٨١ - بَابُ حَدِيثِ كَعۡبِ بۡنِ مَالِكٍ، وَقَوۡلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا﴾
81. Bab peristiwa Ka’b bin Malik dan firman Allah azza wajalla (yang artinya), “dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan tobat) mereka”
٤٤١٨ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ كَعۡبِ بۡنِ مَالِكٍ: أَنَّ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ كَعۡبِ بۡنِ مَالِكٍ، وَكَانَ قَائِدَ كَعۡبٍ مِنۡ بَنِيهِ حِينَ عَمِيَ، قَالَ: سَمِعۡتُ كَعۡبَ بۡنَ مَالِكٍ يُحَدِّثُ حِينَ تَخَلَّفَ عَنۡ قِصَّةِ تَبُوكَ، قَالَ كَعۡبٌ: لَمۡ أَتَخَلَّفۡ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي غَزۡوَةٍ غَزَاهَا إِلَّا فِي غَزۡوَةِ تَبُوكَ، غَيۡرَ أَنِّي كُنۡتُ تَخَلَّفۡتُ فِي غَزۡوَةِ بَدۡرٍ، وَلَمۡ يُعَاتِبۡ أَحَدًا تَخَلَّفَ عَنۡهَا، إِنَّمَا خَرَجَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُرِيدُ عِيرَ قُرَيۡشٍ، حَتَّى جَمَعَ اللهُ بَيۡنَهُمۡ وَبَيۡنَ عَدُوِّهِمۡ عَلَى غَيۡرِ مِيعَادٍ،
4418. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab, dari ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Ka’b bin Malik: Bahwa ‘Abdullah bin Ka’b bin Malik—beliau adalah penuntun Ka’b ketika buta dari kalangan putranya—berkata: Aku mendengar Ka’b bin Malik menceritakan ketika beliau absen dari perang Tabuk. Ka’b mengatakan: Aku tidak pernah absen dari peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali pada perang Tabuk. Hanya saja aku juga absen pada perang Badr, namun Allah tidak mencela seorang pun yang absen darinya karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tadinya hanya ingin menghadang kafilah dagang Quraisy, sampai ternyata Allah mempertemukan mereka dengan musuh mereka tanpa direncanakan.
وَلَقَدۡ شَهِدۡتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ لَيۡلَةَ العَقَبَةِ، حِينَ تَوَاثَقۡنَا عَلَى الۡإِسۡلَامِ، وَمَا أُحِبُّ أَنَّ لِي بِهَا مَشۡهَدَ بَدۡرٍ، وَإِنۡ كَانَتۡ بَدۡرٌ أَذۡكَرَ فِي النَّاسِ مِنۡهَا، كَانَ مِنۡ خَبَرِي: أَنِّي لَمۡ أَكُنۡ قَطُّ أَقۡوَى وَلَا أَيۡسَرَ حِينَ تَخَلَّفۡتُ عَنۡهُ فِي تِلۡكَ الۡغَزَاةِ، وَاللهِ مَا اجۡتَمَعَتۡ عِنۡدِي قَبۡلَهُ رَاحِلَتَانِ قَطُّ، حَتَّى جَمَعۡتُهُمَا فِي تِلۡكَ الۡغَزۡوَةِ، وَلَمۡ يَكُنۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُرِيدُ غَزۡوَةً إِلَّا وَرَّى بِغَيۡرِهَا، حَتَّى كَانَتۡ تِلۡكَ الۡغَزۡوَةُ، غَزَاهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي حَرٍّ شَدِيدٍ، وَاسۡتَقۡبَلَ سَفَرًا بَعِيدًا، وَمَفَازًا وَعَدُوًّا كَثِيرًا، فَجَلَّى لِلۡمُسۡلِمِينَ أَمۡرَهُمۡ لِيَتَأَهَّبُوا أُهۡبَةَ غَزۡوِهِمۡ، فَأَخۡبَرَهُمۡ بِوَجۡهِهِ الَّذِي يُرِيدُ، وَالۡمُسۡلِمُونَ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ كَثِيرٌ، وَلَا يَجۡمَعُهُمۡ كِتَابٌ حَافِظٌ، يُرِيدُ الدِّيوَانَ،
Aku telah mengikuti malam ‘Aqabah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika kami berjanji untuk membela Islam. Aku tidak suka untuk menggantinya dengan perang Badr, meskipun Badr lebih dikenang manusia daripadanya. Termasuk dari beritaku adalah bahwa diriku tidak pernah sama sekali lebih kuat dan lebih mudah daripada ketika aku absen pada perang Tabuk. Demi Allah, sebelumnya aku tidak pernah mengumpulkan dua tunggangan sama sekali, sampai aku mengumpulkan dua tunggangan untuk perang itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menghendaki perang kecuali beliau mengecoh dengan hal selainnya. Sampai pada perang itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan perang itu ketika cuaca sangat panas, menghadapi perjalanan yang jauh, rute yang tandus, dan musuh yang banyak. Beliau menampakkan perkara ini secara terang-terangan kepada kaum muslimin agar mereka mempersiapkan persiapan perang mereka. Lalu beliau mengabarkan arah yang beliau tuju kepada mereka. Dan kaum muslimin yang ikut beserta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat banyak dan tidak ada tulisan yang mencatat nama-nama mereka. Yang beliau maksud adalah daftar pasukan.
