Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3047

٣٠٤٧ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ يُونُسَ: حَدَّثَنَا زُهَيۡرٌ: حَدَّثَنَا مُطَرِّفٌ: أَنَّ عَامِرًا حَدَّثَهُمۡ، عَنۡ أَبِي جُحَيۡفَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قُلۡتُ لِعَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: هَلۡ عِنۡدَكُمۡ شَىۡءٌ مِنَ الۡوَحۡىِ إِلَّا مَا فِي كِتَابِ اللهِ؟ قَالَ: وَالَّذِي فَلَقَ الۡحَبَّةَ وَبَرَأَ النَّسَمَةَ، مَا أَعۡلَمُهُ إِلَّا فَهۡمًا يُعۡطِيهِ اللهُ رَجُلًا فِي الۡقُرۡآنِ، وَمَا فِي هَٰذِهِ الصَّحِيفَةِ. قُلۡتُ: وَمَا فِي الصَّحِيفَةِ؟ قَالَ: الۡعَقۡلُ، وَفَكَاكُ الۡأَسِيرِ، وَأَنۡ لَا يُقۡتَلَ مُسۡلِمٌ بِكَافِرٍ. [طرفه في: ١١١]. 

3047. Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami: Zuhair menceritakan kepada kami: Mutharrif menceritakan kepada kami bahwa ‘Amir menceritakan kepada mereka dari Abu Juhaifah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau berkata: 

Aku bertanya kepada ‘Ali—radhiyallahu ‘anhu—, “Apakah kalian memiliki sesuatu dari wahyu selain apa yang ada di dalam kitab Allah?” 

‘Ali menjawab, “Demi Allah yang telah menumbuhkan biji tumbuhan dan menciptakan manusia, aku tidak mengetahuinya kecuali pemahaman yang Allah berikan kepada seseorang tentang Alquran dan isi lembaran ini.” 

Aku bertanya, “Apa isi lembaran ini?” 

‘Ali menjawab, “Hukum diat, tebusan tawanan, dan bahwa seorang muslim tidak boleh dibunuh karena membunuh orang kafir.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6993

١٠ – بَابُ مَنۡ رَأَى النَّبِيَّ ﷺ فِي الۡمَنَامِ
10. Bab barang siapa melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam mimpi 


٦٩٩٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدَانُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ، عَنۡ يُونُسَ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ: حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ قَالَ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (مَنۡ رَآنِي فِي الۡمَنَامِ فَسَيَرَانِي فِي الۡيَقَظَةِ، وَلَا يَتَمَثَّلُ الشَّيۡطَانُ بِي). قَالَ أَبُو عَبۡدِ اللهِ: قَالَ ابۡنُ سِيرِينَ: إِذَا رَآهُ فِي صُورَتِهِ. [طرفه في: ١١٠]. 

6993. ‘Abdan telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami dari Yunus, dari Az-Zuhri: Abu Salamah menceritakan kepadaku bahwa Abu Hurairah mengatakan: Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka dia akan melihatku ketika terjaga dan setan tidak bisa menjelma menjadi aku.” 

Abu ‘Abdullah berkata: Ibnu Sirin berkata: Yaitu apabila dia melihat beliau dalam bentuk aslinya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6197

٦١٩٧ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ: حَدَّثَنَا أَبُو حَصِينٍ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (سَمُّوا بِاسۡمِي وَلَا تَكۡتَنُوا بِكُنۡيَتِي، وَمَنۡ رَآنِي فِي الۡمَنَامِ فَقَدۡ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيۡطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ صُورَتِي، وَمَنۡ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلۡيَتَبَوَّأۡ مَقۡعَدَهُ مِنَ النَّارِ). [طرفه في: ١١٠].

6197. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami: Abu Hashin menceritakan kepada kami dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Berilah nama dengan namaku, namun jangan ber-kunyah (nama panggilan dengan abu atau umu) dengan kunyah-ku! Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka dia sungguh telah melihatku, karena setan tidak bisa menjelma menjadi rupaku. Siapa saja yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka silakan menempati tempat duduknya di neraka.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6188

٦١٨٨ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنِ ابۡنِ سِيرِينَ: سَمِعۡتُ أَبَا هُرَيۡرَةَ قَالَ: قَالَ أَبُو الۡقَاسِمِ ﷺ: (سَمُّوا بِاسۡمِي وَلَا تَكۡتَنُوا بِكُنۡيَتِي). [طرفه في: ١١٠]. 

6188. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Ibnu Sirin: Aku mendengar Abu Hurairah mengatakan: Abu Al-Qasim—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Berilah nama dengan namaku, namun jangan ber-kunyah (nama panggilan dengan abu atau umu) dengan kunyah-ku.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3539

٣٥٣٩ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنِ ابۡنِ سِيرِينَ قَالَ: سَمِعۡتُ أَبَا هُرَيۡرَةَ يَقُولُ: قَالَ أَبُو الۡقَاسِمِ ﷺ: (سَمُّوا بِاسۡمِي وَلَا تَكۡتَنُوا بِكُنۡيَتِي). [طرفه في: ١١٠]. 

3539. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Ibnu Sirin. Beliau berkata: Aku mendengar Abu Hurairah mengatakan: Abu Al-Qasim—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Silakan kalian bernama dengan namaku, namun janganlah kalian ber-kunyah (nama panggilan dengan abu atau umu) dengan kunyah-ku.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6536 dan 6537

٤٩ - بَابٌ مَنۡ نُوقِشَ الۡحِسَابَ عُذِّبَ
49. Bab barang siapa yang dihisab dengan saksama, maka dia diazab


٦٥٣٦ - حَدَّثَنَا عُبَيۡدُ اللهِ بۡنُ مُوسَى: عَنۡ عُثۡمَانَ بۡنِ الۡأَسۡوَدِ، عَنِ ابۡنِ أَبِي مُلَيۡكَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (مَنۡ نُوقِشَ الۡحِسَابَ عُذِّبَ). قَالَتۡ: قُلۡتُ: أَلَيۡسَ يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: ﴿فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا﴾ [الانشقاق: ٨]، قَالَ: (ذٰلِكِ الۡعَرۡضُ). 

6536. ‘Ubaidullah bin Musa telah menceritakan kepada kami dari ‘Utsman bin Al-Aswad, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari ‘Aisyah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Siapa saja yang dihisab dengan teliti, maka dia diazab.” 

‘Aisyah berkata: Aku bertanya, “Bukankah Allah taala berfirman (yang artinya), ‘Maka kelak dia akan dihisab dengan hisab yang mudah.’ (QS. Al-Insyiqaq: 8)?” 

Nabi menjawab, “(Hisab yang mudah) adalah diperlihatkan.” 

حَدَّثَنِي عَمۡرُو بۡنُ عَلِيٍّ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ عُثۡمَانَ بۡنِ الۡأَسۡوَدِ: سَمِعۡتُ ابۡنَ أَبِي مُلَيۡكَةَ قَالَ: سَمِعۡتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ: مِثۡلَهُ. وَتَابَعَهُ ابۡنُ جُرَيۡجٍ، وَمُحَمَّدُ بۡنُ سُلَيۡمٍ، وَأَيُّوبُ، وَصَالِحُ بۡنُ رُسۡتُمٍ، عَنِ ابۡنِ أَبِي مُلَيۡكَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. [طرفه في: ١٠٣]. 

‘Amr bin ‘Ali telah menceritakan kepadaku: Yahya menceritakan kepada kami dari ‘Utsman bin Al-Aswad: Aku mendengar Ibnu Abu Mulaikah berkata: Aku mendengar ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—mengatakan: Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Semisal hadis tersebut. 

(‘Utsman bin Al-Aswad) diiringi oleh Ibnu Juraij, Muhammad bin Sulaim, Ayyub, dan Shalih bin Rustum dari Ibnu Abu Mulaikah, dari ‘Aisyah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. 

٦٥٣٧ - حَدَّثَنِي إِسۡحَاقُ بۡنُ مَنۡصُورٍ: حَدَّثَنَا رَوۡحُ بۡنُ عُبَادَةَ: حَدَّثَنَا حَاتِمُ بۡنُ أَبِي صَغِيرَةَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي مُلَيۡكَةَ: حَدَّثَنِي الۡقَاسِمُ بۡنُ مُحَمَّدٍ: حَدَّثَتۡنِي عَائِشَةُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (لَيۡسَ أَحَدٌ يُحَاسَبُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ إِلَّا هَلَكَ). فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَلَيۡسَ قَدۡ قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ ۞ فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا﴾ [الانشقاق: ٧-٨]، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِنَّمَا ذٰلِكِ الۡعَرۡضُ، وَلَيۡسَ أَحَدٌ يُنَاقَشُ الۡحِسَابَ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ إِلَّا عُذِّبَ). [طرفه في: ١٠٣]. 

6537. Ishaq bin Manshur telah menceritakan kepadaku: Rauh bin ‘Ubadah menceritakan kepada kami: Hatim bin Abu Shaghirah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Abu Mulaikah menceritakan kepada kami: Al-Qasim bin Muhammad menceritakan kepadaku: ‘Aisyah menceritakan kepadaku bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tidak ada seorang pun yang dihisab pada hari kiamat kecuali dia celaka.” 

Aku (‘Aisyah) bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah Allah taala telah berfirman (yang artinya), ‘Adapun barang siapa yang diberikan catatannya dari sebelah kanannya, maka kelak dia akan dihisab dengan hisab yang mudah.’ (QS. Al-Insyiqaq: 7-8).” 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Itu hanyalah diperlihatkan saja dan tidak ada seorang pun yang dihisab secara saksama pada hari kiamat kecuali dia diazab.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4939

١ – بَابٌ ﴿فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا﴾ ۝٨
1. Bab “Kelak dia akan dihisab dengan hisab yang mudah” (QS. Al-Insyiqaq: 8)


٤٩٣٩ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ عَلِيٍّ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ عُثۡمَانَ بۡنِ الۡأَسۡوَدِ قَالَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ أَبِي مُلَيۡكَةَ: سَمِعۡتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ (ح). 

حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ زَيۡدٍ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنِ ابۡنِ أَبِي مُلَيۡكَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ (ح). 

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: عَنۡ يَحۡيَى، عَنۡ أَبِي يُونُسَ حَاتِمِ بۡنِ أَبِي صَغِيرَةَ، عَنِ ابۡنِ أَبِي مُلَيۡكَةَ، عَنِ الۡقَاسِمِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَيۡسَ أَحَدٌ يُحَاسَبُ إِلَّا هَلَكَ)، قَالَتۡ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ، أَلَيۡسَ يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ ۞ فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا﴾ [٧-٨]؟ قَالَ: (ذَاكَ الۡعَرۡضُ يُعۡرَضُونَ، وَمَنۡ نُوقِشَ الۡحِسَابَ هَلَكَ). [طرفه في: ١٠٣]. 

4939. ‘Amr bin ‘Ali telah menceritakan kepada kami: Yahya menceritakan kepada kami dari ‘Utsman bin Al-Aswad. Beliau berkata: Aku mendengar Ibnu Abu Mulaikah: Aku mendengar ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—mengatakan: Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. 

