لِلإِسۡلَامِ إِلَّا حُبًّا، وَلَمۡ يَكُنۡ أَحَدٌ مِنۡ أَصۡحَابِكَ إِلَّا وَلَهُ بِمَكَّةَ مَنۡ يَدۡفَعُ اللهُ بِهِ عَنۡ أَهۡلِهِ وَمَالِهِ، وَلَمۡ يَكُنۡ لِي أَحَدٌ، فَأَحۡبَبۡتُ أَنۡ أَتَّخِذَ عِنۡدَهُمۡ يَدًا، فَصَدَّقَهُ النَّبِيُّ ﷺ، قَالَ عُمَرُ: دَعۡنِي أَضۡرِبۡ عُنُقَهُ فَإِنَّهُ قَدۡ نَافَقَ، فَقَالَ: (وَمَا يُدۡرِيكَ؟ لَعَلَّ اللهَ اطَّلَعَ عَلَى أَهۡلِ بَدۡرٍ فَقَالَ: اعۡمَلُوا مَا شِئۡتُمۡ). فَهٰذَا الَّذِي جَرَّأَهُ. [طرفه في: ٣٠٠٧].

3081. Muhammad bin ‘Abdullah bin Hausyab Ath-Tha`ifi telah menceritakan kepadaku: Husyaim menceritakan kepada kami: Hushain mengabarkan kepada kami dari Sa’d bin ‘Ubaidah, dari Abu ‘Abdurrahman—beliau lebih mengutamakan ‘Utsman daripada ‘Ali—: Beliau berkata kepada Ibnu ‘Athiyyah—beliau lebih mengutamakan ‘Ali daripada ‘Utsman—:

Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui hal yang mendorong sahabatmu berani menumpahkan darah. Aku mendengarnya mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengutusku dan Az-Zubair. Beliau bersabda, “Kalian datangilah Raudhah ini. Kalian akan mendapati di sana ada seorang wanita yang diberi surat oleh Hathib.”

Kami mendatangi Raudhah tersebut. Kami berkata kepada wanita tersebut, “Serahkan surat itu!”

Wanita itu berkata, “Aku tidak diberi surat.”

Kami katakan, “Engkau harus keluarkan surat itu atau aku akan lucuti pakaianmu.”

Wanita itu mengeluarkan surat dari gelungan sarungnya. Nabi mengirim utusan kepada Hathib (untuk memanggilnya). (Setelah Hathib datang,) Hathib berkata, “Jangan buru-buru. Demi Allah, aku tidak kafir dan tidaklah perasaanku kepada Islam kecuali makin cinta. Tidaklah salah seorang dari sahabat-sahabatmu kecuali dia memiliki orang yang berada di Makkah yang bisa melindungi keluarga dan hartanya, sementara aku tidak memiliki seorang pun di sana. Oleh karena itu, aku ingin memiliki jasa di sisi mereka.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membenarkan pengakuannya. ‘Umar berkata, “Biarkan aku memenggal lehernya karena dia telah melakukan perbuatan kemunafikan!”

Nabi bersabda, “Apakah engkau tahu bahwa bisa jadi Allah telah melihat pejuang perang Badr lalu berkata, ‘Lakukan apa saja yang kalian kehendaki!’”

Hal inilah yang membuatnya berani.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3078, 3079, dan 3080

٣٠٧٨، ٣٠٧٩ - حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ مُوسَى: أَخۡبَرَنَا يَزِيدُ بۡنُ زُرَيۡعٍ، عَنۡ خَالِدٍ، عَنۡ أَبِي عُثۡمَانَ النَّهۡدِيِّ، عَنۡ مُجَاشِعِ بۡنِ مَسۡعُودٍ قَالَ: جَاءَ مُجَاشِعٌ بِأَخِيهِ مُجَالِدِ بۡنِ مَسۡعُودٍ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: هٰذَا مُجَالِدٌ يُبَايِعُكَ عَلَى الۡهِجۡرَةِ، فَقَالَ: (لَا هِجۡرَةَ بَعۡدَ فَتۡحِ مَكَّةَ، وَلَكِنۡ أُبَايِعُهُ عَلَى الۡإِسۡلَامِ).

[طرفه في: ٢٩٦٢، ٢٩٦٣].

3078, 3079. Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Zurai’ mengabarkan kepada kami dari Khalid, dari Abu ‘Utsman An-Nahdi, dari Mujasyi’ bin Mas’ud. Beliau berkata:

Mujasyi’ datang bersama saudaranya, yaitu Mujalid bin Mas’ud, kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau mengatakan, “Ini Mujalid ingin membaiat kepadamu untuk hijrah.”

Nabi bersabda, “Tidak ada hijrah lagi (dari Makkah) setelah fatah Makkah. Akan tetapi aku akan mengambil baiatnya untuk Islam.”

٣٠٨٠ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: قَالَ عَمۡرٌو وَابۡنُ جُرَيۡجٍ: سَمِعۡتُ عَطَاءً يَقُولُ: ذَهَبۡتُ مَعَ عُبَيۡدِ بۡنِ عُمَيۡرٍ إِلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا وَهِيَ مُجَاوِرَةٌ بِثَبِيرٍ، فَقَالَتۡ لَنَا: انۡقَطَعَتِ الۡهِجۡرَةُ مُنۡذُ فَتَحَ اللهُ عَلَى نَبِيِّهِ ﷺ مَكَّةَ.

[الحديث ٣٠٨٠ - طرفاه في: ٣٩٠٠، ٤٣١٢].

3080. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: ‘Amr dan Ibnu Juraij berkata: Aku mendengar ‘Atha` berkata: Aku pergi bersama ‘Ubaid bin ‘Umair ke tempat ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—ketika beliau sedang berada di dekat gunung Tsabir. ‘Aisyah berkata kepada kami, “Hijrah (dari Makkah) sudah tidak ada lagi sejak Allah menaklukkan Makkah untuk Nabi-Nya—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3077

١٩٣ - بَابُ مَا يُعۡطَى الۡبَشِيرُ
193. Bab pemberian kepada penyampai kabar gembira


وَأَعۡطَى كَعۡبُ بۡنُ مَالِكٍ ثَوۡبَيۡنِ حِينَ بُشِّرَ بِالتَّوۡبَةِ.

Ka’b bin Malik memberi dua pakaian ketika diberi kabar gembira berupa diterimanya tobat beliau.

١٩٤ - بَابٌ لَا هِجۡرَةَ بَعۡدَ الۡفَتۡحِ
194. Bab tidak ada hijrah setelah fatah (Makkah)


٣٠٧٧ - حَدَّثَنَا آدَمُ بۡنُ أَبِي إِيَاسٍ: حَدَّثَنَا شَيۡبَانُ، عَنۡ مَنۡصُورٍ، عَنۡ مُجَاهِدٍ، عَنۡ طَاوُسٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ يَوۡمَ فَتۡحِ مَكَّةَ: (لَا هِجۡرَةَ، وَلَكِنۡ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ، وَإِذَا اسۡتُنۡفِرۡتُمۡ فَانۡفِرُوا). [طرفه في: ١٣٤٩].