قَالَ كَعۡبٌ: فَمَا رَجُلٌ يُرِيدُ أَنۡ يَتَغَيَّبَ إِلَّا ظَنَّ أَنۡ سَيَخۡفَى لَهُ، مَا لَمۡ يَنۡزِلۡ فِيهِ وَحۡيُ اللهِ، وَغَزَا رَسُولُ اللهِ ﷺ تِلۡكَ الۡغَزۡوَةَ حِينَ طَابَتِ الثِّمَارُ وَالظِّلَالُ، وَتَجَهَّزَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَالۡمُسۡلِمُونَ مَعَهُ، فَطَفِقۡتُ أَغۡدُو لِكَيۡ أَتَجَهَّزَ مَعَهُمۡ، فَأَرۡجِعُ وَلَمۡ أَقۡضِ شَيۡئًا، فَأَقُولُ فِي نَفۡسِي: أَنَا قَادِرٌ عَلَيۡهِ، فَلَمۡ يَزَلۡ يَتَمَادَى بِي حَتَّى اشۡتَدَّ بِالنَّاسِ الۡجِدُّ، فَأَصۡبَحَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَالۡمُسۡلِمُونَ مَعَهُ، وَلَمۡ أَقۡضِ مِنۡ جَهَازِي شَيۡئًا، فَقُلۡتُ أَتَجَهَّزُ بَعۡدَهُ بِيَوۡمٍ أَوۡ يَوۡمَيۡنِ ثُمَّ أَلۡحَقُهُمۡ، فَغَدَوۡتُ بَعۡدَ أَنۡ فَصَلُوا لِأَتَجَهَّزَ، فَرَجَعۡتُ وَلَمۡ أَقۡضِ شَيۡئًا، ثُمَّ غَدَوۡتُ، ثُمَّ رَجَعۡتُ وَلَمۡ أَقۡضِ شَيۡئًا، فَلَمۡ يَزَلۡ بِي حَتَّى أَسۡرَعُوا وَتَفَارَطَ الۡغَزۡوُ، وَهَمَمۡتُ أَنۡ أَرۡتَحِلَ فَأُدۡرِكَهُمۡ، وَلَيۡتَنِي فَعَلۡتُ، فَلَمۡ يُقَدَّرۡ لِي ذٰلِكَ،
Ka’b mengatakan: Tidaklah ada seseorang yang ingin absen kecuali ia menyangka bahwa hal itu akan tersembunyi dari Nabi, selama wahyu tidak turun mengenainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan perang itu ketika buah-buahan dan berada di bawah naungan begitu menyenangkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta kaum muslimin bersiap-siap. Aku mulai beranjak untuk bersiap-siap bersama mereka. Aku kembali, namun aku tidak melakukan sesuatu. Aku berkata di dalam hati: Aku sanggup melakukannya nanti. Aku senantiasa menunda-nunda sampai orang-orang sudah sangat siap. Keesokan harinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta kaum muslimin berangkat, namun aku belum mempersiapkan perlengkapanku sedikitpun. Aku berkata: Aku akan mempersiapkannya satu atau dua hari setelahnya, kemudian aku akan menyusul mereka. Keesokannya setelah kepergian mereka, aku hendak bersiap-siap. Aku kembali namun aku tidak melakukan apa-apa. Kemudian keesokannya, aku kembali dan tetap tidak melakukan apa-apa. Aku senantiasa demikian sampai mereka telah pergi jauh dan perang pun terluputkan dariku. Aku ingin untuk menaiki tunggangan lalu menyusul mereka. Seandainya aku melakukannya, namun perang itu telah tidak ditakdirkan untukku.