(Dalam riwayat lain) Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari ‘Aisyah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. 

(Dalam riwayat lain) Musaddad telah menceritakan kepada kami dari Yahya, dari Abu Yunus Hatim bin Abu Shaghirah, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Al-Qasim, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. 

Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tidaklah seorang pun yang dihisab kecuali dia binasa.” 

‘Aisyah berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, semoga Allah jadikan aku sebagai tebusanmu, bukankah Allah azza wajalla berfirman (yang artinya), ‘Adapun orang yang diberi catatannya dari sebelah kanannya, maka kelak dia akan dihisab dengan hisab yang mudah.’ (QS. Al-Insyiqaq: 7-8)?” 

Rasulullah bersabda, “Itu adalah penampakan catatan yang diperlihatkan kepada mereka. Dan siapa saja yang dihisab dengan saksama, maka dia celaka.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7310

٩ - بَابُ تَعۡلِيمِ النَّبِيِّ ﷺ أُمَّتَهُ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ، لَيۡسَ بِرَأۡيٍ وَلَا تَمۡثِيلٍ
9. Bab pengajaran Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—kepada umatnya dari kalangan pria dan wanita dengan apa yang Allah ajarkan kepada beliau; bukan dengan pendapat pribadi, bukan pula dengan kias 


٧٣١٠ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ الۡأَصۡبَهَانِيِّ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ ذَكۡوَانَ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ: جَاءَتِ امۡرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ، فَاجۡعَلۡ لَنَا مِنۡ نَفۡسِكَ يَوۡمًا نَأۡتِيكَ فِيهِ، تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ، فَقَالَ: (اجۡتَمِعۡنَ فِي يَوۡمِ كَذَا وَكَذَا، فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا). فَاجۡتَمَعۡنَ، فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ، ثُمَّ قَالَ: (مَا مِنۡكُنَّ امۡرَأَةٌ تُقَدِّمُ بَيۡنَ يَدَيۡهَا مِنۡ وَلَدِهَا ثَلَاثَةً، إِلَّا كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنَ النَّارِ). فَقَالَتِ امۡرَأَةٌ مِنۡهُنَّ: يَا رَسُولَ اللهِ اثۡنَيۡنِ؟ قَالَ: فَأَعَادَتۡهَا مَرَّتَيۡنِ، ثُمَّ قَالَ: (وَاثۡنَيۡنِ وَاثۡنَيۡنِ وَاثۡنَيۡنِ). [طرفه في: ١٠١]. 

7310. Musaddad telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami dari ‘Abdurrahman bin Al-Ashbahani, dari Abu Shalih Dzakwan, dari Abu Sa’id: 

Seorang wanita datang menemui Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu berkata, “Wahai Rasulullah, para pria pergi membawa hadismu. Tentukan oleh dirimu suatu hari untuk kami untuk kami datang kepadamu agar engkau mengajari kami apa yang Allah telah ajarkan kepadamu.” 

Rasulullah bersabda, “Berkumpullah kalian di hari ini dan ini, di tempat ini dan ini!” 

Mereka pun berkumpul, lalu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang ke tempat mereka lalu mengajari mereka apa yang Allah telah ajarkan kepada beliau. Kemudian beliau bersabda, “Tidaklah seorang wanita pun di antara kalian yang didahului meninggal oleh tiga orang anaknya, kecuali akan menjadi penghalangnya dari neraka.” 

Seorang wanita di antar mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika dua anak?” Abu Sa’id berkata: Wanita itu mengulangi pertanyaannya dua kali. 

Kemudian Rasulullah bersabda, “Dua anak juga. Dua anak juga. Dua anak juga.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1249 dan 1250

١٢٤٩ - حَدَّثَنَا مُسۡلِمٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّحۡمَٰنِ بۡنُ الۡأَصۡبَهَانِيِّ، عَنۡ ذَكۡوَانَ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ النِّسَاءَ قُلۡنَ لِلنَّبِيِّ ﷺ: اجۡعَلۡ لَنَا يَوۡمًا، فَوَعَظَهُنَّ، وَقَالَ: (أَيُّمَا امۡرَأَةٍ مَاتَ لَهَا ثَلَاثَةٌ مِنَ الۡوَلَدِ، كَانُوا لَهَا حِجَابًا مِنَ النَّارِ). قَالَتِ امۡرَأَةٌ: وَاثۡنَانِ؟ قَالَ: (وَاثۡنَانِ). [طرفه في: ١٠١]. 

1249. Muslim telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami: ‘Abdurrahman bin Al-Ashbahani menceritakan kepada kami dari Dzakwan, dari Abu Sa’id—radhiyallahu ‘anhu—bahwa para wanita berkata kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Tentukan satu hari untuk kami.” 

Maka, beliau menasihati mereka (di hari itu). Beliau bersabda, “Wanita siapapun dia yang tiga anaknya meninggal, maka mereka akan menjadi penghalang untuknya dari neraka.” 

Ada seorang wanita bertanya, “Dua juga?” 

Nabi menjawab, “Dua juga.” 

١٢٥٠ - وَقَالَ شَرِيكٌ، عَنِ ابۡنِ الۡأَصۡبَهَانِيِّ: حَدَّثَنِي أَبُو صَالِحٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ وَأَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ: (لَمۡ يَبۡلُغُوا الۡحِنۡثَ). [طرفه في: ١٠٢]. 

1250. Syarik berkata dari Ibnu Al-Ashbahani: Abu Shalih menceritakan kepadaku dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhuma—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Abu Hurairah mengatakan, “Yang belum terkena dosa (belum balig).”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7307

٧ - بَابُ مَا يُذۡكَرُ مِنۡ ذَمِّ الرَّأۡىِ وَتَكَلُّفِ الۡقِيَاسِ
7. Bab hal yang disebutkan berupa tercelanya pendapat pribadi dan kias yang berlebihan


﴿وَلَا تَقۡفُ﴾:لَا تَقُلۡ ﴿مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِ عِلۡمٌ﴾ [الإسراء: ٣٦]. 

“Janganlah engkau mengatakan apa yang engkau tidak memiliki pengetahuan padanya.” (QS. Al-Isra`: 36). 

٧٣٠٧ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ تَلِيدٍ: حَدَّثَنِي ابۡنُ وَهۡبٍ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ الرَّحۡمَٰنِ بۡنُ شُرَيۡحٍ وَغَيۡرُهُ، عَنۡ أَبِي الۡأَسۡوَدِ، عَنۡ عُرۡوَةَ قَالَ: حَجَّ عَلَيۡنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَمۡرٍو، فَسَمِعۡتُهُ يَقُولُ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (إِنَّ اللهَ لَا يَنۡزِعُ الۡعِلۡمَ بَعۡدَ أَنۡ أَعۡطَاهُمُوهُ انۡتِزَاعًا، وَلَكِنۡ يَنۡتَزِعُهُ مِنۡهُمۡ مَعَ قَبۡضِ الۡعُلَمَاءِ بِعِلۡمِهِمۡ، فَيَبۡقَى نَاسٌ جُهَّالٌ، يُسۡتَفۡتَوۡنَ فَيُفۡتُونَ بِرَأۡيِهِمۡ، فَيُضِلُّونَ وَيَضِلُّونَ). فَحَدَّثۡتُ عَائِشَةَ زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ، ثُمَّ إِنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَمۡرٍو حَجَّ بَعۡدُ، فَقَالَتۡ: يَا ابۡنَ أُخۡتِي، انۡطَلِقۡ إِلَى عَبۡدِ اللهِ فَاسۡتَثۡبِتۡ لِي مِنۡهُ الَّذِي حَدَّثۡتَنِي عَنۡهُ، فَجِئۡتُهُ فَسَأَلۡتُهُ، فَحَدَّثَنِي بِهِ كَنَحۡوِ مَا حَدَّثَنِي، فَأَتَيۡتُ عَائِشَةَ فَأَخۡبَرۡتُهَا، فَعَجِبَتۡ فَقَالَتۡ: وَاللهِ لَقَدۡ حَفِظَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَمۡرٍو. [طرفه في: ١٠٠]. 

7307. Sa’id bin Talid telah menceritakan kepada kami: Ibnu Wahb menceritakan kepadaku: ‘Abdurrahman bin Syuraih dan selain beliau menceritakan kepadaku dari Abu Al-Aswad, dari ‘Urwah. Beliau berkata: ‘Abdullah bin ‘Amr pergi haji melewati kami, lalu aku mendengar beliau berkata: 

Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara langsung setelah Dia memberikannya kepada mereka. Tetapi Allah mencabutnya dari mereka bersamaan dengan wafatnya para ulama dengan ilmu mereka, sehingga yang tersisa adalah orang-orang yang bodoh. Orang-orang bodoh itu dimintai fatwa lalu mereka berfatwa dengan pikiran mereka sendiri sehingga mereka menyesatkan dan tersesat.” 

Lalu aku bercerita kepada ‘Aisyah istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—kemudian ‘Abdullah bin ‘Amr pergi haji tahun berikutnya. ‘Aisyah berkata, “Wahai putra saudariku, pergilah kepada ‘Abdullah lalu pastikan untukku kebenaran hal yang telah engkau ceritakan kepadaku.” 

Akupun mendatangi beliau dan menanyakannya. Beliau menceritakannya kepadaku seperti apa yang telah beliau ceritakan kepadaku. Lalu aku mendatangi ‘Aisyah dan aku kabarkan kepadanya. 

‘Aisyah kagum seraya berkata, “Demi Allah, ‘Abdullah bin ‘Amr benar-benar hafal.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6570

٦٥٧٠ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ جَعۡفَرٍ، عَنۡ عَمۡرٍو، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ أَبِي سَعِيدٍ الۡمَقۡبُرِيِّ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَنَّهُ قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَنۡ أَسۡعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؟ فَقَالَ: (لَقَدۡ ظَنَنۡتُ، يَا أَبَا هُرَيۡرَةَ، أَنۡ لَا يَسۡأَلَنِي عَنۡ هَٰذَا الۡحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنۡكَ، لِمَا رَأَيۡتُ مِنۡ حِرۡصِكَ عَلَى الۡحَدِيثِ، أَسۡعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ مَنۡ قَالَ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، خَالِصًا مِنۡ قِبَلِ نَفۡسِهِ). [طرفه في: ٩٩]. 

6570. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Isma’il bin Ja’far menceritakan kepada kami dari ‘Amr, dari Sa’id bin Abu Sa’id Al-Maqburi, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—bahwa beliau mengatakan: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berbahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat?” Rasulullah menjawab, “Aku sudah mengira, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada seorang pun yang lebih dahulu bertanya kepadaku tentang permasalahan ini daripada engkau, karena aku melihat engkau semangat terhadap hadis. Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah siapa saja yang mengucapkan ‘tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah’ dengan ikhlas dari lubuk jiwanya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5881

٥٧ - بَابُ الۡقَلَائِدِ وَالسِّخَابِ لِلنِّسَاءِ
57. Bab kalung dan sikhab untuk wanita 


يَعۡنِي قِلَادَةً مِنۡ طِيبٍ وَسُكٍّ. 

