Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2749

٨ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿مِنۡ بَعۡدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوۡ دَيۡنٍ﴾ [النساء: ١١]
8. Bab firman Allah taala yang artinya, “Sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya.” (QS. An-Nisa`: 11)


وَيُذۡكَرُ أَنَّ شُرَيۡحًا وَعُمَرَ بۡنَ عَبۡدِ الۡعَزِيزِ وَطَاوُسًا وَعَطَاءً وَابۡنَ أُذَيۡنَةَ: أَجَازُوا إِقۡرَارَ الۡمَرِيضِ بِدَيۡنٍ. وَقَالَ الۡحَسَنُ: أَحَقُّ مَا تَصَدَّقَ بِهِ الرَّجُلُ آخِرَ يَوۡمٍ مِنَ الدُّنۡيَا وَأَوَّلَ يَوۡمٍ مِنَ الۡآخِرَةِ.

Disebutkan bahwa Syuraih, ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, Thawus, ‘Atha`, dan Ibnu Udzainah membolehkan pengakuan orang yang sakit (yang menjurus kepada kematian) terhadap suatu utang. Al-Hasan berkata: Harta yang paling berhak seseorang sedekahkan adalah ketika hari akhirnya di dunia dan awal harinya di akhirat. 

وَقَالَ إِبۡرَاهِيمُ وَالۡحَكَمُ: إِذَا أَبۡرَأَ الۡوَارِثَ مِنَ الدَّيۡنِ بَرِىءَ. 

Ibrahim dan Al-Hakam berkata: Apabila (orang yang sakit menjelang mati) membebaskan ahli waris dari utang, maka dia telah terbebas. 

وَأَوۡصَى رَافِعُ بۡنُ خَدِيجٍ أَنۡ لَا تُكۡشَفَ امۡرَأَتُهُ الۡفَزَارِيَّةُ عَمَّا أُغۡلِقَ عَلَيۡهِ بَابُهَا. 


وَقَالَ الۡحَسَنُ: إِذَا قَالَ لِمَمۡلُوكِهِ عِنۡدَ الۡمَوۡتِ: كُنۡتُ أَعۡتَقۡتُكَ، جَازَ. 

Al-Hasan berkata: Apabila seseorang yang hendak mati berkata kepada budaknya: Aku membebaskanmu; maka boleh. 

وَقَالَ الشَّعۡبِيُّ: إِذَا قَالَتِ الۡمَرۡأَةُ عِنۡدَ مَوۡتِهَا: إِنَّ زَوۡجِي قَضَانِي وَقَبَضۡتُ مِنۡهُ جَازَ، وَقَالَ بَعۡضُ النَّاسِ: لَا يَجُوزُ إِقۡرَارُهُ لِسُوءِ الظَّنِّ بِهِ لِلۡوَرَثَةِ، ثُمَّ اسۡتَحۡسَنَ فَقَالَ: يَجُوزُ إِقۡرَارُهُ بِالۡوَدِيعَةِ وَالۡبِضَاعَةِ وَالۡمُضَارَبَةِ. وَقَدۡ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِيَّاكُمۡ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكۡذَبُ الۡحَدِيثِ). 

Asy-Sya’bi berkata: Apabila seorang wanita berkata ketika hendak meninggal: Sesungguhnya suamiku telah menunaikan hakku dan aku telah mengambilnya; maka itu boleh. Sebagian orang berkata: Tidak boleh pengakuan si sakit (terhadap suatu hutang) karena menimbulkan prasangka buruk dalam diri ahli waris. Kemudian mereka beranggapan baik lalu berkata: Pengakuannya boleh/diterima dalam hal titipan, dagangan, dan bagi hasil. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Hati-hatilah kalian dari prasangka, karena prasangka adalah ucapan yang paling dusta.” 

وَلَا يَحِلُّ مَالُ الۡمُسۡلِمِينَ، لِقَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ: (آيَةُ المُنَافِقِ: إِذَا اؤۡتُمِنَ خَانَ). وَقَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَنۡ تُؤَدُّوا الۡأَمَانَاتِ إِلَى أَهۡلِهَا﴾ [النساء: ٥٨]. فَلَمۡ يَخُصَّ وَارِثًا وَلَا غَيۡرَهُ. 

Harta kaum muslimin tidak halal berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tanda munafik adalah apabila diberi amanah, dia khianat.” Allah taala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian agar menunaikan amanah kepada pemiliknya.” (QS. An-Nisa`: 58). Allah tidak mengkhususkan untuk ahli waris dan tidak pula selainnya. 

فِيهِ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَمۡرٍو، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ. 

Tentang tanda munafik ini ada riwayat ‘Abdullah bin ‘Amr dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

٢٧٤٩ - حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ دَاوُدَ أَبُو الرَّبِيعِ: حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ جَعۡفَرٍ: حَدَّثَنَا نَافِعُ بۡنُ مَالِكِ بۡنِ أَبِي عَامِرٍ أَبُو سُهَيۡلٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (آيَةُ الۡمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا اؤۡتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخۡلَفَ). [طرفه في: ٣٣]. 

2749. Sulaiman bin Dawud Abu Ar-Rabi’ telah menceritakan kepada kami: Isma’il bin Ja’far menceritakan kepada kami: Nafi’ bin Malik bin Abu ‘Amir Abu Suhail menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Tanda munafik ada tiga: apabila bercerita, dia berdusta; apabila diberi amanah, dia khianat; dan apabila berjanji, dia memungkiri.”