فَكُنۡتُ إِذَا خَرَجۡتُ فِي النَّاسِ بَعۡدَ خُرُوجِ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَطُفۡتُ فِيهِمۡ، أَحۡزَنَنِي أَنِّي لَا أَرَى إِلَّا رَجُلًا مَغۡمُوصًا عَلَيۡهِ النِّفَاقُ، أَوۡ رَجُلًا مِمَّنۡ عَذَرَ اللهُ مِنَ الضُّعَفَاءِ، وَلَمۡ يَذۡكُرۡنِي رَسُولُ اللهِ ﷺ حَتَّى بَلَغَ تَبُوكَ، فَقَالَ، وَهُوَ جَالِسٌ فِي الۡقَوۡمِ بِتَبُوكَ: (مَا فَعَلَ كَعۡبٌ؟). فَقَالَ رَجُلٌ مِنۡ بَنِي سَلِمَةَ: يَا رَسُولَ اللهِ، حَبَسَهُ بُرۡدَاهُ، وَنَظَرُهُ فِي عِطۡفِهِ. فَقَالَ مُعَاذُ بۡنُ جَبَلٍ: بِئۡسَ مَا قُلۡتَ، وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ مَا عَلِمۡنَا عَلَيۡهِ إِلَّا خَيۡرًا. فَسَكَتَ رَسُولُ اللهِ ﷺ.
Ketika aku keluar menemui orang-orang setelah keluarnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku berkeliling kepada mereka. Sangat menyedihkanku ternyata aku tidak melihat kecuali orang yang tertuduh kenifakan atau orang-orang lemah yang memang Allah beri uzur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutku sampai tiba di Tabuk. Beliau berkata ketika duduk bersama orang-orang di Tabuk, “Apa yang dilakukan Ka’b?” Seseorang dari Bani Salimah berkata: Wahai Rasulullah, ia tertahan oleh dua pakaiannya dan ia memandangi sisinya. Mu’adz bin Jabal menyanggah: Sungguh jelek yang engkau katakan. Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak mengetahui pada diri Ka’b kecuali kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya diam.
قَالَ كَعۡبُ بۡنُ مَالِكٍ: فَلَمَّا بَلَغَنِي أَنَّهُ تَوَجَّهَ قَافِلًا حَضَرَنِي هَمِّي، وَطَفِقۡتُ أَتَذَكَّرُ الۡكَذِبَ وَأَقُولُ: بِمَاذَا أَخۡرُجُ مِنۡ سَخَطِهِ غَدًا، وَاسۡتَعَنۡتُ عَلَى ذٰلِكَ بِكُلِّ ذِي رَأۡيٍ مِنۡ أَهۡلِي، فَلَمَّا قِيلَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَدۡ أَظَلَّ قَادِمًا زَاحَ عَنِّي الۡبَاطِلُ، وَعَرَفۡتُ أَنِّي لَنۡ أَخۡرُجَ مِنۡهُ أَبَدًا بِشَيۡءٍ فِيهِ كَذِبٌ، فَأَجۡمَعۡتُ صِدۡقَهُ، وَأَصۡبَحَ رَسُولُ اللهِ ﷺ قَادِمًا، وَكَانَ إِذَا قَدِمَ مِنۡ سَفَرٍ بَدَأَ بِالۡمَسۡجِدِ فَيَرۡكَعُ فِيهِ رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ جَلَسَ لِلنَّاسِ، فَلَمَّا فَعَلَ ذٰلِكَ جَاءَهُ الۡمُخَلَّفُونَ، فَطَفِقُوا يَعۡتَذِرُونَ إِلَيۡهِ وَيَحۡلِفُونَ لَهُ، وَكَانُوا بِضۡعَةً وَثَمَانِينَ رَجُلًا، فَقَبِلَ مِنۡهُمۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلاَنِيَتَهُمۡ، وَبَايَعَهُمۡ وَاسۡتَغۡفَرَ لَهُمۡ، وَوَكَلَ سَرَائِرَهُمۡ إِلَى اللهِ،
Ka’b bin Malik mengatakan: Ketika sampai kepadaku kabar bahwa beliau sedang menuju pulang, kesedihan menghampiriku. Aku mulai berpikir untuk berdusta. Aku berkata: Dengan alasan apa aku bisa lolos dari kemarahan beliau besok. Aku meminta tolong kepada keluargaku yang memiliki pendapat dalam hal itu. Ketika ada yang berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebentar lagi datang, maka hilanglah pikiran batil itu dariku dan aku mengetahui bahwa aku tidak akan bisa lolos dari beliau selama-lamanya dengan alasan dusta. Maka, aku pun mengumpulkan kejujuran. Keesokan hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba. Beliau apabila tiba dari safar, biasa mengawali ke masjid, lalu salat dua rakaat di sana. Kemudian beliau duduk bertemu dengan orang-orang. Ketika beliau melakukan hal itu, orang-orang yang absen perang Tabuk mendatangi beliau. Mereka mulai mengajukan uzur kepada beliau dan bersumpah kepada beliau. Mereka ada delapan puluh sekian pria. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima lahiriah mereka, mengambil baiat mereka, meminta ampunan untuk mereka, dan menyerahkan rahasia diri mereka kepada Allah.