Sikhab yakni kalung dari wewangian. 

٥٨٨١ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عَرۡعَرَةَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ عَدِيِّ بۡنِ ثَابِتٍ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: خَرَجَ النَّبِيُّ ﷺ يَوۡمَ عِيدٍ، فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، لَمۡ يُصَلِّ قَبۡلُ وَلَا بَعۡدُ، ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ، فَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ، فَجَعَلَتِ الۡمَرۡأَةُ تَصَدَّقُ بِخُرۡصِهَا وَسِخَابِهَا. [طرفه في: ٩٨]. 

5881. Muhammad bin ‘Ar’arah telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari ‘Adi bin Tsabit, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—keluar pada hari id lalu salat dua rakaat. Beliau tidak salat sebelum dan sesudahnya. Kemudian beliau datang ke tempat para wanita lalu memerintahkan mereka agar bersedekah. Maka para wanita bersedekah dengan anting-anting dan sikhab-nya

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5249

١٢٥ - بَابٌ ﴿وَالَّذِينَ لَمۡ يَبۡلُغُوا الۡحُلُمَ مِنۡكُمۡ﴾ [النور: ٥٨]
125. Bab “Dan orang-orang yang belum balig di antara kalian” (QS. An-Nur: 58)


٥٢٤٩ - حَدَّثَنَا أَحۡمَدُ بۡنُ مُحَمَّدٍ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ عَابِسٍ: سَمِعۡتُ ابۡنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا سَأَلَهُ رَجُلٌ: شَهِدۡتَ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ الۡعِيدَ، أَضۡحًى أَوۡ فِطۡرًا؟ قَالَ: نَعَمۡ، لَوۡلَا مَكَانِي مِنۡهُ مَا شَهِدۡتُهُ - يَعۡنِي مِنۡ صِغَرِهِ – قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ، وَلَمۡ يَذۡكُرۡ أَذَانًا وَلَا إِقَامَةً، ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ، فَرَأَيۡتُهُنَّ يَهۡوِينَ إِلَى آذَانِهِنَّ وَحُلُوقِهِنَّ، يَدۡفَعۡنَ إِلَى بِلَالٍ، ثُمَّ ارۡتَفَعَ هُوَ وَبِلَالٌ إِلَى بَيۡتِهِ. [طرفه في: ٩٨]. 

5249. Ahmad bin Muhammad telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami dari ‘Abdurrahman bin ‘Abis: 

Aku mendengar Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—ditanya oleh seseorang, “Apakah engkau mengikuti salat id bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—baik Iduladha atau Idulfitri?” 

Ibnu ‘Abbas menjawab, “Iya. Andai bukan karena kedekatanku dengan beliau, tentu aku tidak mengikutinya.” Yakni karena Ibnu ‘Abbas masih kecil. 

Ibnu ‘Abbas berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—keluar, salat, lalu khotbah. Beliau tidak menyebutkan ada azan, tidak pula ikamat. Kemudian Rasulullah datang ke tempat para wanita. Beliau menasihati mereka, mengingatkan mereka, dan memerintahkan mereka agar bersedekah. Aku melihat para wanita menggerakkan tangan ke telinga dan leher mereka lalu menyerahkan (perhiasan) kepada Bilal. Kemudian Rasulullah dan Bilal naik menuju rumah beliau.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 5880

٥٦ - بَابُ الۡخَاتَمِ لِلنِّسَاءِ
56. Bab cincin untuk wanita


وَكَانَ عَلَى عَائِشَةَ خَوَاتِيمُ ذَهَبٍ.

Dahulu ‘Aisyah mengenakan cincin-cincin emas.

٥٨٨٠ - حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ جُرَيۡجٍ: أَخۡبَرَنَا الۡحَسَنُ بۡنُ مُسۡلِمٍ، عَنۡ طَاوُسٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: شَهِدۡتُ الۡعِيدَ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فَصَلَّى قَبۡلَ الۡخُطۡبَةِ. وَزَادَ ابۡنُ وَهۡبٍ، عَنِ ابۡنِ جُرَيۡجٍ: فَأَتَى النِّسَاءَ، فَجَعَلۡنَ يُلۡقِينَ الۡفَتَخَ وَالۡخَوَاتِيمَ فِي ثَوۡبِ بِلَالٍ. [طرفه في: ٩٨]. 

5880. Abu ‘Ashim telah menceritakan kepada kami: Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami: Al-Hasan bin Muslim mengabarkan kepada kami dari Thawus, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—: Aku mengikuti salat id bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau salat sebelum khotbah. Ibnu Wahb menambahkan dari Ibnu Juraij: Lalu beliau mendatangi tempat para wanita, lalu para wanita melemparkan cincin-cincin ke dalam pakaian Bilal.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 863

٨٦٣ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ عَلِيٍّ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى قَالَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنِي عَبۡدُ الرَّحۡمَٰنِ بۡنُ عَابِسٍ: سَمِعۡتُ ابۡنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: قَالَ لَهُ رَجُلٌ: شَهِدۡتَ الۡخُرُوجَ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ؟ قَالَ: نَعَمۡ، وَلَوۡلَا مَكَانِي مِنۡهُ مَا شَهِدۡتُهُ، يَعۡنِي مِنۡ صِغَرِهِ، أَتَى الۡعَلَمَ الَّذِي عِنۡدَ دَارِ كَثِيرِ بۡنِ الصَّلۡتِ، ثُمَّ خَطَبَ، ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ، وَذَكَّرَهُنَّ، وَأَمَرَهُنَّ أَنۡ يَتَصَدَّقۡنَ، فَجَعَلَتِ الۡمَرۡأَةُ تُهۡوِي بِيَدِهَا إِلَى حَلۡقِهَا، تُلۡقِي فِي ثَوۡبِ بِلَالٍ، ثُمَّ أَتَى هُوَ وَبِلَالٌ الۡبَيۡتَ. [طرفه في: ٩٨]. 

863. ‘Amr bin ‘Ali telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan menceritakan kepada kami: ‘Abdurrahman bin ‘Abis menceritakan kepadaku: 

Aku mendengar Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Ada seseorang bertanya kepada beliau, “Apakah engkau pernah ikut keluar (ke lapangan salat id) bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?” 

Ibnu ‘Abbas menjawab, “Iya. Kalau bukan karena kedekatanku dengan beliau, niscaya aku tidak akan pernah mengikutinya.” Yakni karena Ibnu ‘Abbas masih kecil. 

Rasulullah mendatangi sebuah tiang penanda di dekat rumah Katsir bin Ash-Shalt. Kemudian beliau berkhotbah. Kemudian beliau datang ke tempat wanita, lalu menasihati mereka, mengingatkan mereka, dan memerintahkan mereka agar bersedekah. Maka, para wanita menggerakkan tangannya ke cincinnya lalu melemparkannya ke dalam pakaian Bilal. Kemudian Rasulullah dan Bilal mendatangi rumah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4895

٤٨٩٥ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحِيمِ: حَدَّثَنَا هَارُونُ بۡنُ مَعۡرُوفٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ وَهۡبٍ قَالَ: وَأَخۡبَرَنِي ابۡنُ جُرَيۡجٍ: أَنَّ الۡحَسَنَ بۡنَ مُسۡلِمٍ أَخۡبَرَهُ، عَنۡ طَاوُسٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: شَهِدۡتُ الصَّلَاةَ يَوۡمَ الۡفِطۡرِ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ وَأَبِي بَكۡرٍ وَعُمَرَ وَعُثۡمَانَ، فَكُلُّهُمۡ يُصَلِّيهَا قَبۡلَ الۡخُطۡبَةِ، ثُمَّ يَخۡطُبُ بَعۡدُ، فَنَزَلَ نَبِيُّ اللهِ ﷺ، فَكَأَنِّي أَنۡظُرُ إِلَيۡهِ حِينَ يُجَلِّسُ الرِّجَالَ بِيَدِهِ، ثُمَّ أَقۡبَلَ يَشُقُّهُمۡ حَتَّى أَتَى النِّسَاءَ مَعَ بِلَالٍ، فَقَالَ: ﴿يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الۡمُؤۡمِنَاتُ يُبَايِعۡنَكَ عَلَى أَنۡ لَا يُشۡرِكۡنَ بِاللهِ شَيۡئًا وَلَا يَسۡرِقۡنَ وَلَا يَزۡنِينَ وَلَا يَقۡتُلۡنَ أَوۡلَادَهُنَّ وَلَا يَأۡتِينَ بِبُهۡتَانٍ يَفۡتَرِينَهُ بَيۡنَ أَيۡدِيهِنَّ وَأَرۡجُلِهِنَّ﴾ [١٢]. حَتَّى فَرَغَ مِنَ الۡآيَةِ كُلِّهَا، ثُمَّ قَالَ حِينَ فَرَغَ: (أَنۡتُنَّ عَلَى ذٰلِكَ). وَقَالَتِ امۡرَأَةٌ وَاحِدَةٌ، لَمۡ يُجِبۡهُ غَيۡرُهَا: نَعَمۡ يَا رَسُولَ اللهِ، لَا يَدۡرِي الۡحَسَنُ مَنۡ هِيَ. قَالَ: (فَتَصَدَّقۡنَ!). وَبَسَطَ بِلَالٌ ثَوۡبَهُ، فَجَعَلۡنَ يُلۡقِينَ الۡفَتَخَ وَالۡخَوَاتِيمَ فِي ثَوۡبِ بِلَالٍ. [طرفه في: ٩٨]. 

4895. Muhammad bin ‘Abdurrahim telah menceritakan kepada kami: Harun bin Ma’ruf menceritakan kepada kami: ‘Abdullah bin Wahb menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Juraij mengabarkan kepadaku bahwa Al-Hasan bin Muslim mengabarkan kepadanya dari Thawus, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: 

Aku mengikuti salat pada hari raya Idulfitri bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsman. Mereka semua salat id sebelum khotbah, baru khotbah setelah salat. Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu turun. Aku masih terbayang ketika beliau menyuruh para laki-laki untuk duduk dengan isyarat tangan beliau. Kemudian beliau maju bersama Bilal menyibak barisan mereka hingga datang ke tempat para wanita. 

Beliau bersabda, “Hai Nabi, apabila wanita-wanita yang beriman datang kepadamu untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan menyekutukan sesuatupun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka.” Hingga selesai semua ayat ini. Kemudian beliau bersabda ketika telah selesai, “Kalian seperti yang disebutkan dalam ayat itu.” 

Ada seorang wanita berkata dan selain dia tidak ada yang menjawab beliau, “Iya, wahai Rasulullah.” 

Al-Hasan tidak mengetahui siapa wanita itu. 

Rasulullah bersabda, “Bersedekahlah!” 