3077. Adam bin Abu Iyas telah menceritakan kepada kami: Syaibah menceritakan kepada kami dari Manshur, dari Mujahid, dari Thawus, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda pada hari fatah Makkah, “Tidak ada lagi hijrah (dari Makkah) akan tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Apabila kalian diperintahkan untuk pergi berperang, pergilah.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3076

١٩٢ - بَابُ الۡبِشَارَةِ فِي الۡفُتُوحِ
192. Bab kabar gembira akan kemenangan


٣٠٧٦ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا يَحۡيَى: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي قَيۡسٌ قَالَ: قَالَ لِي جَرِيرُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَلَا تُرِيحُنِي مِنۡ ذِي الۡخَلَصَةِ؟) وَكَانَ بَيۡتًا فِيهِ خَثۡعَمُ، يُسَمَّى كَعۡبَةَ الۡيَمَانِيَةَ، فَانۡطَلَقۡتُ فِي خَمۡسِينَ وَمِائَةٍ مِنۡ أَحۡمَسَ، وَكَانُوا أَصۡحَابَ خَيۡلٍ، فَأَخۡبَرۡتُ النَّبِيَّ ﷺ أَنِّي لَا أَثۡبُتُ عَلَى الۡخَيۡلِ، فَضَرَبَ فِي صَدۡرِي حَتَّى رَأَيۡتُ أَثَرَ أَصَابِعِهِ فِي صَدۡرِي فَقَالَ: (اللّٰهُمَّ ثَبِّتۡهُ، وَاجۡعَلۡهُ هَادِيًا مَهۡدِيًّا). فَانۡطَلَقَ إِلَيۡهَا فَكَسَرَهَا وَحَرَّقَهَا، فَأَرۡسَلَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ يُبَشِّرُهُ فَقَالَ رَسُولُ جَرِيرٍ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالۡحَقِّ، مَا جِئۡتُكَ حَتَّى تَرَكۡتُهَا كَأَنَّهَا جَمَلٌ أَجۡرَبُ، فَبَارَكَ عَلَى خَيۡلِ أَحۡمَسَ وَرِجَالِهَا، خَمۡسَ مَرَّاتٍ. قَالَ مُسَدَّدٌ: بَيۡتٌ فِي خَثۡعَمَ. [طرفه في: ٣٠٢٠].

3076. Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami: Isma’il menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Qais menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Jarir bin ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhu—berkata kepadaku:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepadaku, “Tidakkah engkau bisa mengistirahatkanku dari Dzu Al-Khalashah?”

Dzu Al-Khalashah adalah sebuah rumah yang didiami kabilah Khats’am yang dinamai Kakbah Yamaniyah.

Aku berangkat dalam rombongan pasukan sebanyak seratus lima puluh dari kabilah Ahmas. Mereka adalah para ahli penunggang kuda. Aku memberitahu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bahwa aku adalah orang yang tidak ahli menunggang kuda, lalu Nabi memukul di bagian dadaku hingga aku melihat bekas jari-jari beliau di dadaku. Beliau berdoa, “Ya Allah, mapankan dia dan jadikan dia pemberi petunjuk lagi mendapat petunjuk!”

Jarir pergi ke Dzu Al-Khalashah, menghancurkannya, lalu membakarnya. Kemudian Jarir mengirim utusan kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—untuk memberi kabar gembira kepada beliau.

Utusan Jarir berkata, “Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak mendatangimu sampai aku meninggalkan Dzu Al-Khalashah seakan-akan dia seekor unta yang kudisan.”

Lalu Nabi mendoakan keberkahan untuk kuda-kuda kabilah Ahmas dan para penunggangnya sebanyak lima kali.

Musaddad berkata: (Dzu Al-Khalashah adalah) sebuah rumah di Khats’am.

Penyembelihan Kematian

Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat 260 H) di dalam kitab Lum'atul I'tiqad berkata:
وَيُؤۡتَى بِالۡمَوۡتِ فِي صُورَةِ كَبۡشٍ أَمۡلَحَ، وَيُذۡبَحُ بَيۡنَ الۡجَنَّةِ وَالنَّارِ، ثُمَّ يُقَالُ: (يَا أَهۡلَ الۡجَنَّةِ خُلُودٌ وَلَا مَوۡتَ، وَيَا أَهۡلَ النَّارِ خُلُودٌ وَلَا مَوۡتَ).
Kematian akan didatangkan dalam bentuk seekor kibas berbulu putih campur hitam. Kibas tersebut akan disembelih di antara janah dan neraka kemudian dikatakan, “Wahai penghuni janah, kalian kekal dan tidak ada kematian. Wahai penghuni neraka, kalian kekal dan tidak ada kematian.”[1]


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah di dalam kitab Syarh Lum'atil I'tiqad berkata:

[1] ذَبۡحُ الۡمَوۡتِ:

Penyembelihan kematian:

الۡمَوۡتُ: زَوَالُ الۡحَيَاةِ، وَكُلُّ نَفۡسٍ ذَائِقَةُ الۡمَوۡتِ.

Kematian adalah hilangnya kehidupan. Setiap jiwa akan merasakan kematian.

وَهُوَ أَمۡرٌ مَعۡنَوِيٌّ غَيۡرُ مَحۡسُوسٍ بِالرُّؤۡيَةِ وَلَكِنَّ اللهَ تَعَالَى يَجۡعَلُهُ شَيۡئًا مَرۡئِيًّا مُجَسَّمًا وَيُذۡبَحُ بَيۡنَ الۡجَنَّةِ وَالنَّارِ لِحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (يُؤۡتَى بِالۡمَوۡتِ كَهَيۡئَةِ كَبۡشٍ أَمۡلَحَ فَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا أَهۡلَ الۡجَنَّةِ فَيَشۡرَئِبُّونَ وَيَنۡظُرُونَ فَيَقُولُ: هَلۡ تَعۡرِفُونَ هٰذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ هٰذَا الۡمَوۡتُ، وَكُلُّهُمۡ قَدۡ رَآهُ، ثُمَّ يُنَادِي: يَا أَهۡلَ النَّارِ فَيَشۡرَئِبُّونَ وَيَنۡظُرُونَ فَيَقُولُ: هَلۡ تَعۡرِفُونَ هٰذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ هٰذَا الۡمَوۡتُ، وَكُلُّهُمۡ قَدۡ رَآهُ، فَيُذۡبَحُ ثُمَّ يَقُولُ: يَا أَهۡلَ الۡجَنَّةِ خُلُودٌ فَلَا مَوۡتَ، وَيَا أَهۡلَ النَّارِ خُلُودٌ فَلَا مَوۡتَ) ثُمَّ قَرَأَ: ﴿وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡحَسۡرَةِ إِذۡ قُضِىَ ٱلۡأَمۡرُ وَهُمۡ فِى غَفۡلَةٍ وَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ﴾ [مريم: ٣٩].