فَجِئۡتُهُ، فَلَمَّا سَلَّمۡتُ عَلَيۡهِ تَبَسَّمَ تَبَسُّمَ المُغۡضَبِ، ثُمَّ قَالَ: (تَعَالَ). فَجِئۡتُ أَمۡشِي حَتَّى جَلَسۡتُ بَيۡنَ يَدَيۡهِ، فَقَالَ لِي: (مَا خَلَّفَكَ، أَلَمۡ تَكُنۡ قَدِ ابۡتَعۡتَ ظَهۡرَكَ؟). فَقُلۡتُ: بَلَى، - إِنِّي وَاللهِ - لَوۡ جَلَسۡتُ عِنۡدَ غَيۡرِكَ مِنۡ أَهۡلِ الدُّنۡيَا، لَرَأَيۡتُ أَنۡ سَأَخۡرُجُ مِنۡ سَخَطِهِ بِعُذۡرٍ، وَلَقَدۡ أُعۡطِيتُ جَدَلًا، وَلَكِنِّي وَاللهِ، لَقَدۡ عَلِمۡتُ لَئِنۡ حَدَّثۡتُكَ الۡيَوۡمَ حَدِيثَ كَذِبٍ تَرۡضَى بِهِ عَنِّي، لَيُوشِكَنَّ اللهُ أَنۡ يُسۡخِطَكَ عَلَيَّ، وَلَئِنۡ حَدَّثۡتُكَ حَدِيثَ صِدۡقٍ تَجِدُ عَلَيَّ فِيهِ، إِنِّي لَأَرۡجُو فِيهِ عَفۡوَ اللهِ، لَا وَاللهِ، مَا كَانَ لِي مِنۡ عُذۡرٍ، وَاللهِ مَا كُنۡتُ قَطُّ أَقۡوَى وَلَا أَيۡسَرَ مِنِّي حِينَ تَخَلَّفۡتُ عَنۡكَ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَمَّا هَٰذَا فَقَدۡ صَدَقَ، فَقُمۡ حَتَّى يَقۡضِيَ اللهُ فِيكَ).
Lalu aku mendatangi beliau. Ketika aku mengucapkan salam kepada beliau, beliau tersenyum tawar, kemudian bersabda, “Kemari.” Aku datang berjalan hingga aku duduk di hadapan beliau. Beliau berkata kepadaku, “Apa yang membuatmu absen? Bukankah engkau sudah membeli tunggangan?” Aku menjawab: Benar, sesungguhnya aku—demi Allah—kalau duduk di sisi selain engkau dari kalangan pencari dunia, aku yakin bisa lolos dari kemarahannya dengan suatu alasan karena aku diberi kemampuan berdebat. Akan tetapi aku—demi Allah—benar-benar mengetahui bahwa jika aku mengatakan kepada engkau pada hari ini dengan ucapan dusta sehingga engkau rida kepadaku, tentu nantinya Allah akan membuat engkau marah kepadaku. Dan jika aku ucapkan kepada engkau dengan ucapan yang jujur sehingga engkau membenciku karenanya, maka sesungguhnya aku benar-benar mengharap ampunan Allah. Tidak—demi Allah—aku tidak memiliki uzur apapun. Demi Allah, tidaklah aku lebih kuat dan lebih mudah daripada keadaanku ketika aku tidak ikut denganmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda, “Adapun orang ini, maka ia telah jujur. Pergilah sampai Allah memberi keputusan terhadapmu.”
فَقُمۡتُ، وَثَارَ رِجَالٌ مِنۡ بَنِي سَلِمَةَ فَاتَّبَعُونِي، فَقَالُوا لِي: وَاللهِ مَا عَلِمۡنَاكَ كُنۡتَ أَذۡنَبۡتَ ذَنۡبًا قَبۡلَ هَٰذَا، وَلَقَدۡ عَجَزۡتَ أَنۡ لَا تَكُونَ اعۡتَذَرۡتَ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ بِمَا اعۡتَذَرَ إِلَيۡهِ الۡمُتَخَلِّفُونَ، قَدۡ كَانَ كَافِيَكَ ذَنۡبَكَ اسۡتِغۡفَارُ رَسُولِ اللهِ ﷺ لَكَ. فَوَاللّٰهِ مَا زَالُوا يُؤَنِّبُونِي حَتَّى أَرَدۡتُ أَنۡ أَرۡجِعَ فَأُكَذِّبَ نَفۡسِي، ثُمَّ قُلۡتُ لَهُمۡ: هَلۡ لَقِيَ هَٰذَا مَعِي أَحَدٌ؟ قَالُوا: نَعَمۡ، رَجُلَانِ قَالَا مِثۡلَ مَا قُلۡتَ، فَقِيلَ لَهُمَا مِثۡلُ مَا قِيلَ لَكَ، فَقُلۡتُ: مَنۡ هُمَا؟ قَالُوا: مُرَارَةُ بۡنُ الرَّبِيعِ الۡعَمۡرِيُّ، وَهِلَالُ بۡنُ أُمَيَّةَ الۡوَاقِفِيُّ، فَذَكَرُوا لِي رَجُلَيۡنِ صَالِحَيۡنِ، قَدۡ شَهِدَا بَدۡرًا، فِيهِمَا أُسۡوَةٌ، فَمَضَيۡتُ حِينَ ذَكَرُوهُمَا لِي،