Bilal membentangkan pakaiannya, lalu para wanita melemparkan cincin-cincin ke dalam pakaian Bilal.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1449

١٤٤٩ - حَدَّثَنَا مُؤَمَّلٌ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ: قَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: أَشۡهَدُ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ لَصَلَّى قَبۡلَ الۡخُطۡبَةِ، فَرَأَى أَنَّهُ لَمۡ يُسۡمِعِ النِّسَاءَ، فَأَتَاهُنَّ، وَمَعَهُ بِلَالٌ نَاشِرَ ثَوۡبِهِ، فَوَعَظَهُنَّ، وَأَمَرَهُنَّ أَنۡ يَتَصَدَّقۡنَ، فَجَعَلَتِ الۡمَرۡأَةُ تُلۡقِي، وَأَشَارَ أَيُّوبُ إِلَى أُذُنِهِ وَإِلَى حَلۡقِهِ. [طرفه في: ٩٨]. 

1449. Mu`ammal telah menceritakan kepada kami: Isma’il menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari ‘Atha` bin Abu Rabah. Beliau berkata: Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan: Aku menyaksikan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat id sebelum khotbah id. Beliau berpandangan bahwa suara beliau tidak terdengar oleh para wanita sehingga beliau datang ke tempat mereka. Bilal ikut bersama beliau dengan membentangkan pakaiannya. Rasulullah menasihati para wanita dan memerintahkan mereka agar bersedekah. Maka para wanita pun melemparkan (perhiasannya). Ayyub memberi isyarat ke telinga dan lehernya.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1431

٢٢ - بَابُ التَّحۡرِيضِ عَلَى الصَّدَقَةِ وَالشَّفَاعَةِ فِيهَا
22. Bab anjuran bersedekah dan memperantarai dalam hal itu


١٤٣١ - حَدَّثَنَا مُسۡلِمٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: حَدَّثَنَا عَدِيٌّ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: خَرَجَ النَّبِيُّ ﷺ يَوۡمَ عِيدٍ، فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ، لَمۡ يُصَلِّ قَبۡلُ وَلَا بَعۡدُ، ثُمَّ مَالَ عَلَى النِّسَاءِ، وَمَعَهُ بِلَالٌ، فَوَعَظَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ أَنۡ يَتَصَدَّقۡنَ، فَجَعَلَتِ الۡمَرۡأَةُ تُلۡقِي الۡقُلۡبَ وَالۡخُرۡصَ. [طرفه في: ٩٨]. 

1431. Muslim telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami: ‘Adi menceritakan kepada kami dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—keluar pada hari id. Beliau salat dua rakaat. Beliau tidak salat sebelumnya, tidak pula sesudahnya. Kemudian beliau berpindah ke tempat para wanita. Bersamanya ada Bilal. Beliau menasihati mereka dan memerintahkan mereka agar bersedekah. Maka para wanita pun melemparkan gelang dan cincin.

Shahih Muslim hadits nomor 2665

١ - بَابُ النَّهۡيِ عَنِ اتِّبَاعِ مُتَشَابِهِ الۡقُرۡآنِ، وَالتَّحۡذِيرِ مِنۡ مُتَّبِعِيهِ، وَالنَّهۡيِ عَنِ الۡاِخۡتِلَافِ فِي الۡقُرۡآنِ
1. Bab larangan dari mengikuti ayat Alquran yang mutasyabihat, peringatan dari orang-orang yang mengikutinya, dan larangan dari perselisihan dalam Alquran


١ – (٢٦٦٥) - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ بۡنِ قَعۡنَبٍ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ التُّسۡتَرِيُّ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي مُلَيۡكَةَ، عَنِ الۡقَاسِمِ بۡنِ مُحَمَّدٍ، عَنۡ عَائِشَةَ. قَالَتۡ: تَلَا رَسُولُ اللهِ ﷺ: ﴿هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ مِنۡهُ ءَايَـٰتٌ مُّحۡكَمَـٰتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأُخَرُ مُتَشَـٰبِهَـٰتٌ ۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمۡ زَيۡغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَـٰبَهَ مِنۡهُ ٱبۡتِغَآءَ ٱلۡفِتۡنَةِ وَٱبۡتِغَآءَ تَأۡوِيلِهِۦ ۗ وَمَا يَعۡلَمُ تَأۡوِيلَهُۥٓ إِلَّا ٱللَّهُ ۗ وَٱلرَّ‌ٰسِخُونَ فِى ٱلۡعِلۡمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلٌّ مِّنۡ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُو۟لُوا۟ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ ۝٧﴾‏ [آل عمران: ٧]. قَالَتۡ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِذَا رَأَيۡتُمُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنۡهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ سَمَّى اللهُ، فَاحۡذَرُوهُمۡ). 

[البخاري: كتاب التفسير، باب: ﴿منه آيات محكمات﴾، رقم: ٤٥٤٧]. 

1. (2665). ‘Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab telah menceritakan kepada kami: Yazid bin Ibrahim At-Tustari menceritakan kepada kami dari ‘Abdullah bin Abu Mulaikah, dari Al-Qasim bin Muhammad, dari ‘Aisyah. 

Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membaca ayat yang artinya, “Dialah yang menurunkan Alquran kepada kamu. Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat (jelas maknanya), itulah pokok-pokok isi Alquran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat (belum jelas maknanya bagi sebagian orang). Adapun orang-orang yang dalam hati mereka condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat darinya untuk menimbulkan fitnah (tujuan yang jelek) untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.’ Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. Ali ‘Imran: 7). 

‘Aisyah mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apabila kalian melihat orang-orang yang senantiasa mengikuti ayat-ayat mutasyabihat, maka mereka itulah yang Allah sebutkan (dalam ayat itu). Waspadalah kalian dari mereka!”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3446

٣٤٤٦ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ مُقَاتِلٍ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا صَالِحُ بۡنُ حَىٍّ: أَنَّ رَجُلًا مِنۡ أَهۡلِ خُرَاسَانَ قَالَ لِلشَّعۡبِيِّ، فَقَالَ الشَّعۡبِيُّ: أَخۡبَرَنِي أَبُو بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي مُوسَى الۡأَشۡعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِذَا أَدَّبَ الرَّجُلُ أَمَتَهُ فَأَحۡسَنَ تَأۡدِيبَهَا، وَعَلَّمَهَا فَأَحۡسَنَ تَعۡلِيمَهَا، ثُمَّ أَعۡتَقَهَا فَتَزَوَّجَهَا كَانَ لَهُ أَجۡرَانِ، وَإِذَا آمَنَ بِعِيسَى ثُمَّ آمَنَ بِي فَلَهُ أَجۡرَانِ، وَالۡعَبۡدُ إِذَا اتَّقَى رَبَّهُ وَأَطَاعَ مَوَالِيَهُ فَلَهُ أَجۡرَانِ). [طرفه في: ٩٧]. 

3446. Muhammad bin Muqatil telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Shalih bin Hayy mengabarkan kepada kami bahwa ada seorang pria dari penduduk Khurasan bertanya kepada Asy-Sya’bi. Lalu Asy-Sya’bi berkata: Abu Burdah mengabarkan kepadaku dari Abu Musa Al-Asy’ari—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apabila seorang lelaki mendidik budak wanitanya dengan baik, mengajarinya dengan baik, lalu dia bebaskan dan dia nikahi, maka ada dua pahala untuknya. Apabila seseorang beriman kepada ‘Isa kemudian beriman kepadaku, maka ada dua pahala untuknya. Seorang budak apabila dia bertakwa kepada Tuhannya dan patuh kepada majikannya, maka ada dua pahala untuknya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3011

١٤٥ - بَابُ فَضۡلِ مَنۡ أَسۡلَمَ مِنۡ أَهۡلِ الۡكِتَابَيۡنِ
145. Bab keutamaan orang yang masuk Islam dari kalangan dua ahli kitab


٣٠١١ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ بۡنُ عُيَيۡنَةَ: حَدَّثَنَا صَالِحُ بۡنُ حَىٍّ أَبُو حَسَنٍ قَالَ: سَمِعۡتُ الشَّعۡبِيَّ يَقُولُ: حَدَّثَنِي أَبُو بُرۡدَةَ: أَنَّهُ سَمِعَ أَبَاهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (ثَلَاثَةٌ يُؤۡتَوۡنَ أَجۡرَهُمۡ مَرَّتَيۡنِ: الرَّجُلُ تَكُونُ لَهُ الۡأَمَةُ، فَيُعَلِّمُهَا فَيُحۡسِنُ تَعۡلِيمَهَا، وَيُؤَدِّبُهَا فَيُحۡسِنُ أَدَبَهَا، ثُمَّ يُعۡتِقُهَا فَيَتَزَوَّجُهَا فَلَهُ أَجۡرَانِ، وَمُؤۡمِنُ أَهۡلِ الۡكِتَابِ، الَّذِي كَانَ مُؤۡمِنًا، ثُمَّ آمَنَ بِالنَّبِيِّ ﷺ فَلَهُ أَجۡرَانِ، وَالۡعَبۡدُ الَّذِي يُؤَدِّي حَقَّ اللهِ وَيَنۡصَحُ لِسَيِّدِهِ). 

ثُمَّ قَالَ الشَّعۡبِيُّ: وَأَعۡطَيۡتُكَهَا بِغَيۡرِ شَىۡءٍ، وَقَدۡ كَانَ الرَّجُلُ يَرۡحَلُ فِي أَهۡوَنَ مِنۡهَا إِلَى الۡمَدِينَةِ. [طرفه في: ٩٧]. 

3011. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan bin ‘Uyainah menceritakan kepada kami: Shalih bin Hai Abu Hasan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Asy-Sya’bi mengatakan: Abu Burdah menceritakan kepadaku bahwa beliau mendengar ayahnya dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Tiga golongan yang pahala mereka diberikan dua kali: seorang pria yang memiliki budak wanita, lalu dia ajari dengan baik dan dia didik dengan baik, kemudian dia bebaskan dan dia nikahi, maka ada dua pahala baginya; orang beriman dari kalangan ahli kitab, yang dahulu dia telah beriman kemudian beriman kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, maka ada dua pahala baginya; seorang budak yang menunaikan hak Allah dan patuh kepada majikannya.” 

Kemudian Asy-Sya’bi berkata: Aku menyampaikan riwayat ini kepadamu dengan cuma-cuma. Sungguh dahulu ada orang yang melakukan perjalanan ke Madinah dalam masalah yang lebih remeh daripada ini.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6487

٢٨ - بَابٌ حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
28. Bab neraka dihalangi dengan hal-hal yang disukai hawa nafsu


٦٤٨٧ - حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنۡ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ، وَحُجِبَتِ الۡجَنَّةُ بِالۡمَكَارِهِ). 

6487. Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik menceritakan kepadaku dari Abu Az-Zinad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Neraka dihalangi dengan hal-hal yang disukai hawa nafsu, sedangkan janah dihalangi dengan hal-hal yang tidak disukai.”

Shahih Muslim hadits nomor 2822 dan 2823

١ – (٢٨٢٢) - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ بۡنِ قَعۡنَبٍ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بۡنُ سَلَمَةَ، عَنۡ ثَابِتٍ وَحُمَيۡدٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ. قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (حُفَّتِ الۡجَنَّةُ بِالۡمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ). 

1. (2822). ‘Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami dari Tsabit dan Humaid, dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Janah dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka dikelillingi oleh hal-hal yang disenangi hawa nafsu.” 