Kematian adalah sesuatu yang tidak berbentuk. Tidak bisa diindra oleh penglihatan. Tetapi Allah taala akan menjadikan kematian sebagai sesuatu yang bisa dilihat dan memiliki bentuk. Lalu kematian akan disembelih di antara janah dan neraka berdasarkan hadis Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—, bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda,

Kematian akan didatangkan seperti wujud seekor kibas berbulu putih campur hitam. Lalu ada yang berseru, “Wahai penghuni janah!”

Para penghuni janah mendongakkan kepala dan melihat. Penyeru tadi berkata, “Apa kalian tahu ini?”

Mereka menjawab, “Iya. Itu adalah kematian.” Mereka semua pernah melihatnya.

Kemudian penyeru tadi berseru, “Wahai penghuni neraka!”

Penghuni neraka mendongakkan kepala dan melihat. Penyeru tadi berkata, “Apa kalian tahu ini?”

Mereka menjawab, “Iya. Itu adalah kematian.” Mereka semua pernah melihatnya.

Lalu kematian itu disembelih. Kemudian penyeru tadi berkata, “Wahai penghuni janah, kalian kekal dan tidak ada kematian. Wahai penghuni neraka, kalian kekal dan tidak ada kematian.”

Kemudian Nabi membaca ayat, “Peringatkan mereka tentang hari penyesalan! Yaitu ketika semua perkara telah diputuskan, sementara mereka lalai dan mereka tidak beriman.” (QS. Maryam: 39).

أَخۡرَجَهُ الۡبُخَارِيُّ فِي تَفۡسِيرِ هٰذِهِ الۡآيَةِ، وَرَوَى نَحۡوَهُ فِي صِفَةِ الۡجَنَّةِ وَالنَّارِ مِنۡ حَدِيثِ ابۡنِ عُمَرَ مَرۡفُوعًا.

Al-Bukhari meriwayatkannya dalam bab tafsir ayat ini (hadis nomor 4730). Beliau juga meriwayatkan semisal hadis ini (nomor 6548) dalam bab sifat janah dan neraka dari hadis Ibnu ‘Umar secara marfuk.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3075

١٩١ - بَابُ مَا يُكۡرَهُ مِنۡ ذَبۡحِ الۡإِبِلِ وَالۡغَنَمِ فِي الۡمَغَانِمِ
191. Bab penyembelihan yang dibenci dari unta dan kambing ganimah


٣٠٧٥ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَبَايَةَ بۡنِ رِفَاعَةَ، عَنۡ جَدِّهِ رَافِعٍ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ بِذِي الۡحُلَيۡفَةِ، فَأَصَابَ النَّاسَ جُوعٌ، وَأَصَبۡنَا إِبِلًا وَغَنَمًا، وَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ فِي أُخۡرَيَاتِ النَّاسِ، فَعَجِلُوا فَنَصَبُوا الۡقُدُورَ، فَأَمَرَ بِالۡقُدُورِ فَأُكۡفِئَتۡ، ثُمَّ قَسَمَ فَعَدَلَ عَشَرَةً مِنَ الۡغَنَمِ بِبَعِيرٍ، فَنَدَّ مِنۡهَا بَعِيرٌ، وَفِي الۡقَوۡمِ خَيۡلٌ يَسِيرٌ فَطَلَبُوهُ فَأَعۡيَاهُمۡ، فَأَهۡوَى إِلَيۡهِ رَجُلٌ بِسَهۡمٍ فَحَبَسَهُ اللهُ، فَقَالَ: (هٰذِهِ الۡبَهَائِمُ لَهَا أَوَابِدُ كَأَوَابِدِ الۡوَحۡشِ، فَمَا نَدَّ عَلَيۡكُمۡ، فَاصۡنَعُوا بِهِ هَكَذَا). فَقَالَ جَدِّي: إِنَّا نَرۡجُو، أَوۡ نَخَافُ أَنۡ نَلۡقَى الۡعَدُوَّ غَدًا، وَلَيۡسَ مَعَنَا مُدًى، أَفَنَذۡبَحُ بِالۡقَصَبِ؟ فَقَالَ: (مَا أَنۡهَرَ الدَّمَ وَذُكِرَ اسۡمُ اللهِ فَكُلۡ، لَيۡسَ السِّنَّ وَالظُّفُرَ، وَسَأُحَدِّثُكُمۡ عَنۡ ذٰلِكَ: أَمَّا السِّنُّ فَعَظۡمٌ، وَأَمَّا الظُّفُرُ فَمُدَى الۡحَبَشَةِ). [طرفه في: ٢٤٨٨].

3075. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah memceritakan kepada kami dari Sa’id bin Masruq, dari ‘Abayah bin Rifa’ah, dari kakeknya, yaitu Rafi’. Beliau mengatakan:

Kami pernah bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di Dzul Hulaifah. Kaum muslimin saat itu mengalami kelaparan, sementara kami telah mendapatkan ganimah unta dan kambing. Waktu itu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masih berada di rombongan belakang. Mereka terburu-buru menyiapkan periuk-periuk. (Setelah Nabi tiba) beliau memerintahkan agar periuk-periuk itu digulingkan.

Kemudian beliau membagikan ganimah. Beliau menyetarakan sepuluh ekor kambing dengan seekor unta.

Seekor unta dari ganimah itu kabur. Dalam rombongan itu ada sedikit kuda. Mereka mengejar unta tadi namun kewalahan menangkapnya. Seseorang melempar panah ke unta itu sehingga Allah menahannya. Kemudian Nabi bersabda, “Sesungguhnya binatang-binatang ternak ini ada yang mempunyai sifat liar seperti binatang-binatang liar. Maka jika binatang tersebut membuat kalian kewalahan, maka berbuatlah seperti tadi.”

Kakekku mengatakan, “Sesungguhnya kami berharap atau khawatir akan musuh besok dan kita tidak punya pisau. Apakah kami boleh menyembelih dengan qashab (rotan)?”

Nabi bersabda, “Apa saja yang bisa mengalirkan darah dan nama Allah disebut atasnya, kalian makanlah. Asal bukan gigi dan kuku. Akan aku ceritakan alasannya: adapun gigi, itu adalah tulang; sedangkan kuku adalah pisau orang Habasyah.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3074

١٩٠ - بَابُ الۡقَلِيلِ مِنَ الۡغُلُولِ
190. Bab ghulul yang sedikit


وَلَمۡ يَذۡكُرۡ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَمۡرٍو، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ حَرَّقَ مَتَاعَهُ، وَهٰذَا أَصَحُّ.

‘Abdullah bin ‘Amr tidak menyebutkan dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bahwa beliau membakar barang milik seseorang. Riwayat ini lebih sahih.

٣٠٧٤ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَمۡرٍو، عَنۡ سَالِمِ بۡنِ أَبِي الۡجَعۡدِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرٍو قَالَ: كَانَ عَلَى ثَقَلِ النَّبِيِّ ﷺ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ كِرۡكِرَةُ فَمَاتَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (هُوَ فِي النَّارِ). فَذَهَبُوا يَنۡظُرُونَ إِلَيۡهِ فَوَجَدُوا عَبَاءَةً قَدۡ غَلَّهَا.