Aku bangkit pergi. Lalu ada orang-orang dari Bani Salimah berlompatan mengikutiku. Mereka berkata kepadaku: Demi Allah, kami tidak mengetahui engkau melakukan suatu dosa sebelum ini. Engkau tidak mampu untuk mengajukan uzur kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan alasan yang diajukan oleh orang-orang yang absen itu. Padahal, permintaan ampunan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untukmu, akan dapat mencukupimu dari dosamu. Demi Allah, mereka terus saja mencelaku sampai aku ingin untuk kembali lalu mendustakan diriku tadi. Kemudian aku bertanya kepada mereka: Apakah beliau menjumpai orang yang bersamaku dalam hal ini? Mereka menjawab: Iya, ada dua orang yang mengatakan seperti yang engkau katakan, lalu dikatakan kepada keduanya seperti apa yang dikatakan kepadamu. Aku bertanya: Siapa mereka berdua? Mereka menjawab: Murarah bin Ar-Rabi’ Al-‘Amri dan Hilal bin Umayyah Al-Waqifi. Mereka menyebutkan kepadaku dua orang yang saleh yang mengikuti perang Badr. Pada diri keduanya ada teladan. Lalu aku tetap pada pendirianku ketika mereka menyebutkan dua orang itu kepadaku.
وَنَهَى رَسُولُ اللهِ ﷺ الۡمُسۡلِمِينَ عَنۡ كَلَامِنَا أَيُّهَا الثَّلاَثَةُ مِنۡ بَيۡنِ مَنۡ تَخَلَّفَ عَنۡهُ، فَاجۡتَنَبَنَا النَّاسُ وَتَغَيَّرُوا لَنَا، حَتَّى تَنَكَّرَتۡ فِي نَفۡسِي الۡأَرۡضُ فَمَا هِيَ الَّتِي أَعۡرِفُ، فَلَبِثۡنَا عَلَى ذٰلِكَ خَمۡسِينَ لَيۡلَةً، فَأَمَّا صَاحِبَايَ فَاسۡتَكَانَا وَقَعَدَا فِي بُيُوتِهِمَا يَبۡكِيَانِ، وَأَمَّا أَنَا فَكُنۡتُ أَشَبَّ الۡقَوۡمِ وَأَجۡلَدَهُمۡ فَكُنۡتُ أَخۡرُجُ فَأَشۡهَدُ الصَّلَاةَ مَعَ الۡمُسۡلِمِينَ، وَأَطُوفُ فِي الۡأَسۡوَاقِ وَلَا يُكَلِّمُنِي أَحَدٌ، وَآتِي رَسُولَ اللهِ ﷺ فَأُسَلِّمُ عَلَيۡهِ وَهُوَ فِي مَجۡلِسِهِ بَعۡدَ الصَّلَاةِ، فَأَقُولُ فِي نَفۡسِي: هَلۡ حَرَّكَ شَفَتَيۡهِ بِرَدِّ السَّلَامِ عَلَيَّ أَمۡ لَا؟ ثُمَّ أُصَلِّي قَرِيبًا مِنۡهُ، فَأُسَارِقُهُ النَّظَرَ، فَإِذَا أَقۡبَلۡتُ عَلَى صَلَاتِي أَقۡبَلَ إِلَيَّ، وَإِذَا الۡتَفَتُّ نَحۡوَهُ أَعۡرَضَ عَنِّي،
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kaum muslimin untuk berbicara dengan kami. Yaitu hanya kepada tiga orang di antara orang-orang yang absen dari perang Tabuk. Orang-orang menjauhi kami dan berubah sikap kepada kami sampai bumi ini menjadi asing bagi diriku lalu menjadi tempat yang tidak kukenal. Kami berada dalam keadaan itu selama lima puluh malam. Adapun kedua sahabatku, mereka tinggal mengurung diri di rumah-rumah mereka dalam keadaan menangis. Adapun aku adalah orang yang paling muda dan paling tegar di antara mereka. Aku masih keluar, mengikuti salat bersama kaum muslimin, dan berkeliling di pasar-pasar, namun tidak ada satu orang pun yang mengajak bicara aku. Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan salam kepada beliau sementara beliau berada di majelisnya setelah salat. Aku bertanya di dalam hati: Apakah beliau menggerakkan bibirnya untuk menjawab salamku atau tidak. Kemudian aku salat di dekat beliau dan mencuri-curi pandang. Ketika aku menekuni salatku, beliau menghadap kepadaku. Namun ketika aku menoleh ke arah beliau, beliau berpaling dariku.