(٢٨٢٣) - وَحَدَّثَنِي زُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا شَبَابَةُ: حَدَّثَنِي وَرۡقَاءُ، عَنۡ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الۡأَعۡرَجِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ... بِمِثۡلِهِ. 

(2823). Zuhair bin Harb telah menceritakan kepadaku: Syababah menceritakan kepada kami: Warqa` menceritakan kepadaku dari Abu Az-Zinad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—… semisal hadis tersebut.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2551

٢٥٥١ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡعَلَاءِ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ بُرَيۡدٍ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (الۡمَمۡلُوكُ الَّذِي يُحۡسِنُ عِبَادَةَ رَبِّهِ، وَيُؤَدِّي إِلَى سَيِّدِهِ الَّذِي لَهُ عَلَيۡهِ مِنَ الۡحَقِّ وَالنَّصِيحَةِ وَالطَّاعَةِ، لَهُ أَجۡرَانِ). [طرفه في: ٩٧]. 

2551. Muhammad bin Al-‘Ala telah menceritakan kepada kami: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Buraid, dari Abu Burdah, dari Abu Musa—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Budak yang melakukan ibadah kepada Tuhannya dengan baik dan menunaikan tugasnya, melayani, dan taat kepada majikannya, maka ada dua pahala untuknya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2547

٢٥٤٧ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ كَثِيرٍ: أَخۡبَرَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ صَالِحٍ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي مُوسَى الۡأَشۡعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (أَيُّمَا رَجُلٍ كَانَتۡ لَهُ جَارِيَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحۡسَنَ تَأۡدِيبَهَا، وَأَعۡتَقَهَا وَتَزَوَّجَهَا، فَلَهُ أَجۡرَانِ، وَأَيُّمَا عَبۡدٍ أَدَّى حَقَّ اللهِ وَحَقَّ مَوَالِيهِ فَلَهُ أَجۡرَانِ). [طرفه في: ٩٧]. 

2547. Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Shalih, dari Asy-Sya’bi, dari Abu Burdah, dari Abu Musa Al-Asy’ari—radhiyallahu ‘anhu—: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Pria mana saja yang memiliki budak wanita lalu dia didik dengan baik, kemudian dia bebaskan dan dia nikahi, maka dua pahala untuknya. Budak mana saja yang menunaikan hak Allah dan hak majikannya, maka dua pahala untuknya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2544

١٤ - بَابُ فَضۡلِ مَنۡ أَدَّبَ جَارِيَتَهُ وَعَلَّمَهَا
14. Bab keutamaan orang yang mendidik budak wanitanya dan mengajarinya


٢٥٤٤ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: سَمِعَ مُحَمَّدَ بۡنَ فُضَيۡلٍ، عَنۡ مُطَرِّفٍ، عَنِ الشَّعۡبِيِّ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَنۡ كَانَتۡ لَهُ جَارِيَةٌ فَعَالَهَا فَأَحۡسَنَ إِلَيۡهَا، ثُمَّ أَعۡتَقَهَا وَتَزَوَّجَهَا كَانَ لَهُ أَجۡرَانِ). [طرفه في: ٩٧]. 

2544. Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami. Beliau mendengar Muhammad bin Fudhail dari Mutharrif, dari Asy-Sya’bi, dari Abu Burdah, dari Abu Musa—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang memiliki budak wanita, lalu dia urusi dan berbuat baik kepadanya, kemudian dia bebaskan dan dia nikahi, maka dua pahala untuknya.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6244

١٣ - بَابُ التَّسۡلِيمِ وَالۡاِسۡتِئۡذَانِ ثَلَاثًا
13. Bab bersalam dan minta izin sebanyak tiga kali


٦٢٤٤ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الصَّمَدِ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا ثُمَامَةُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ إِذَا سَلَّمَ سَلَّمَ ثَلَاثًا، وَإِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا. [طرفه في: ٩٤]. 

6244. Ishaq telah menceritakan kepada kami: ‘Abdush Shamad mengabarkan kepada kami: ‘Abdullah bin Al-Mutsanna menceritakan kepada kami: Tsumamah bin ‘Abdullah menceritakan kepada kami dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu apabila bersalam, maka beliau bersalam tiga kali. Apabila mengucapkan suatu perkataan, beliau mengulanginya tiga kali.

Shahih Al-Bukhari - 97. Kitab Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunah

٩٧ – كِتَابُ الۡإِعۡتِصَامِ بِالۡكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
97. Kitab Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunah

Hadis nomor 7268
Hadis nomor 7270
1. Bab sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Aku diutus dengan jawami’ al-kalim (kalimat ringkas padat)”
2. Bab meneladani sunah-sunah Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam
Hadis nomor 7275
Hadis nomor 7287
Hadis nomor 7288
3. Bab hal yang dibenci dari banyak bertanya dan membebani diri dengan perkara yang tidak berguna
Hadis nomor 7291
Hadis nomor 7294 dan 7295
4. Bab meneladani perbuatan-perbuatan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam
5. Bab dibencinya sikap melampaui batas, berdebat dalam masalah ilmu, dan berlebih-lebihan di dalam agama dan bidah
Hadis nomor 7299
7. Bab hal yang disebutkan berupa tercelanya pendapat pribadi dan kias yang membebani diri
10. Bab sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Ada sekelompok dari umatku senantiasa berperang dalam keadaan unggul di atas kebenaran”
Hadis nomor 7311
Hadis nomor 7312
13. Bab riwayat tentang ijtihad hakim menurut apa yang Allah taala turunkan
Hadis nomor 7316
15. Bab dosa bagi siapa saja yang mengajak kepada kesesatan atau memberi contoh yang jelek
Hadis nomor 7326
Hadis nomor 7343
20. Bab apabila petugas atau hakim berijtihad lalu keliru menyelisihi Rasul tanpa ilmu, maka hukumnya tertolak
21. Bab pahala seorang hakim apabila berijtihad lalu tepat atau keliru
Hadis nomor 7352
26. Bab dibencinya perselisihan
27. Bab larangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti pengharaman kecuali sesuatu yang diketahui kebolehannya dan demikian pula perintah beliau
Hadis nomor 7367
28. Bab
Hadis nomor 7369

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7294 dan 7295

٧٢٩٤ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ. وَحَدَّثَنِي مَحۡمُودٌ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ: أَخۡبَرَنِي أَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ خَرَجَ حِينَ زَاغَتِ الشَّمۡسُ فَصَلَّى الظُّهۡرَ، فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ عَلَى الۡمِنۡبَرِ، فَذَكَرَ السَّاعَةَ، وَذَكَرَ أَنَّ بَيۡنَ يَدَيۡهَا أُمُورًا عِظَامًا، ثُمَّ قَالَ: (مَنۡ أَحَبَّ أَنۡ يَسۡأَلَ عَنۡ شَىۡءٍ فَلۡيَسۡأَلۡ عَنۡهُ، فَوَاللهِ لَا تَسۡأَلُونِي عَنۡ شَىۡءٍ إِلَّا أَخۡبَرۡتُكُمۡ بِهِ مَا دُمۡتُ فِي مَقَامِي هَٰذَا). قَالَ أَنَسٌ: فَأَكۡثَرَ الۡأَنۡصَارُ الۡبُكَاءَ، وَأَكۡثَرَ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَنۡ يَقُولَ: (سَلُونِي). فَقَالَ أَنَسٌ: فَقَامَ إِلَيۡهِ رَجُلٌ فَقَالَ: أَيۡنَ مَدۡخَلِي يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (النَّارُ). فَقَامَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ حُذَافَةَ فَقَالَ: مَنۡ أَبِي يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (أَبُوكَ حُذَافَةُ). قَالَ: ثُمَّ أَكۡثَرَ أَنۡ يَقُولَ: (سَلُونِي، سَلُونِي). فَبَرَكَ عُمَرُ عَلَى رُكۡبَتَيۡهِ فَقَالَ: رَضِينَا بِاللهِ رَبًّا، وَبِالۡإِسۡلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ ﷺ رَسُولًا. قَالَ: فَسَكَتَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حِينَ قَالَ عُمَرُ ذٰلِكَ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (وَالَّذِي نَفۡسِي بِيَدِهِ، لَقَدۡ عُرِضَتۡ عَلَىَّ الۡجَنَّةُ وَالنَّارُ آنِفًا فِي عُرۡضِ هَٰذَا الۡحَائِطِ، وَأَنَا أُصَلِّي، فَلَمۡ أَرَ كَالۡيَوۡمِ فِي الۡخَيۡرِ وَالشَّرِّ). [طرفه في: ٩٣]. 

7294. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Mahmud telah menceritakan kepadaku: ‘Abdurrazzaq menceritakan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri: 

Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—mengabarkan kepadaku bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—keluar ketika matahari telah mulai turun, lalu beliau salat Zuhur. Ketika beliau sudah salam, beliau bangkit menuju mimbar, lalu menyebutkan hari kiamat. Beliau juga menyebutkan bahwa di hadapannya ada perkara-perkara yang besar. Kemudian beliau bersabda, “Siapa saja yang ingin menanyakan sesuatu, maka silakan dia menanyakannya. Demi Allah, tidaklah kalian bertanya kepadaku tentang sesuatu kecuali aku kabarkan kepada kalian selama aku berdiri di tempatku ini.” 

Anas berkata: Orang-orang ansar banyak menangis, sementara Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengulang-ulang perkataan, “Bertanyalah kepadaku!” 

Anas berkata: Ada seseorang berdiri menuju beliau seraya bertanya, “Di mana tempatku masuk nanti, wahai Rasulullah?” 

Rasulullah menjawab, “Neraka.” 

‘Abdullah bin Hudzafah bangkit seraya bertanya, “Siapa ayahku wahai Rasulullah?” 

Rasulullah menjawab, “Ayahmu adalah Hudzafah.” 

Anas berkata: Kemudian beliau mengulang-ulang ucapan, “Tanyalah kepadaku! Tanyalah kepadaku!” 

‘Umar berlutut seraya berkata, “Kami rida Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sebagai rasul.” 

Anas berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pun diam ketika ‘Umar mengatakan itu. Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh janah dan neraka telah diperlihatkan kepadaku tadi di sisi dinding ini ketika aku salat. Aku belum pernah melihat kebaikan dan kejelekan seperti hari ini.” 

٧٢٩٥ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحِيمِ: أَخۡبَرَنَا رَوۡحُ بۡنُ عُبَادَةَ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ: أَخۡبَرَنِي مُوسَى بۡنُ أَنَسٍ قَالَ: سَمِعۡتُ أَنَسَ بۡنَ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا نَبِيَّ اللهِ، مَنۡ أَبِي؟ قَالَ: (أَبُوكَ فُلَانٌ). وَنَزَلَتۡ: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسۡأَلُوا عَنۡ أَشۡيَاءَ﴾ الۡآيَةَ [المائدة: ١٠١]. [طرفه في: ٩٣]. 

7295. Muhammad bin ‘Abdurrahim telah menceritakan kepada kami: Rauh bin ‘Ubadah mengabarkan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami: Musa bin Anas mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: Aku mendengar Anas bin Malik mengatakan: 

Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa ayahku?” 