قَالَ أَبُو عَبۡدِ اللهِ: قَالَ ابۡنُ سَلَامٍ: كَرۡكَرَةُ، يَعۡنِي بِفَتۡحِ الۡكَافِ، وَهُوَ مَضۡبُوطٌ كَذَا.

3074. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan memceritakan kepada kami dari ‘Amr, dari Salim bin Abu Al-Ja’d, dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Beliau berkata:

Dahulu ada seorang lelaki yang menjaga perbekalan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Dia dinamai Kirkirah. Kemudian dia meninggal. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Dia di neraka.”

Para sahabat pergi melihatnya. Mereka menemukan selembar abaya yang dia ambil dari ganimah sebelum dibagikan.

Abu ‘Abdullah berkata: Ibnu Salam berkata: Karkarah, yakni dengan memberi harakat fatah pada huruf kaf. Dan dia tepat demikian.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6548

٦٥٤٨ - حَدَّثَنَا مُعَاذُ بۡنُ أَسَدٍ، أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا عُمَرُ بۡنُ مُحَمَّدِ بۡنِ زَيۡدٍ، عَنۡ أَبِيهِ أَنَّهُ حَدَّثَهُ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِذَا صَارَ أَهۡلُ الۡجَنَّةِ إِلَى الۡجَنَّةِ، وَأَهۡلُ النَّارِ إِلَى النَّارِ، جِيءَ بِالۡمَوۡتِ حَتَّى يُجۡعَلَ بَيۡنَ الۡجَنَّةِ وَالنَّارِ، ثُمَّ يُذۡبَحُ، ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ: يَا أَهۡلَ الۡجَنَّةِ لَا مَوۡتَ، يَا أَهۡلَ النَّارِ لَا مَوۡتَ، فَيَزۡدَادُ أَهۡلُ الۡجَنَّةِ فَرَحًا إِلَى فَرَحِهِمۡ، وَيَزۡدَادُ أَهۡلُ النَّارِ حُزۡنًا إِلَى حُزۡنِهِمۡ). [طرفه في: ٦٥٤٤].

6548. Mu’adz bin Asad telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: ‘Umar bin Muhammad bin Zaid mengabarkan kepada kami dari ayahnya, bahwa beliau menceritakan kepadanya dari Ibnu ‘Umar. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apabila penghuni janah sudah menempati janah dan penghuni neraka sudah menempati neraka, kematian didatangkan hingga diletakkan di antara janah dan neraka. Kemudian kematian tersebut disembelih. Lalu ada penyeru yang menyeru, ‘Wahai penghuni janah, sudah tidak ada kematian. Wahai penghuni neraka, sudah tidak ada kematian.’ Maka, penghuni janah tambah gembira di atas kegembiraan mereka dan penghuni neraka tambah sedih di atas kesedihan mereka.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4730

١ - بَابٌ ﴿وَأَنۡذِرۡهُمۡ يَوۡمَ الۡحَسۡرَةِ﴾ [٣٩]
1. Bab “Peringatkan mereka tentang hari penyesalan” (QS. Maryam: 39)


٤٧٣٠ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصِ بۡنِ غِيَاثٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ: حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (يُؤۡتَى بِالۡمَوۡتِ كَهَيۡئَةِ كَبۡشٍ أَمۡلَحَ، فَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا أَهۡلَ الۡجَنَّةِ، فَيَشۡرَئِبُّونَ وَيَنۡظُرُونَ، فَيَقُولُ: هَلۡ تَعۡرِفُونَ هٰذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ، هٰذَا الۡمَوۡتُ وَكُلُّهُمۡ قَدۡ رَآهُ.

4730. ‘Umar bin Hafsh bin Ghiyats telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami: Abu Shalih menceritakan kepada kami dari Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda:

Kematian akan didatangkan seperti wujud seekor kibas berbulu putih campur hitam. Lalu ada yang berseru, “Wahai penghuni janah!”

Para penghuni janah mendongakkan kepala dan melihat. Penyeru tadi berkata, “Apa kalian tahu ini?”

Mereka menjawab, “Iya. Itu adalah kematian.” Mereka semua pernah melihatnya.

ثُمَّ يُنَادِي: يَا أَهۡلَ النَّارِ، فَيَشۡرَئِبُّونَ وَيَنۡظُرُونَ، فَيَقُولُ: هَلۡ تَعۡرِفُونَ هٰذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ، هٰذَا الۡمَوۡتُ، وَكُلُّهُمۡ قَدۡ رَآهُ، فَيُذۡبَحُ. ثُمَّ يَقُولُ: يَا أَهۡلَ الۡجَنَّةِ خُلُودٌ فَلَا مَوۡتَ، وَيَا أَهۡلَ النَّارِ خُلُودٌ فَلَا مَوۡتَ. ثُمَّ قَرَأَ: ﴿وَأَنۡذِرۡهُمۡ يَوۡمَ الۡحَسۡرَةِ إِذۡ قُضِيَ الۡأَمۡرُ وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٍ﴾ وَهَؤُلَاءِ فِي غَفۡلَةٍ أَهۡلُ الدُّنۡيَا ﴿وَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ﴾) [٣٩].

Kemudian penyeru tadi berseru, “Wahai penghuni neraka!”

Penghuni neraka mendongakkan kepala dan melihat. Penyeru tadi berkata, “Apa kalian tahu ini?”

Mereka menjawab, “Iya. Itu adalah kematian.” Mereka semua pernah melihatnya.

Lalu kematian itu disembelih. Kemudian penyeru tadi berkata, “Wahai penghuni janah, kalian kekal dan tidak ada kematian. Wahai penghuni neraka, kalian kekal dan tidak ada kematian.”

Kemudian Nabi membaca ayat, “Peringatkan mereka tentang hari penyesalan. Yaitu ketika semua perkara telah diputuskan, sementara mereka lalai.” Maksudnya, mereka ketika di dunia dalam kelalaian. “Dan mereka tidak beriman.” (QS. Maryam: 39).

Janah dan Neraka

Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat 260 H) di dalam kitab Lum'atul I'tiqad berkata:

وَالۡجَنَّةُ وَالنَّارُ مَخۡلُوقَتَانِ لَا تَفۡنَيَانِ، فَالۡجَنَّةُ دَارُ أَوۡلِيَائِهِ، وَالنَّارُ عِقَابٌ لِأَعۡدَائِهِ، وَأَهۡلُ الۡجَنَّةِ فِيهَا مُخَلَّدُونَ ﴿إِنَّ ٱلۡمُجۡرِمِينَ فِى عَذَابِ جَهَنَّمَ خَـٰلِدُونَ ۝٧٤ لَا يُفَتَّرُ عَنۡهُمۡ وَهُمۡ فِيهِ مُبۡلِسُونَ﴾ [الزخروف: ٧٤-٧٥].

