Cari Blog Ini

Anjuran Mengikuti Sunah dan Waspada dari Bidah

فَصۡلٌ فِي التَّرۡغِيبِ فِي السُّنَّةِ وَالتَّحۡذِيرِ مِنَ الۡبِدۡعَةِ

Syaikhul Islam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat tahun 620 H) di dalam kitab beliau Lum'atul I'tiqad berkata:
٩ - وَقَدۡ أُمِرۡنَا بِاقۡتِفَاءِ آثَارِهِمۡ وَالۡاِهۡتِدَاءِ بِمَنَارِهِمۡ، وَحُذِّرۡنَا الۡمُحۡدَثَاتِ، وَأُخۡبِرۡنَا أَنَّهَا مِنَ الضَّلَالَاتِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (عَلَيۡكُمۡ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الۡخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الۡمَهۡدِيِّينَ مِنۡ بَعۡدِي عَضُّوا عَلَيۡهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمۡ وَمُحۡدَثَاتِ الۡأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحۡدَثَةٍ بِدۡعَةٌ، وَكُلَّ بِدۡعَةٍ ضَلَالَةٌ).
Kita telah diperintahkan untuk mengikuti jejak-jejak mereka dan mengambil petunjuk dengan pelita-pelita mereka. Kita juga diperingatkan dari hal-hal yang diada-adakan dan kita diberitahu bahwa hal itu termasuk kesesatan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib kalian untuk mengambil sunahku dan sunah para khalifah yang lurus dan terbimbing setelahku. Gigitlah dengan gigi-gigi geraham. Hati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bidah dan setiap bidah adalah kesesatan.”
وَقَالَ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡعُودٍ - رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ -: (اتَّبِعُوا وَلَا تَبۡتَدِعُوا فَقَدۡ كُفِيتُمۡ).
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Ikutilah dan jangan berbuat bidah, sungguh kalian telah tercukupi.”
وَقَالَ عُمَرُ بۡنُ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ كَلَامًا مَعۡنَاهُ: قِفۡ حَيۡثُ وَقَفَ الۡقَوۡمُ فَإِنَّهُمۡ عَنۡ عِلۡمٍ وَقَفُوا، وَبِبَصَرٍ نَافِذٍ كَفُّوا، وَلَهُمۡ عَلَى كَشۡفِهَا كَانُوا أَقۡوَى، وَبِالۡفَضۡلِ لَوۡ كَانَ فِيهَا أَحۡرَى، فَلَئِنۡ قُلۡتُمۡ حَدَثَ بَعۡدَهُمۡ، فَمَا أَحۡدَثَهُ إِلَّا مَنۡ خَالَفَ هَدۡيَهُمۡ، وَرَغِبَ عَنۡ سُنَّتِهِمۡ، وَلَقَدۡ وَصَفُوا مِنۡهُ مَا يَشۡفِي، وَتَكَلَّمُوا مِنۡهُ بِمَا يَكۡفِي، فَمَا فَوۡقَهُمۡ مُحَسِّرٌ، وَمَا دُونَهُمۡ مُقَصِّرٌ، لَقَدۡ قَصَرَ عَنۡهُمۡ قَوۡمٌ فَجَفَوۡا، وَتَجَاوَزَهُمۡ آخَرُونَ فَغَلَوۡا، وَإِنَّهُمۡ فِيمَا بَيۡنَ ذٰلِكَ لَعَلَى هُدًى مُسۡتَقِيمٍ.
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz radhiyallahu ‘anhu mengucapkan suatu ucapan yang maknanya, “Berhentilah di mana para sahabat berhenti karena mereka berhenti di atas ilmu dan dengan pandangan yang tajam mereka menahan diri. Mereka jika ingin menyingkapnya tentu lebih kuat. Apabila di dalamnya ada keutamaan, tentu mereka lebih pantas. Maka jika engkau ucapkan bahwa hal ini terjadi pada orang-orang setelah mereka, maka tentu tidaklah yang melakukannya kecuali orang yang menyelisihi petunjuk mereka dan benci terhadap sunah mereka. Sungguh mereka telah menggambarkan ilmu dengan penggambaran yang memuaskan dan berbicara tentangnya dengan pembicaraan yang mencukupi. Maka yang berada di atas mereka akan menjadi menyesal. Dan yang berada di bawah mereka akan menjadi bermudah-mudahan. Sungguh ada orang yang mencukupkan diri dari mereka, lalu ternyata mereka menjadi jauh dan golongan yang lain melebihi mereka ternyata mereka melampaui batas. Sesungguhnya mereka berada di antara dua hal itu, benar-benar berada di atas petunjuk yang lurus.”