Rasulullah menjawab, “Ayahmu adalah polan.” 

Turun ayat yang artinya, “Wahai sekalian orang-orang yang beriman, janganlah kalian bertanya tentang sesuatu.” Sampai akhir ayat QS. Al-Ma`idah: 101.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7089, 7090, dan 7091

١٥ - بَابُ التَّعَوُّذِ مِنَ الۡفِتَنِ
15. Bab berlindung dari cobaan-cobaan


٧٠٨٩ - حَدَّثَنَا مُعَاذُ بۡنُ فَضَالَةَ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: سَأَلُوا النَّبِيَّ ﷺ حَتَّى أَحۡفَوۡهُ بِالۡمَسۡأَلَةِ، فَصَعِدَ النَّبِيُّ ذَاتَ يَوۡمٍ الۡمِنۡبَرَ فَقَالَ: (لَا تَسۡأَلُونِي عَنۡ شَىۡءٍ إِلَّا بَيَّنۡتُ لَكُمۡ). فَجَعَلۡتُ أَنۡظُرُ يَمِينًا وَشِمَالًا، فَإِذَا كُلُّ رَجُلٍ رَأۡسُهُ فِي ثَوۡبِهِ يَبۡكِي، فَأَنۡشَأَ رَجُلٌ، كَانَ إِذَا لَاحَى يُدۡعَى إِلَى غَيۡرِ أَبِيهِ، فَقَالَ: يَا نَبِيَّ اللهِ مَنۡ أَبِي؟ فَقَالَ: (أَبُوكَ حُذَافَةُ). ثُمَّ أَنۡشَأَ عُمَرُ فَقَالَ: رَضِينَا بِاللهِ رَبًّا، وَبِالۡإِسۡلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، نَعُوذُ بِاللهِ مِنۡ سُوءِ الۡفِتَنِ. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (مَا رَأَيۡتُ فِي الۡخَيۡرِ وَالشَّرِّ كَالۡيَوۡمِ قَطُّ، إِنَّهُ صُوِّرَتۡ لِي الۡجَنَّةُ وَالنَّارُ، حَتَّى رَأَيۡتُهُمَا دُونَ الۡحَائِطِ). قَالَ قَتَادَةُ: يُذۡكَرُ هَٰذَا الۡحَدِيثُ عِنۡدَ هَٰذِهِ الۡآيَةِ: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسۡأَلُوا عَنۡ أَشۡيَاءَ إِنۡ تُبۡدَ لَكُمۡ تَسُؤۡكُمۡ﴾ [المائدة: ١٠١]. 

7089. Mu’adz bin Fadhalah telah menceritakan kepada kami: Hisyam menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: 

Orang-orang bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—hingga mereka mendesak beliau dengan pertanyaan itu. Lalu Nabi pada suatu hari naik ke mimbar seraya bersabda, “Tidaklah kalian bertanya kepadaku tentang sesuatu kecuali aku terangkan kepada kalian.” 

Aku memandang ke kanan dan ke kiri. Ternyata setiap orang, kepalanya berada di dalam pakaiannya sembari menangis. 

Lalu bangkitlah seseorang yang jika dia bertengkar, dia dipanggil dengan panggilan yang disandarkan kepada selain ayahnya. Dia bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa ayahku?” 

Nabi menjawab, “Ayahmu adalah Hudzafah.” 

Kemudian ‘Umar bangkit seraya berkata, “Kami rida Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul. Kami berlindung kepada Allah dari buruknya cobaan-cobaan.” 

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Aku tidak pernah melihat sama sekali kebaikan dan kejelekan seperti hari ini. Sungguh janah dan neraka telah digambarkan kepadaku hingga aku melihat keduanya di belakang dinding ini.” 

Qatadah berkata: Hadis ini disebutkan ketika disebutkan ayat yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian bertanya tentang sesuatu yang apabila dijelaskan kepada kalian akan menyusahkan kalian.” (QS. Al-Ma`idah: 101). 

٧٠٩٠ - وَقَالَ عَبَّاسٌ النَّرۡسِيُّ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ زُرَيۡعٍ: حَدَّثَنَا سَعِيدٌ: حَدَّثَنَا قَتَادَةُ: أَنَّ أَنَسًا حَدَّثَهُمۡ: أَنَّ نَبِيَّ اللهِ ﷺ، بِهَٰذَا، وَقَالَ: كُلُّ رَجُلٍ لَافًّا رَأۡسَهُ فِي ثَوۡبِهِ يَبۡكِي. وَقَالَ: عَائِذًا بِاللهِ مِنۡ سُوءِ الۡفِتَنِ، أَوۡ قَالَ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنۡ سُوءِ الۡفِتَنِ. [طرفه في: ٩٣]. 

7090. ‘Abbas An-Nursi berkata: Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami: Sa’id menceritakan kepada kami: Qatadah menceritakan kepada kami bahwa Anas menceritakan kepada mereka: Bahwa Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seperti hadis ini dan Anas berkata: Setiap orang menudungi kepalanya di dalam pakaian mereka sembari menangis. Beliau berkata: Aku berlindung kepada Allah dari jeleknya cobaan-cobaan. 

٧٠٩١ - وَقَالَ لِي خَلِيفَةُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بۡنُ زُرَيۡعٍ: حَدَّثَنَا سَعِيدٌ وَمُعۡتَمِرٌ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ قَتَادَةَ: أَنَّ أَنَسًا حَدَّثَهُمۡ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ بِهَٰذَا. وَقَالَ: عَائِذًا بِاللهِ مِنۡ شَرِّ الۡفِتَنِ. [طرفه في: ٩٣]. 

7091. Khalifah berkata kepadaku: Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami: Sa’id dan Mu’tamir menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Qatadah bahwa Anas menceritakan kepada mereka dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dengan hadis ini. Beliau berkata: Aku berlindung kepada Allah dari buruknya cobaan-cobaan.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6486

٦٤٨٦ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ مُوسَى بۡنِ أَنَسٍ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (‏لَوۡ تَعۡلَمُونَ مَا أَعۡلَمُ لَضَحِكۡتُمۡ قَلِيلًا وَلَبَكَيۡتُمۡ كَثِيرًا). [طرفه في: ٩٣]. 

6486. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Musa bin Anas, dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, tentu kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6468

٦٤٦٨ - حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ الۡمُنۡذِرِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ فُلَيۡحٍ قَالَ حَدَّثَنِي: أَبِي، عَنۡ هِلَالِ بۡنِ عَلِيٍّ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: سَمِعۡتُهُ يَقُولُ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ صَلَّى لَنَا يَوۡمًا الصَّلَاةَ، ثُمَّ رَقِيَ الۡمِنۡبَرَ، فَأَشَارَ بِيَدِهِ قِبَلَ قِبۡلَةِ الۡمَسۡجِدِ، فَقَالَ: (قَدۡ أُرِيتُ الۡآنَ مُنۡذُ صَلَّيۡتُ لَكُمُ الصَّلَاةَ، الۡجَنَّةَ وَالنَّارَ، مُمَثَّلَتَيۡنِ فِي قُبُلِ هَٰذَا الۡجِدَارِ، فَلَمۡ أَرَ كَالۡيَوۡمِ فِي الۡخَيۡرِ وَالشَّرِّ، فَلَمۡ أَرَ كَالۡيَوۡمِ فِي الۡخَيۡرِ وَالشَّرِّ). [طرفه في: ٩٣]. 

6468. Ibrahim bin Al-Mundzir telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Fulaih menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari Hilal bin ‘Ali, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—. Hilal berkata: Aku mendengar Anas mengatakan bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat mengimami kami pada suatu hari. Kemudian beliau naik ke mimbar lalu mengisyaratkan dengan tangannya ke arah kiblat masjid seraya bersabda, “Sekarang ini, sejak aku salat mengimami kalian tadi, sungguh diperlihatkan janah dan neraka kepadaku. Keduanya digambarkan di depan dinding ini. Aku belum pernah melihat kebaikan dan kejelekan seperti hari ini. Aku belum pernah melihat kebaikan dan kejelekan seperti hari ini.”

Shahih Al-Bukhari - 80. Kitab Doa-doa

٨٠ - كِتَابُ الدَّعَوَاتِ
80. Kitab Doa-doa

3. Bab istigfar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sehari semalam
Hadis nomor 6307
4. Bab tobat
Hadis nomor 6308
Hadis nomor 6309
6. Bab Jika Tidur dalam Keadaan Suci
Hadis nomor 6311
10. Bab doa ketika terbangun di waktu malam
Hadis nomor 6316
17. Bab doa di dalam salat
Hadis nomor 6326
Hadis nomor 6334
26. Bab doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pelayannya dengan panjang umur dan banyak harta
Hadis nomor 6344
Hadis nomor 6354
Hadis nomor 6355
35. Bab berlindung dari cobaan-cobaan
Hadis nomor 6362
Hadis nomor 6366
41. Bab meminta perlindungan dari sifat pengecut dan malas
Hadis nomor 6369
Hadis nomor 6373
48. Bab mendoakan banyak harta dan anak disertai keberkahan
Hadis nomor 6378 dan 6379
49. Bab mendoakan banyak anak disertai keberkahan
Hadis nomor 6380 dan 6381
65. Bab bacaan amin
Hadis nomor 6402
71. Bab mauizah berjeda
Hadis nomor 6411

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 6362

٣٥ - بَابُ التَّعَوُّذِ مِنَ الۡفِتَنِ
35. Bab berlindung dari cobaan-cobaan


٦٣٦٢ - حَدَّثَنَا حَفۡصُ بۡنُ عُمَرَ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ، عَنۡ قَتَادَةَ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: سَأَلُوا رَسُولَ اللهِ ﷺ حَتَّى أَحۡفَوۡهُ الۡمَسۡأَلَةَ، فَغَضِبَ فَصَعِدَ الۡمِنۡبَرَ، فَقَالَ: (لَا تَسۡأَلُونِي الۡيَوۡمَ عَنۡ شَىۡءٍ إِلَّا بَيَّنۡتُهُ لَكُمۡ). فَجَعَلۡتُ أَنۡظُرُ يَمِينًا وَشِمَالًا، فَإِذَا كُلُّ رَجُلٍ لَافٌّ رَأۡسَهُ فِي ثَوۡبِهِ يَبۡكِي، فَإِذَا رَجُلٌ، كَانَ إِذَا لَاحَى الرِّجَالَ يُدۡعَى لِغَيۡرِ أَبِيهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ مَنۡ أَبِي؟ قَالَ: (حُذَافَةُ). ثُمَّ أَنۡشَأَ عُمَرُ فَقَالَ: رَضِينَا بِاللهِ رَبًّا، وَبِالۡإِسۡلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ ﷺ رَسُولًا، نَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الۡفِتَنِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَا رَأَيۡتُ فِي الۡخَيۡرِ وَالشَّرِّ كَالۡيَوۡمِ قَطُّ، إِنَّهُ صُوِّرَتۡ لِي الۡجَنَّةُ وَالنَّارُ، حَتَّى رَأَيۡتُهُمَا وَرَاءَ الۡحَائِطِ). وَكَانَ قَتَادَةُ يَذۡكُرُ عِنۡدَ الۡحَدِيثِ هَٰذِهِ الۡآيَةَ: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسۡأَلُوا عَنۡ أَشۡيَاءَ إِنۡ تُبۡدَ لَكُمۡ تَسُؤۡكُمۡ﴾ [المائدة: ١٠١]. [طرفه في: ٩٣]. 