Janah dan neraka adalah dua makhluk yang tidak akan fana. Janah adalah negeri para wali Allah, sedangkan neraka adalah hukuman bagi para musuh-Nya. Penghuni janah kekal di dalamnya.

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahanam. Azab itu tidak diringankan dari mereka dan mereka putus asa di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf: 74-75).[1]


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah di dalam kitab Syarh Lum'atil I'tiqad berkata:

[1] الۡجَنَّةُ وَالنَّارُ:

Janah dan neraka:

الۡجَنَّةُ لُغَةً: الۡبُسۡتَانُ الۡكَثِيرُ الۡأَشۡجَارُ، وَشَرۡعًا: الدَّارُ الَّتِي أَعَدَّهَا اللهُ فِي الۡآخِرَةِ لِلۡمُتَّقِينَ.

Kata janah secara bahasa artinya kebun yang banyak pohonnya. Secara syariat artinya negeri yang telah Allah siapkan di akhirat untuk orang-orang yang bertakwa.

وَالنَّارُ لُغَةً: مَعۡرُوفَةٌ، وَشَرۡعًا: الدَّارُ الَّتِي أَعَدَّهَا اللهُ فِي الۡآخِرَةِ لِلۡكَافِرِينَ.

Kata an-nar (neraka) secara bahasa artinya diketahui (yaitu api). Secara istilah artinya negeri yang telah Allah siapkan di akhirat untuk orang-orang kafir.

وَهُمَا مَخۡلُوقَتَانِ الۡآنَ لِقَوۡلِهِ تَعَالَى فِي الۡجَنَّةِ: ﴿أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ﴾ [آل عمران: ١٣٣]، وَفِي النَّارِ ﴿أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ﴾ [البقرة: ٢٤]، وَالۡإِعۡدَادُ: التَّهِيئَةُ.

Keduanya telah diciptakan sekarang berdasarkan firman Allah taala tentang janah, “Telah disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran: 133). Juga firman Allah tentang neraka, “Telah disiapkan untuk orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 24). Kata i’dad artinya adalah persiapan.

وَلِقَوۡلِهِ ﷺ حِينَ صَلَّى صَلَاةَ الۡكُسُوفِ: (إِنِّي رَأَيۡتُ الۡجَنَّةَ فَتَنَاوَلۡتُ مِنۡهَا عُنۡقُودًا وَلَوۡ أَخَذۡتُهُ لَأَكَلۡتُمۡ مِنۡهُ مَا بَقِيَتِ الدُّنۡيَا، وَرَأَيۡتُ النَّارَ فَلَمۡ أَرَ كَالۡيَوۡمِ مَنۡظَرًا قَطُّ أَفۡظَعُ مِنۡهَا). مُتَّفَقٌ عَلَيۡهِ.

Juga berdasarkan sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sesudah beliau salat gerhana, “Sesungguhnya aku tadi melihat janah, maka aku hendak mengambil seikat (anggur). Seandainya aku berhasil mengambilnya niscaya kalian akan dapat makan darinya selama dunia masih ada. Lalu aku melihat neraka dan aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan (yang lebih jelek) seperti hari ini.” (HR. Al-Bukhari nomor 1052 dan 5197 dan Muslim nomor 907).

وَالۡجَنَّةُ وَالنَّارُ لَا تَفۡنِيَانِ لِقَوۡلِهِ: ﴿جَزَآؤُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ جَنَّٰتُ عَدۡنٍ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا﴾ [البينة: ٨]، وَالۡآيَاتُ فِي تَأۡبِيدِ الۡخُلُودِ فِي الۡجَنَّةِ كَثِيرَةٌ.

Janah dan neraka tidak akan fana berdasarkan firman Allah, “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah janah ‘Adn yang sungai-sungai mengalir di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. Al-Bayyinah: 8).

Ayat-ayat tentang kekekalan di dalam janah selama-lamanya berjumlah banyak.

وَأَمَّا فِي النَّارِ فَذَكَرَ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ فِي النِّسَاءِ: ﴿إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَظَلَمُوا۟ لَمۡ يَكُنِ ٱللَّهُ لِيَغۡفِرَ لَهُمۡ وَلَا لِيَهۡدِيَهُمۡ طَرِيقًا ۝١٦٨ إِلَّا طَرِيقَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا﴾ [النساء: ١٦٨، ١٦٩].

Adapun tentang neraka, Allah menyebutkan di tiga tempat. Di dalam surah An-Nisa`, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan zalim, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni mereka dan tidak akan menunjukkan jalan kepada mereka. Kecuali jalan menuju neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. An-Nisa`: 168-169).

وَفِي الۡأَحۡزَابِ: ﴿إِنَّ ٱللَّهَ لَعَنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمۡ سَعِيرًا ۝٦٤ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا﴾ [الۡأحزاب: ٦٤، ٦٥].

Di dalam surah Al-Ahzab, “Sesungguhnya Allah melaknat orang-orang kafir dan menyiapkan neraka yang menyala-nyala untuk mereka. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. Al-Ahzab: 64-65).

وَفِي الۡجِنِّ: ﴿وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَإِنَّ لَهُۥ نَارَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا﴾ [الجن: ٢٣].

Di dalam surah Al-Jinn, “Barang siapa durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh neraka Jahannam untuknya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. Al-Jinn: 23).

وَقَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّ ٱلۡمُجۡرِمِينَ فِى عَذَابِ جَهَنَّمَ خَـٰلِدُونَ ۝٧٤ لَا يُفَتَّرُ عَنۡهُمۡ وَهُمۡ فِيهِ مُبۡلِسُونَ﴾ [الزخرف: ٧٤، ٧٥].

Allah taala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahanam. Azab itu tidak diringankan dari mereka dan mereka putus asa di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf: 74-75).

مَكَانُ الۡجَنَّةِ وَالنَّارِ:

Tempat janah dan neraka:

الۡجَنَّةُ فِي أَعۡلَى عِلِّيِّينَ لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿كـَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلۡأَبۡرَارِ لَفِى عِلِّيِّينَ﴾ [المطففين: ١٨].

Janah berada di atas langit ketujuh berdasarkan firman Allah taala, “Sekali-kali tidak. Sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu berada di dalam ‘illiyyin.” (QS. Al-Muthaffifin: 18).

وَقَوۡلِهِ ﷺ فِي حَدِيثِ الۡبَرَاءِ بۡنِ عَازِبٍ الۡمَشۡهُورِ فِي قِصَّةِ فِتۡنَةِ الۡقَبۡرِ: (فَيَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: اكۡتُبُوا كِتَابَ عَبۡدِي فِي عِلِّيِّينَ وَأَعِيدُوهُ إِلَى الۡأَرۡضِ).

Juga berdasarkan sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di dalam hadis Al-Bara` bin ‘Azib yang terkenal tentang kisah ujian kubur, “Allah—‘azza wa jalla—berkata: Tulislah kitab hamba-Ku di ‘illiyin dan kembalikanlah dia ke bumi!”

وَالنَّارُ فِي أَسۡفَلِ سَافِلِينَ لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿كـَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلۡفُجَّارِ لَفِى سِجِّينٍ﴾ [المطففين: ٧].