حَتَّى إِذَا طَالَ عَلَيَّ ذٰلِكَ مِنۡ جَفۡوَةِ النَّاسِ، مَشَيۡتُ حَتَّى تَسَوَّرۡتُ جِدَارَ حَائِطِ أَبِي قَتَادَةَ، وَهُوَ ابۡنُ عَمِّي وَأَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ، فَسَلَّمۡتُ عَلَيۡهِ، فَوَاللّٰهِ مَا رَدَّ عَلَيَّ السَّلَامَ، فَقُلۡتُ: يَا أَبَا قَتَادَةَ، أَنۡشُدُكَ بِاللهِ هَلۡ تَعۡلَمُنِي أُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ؟ فَسَكَتَ، فَعُدۡتُ لَهُ فَنَشَدۡتُهُ فَسَكَتَ، فَعُدۡتُ لَهُ فَنَشَدۡتُهُ، فَقَالَ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعۡلَمُ، فَفَاضَتۡ عَيۡنَايَ وَتَوَلَّيۡتُ حَتَّى تَسَوَّرۡتُ الۡجِدَارَ.
Sampai ketika aku mereka pengucilan orang-orang kepadaku terasa lama, aku berjalan hingga menaiki pagar kebun Abu Qatadah. Beliau adalah saudara sepupuku dan orang yang paling aku cintai. Aku mengucapkan salam kepadanya. Demi Allah, dia tidak menjawab salamku. Aku berkata: Wahai Abu Qatadah, aku bertanya kepadamu dengan nama Allah. Bukankah engkau mengetahui bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya? Abu Qatadah diam. Aku mengulangi bertanya kepadanya, namun dia masih diam. Aku mengulangi bertanya kepadanya. Lalu Abu Qatadah berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Air mataku berlinang dan aku berbalik pulang sampai menaiki pagar tadi.
قَالَ: فَبَيۡنَا أَنَا أَمۡشِي بِسُوقِ الۡمَدِينَةِ، إِذَا نَبَطِيٌّ مِنۡ أَنۡبَاطِ أَهۡلِ الشَّأۡمِ، مِمَّنۡ قَدِمَ بِالطَّعَامِ يَبِيعُهُ بِالۡمَدِينَةِ، يَقُولُ: مَنۡ يَدُلُّ عَلَى كَعۡبِ بۡنِ مَالِكٍ؟ فَطَفِقَ النَّاسُ يُشِيرُونَ لَهُ، حَتَّى إِذَا جَاءَنِي دَفَعَ إِلَيَّ كِتَابًا مِنۡ مَلِكِ غَسَّانَ، فَإِذَا فِيهِ: أَمَّا بَعۡدُ، فَإِنَّهُ قَدۡ بَلَغَنِي أَنَّ صَاحِبَكَ قَدۡ جَفَاكَ، وَلَمۡ يَجۡعَلۡكَ اللهُ بِدَارِ هَوَانٍ وَلَا مَضۡيَعَةٍ، فَالۡحَقۡ بِنَا نُوَاسِكَ. فَقُلۡتُ لَمَّا قَرَأۡتُهَا: وَهَٰذَا أَيۡضًا مِنَ الۡبَلَاءِ، فَتَيَمَّمۡتُ بِهَا التَّنُّورَ فَسَجَرۡتُهُ بِهَا، حَتَّى إِذَا مَضَتۡ أَرۡبَعُونَ لَيۡلَةً مِنَ الخَمۡسِينَ، إِذَا رَسُولُ رَسُولِ اللهِ ﷺ يَأۡتِينِي فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَأۡمُرُكَ أَنۡ تَعۡتَزِلَ امۡرَأَتَكَ، فَقُلۡتُ: أُطَلِّقُهَا أَمۡ مَاذَا أَفۡعَلُ؟ قَالَ: لَا، بَلِ اعۡتَزِلۡهَا وَلَا تَقۡرَبۡهَا. وَأَرۡسَلَ إِلَى صَاحِبَيَّ مِثۡلَ ذٰلِكَ، فَقُلۡتُ لِامۡرَأَتِي: الۡحَقِي بِأَهۡلِكِ، فَتَكُونِي عِنۡدَهُمۡ حَتَّى يَقۡضِيَ اللهُ فِي هَٰذَا الۡأَمۡرِ.