6362. Hafsh bin ‘Umar telah menceritakan kepada kami: Hisyam menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Anas—radhiyallahu ‘anhu: Orang-orang bertanya kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—hingga mendesak beliau dengan pertanyaan itu. 

Beliau marah, naik mimbar, lalu bersabda, “Tidaklah kalian bertanya kepadaku pada hari ini tentang sesuatu kecuali aku terangkan untuk kalian.” 

Aku melihat ke kanan dan kiri. Ternyata setiap orang menudungi kepalanya dengan pakaiannya dalam keadaan menangis. 

Lalu ada seseorang yang apabila dia bertengkar dengan orang-orang, dia dipanggil dengan panggilan yang tidak dinisbahkan kepada ayahnya. Dia bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa ayahku?” 

Rasulullah menjawab, “Hudzafah.” 

Kemudian ‘Umar bergegas mengatakan, “Kami rida Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sebagai rasul. Kami berlindung kepada Allah dari cobaan-cobaan.” 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tidaklah aku sama sekali melihat kebaikan dan kejelekan seperti hari ini. Sungguh janah dan neraka telah digambarkan kepadaku hingga aku melihat keduanya di belakang dinding ini.” 

Dahulu Qatadah ketika menyebutkan hadis ini, beliau menyebutkan ayat yang artinya, “Wahai sekalian orang-orang yang beriman, janganlah kalian bertanya tentang sesuatu yang apabila diterangkan kepada kalian akan menyusahkan kalian.” (QS. Al-Ma`idah: 101).

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4621

١٢ – بَابُ قَوۡلِهِ: ﴿لَا تَسۡأَلُوا عَنۡ أَشۡيَاءَ إِنۡ تُبۡدَ لَكُمۡ تَسُؤۡكُمۡ﴾ ۝١٠١
12. Bab firman Allah yang artinya, “Janganlah kalian menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepada kalian akan menyusahkan kalian.” (QS. Al-Ma`idah: 101)


٤٦٢١ - حَدَّثَنَا مُنۡذِرُ بۡنُ الۡوَلِيدِ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ الۡجَارُودِيُّ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ مُوسَى بۡنِ أَنَسٍ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: خَطَبَ رَسُولُ اللهِ ﷺ خُطۡبَةً مَا سَمِعۡتُ مِثۡلَهَا قَطُّ قَالَ: (لَوۡ تَعۡلَمُونَ مَا أَعۡلَمُ لَضَحِكۡتُمۡ قَلِيلًا وَلَبَكَيۡتُمۡ كَثِيرًا). قَالَ فَغَطَّى أَصۡحَابُ رَسُولِ اللهِ ﷺ وُجُوهَهُمۡ لَهُمۡ خَنِينٌ، فَقَالَ رَجُلٌ: مَنۡ أَبِي؟ قَالَ: (فُلَانٌ). فَنَزَلَتۡ هَٰذِهِ الۡآيَةُ: ﴿لَا تَسۡأَلُوا عَنۡ أَشۡيَاءَ إِنۡ تُبۡدَ لَكُمۡ تَسُؤۡكُمۡ﴾. رَوَاهُ النَّضۡرُ، وَرَوۡحُ بۡنُ عُبَادَةَ، عَنۡ شُعۡبَةَ. [طرفه في: ٩٣]. 

4621. Mundzir bin Al-Walid bin ‘Abdurrahman Al-Jarudi telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Musa bin Anas, dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyampaikan khotbah yang belum pernah aku dengar sama sekali. Beliau bersabda, “Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” 

Anas berkata: Para sahabat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menutup wajah-wajah mereka dan terdengar suara isak tangis mereka. 

Ada seseorang bertanya, “Siapa ayahku?” 

Rasulullah menjawab, “Polan.” 

Lalu ayat ini turun (yang artinya), “Janganlah kalian menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepada kalian akan menyusahkan kalian.” 

Diriwayatkan oleh An-Nadhr dan Rauh bin ‘Ubadah dari Syu’bah.

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4727

٤ – بَابٌ قَوۡلُهُ: ﴿فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَىٰهُ ءَاتِنَا غَدَآءَنَا لَقَدۡ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَـٰذَا نَصَبًا﴾ ۝٦٢
4. Bab firman Allah yang artinya, “Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” (QS. Al-Kahfi: 62)


إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿عَجَبًا﴾ [٦٣]، ﴿صُنۡعًا﴾ [١٠٤] عَمَلًا. ﴿حِوَلًا﴾ [١٠٨] تَحَوُّلًا. 

Sampai firman-Nya, “dengan cara yang aneh sekali.” (QS. Al-Kahfi: 63). “Shun’ā,” (QS. Al-Kahfi: 104) artinya perbuatan. “Hiwalā,” (QS. Al-Kahfi: 108) artinya adalah berpindah. 

﴿قَالَ ذَٰلِكَ مَا كُنَّا نَبۡغِ ۚ فَٱرۡتَدَّا عَلَىٰٓ ءَاثَارِهِمَا قَصَصًا﴾ [٦٤]، ﴿إِمۡرًا﴾ [٧١] وَ﴿نُكۡرًا﴾ [٧٤] دَاهِيَةً. ﴿يَنۡقَضَّ﴾ [٧٧] يَنۡقَاضُ كَمَا تَنۡقَاضُ السِّنُّ. ﴿لَتَخِذۡتَ﴾ [٧٧] وَاتَّخَذۡتَ وَاحِدٌ. ﴿رُحۡمًا﴾ [٨١] مِنَ الرُّحۡمِ، وَهِيَ أَشَدُّ مُبَالَغَةً مِنَ الرَّحۡمَةِ، وَنَظُنُّ أَنَّهُ مِنَ الرَّحِيمِ، وَتُدۡعَى مَكَّةُ أُمَّ رُحۡمٍ، أَيِ الرَّحۡمَةُ تَنۡزِلُ بِهَا. 

“Musa berkata: Itulah (tempat) yang kita cari. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.” (QS. Al-Kahfi: 64). “Imrā” (QS. Al-Kahfi: 71) dan “Nukrā” (QS. Al-Kahfi: 74) artinya adalah sangat mungkar. “Yanqadhdha” (QS. Al-Kahfi: 77) artinya retak sebagaimana retaknya gigi. “Latakhidzta” (QS. Al-Kahfi: 77) dan ittakhadzta artinya sama (yaitu mengambil). “Ruhmā” (QS. Al-Kahfi: 81) dari kata ar-ruhm yang memiliki arti lebih dalam daripada kata ar-rahmah. Kami mengira bahwa kata itu berasal dari kata ar-rahīm. Makkah dipanggil dengan nama Ummu Ruhm, artinya bahwa rahmat turun di situ. 

٤٧٢٧ - حَدَّثَنِي قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ قَالَ: حَدَّثَنِي سُفۡيَانُ بۡنُ عُيَيۡنَةَ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ دِينَارٍ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ قَالَ: قُلۡتُ لِابۡنِ عَبَّاسٍ: إِنَّ نَوۡفًا الۡبَكَالِيَّ يَزۡعُمُ: أَنَّ مُوسَى بَنِي إِسۡرَائِيلَ لَيۡسَ بِمُوسَى الۡخَضِرِ، فَقَالَ: كَذَبَ عَدُوُّ اللهِ؛ حَدَّثَنَا أُبَىُّ بۡنُ كَعۡبٍ، عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ قَالَ: 

4727. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Sufyan bin ‘Uyainah menceritakan kepadaku dari ‘Amr bin Dinar, dari Sa’id bin Jubair. 

Beliau berkata: Aku berkata kepada Ibnu ‘Abbas bahwa Nauf Al-Bakali menyatakan bahwa Musa bani Israil bukanlah Musa yang bersama Al-Khadhir. 

Ibnu ‘Abbas berkata: Musuh Allah itu telah bohong. Ubai bin Ka’b menceritakan kepada kami dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda: 

(قَامَ مُوسَى خَطِيبًا فِي بَنِي إِسۡرَائِيلَ، فَقِيلَ لَهُ: أَىُّ النَّاسِ أَعۡلَمُ؟ قَالَ: أَنَا، فَعَتَبَ اللهُ عَلَيۡهِ، إِذۡ لَمۡ يَرُدَّ الۡعِلۡمَ إِلَيۡهِ، وَأَوۡحَى إِلَيۡهِ: بَلَى، عَبۡدٌ مِنۡ عِبَادِي بِمَجۡمَعِ الۡبَحۡرَيۡنِ، هُوَ أَعۡلَمُ مِنۡكَ. قَالَ: أَىۡ رَبِّ، كَيۡفَ السَّبِيلُ إِلَيۡهِ؟ قَالَ: تَأۡخُذُ حُوتًا فِي مِكۡتَلٍ، فَحَيۡثُمَا فَقَدۡتَ الۡحُوتَ فَاتَّبِعۡهُ، 

Musa berdiri berkhotbah di hadapan bani Israil. Lalu ada yang bertanya kepada beliau, “Siapa orang yang paling berilmu?” 

Musa menjawab, “Aku.” 

Lalu Allah menegurnya karena beliau tidak mengembalikan ilmu kepada-Nya. Allah mewahyukan kepada beliau, “Ada. Seorang hamba di antara hamba-hamba-Ku di tempat bertemunya dua laut. Dia lebih berlimu daripada engkau.” 

Musa berkata, “Ya Rabi, bagaimana jalan ke tempatnya?” 

Allah berkata, “Engkau ambil seekor (bangkai) ikan (lalu letakkan) di dalam keranjang. Di mana saja engkau kehilangan ikan itu, maka ikutilah (arah perginya) ikan itu.” 