Neraka berada di tempat yang paling rendah berdasarkan firman Allah taala, “Sekali-kali tidak. Sesungguhnya kitab orang yang durhaka berada di dalam sijjin.” (QS. Al-Muthaffifin: 7).

وَقَوۡلِهِ ﷺ فِي حَدِيثِ الۡبَرَاءِ بۡنِ عَازِبٍ السَّابِقِ: (فَيَقُولُ اللهُ تَعَالَى: اكۡتُبُوا كِتَابَ عَبۡدِي فِي سِجِّينٍ فِي الۡأَرۡضِ السُّفۡلَى).

Juga berdasarkan sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di dalam hadis Al-Bara` bin ‘Azib yang lalu, “Lalu Allah taala berkata: Tulislah kitab hamba-Ku di sijjin di lapisan bumi terendah!”

أَهۡلُ الۡجَنَّةِ وَأَهۡلُ النَّارِ:

Penghuni janah dan penghuni neraka:

أَهۡلُ الۡجَنَّةِ كُلُّ مُؤۡمِنٍ تَقِيٍّ لِأَنَّهُمۡ أَوۡلِيَاءُ اللهِ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الۡجَنَّةِ: ﴿أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ﴾ [آل عمران: ١٣٣]، ﴿أُعِدَّتۡ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ﴾ [الحديد: ٢١].

Penghuni janah adalah seluruh orang yang beriman bertakwa karena mereka adalah wali-wali Allah. Allah taala berfirman tentang janah, “Telah disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran: 133).

“Telah disiapkan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.” (QS. Al-Hadid: 21).

وَأَهۡلُ النَّارِ كُلُّ كَافِرٍ شَقِيٍّ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي النَّارِ: ﴿أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ﴾ [البقرة: ٢٤]، ﴿فَأَمَّا ٱلَّذِينَ شَقُوا۟ فَفِى ٱلنَّارِ﴾ [هود: ١٠٦].

Penghuni neraka adalah seluruh orang kafir yang celaka. Allah taala berfirman tentang neraka, “Telah disiapkan untuk orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 24).

“Adapun orang-orang yang celaka, tempatnya di dalam neraka.” (QS. Hud: 106).

Shahih Muslim hadis nomor 907

١٧ - (٩٠٧) - حَدَّثَنَا سُوَيۡدُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا حَفۡصُ بۡنُ مَيۡسَرَةَ: حَدَّثَنِي زَيۡدُ بۡنُ أَسۡلَمَ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَسَارٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ قَالَ: انۡكَسَفَتِ الشَّمۡسُ عَلَى عَهۡدِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَصَلَّىٰ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَالنَّاسُ مَعَهُ: فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا قَدۡرَ نَحۡوِ سُورَةِ الۡبَقَرَةِ، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا، ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا - وَهُوَ دُونَ الۡقِيَامِ الۡأَوَّلِ -، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا - وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الۡأَوَّلِ - ثُمَّ سَجَدَ، ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلًا - وَهُوَ دُونَ الۡقِيَامِ الۡأَوَّلِ -، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا - وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الۡأَوَّلِ -، ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا - وَهُوَ دُونَ الۡقِيَامِ الۡأَوَّلِ -، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا - وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الۡأَوَّلِ - ثُمَّ سَجَدَ، ثُمَّ انۡصَرَفَ وَقَدِ انۡجَلَتِ الشَّمۡسُ - فَقَالَ: (إِنَّ الشَّمۡسَ وَالۡقَمَرَ آيَتَانِ مِنۡ آيَاتِ اللهِ، لَا يَنۡكَسِفَانِ لِمَوۡتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيۡتُمۡ ذٰلِكَ فَاذۡكُرُوا اللهَ).

17. (907). Suwaid bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Hafsh bin Maisarah menceritakan kepada kami: Zaid bin Aslam menceritakan kepadaku dari ‘Atha` bin Yasar, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan:

Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melakukan salat bersama kaum muslimin. Beliau berdiri lama seukuran mebaca surah Al-Baqarah. Kemudian beliau rukuk lama. Lalu beliau bangkit dan berdiri lama namun lebih singkat daripada berdiri yang pertama. Kemudian beliau rukuk lama namun lebih singkat daripada rukuk yang pertama. Lalu beliau sujud. Kemudian beliau berdiri lama namun lebih singkat dari berdiri sebelumnya. Kemudian beliau rukuk lama namun lebih singkat daripada rukuk sebelumnya. Kemudian beliau bangkit dan berdiri lama namun lebih singkat daripada berdiri sebelumnya. Kemudian beliau rukuk lama namun lebih singkat daripada rukuk sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan beliau selesai salat ketika matahari telah bersinar kembali.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat di antara ayat-ayat Allah. Tidaklah terjadi gerhana karena mati atau lahirnya seseorang. Apabila kalian melihatnya maka berzikirlah kepada Allah.”

قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، رَأَيۡنَاكَ تَنَاوَلۡتَ شَيۡئًا فِي مَقَامِكَ هٰذَا، ثُمَّ رَأَيۡنَاكَ كَفَفۡتَ. فَقَالَ: (إِنِّي رَأَيۡتُ الۡجَنَّةَ، فَتَنَاوَلۡتُ مِنۡهَا عُنۡقُودًا، وَلَوۡ أَخَذۡتُهُ لَأَكَلۡتُمۡ مِنۡهُ مَا بَقِيَتِ الدُّنۡيَا. وَرَأَيۡتُ النَّارَ، فَلَمۡ أَرَ كَالۡيَوۡمِ مَنۡظَرًا قَطُّ، وَرَأَيۡتُ أَكۡثَرَ أَهۡلِهَا النِّسَاءَ). قَالُوا: بِمَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (بِكُفۡرِهِنَّ) قِيلَ: أَيَكۡفُرۡنَ بِاللهِ؟ قَالَ: (بِكُفۡرِ الۡعَشِيرِ، وَبِكُفۡرِ الۡإِحۡسَانِ: لَوۡ أَحۡسَنۡتَ إِلَىٰ إِحۡدَاهُنَّ الدَّهۡرَ، ثُمَّ رَأَتۡ مِنۡكَ شَيۡئًا قَالَتۡ: مَا رَأَيۡتُ مِنۡكَ خَيۡرًا قَطُّ).


Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami tadi melihat engkau mengambil sesuatu dari tempat berdirimu lalu kami melihatmu mundur.”

Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku tadi melihat janah, maka aku hendak mengambil seikat (anggur). Seandainya aku berhasil mengambilnya niscaya kalian akan dapat makan darinya selama dunia masih ada. Lalu aku melihat neraka dan aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan (yang lebih jelek) seperti hari ini. Aku melihat paling banyak penghuninya adalah wanita.”

Mereka bertanya, “Dengan sebab apa wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Karena kekufuran mereka.”

Ada yang bertanya, “Apakah mereka kufur kepada Allah?”