Ka’b mengatakan: Ketika aku berjalan di pasar Madinah, ada seorang petani non-Arab dari kalangan petani penduduk Syam—yaitu di antara orang-orang yang datang membawa makanan untuk dijual di Madinah—berkata: Siapa yang dapat menunjukkan Ka’b bin Malik? Orang-orang menunjukinya, sampai ia datang kepadaku dan menyerahkan tulisan dari raja Ghassan kepadaku. Di situ tertulis: Amabakdu, sesungguhnya sampai kabar kepadaku bahwa sahabatmu telah mengucilkanmu. Allah tidak akan menjadikan engkau berada di negeri yang hina dan telantar. Jadi, bergabunglah bersama kami, maka akan kami lipur laramu. Aku berkata ketika telah membacanya: Ini juga merupakan bencana. Aku membawa tulisan itu ke tanur dan membakarnya. Sampai kemudian berlalu empat puluh malam dari lima puluh malam, ketika utusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangiku seraya berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhmu untuk menjauhi istrimu. Aku bertanya: Apakah aku ceraikan dia atau bagaimana? Dia menjawab: Tidak perlu, cukup jauhi saja dan jangan dekati dia. Beliau juga mengutus kepada kedua sahabatku semisal itu. Aku berkata kepada istriku: Berkumpullah dengan keluargamu dan tetaplah di sisi mereka sampai Allah memberi keputusan dalam perkara ini.
قَالَ كَعۡبٌ: فَجَاءَتِ امۡرَأَةُ هِلَالِ بۡنِ أُمَيَّةَ رَسُولَ اللهِ ﷺ فَقَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ هِلَالَ بۡنَ أُمَيَّةَ شَيۡخٌ ضَائِعٌ لَيۡسَ لَهُ خَادِمٌ، فَهَلۡ تَكۡرَهُ أَنۡ أَخۡدُمَهُ؟ قَالَ: (لَا، وَلَٰكِنۡ لَا يَقۡرَبۡكِ). قَالَتۡ: إِنَّهُ وَاللهِ مَا بِهِ حَرَكَةٌ إِلَى شَيۡءٍ، وَاللهِ مَا زَالَ يَبۡكِي مُنۡذُ كَانَ مِنۡ أَمۡرِهِ، مَا كَانَ إِلَى يَوۡمِهِ هَٰذَا. فَقَالَ لِي بَعۡضُ أَهۡلِي: لَوِ اسۡتَأۡذَنۡتَ رَسُولَ اللهِ ﷺ فِي امۡرَأَتِكَ، كَمَا أَذِنَ لِامۡرَأَةِ هِلَالِ بۡنِ أُمَيَّةَ أَنۡ تَخۡدُمَهُ؟ فَقُلۡتُ: وَاللهِ لَا أَسۡتَأۡذِنُ فِيهَا رَسُولَ اللهِ ﷺ، وَمَا يُدۡرِينِي مَا يَقُولُ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا اسۡتَأۡذَنۡتُهُ فِيهَا، وَأَنَا رَجُلٌ شَابٌّ؟ فَلَبِثۡتُ بَعۡدَ ذٰلِكَ عَشۡرَ لَيَالٍ، حَتَّى كَمَلَتۡ لَنَا خَمۡسُونَ لَيۡلَةً مِنۡ حِينَ نَهَى رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنۡ كَلَامِنَا،
Ka’b mengatakan: Istri Hilal bin Umayyah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya Hilal bin Umayyah adalah seorang tua yang hidup sendirian, tidak memiliki pelayan. Apakah engkau tidak suka aku melayaninya? Beliau menjawab, “Tidak, tetapi dia tidak boleh mendekatimu.” Istri Hilal berkata: Sesungguhnya dia itu, demi Allah, tidak memiliki keinginan terhadap sesuatupun. Demi Allah, dia terus-menerus menangis sejak kejadian ini sampai hari ini. Sebagian keluargaku berkata kepadaku: Andai engkau meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk istrimu sebagaimana beliau memberi izin kepada istri Hilal bin Umayyah untuk melayaninya. Aku berkata: Demi Allah, aku tidak akan meminta izin untuk istriku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa nanti yang akan diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika aku meminta izin kepada beliau untuk istriku padahal aku lelaki yang masih muda. Setelah itu, aku dalam keadaan demikian selama sepuluh malam hingga genaplah lima puluh malam yang kami lalui sejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk berbicara dengan kami.