قَالَ: فَخَرَجَ مُوسَى وَمَعَهُ فَتَاهُ يُوشَعُ بۡنُ نُونٍ، وَمَعَهُمَا الۡحُوتُ، حَتَّى انۡتَهَيَا إِلَى الصَّخۡرَةِ فَنَزَلَا عِنۡدَهَا، قَالَ: فَوَضَعَ مُوسَى رَأۡسَهُ فَنَامَ - قَالَ سُفۡيَانُ: وَفِي حَدِيثِ غَيۡرِ عَمۡرٍو قَالَ - وَفِي أَصۡلِ الصَّخۡرَةِ عَيۡنٌ يُقَالُ لَهَا الۡحَيَاةُ، لَا يُصِيبُ مِنۡ مَائِهَا شَىۡءٌ إِلَّا حَيِيَ، فَأَصَابَ الۡحُوتَ مِنۡ مَاءِ تِلۡكَ الۡعَيۡنِ، قَالَ: فَتَحَرَّكَ وَانۡسَلَّ مِنَ الۡمِكۡتَلِ فَدَخَلَ الۡبَحۡرَ، فَلَمَّا اسۡتَيۡقَظَ مُوسَى قَالَ لِفَتَاهُ: ﴿آتِنَا غَدَاءَنَا﴾ [٦٢] الۡآيَةَ، قَالَ: وَلَمۡ يَجِدِ النَّصَبَ حَتَّى جَاوَزَ مَا أُمِرَ بِهِ، قَالَ لَهُ فَتَاهُ يُوشَعُ بۡنُ نُونٍ: ﴿أَرَأَيۡتَ إِذۡ أَوَيۡنَا إِلَى الصَّخۡرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الۡحُوتَ﴾ [٦٣] الۡآيَةَ، قَالَ: فَرَجَعَا يَقُصَّانِ فِي آثَارِهِمَا، فَوَجَدَا فِي الۡبَحۡرِ كَالطَّاقِ مَمَرَّ الۡحُوتِ، فَكَانَ لِفَتَاهُ عَجَبًا، وَلِلۡحُوتِ سَرَبًا، 

Perawi berkata: Musa keluar pergi bersama muridnya, yaitu Yusya’ bin Nun. Keduanya membawa seekor ikan. Hingga ketika keduanya sampai di sebuah batu, keduanya singgah di situ. Perawi berkata: Musa menyandarkan kepalanya lalu tidur. Sufyan berkata: Di dalam hadis selain ‘Amr, perawi berkata: Di dasar batu itu ada mata air yang diberi nama mata air kehidupan. Tidaklah sesuatupun yang terkena airnya kecuali akan hidup. Air dari mata air itu mengenai (bangkai) ikan itu. Perawi berkata: Lalu ikan itu bergerak-gerak dan keluar dari keranjang, masuk ke laut. 

Ketika Musa bangun, beliau berkata kepada muridnya, “Bawalah kemari makanan kita,” (QS. Al-Kahfi: 62) sampai akhir ayat. Perawi berkata: Musa tidak merasa letih hingga telah melewati tempat yang diperintahkan. 

Muridnya, yaitu Yusya’ bin Nun, berkata kepada Musa, “Apakah engkau ingat ketika kita berlindung di sebuah batu, saat itu aku lupa (menyebutkan) ikan itu,” (QS. Al-Kahfi: 63) sampai akhir ayat. 

Perawi berkata: Lalu keduanya kembali menyusuri jejak mereka semula. Keduanya mendapati di laut ada seperti lengkungan pada tempat yang dilewati ikan tadi. Maka muridnya heran sekali dan ikan itu memiliki jalan. 

قَالَ: فَلَمَّا انۡتَهَيَا إِلَى الصَّخۡرَةِ، إِذَا هُمَا بِرَجُلٍ مُسَجًّى بِثَوۡبٍ، فَسَلَّمَ عَلَيۡهِ مُوسَى، قَالَ: وَأَنَّى بِأَرۡضِكَ السَّلَامُ؟ فَقَالَ: أَنَا مُوسَى، قَالَ: مُوسَى بَنِي إِسۡرَائِيلَ؟ قَالَ: نَعَمۡ، قَالَ هَلۡ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنۡ تُعَلِّمَنِي مِمَّا عُلِّمۡتَ رَشَدًا؟ قَالَ لَهُ الۡخَضِرُ: يَا مُوسَى إِنَّكَ عَلَى عِلۡمٍ مِنۡ عِلۡمِ اللهِ عَلَّمَكَهُ اللهُ لَا أَعۡلَمُهُ، وَأَنَا عَلَى عِلۡمٍ مِنۡ عِلۡمِ اللهِ عَلَّمَنِيهِ اللهُ لَا تَعۡلَمُهُ. قَالَ: بَلۡ أَتَّبِعُكَ، قَالَ: فَإِنِ اتَّبَعۡتَنِي فَلَا تَسۡأَلۡنِي عَنۡ شَىۡءٍ حَتَّى أُحۡدِثَ لَكَ مِنۡهُ ذِكۡرًا. 

Perawi berkata: Ketika keduanya sampai di batu tadi, ternyata keduanya menjumpai seorang pria yang berselimutkan baju. Musa mengucapkan salam kepadanya. Pria itu berkata, “Bagaimana bisa di tempatmu ada ucapan salam?” 

Musa berkata, “Aku Musa.” 

Pria itu bertanya, “Musa bani Israil?” 

Musa menjawab, “Iya.” Musa melanjutkan, “Apakah aku boleh mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” 

Al-Khadhir berkata kepada Musa, “Wahai Musa, sesungguhnya engkau memiliki ilmu dari ilmu Allah yang telah Allah ajarkan kepadamu dan aku tidak mengetahuinya. Aku pun memiliki ilmu dari ilmu Allah yang Allah ajarkan kepadaku dan tidak engkau ketahui.” 

Musa berkata, “Aku tetap mengikutimu.” 

Al-Khadhir berkata, “Jika engkau mengikutiku, maka engkau tidak boleh bertanya sesuatu pun kepadaku hingga aku sendiri yang menceritakannya kepadamu.” 

فَانۡطَلَقَا يَمۡشِيَانِ عَلَى السَّاحِلِ، فَمَرَّتۡ بِهِمَا سَفِينَةٌ فَعُرِفَ الۡخَضِرُ، فَحَمَلُوهُمۡ فِي سَفِينَتِهِمۡ بِغَيۡرِ نَوۡلٍ، يَقُولُ: بِغَيۡرِ أَجۡرٍ، فَرَكِبَا السَّفِينَةَ. قَالَ: وَوَقَعَ عُصۡفُورٌ عَلَى حَرۡفِ السَّفِينَةِ، فَغَمَسَ مِنۡقَارَهُ الۡبَحۡرَ، فَقَالَ الۡخَضِرُ لِمُوسَى: مَا عِلۡمُكَ وَعِلۡمِي وَعِلۡمُ الۡخَلَائِقِ فِي عِلۡمِ اللهِ، إِلَّا مِقۡدَارُ مَا غَمَسَ هَٰذَا الۡعُصۡفُورُ مِنۡقَارَهُ، قَالَ: فَلَمۡ يَفۡجَأۡ مُوسَى، إِذۡ عَمَدَ الۡخَضِرُ إِلَى قَدُومٍ فَخَرَقَ السَّفِينَةَ، فَقَالَ لَهُ مُوسَى: قَوۡمٌ حَمَلُونَا بِغَيۡرِ نَوۡلٍ، عَمَدۡتَ إِلَى سَفِينَتِهِمۡ فَخَرَقۡتَهَا لِتُغۡرِقَ أَهۡلَهَا ﴿لَقَدۡ جِئۡتَ﴾ [٧١] الۡآيَةَ، 

Keduanya berangkat berjalan di tepi pantai. Ada sebuah kapal melewati keduanya. Ada orang (di kapal) yang mengenali Al-Khadhir. Maka pemilik kapal mengangkut mereka berdua tanpa upah. Keduanya pun naik ke kapal. 

Perawi berkata: Seekor burung hinggap di tepi kapal lalu mencelupkan paruhnya ke laut. 

Al-Khadhir berkata kepada Musa, “Tidaklah ilmumu, ilmuku, dan ilmu semua makhluk di dalam ilmu Allah, kecuali seukuran burung ini mencelupkan paruhnya.” 

Perawi berkata: Musa belum sempat mencegah, tiba-tiba Al-Khadhir sudah bangkit menuju beliung lalu melubangi kapal itu. 

Musa berkata kepada Al-Khadhir, “Ada orang yang mengangkut kita tanpa upah, engkau malah sengaja melubangi kapal mereka agar menenggelamkan penumpangnya. Sungguh engkau telah berbuat,” (QS. Al-Kahfi: 71) sampai akhir ayat. 

فَانۡطَلَقَا إِذَا هُمَا بِغُلَامٍ يَلۡعَبُ مَعَ الۡغِلۡمَانِ، فَأَخَذَ الۡخَضِرُ بِرَأۡسِهِ فَقَطَعَهُ، قَالَ لَهُ مُوسَى: أَقَتَلۡتَ نَفۡسًا زَكِيَّةً بِغَيۡرِ نَفۡسٍ، لَقَدۡ جِئۡتَ شَيۡئًا نُكۡرًا، قَالَ: أَلَمۡ أَقُلۡ لَكَ إِنَّكَ لَنۡ تَسۡتَطِيعَ مَعِيَ صَبۡرًا - إِلَى قَوۡلِهِ - فَأَبَوۡا أَنۡ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنۡ يَنۡقَضَّ، فَقَالَ بِيَدِهِ هَكَذَا فَأَقَامَهُ، فَقَالَ لَهُ مُوسَى: إِنَّا دَخَلۡنَا هَٰذِهِ الۡقَرۡيَةَ فَلَمۡ يُضَيِّفُونَا وَلَمۡ يُطۡعِمُونَا، لَوۡ شِئۡتَ لَاتَّخَذۡتَ عَلَيۡهِ أَجۡرًا، قَالَ: هَٰذَا فِرَاقُ بَيۡنِي وَبَيۡنِكَ، سَأُنَبِّئُكَ بِتَأۡوِيلِ مَا لَمۡ تَسۡتَطِعۡ عَلَيۡهِ صَبۡرًا. 

Keduanya melanjutkan perjalanan. Mereka bertemu dengan seorang anak yang sedang bermain bersama anak-anak yang lain. Al-Khadhir mengambil kepala anak itu lalu memotongnya. Musa berkata kepada Al-Khadhir, “Apakah engkau membunuh jiwa yang suci bukan karena (membunuh) jiwa lain? Sungguh engkau telah berbuatu sesuatu yang mungkar.” 

Al-Khadhir berkata, “Bukankah aku katakan kepadamu bahwa engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?” 

Hingga ucapannya—lalu mereka enggan untuk menjamu keduanya. Keduanya mendapati di negeri itu ada sebuah dinding yang hampir roboh. Beliau memberi isyarat dengan tangannya begini, lalu beliau menegakkannya. 

Musa berkata kepada Al-Khadhir, “Sesungguhnya kita masuk negeri ini, namun mereka tidak mau menjamu dan memberi kita makan. Kalau engkau mau, engkau bisa mengambil upah atas itu.” 

Al-Khadhir berkata, “Ini adalah perpisahan antara aku dengan engkau. Aku akan beritakan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar atasnya.” 

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: وَدِدۡنَا أَنَّ مُوسَى صَبَرَ حَتَّى يُقَصَّ عَلَيۡنَا مِنۡ أَمۡرِهِمَا). قَالَ: وَكَانَ ابۡنُ عَبَّاسٍ يَقۡرَأُ: وَكَانَ أَمَامَهُمۡ مَلِكٌ يَأۡخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ صَالِحَةٍ غَصۡبًا، وَأَمَّا الۡغُلَامُ فَكَانَ كَافِرًا. [طرفه في: ٧٤]. 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kami sangat ingin Musa bersabar hingga akan diceritakan kepada kami kisah mereka berdua.” 

Perawi berkata: Ibnu ‘Abbas membaca dengan qiraah yang artinya, “Di depan mereka ada seorang raja yang mengambil paksa setiap kapal yang bagus. Adapun anak itu, maka dia kafir.”