وَقَالَ الۡإِمَامُ أَبُو عَمۡرٍو الۡأَوۡزَاعِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: عَلَيۡكَ بِآثَارِ مَنۡ سَلَفَ وَإِنۡ رَفَضَكَ النَّاسُ، وَإِيَّاكَ وَآرَاءَ الرِّجَالِ وَإِنۡ زَخۡرَفُوهُ لَكَ بِالۡقَوۡلِ.
Imam Abu ‘Amr Al-Auza’i radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wajib bagimu untuk mengikuti jejak ulama salaf walaupun manusia mengucilkanmu dan waspadalah engkau dari pendapat-pendapat orang walaupun mereka menghiasinya dengan ucapan.” 
وَقَالَ مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ الۡأَدۡرَمِيُّ لِرَجُلٍ تَكَلَّمَ بِبِدۡعَةٍ وَدَعَا النَّاسَ إِلَيۡهَا: هَلۡ عَلِمَهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَبُو بَكۡرٍ وَعُمَرُ وَعُثۡمَانُ وَعَلِيٌّ أَوۡ لَمۡ يَعۡلَمُوهَا؟ قَالَ لَمۡ يَعۡلَمُوهَا، قَالَ: فَشَيۡءٌ لَمۡ يَعۡلَمۡهُ هَٰؤُلَاءِ عَلِمۡتَهُ؟ قَالَ الرَّجُلُ: فَإِنِّي أَقُولُ قَدۡ عَلِمُوهَا، قَالَ: أَفَوَسِعَهُمۡ أَنۡ لَا يَتَكَلَّمُوا بِهِ وَلَا يَدۡعُوا النَّاسَ إِلَيۡهِ، أَمۡ لَمۡ يَسَعۡهُمۡ؟ قَالَ: بَلَى وَسِعَهُمۡ، قَالَ: فَشَيۡءٌ وَسِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ وَخُلَفَاءَهُ، لَا يَسَعُكَ أَنۡتَ؟ فَانۡقَطَعَ الرَّجُلُ، فَقَالَ الۡخَلِيفَةُ، وَكَان حَاضِرًا: لَا وَسَّعَ اللهُ عَلَى مَنۡ لَمۡ يَسَعۡهُ مَا وَسِعَهُمۡ.
Muhammad bin ‘Abdurrahman Al-Adrami berkata kepada seseorang yang berbicara dengan kebidahan dan mengajak orang-orang kepadanya: Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali mengetahuinya atau tidak? Orang itu berkata: Mereka tidak mengetahuinya. Beliau berkata: Sesuatu yang tidak diketahui oleh mereka ini, engkau bisa mengetahuinya? Lelaki itu berkata: Sebenarnya aku berkata bahwa mereka telah mengetahuinya. Beliau berkata: Apakah perkaranya lapang bagi mereka bahwa ternyata mereka tidak berbicara tentang bidah ini dan tidak mengajak manusia kepadanya? Atau tidak lapang bagi mereka? Orang itu berkata: Tentu, hal ini lapang bagi mereka. Beliau berkata: Jadi sesuatu yang lapang bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khalifah beliau, namun tidak lapang bagimu? Lelaki itu pun terdiam. Khalifah berkata—beliau hadir semenjak awal—: Allah tidak akan melapangkan orang yang tidak merasa lapang terhadap apa yang dirasa lapang oleh mereka.
وَهَٰكَذَا مَنۡ لَمۡ يَسَعۡهُ مَا وَسِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ وَأَصۡحَابَهُ وَالتَّابِعِينَ لَهُمۡ بِإِحۡسَانٍ، وَالۡأَئِمَّةَ مِنۡ بَعۡدِهِمۡ، وَالرَّاسِخِينَ فِي الۡعِلۡمِ، مِنۡ تِلَاوَةِ آيَاتِ الصِّفَاتِ وَقِرَاءَةِ أَخۡبَارِهَا، وَإِمۡرَارِهَا كَمَا جَاءَتۡ، فَلَا وَسَّعَ اللهُ عَلَيۡهِ.
Demikianlah, siapa saja yang tidak merasa lapang dari segala yang melapangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat beliau, orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, para imam setelah mereka, dan para ulama yang mendalam ilmunya, baik berupa membaca ayat-ayat sifat, membaca beritanya, dan menjalankannya sebagaimana datangnya, maka Allah tidak akan memberikan kelapangan padanya.