Beliau menjawab, “Mereka mengkufuri suami dan mengingkari perbuatan baiknya. Andai engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka sepanjang tahun, kemudian dia melihat sesuatu (yang tidak berkenan) darimu, dia akan mengatakan: Aku sama sekali tidak melihat satu kebaikan pun darimu.”

(...) - وَحَدَّثَنَاهُ مُحَمَّدُ بۡنُ رَافِعٍ: حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ - يَعۡنِي ابۡنَ عِيسَىٰ -: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ أَسۡلَمَ، فِي هٰذَا الۡإِسۡنَادِ، بِمِثۡلِهِ. غَيۡرَ أَنَّهُ قَالَ: ثُمَّ رَأَيۡنَاكَ تَكَعۡكَعۡتَ.

Muhammad bin Rafi’ telah menceritakannya kepada kami: Ishaq bin ‘Isa menceritakan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami dari Zaid bin Aslam, dengan sanad ini semisal hadis tersebut. Hanya saja beliau mengatakan: Kemudian kami melihatmu mundur ketakutan.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3073

١٨٩ - بَابُ الۡغُلُولِ
189. Bab ghulul (khianat dalam ganimah)


وَقَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَمَنۡ يَغۡلُلۡ يَأۡتِ بِمَا غَلَّ﴾ [آل عمران: ١٦١].

Firman Allah taala, “Barang siapa berkhianat dalam hal harta rampasan perang, dia akan datang membawa harta yang dikhianatkan...” (QS. Ali ‘Imran: 161).

٣٠٧٣ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ أَبِي حَيَّانَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو زُرۡعَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَامَ فِينَا النَّبِيُّ ﷺ فَذَكَرَ الۡغُلُولَ فَعَظَّمَهُ وَعَظَّمَ أَمۡرَهُ، قَالَ: (لَا أُلۡفِيَنَّ أَحَدَكُمۡ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ شَاةٌ لَهَا ثُغَاءٌ، عَلَى رَقَبَتِهِ فَرَسٌ لَهُ حَمۡحَمَةٌ، يَقُولُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَغِثۡنِي، فَأَقُولُ: لَا أَمۡلِكُ لَكَ شَيۡئًا، قَدۡ أَبۡلَغۡتُكَ، وَعَلَى رَقَبَتِهِ بَعِيرٌ لَهُ رُغَاءٌ، يَقُولُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَغِثۡنِي، فَأَقُولُ: لَا أَمۡلِكُ لَكَ شَيۡئًا قَدۡ أَبۡلَغۡتُكَ، وَعَلَى رَقَبَتِهِ صَامِتٌ فَيَقُولُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَغِثۡنِي، فَأَقُولُ لَا أَمۡلِكُ لَكَ شَيۡئًا قَدۡ أَبۡلَغۡتُكَ، أَوۡ عَلَى رَقَبَتِهِ رِقَاعٌ تَخۡفِقُ، فَيَقُولُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَغِثۡنِي، فَأَقُولُ: لَا أَمۡلِكُ لَكَ شَيۡئًا قَدۡ أَبۡلَغۡتُكَ). وَقَالَ أَيُّوبُ، عَنۡ أَبِي حَيَّانَ: (فَرَسٌ لَهُ حَمۡحَمَةٌ). [طرفه في: ١٤٠٢].

3073. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami dari Abu Hayyan. Beliau berkata: Abu Zur’ah menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri di hadapan kami. Beliau menyebutkan perihal khianat dalam ganimah. Beliau menilainya sebagai dosa besar dan bahayanya besar. Beliau bersabda,

Jangan sampai aku menjumpai salah seorang kalian pada hari kiamat dalam keadaan dia memikul kambingnya mengembik di atas lehernya atau kudanya berdengus di atas lehernya. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, tolong aku!”

Lalu aku berkata, “Aku sama sekali tidak bisa menolongmu. Aku sudah sampaikan padamu.”

Atau dia memikul untanya yang bersuara di atas lehernya. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, tolonglah aku!”

Aku berkata, “Aku sama sekali tidak bisa menolongmu. Aku sudah sampaikan kepadamu.”

Atau dia memikul emas dan perak di atas lehernya. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, tolonglah aku!”

Aku berkata, “Aku sama sekali tidak bisa menolongmu. Aku sudah sampaikan kepadamu.”

Atau di atas lehernya ada tumpukan pakaian yang mengkilap, lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah, tolonglah aku!”

Aku berkata, “Aku sama sekali tidak bisa menolongmu. Aku sudah sampaikan kepadamu.”

Ayyub berkata dari Abu Hayyan, “Kuda yang berdengus.”

Sirat

Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat 260 H) di dalam kitab Lum'atul I'tiqad berkata:

وَالصِّرَاطُ حَقٌّ تَجُوزُهُ الۡأَبۡرَارُ، وَيَزِلُّ عَنۡهُ الۡفُجَّارُ.
Sirat benar adanya. Orang-orang yang banyak berbuat baik akan melewatinya, sedangkan orang-orang yang durhaka akan terpeleset darinya.[1]


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah di dalam kitab Syarh Lum'atil I'tiqad berkata:

[1] الصِّرَاطُ:

Sirat

الصِّرَاطُ لُغَةً: الطَّرِيقُ، وَشَرۡعًا: الۡجِسۡرُ الۡمَمۡدُودُ عَلَى جَهَنَّمَ لِيَعۡبُرُ النَّاسُ عَلَيۡهِ إِلَى الۡجَنَّةِ.

Sirat dalam bahasa Arab berarti jalan. Sirat dalam istilah syariat berarti jembatan yang terbentang di atas neraka jahanam supaya manusia bisa menyeberang menuju janah.

وَهُوَ ثَابِتٌ بِالۡكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَقَوۡلِ السَّلَفِ.

Sirat ini pasti ada berdasarkan Alquran, sunah, dan ucapan ulama salaf.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿وَإِن مِّنكُمۡ إِلَّا وَارِدُهَا﴾ [مريم: ٧١] فَسَّرَهَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡعُودٍ وَقَتَادَةُ وَزَيۡدُ بۡنُ أَسۡلَمَ: بِالۡمُرُورِ عَلَى الصِّرَاطِ، وَفَسَّرَهَا جَمَاعَةٌ مِنۡهُمُ ابۡنُ عَبَّاسٍ: بِالدُّخُولِ فِي النَّارِ لَكِنۡ يَنۡجُونَ مِنۡهَا.

Allah taala berfirman, “Tidaklah seorang pun dari kalian kecuali mendatanginya.” (QS. Maryam: 71).

‘Abdullah bin Mas’ud, Qatadah, dan Zaid bin Aslam menafsirkannya dengan lewat di atas sirat. Segolongan ulama, di antaranya adalah Ibnu ‘Abbas, menafsirkannya dengan masuk ke dalam neraka namun setelah itu selamat darinya.

وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (ثُمَّ يُضۡرَبُ الۡجِسۡرُ عَلَى جَهَنَّمَ وَتَحِلُّ الشَّفَاعَةُ وَيَقُولُونَ: اللّٰهُمَّ سَلِّمۡ سَلِّمۡ) مُتَّفَقٌ عَلَيۡهِ.

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kemudian jembatan dibentangkan di atas neraka jahanam dan syafaat diperkenankan. Mereka (para rasul) berkata, ‘Ya Allah, selamatkan, selamatkan.’” (HR. Al-Bukhari nomor 7439 dan Muslim nomor 183).

وَاتَّفَقَ أَهۡلُ السُّنَّةِ عَلَى إِثۡبَاتِهِ.

Ahli sunah bersepakat akan penetapan sirat.

صِفَةُ الصِّرَاطِ:

Sifat sirat:

سُئِلَ النَّبِيُّ ﷺ عَنِ الصِّرَاطِ فَقَالَ: (مَدۡحَضَةٌ مَزِلَّةٌ عَلَيۡهَا خَطَاطِيفُ وَكَلَالِيبُ وَحَسَكَةٌ مُفَلۡطَحَةٌ لَهَا شَوۡكَةٌ عُقَيۡفَاءُ تَكُونُ بِنَجۡدٍ يُقَالُ لَهَا السَّعۡدَانُ) رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ وَلَهُ مِنۡ حَدِيثِ أَبِي هُرَيۡرَةَ: (وَبِهِ كَلَالِيبُ مِثۡلُ شَوۡكِ السَّعۡدَانِ غَيۡرَ أَنَّهَا لَا يَعۡلَمُ مَا قَدۡرُ عِظَمِهَا إِلَّا اللهُ، يَخۡطَفُ النَّاسَ بِأَعۡمَالِهِمۡ). وَفِي صَحِيحِ مُسۡلِمٍ مِنۡ حَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: بَلَغَنِى أَنَّهُ أَدَقُّ مِنَ الشَّعۡرِ وَأَحَدُّ مِنَ السَّيۡفِ، وَرَوَى الۡإِمَامُ أَحۡمَدُ نَحۡوَهُ عَنۡ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنۡهَا مَرۡفُوعًا.

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ditanya tentang sirat. Beliau menjawab, “Jembatan yang sangat licin. Di atasnya ada banyak kait dan tanaman yang lebar berduri melengkung ujungnya yang biasa ada di Najd. Tanaman itu dinamai Sa’dan.” (HR. Al-Bukhari nomor 7439).

Juga hadis riwayat Al-Bukhari (nomor 6573) dari hadis Abu Hurairah, “Di sirat itu ada pengait-pengait semisal duri tumbuhan Sa’dan hanya saja tidak ada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Pengait itu menyambar manusia sesuai amalan-amalan mereka.”

Juga di dalam Shahih Muslim (nomor 183) dari hadis Abu Sa’id—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan, “Telah sampai kepadaku bahwa jembatan itu lebih tipis daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang.”

Imam Ahmad meriwayatkan semisal itu dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—secara marfuk.

الۡعُبُورُ عَلَى الصِّرَاطِ الۡمُسۡتَقِيمِ

Penyeberangan di atas sirat yang lurus

لَا يَعۡبُرُ الصِّرَاطَ إِلَّا الۡمُؤۡمِنُونَ عَلَى قَدۡرِ أَعۡمَالِهِمۡ لِحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ رَضِىَ اللهُ عَنۡهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ وَفِيهِ: (فَيَمُرُّ الۡمُؤۡمِنُونَ كَطَرۡفِ الۡعَيۡنِ وَكَالۡبَرۡقِ وَكَالرِّيحِ وَكَالطَّيۡرِ وَكَأَجَاوِيدِ الۡخَيۡلِ وَالرِّكَابِ فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَمَخۡدُوشٌ مُرۡسَلٌ وَمَكۡدُوسٌ فِي جَهَنَّمَ). مُتَّفَقٌ عَلَيۡهِ. وَفِي صَحِيحِ مُسۡلِمٍ: (تَجۡرِى بِهِمۡ أَعۡمَالُهُمۡ وَنَبِيُّكُمۡ قَائِمٌ عَلَى الصِّرَاطِ يَقُولُ: يَا رَبِّ سَلِّمۡ سَلِّمۡ، حَتَّى تَعۡجِزَ أَعۡمَالُ الۡعِبَادِ، حَتَّى يَجِىءَ الرَّجُلُ فَلَا يَسۡتَطِيعُ السَّيۡرَ إِلَّا زَحۡفًا). وَفِي صَحِيحِ الۡبُخَارِىِّ: (حَتَّى يَمُرَّ آخِرُهُمۡ يُسۡحَبُ سَحۡبًا).

Tidak ada yang menyeberangi sirat ini kecuali orang-orang yang beriman sesuai kadar amalan mereka berdasar hadis Abu Sa’id—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Dalam hadis tersebut disebutkan, “Orang-orang mukmin akan melewati jembatan itu. Ada yang seperti kejapan mata, ada yang seperti kilat, ada yang seperti angin, ada yang seperti burung, ada yang seperti kuda pacu dan onta yang bagus. Sehingga ada yang berhasil menyeberang dengan selamat, ada yang berhasil menyeberang dalam keadaan terluka, dan ada yang terpelanting masuk ke neraka jahanam.” (HR. Al-Bukhari nomor 7439 dan Muslim nomor 183).

Di dalam Shahih Muslim (nomor 195), “Amalan mereka menentukan kecepatan mereka. Sementara nabi kalian berdiri di ujung sirat seraya berkata, ‘Ya Rabi, selamatkanlah, selamatkanlah.’ Sampai ada kelompok hamba yang amalannya lemah sehingga seseorang datang dan tidak mampu melanjutkan perjalanan kecuali dengan merayap.”

Di dalam Shahih Al-Bukhari (nomor 7439), “Sampai orang terakhir yang selamat melewati jembatan dalam keadaan terseret.”

وَأَوَّلُ مَنۡ يَعۡبُرُ الصِّرَاطَ مِنَ الۡأَنۡبِيَاءِ مُحَمَّدٌ ﷺ وَمِنَ الۡأُمَمِ أُمَّتُهُ لِقَوۡلِ النَّبِىِّ ﷺ: (فَأَكُونُ أَنَا وَأُمَّتِى أَوَّلَ مَنۡ يُجِيزُهَا وَلَا يَتَكَلَّمُ يَوۡمَئِذٍ إِلَّا الرُّسُلُ وَدُعَاءُ الرُّسُلِ يَوۡمَئِذٍ: اللّٰهُمَّ سَلِّمۡ سَلِّمۡ) رَوَاهُ الۡبُخَارِىُّ.

Orang pertama yang menyeberangi sirat dari kalangan nabi adalah Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan umat pertama (yang menyeberang) adalah umat beliau, berdasarkan sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Aku dan umatku adalah yang pertama-tama menyeberang. Pada hari itu tidak ada yang berbicara kecuali para rasul. Doa para rasul pada hari itu adalah, ‘Allahuma, selamatkanlah. Selamatkanlah.’” (HR. Al-Bukhari nomor 7437).