فَلَمَّا صَلَّيۡتُ صَلَاةَ الۡفَجۡرِ صُبۡحَ خَمۡسِينَ لَيۡلَةً، وَأَنَا عَلَى ظَهۡرِ بَيۡتٍ مِنۡ بُيُوتِنَا، فَبَيۡنَا أَنَا جَالِسٌ عَلَى الۡحَالِ الَّتِي ذَكَرَ اللهُ، قَدۡ ضَاقَتۡ عَلَيَّ نَفۡسِي، وَضَاقَتۡ عَلَيَّ الۡأَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ، سَمِعۡتُ صَوۡتَ صَارِخٍ، أَوۡفَى عَلَى جَبَلِ سَلۡعٍ، بِأَعۡلَى صَوۡتِهِ: يَا كَعۡبُ بۡنَ مَالِكٍ أَبۡشِرۡ، قَالَ: فَخَرَرۡتُ سَاجِدًا، وَعَرَفۡتُ أَنۡ قَدۡ جَاءَ فَرَجٌ، وَآذَنَ رَسُولُ اللهِ ﷺ بِتَوۡبَةِ اللهِ عَلَيۡنَا حِينَ صَلَّى صَلَاةَ الۡفَجۡرِ، فَذَهَبَ النَّاسُ يُبَشِّرُونَنَا، وَذَهَبَ قِبَلَ صَاحِبَيَّ مُبَشِّرُونَ، وَرَكَضَ إِلَيَّ رَجُلٌ فَرَسًا، وَسَعَى سَاعٍ مِنۡ أَسۡلَمَ، فَأَوۡفَى عَلَى الۡجَبَلِ، وَكَانَ الصَّوۡتُ أَسۡرَعَ مِنَ الۡفَرَسِ، فَلَمَّا جَاءَنِي الَّذِي سَمِعۡتُ صَوۡتَهُ يُبَشِّرُنِي نَزَعۡتُ لَهُ ثَوۡبَيَّ، فَكَسَوۡتُهُ إِيَّاهُمَا بِبُشۡرَاهُ، وَاللهِ مَا أَمۡلِكُ غَيۡرَهُمَا يَوۡمَئِذٍ، وَاسۡتَعَرۡتُ ثَوۡبَيۡنِ فَلَبِسۡتُهُمَا،
Ketika aku salat Subuh pada keesokan malam kelima puluh dan aku sedang berada di loteng rumah kami, ketika aku sedang duduk dalam keadaan yang Allah sebutkan—jiwaku terasa sempit dan bumi pun kurasa sempit padahal luas—aku mendengar suara orang yang berteriak—orang itu naik di atas celah gunung—dengan suaranya yang paling keras: Wahai Ka’b bin Malik, bergembiralah. Ka’b mengatakan: Aku menyungkur sujud dan aku mengetahui bahwa telah ada jalan keluar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan penerimaan Allah terhadap tobat kami ketika beliau telah salat Subuh. Orang-orang beranjak pergi memberi kabar gembira kepada kami dan para pemberi kabar gembira pergi ke arah kedua sahabatku. Sementara ada seseorang yang memacu kudanya ke tempatku dan ada pula seseorang dari Bani Aslam yang berjalan cepat lalu naik ke atas gunung. Suara itu lebih cepat daripada kuda. Ketika orang yang aku dengar suaranya datang kepadaku memberi kabar gembira kepadaku, aku melepas kedua pakaianku dan mengenakannya padanya atas kabar gembiranya. Demi Allah, pada hari itu aku tidak mempunyai pakaian selain keduanya. Aku meminjam dua pakaian lain lalu aku kenakan.
وَانۡطَلَقۡتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَيَتَلَقَّانِي النَّاسُ فَوۡجًا فَوۡجًا، يُهَنُّونِي بِالتَّوۡبَةِ يَقُولُونَ: لِتَهۡنِكَ تَوۡبَةُ اللهِ عَلَيۡكَ، قَالَ كَعۡبٌ: حَتَّى دَخَلۡتُ الۡمَسۡجِدَ، فَإِذَا رَسُولُ اللهِ ﷺ جَالِسٌ حَوۡلَهُ النَّاسُ، فَقَامَ إِلَيَّ طَلۡحَةُ بۡنُ عُبَيۡدِ اللهِ يُهَرۡوِلُ حَتَّى صَافَحَنِي وَهَنَّانِي، وَاللهِ مَا قَامَ إِلَيَّ رَجُلٌ مِنَ الۡمُهَاجِرِينَ غَيۡرَهُ، وَلَا أَنۡسَاهَا لِطَلۡحَةَ، قَالَ كَعۡبٌ: فَلَمَّا سَلَّمۡتُ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَهُوَ يَبۡرُقُ وَجۡهُهُ مِنَ السُّرُورِ: (أَبۡشِرۡ بِخَيۡرِ يَوۡمٍ مَرَّ عَلَيۡكَ مُنۡذُ وَلَدَتۡكَ أُمُّكَ). قَالَ: قُلۡتُ: أَمِنۡ عِنۡدِكَ يَا رَسُولَ اللهِ، أَمۡ مِنۡ عِنۡدِ اللهِ؟ قَالَ: (لَا، بَلۡ مِنۡ عِنۡدِ اللهِ). وَكَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا سُرَّ اسۡتَنَارَ وَجۡهُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ قِطۡعَةُ قَمَرٍ، وَكُنَّا نَعۡرِفُ ذٰلِكَ مِنۡهُ،
Aku berangkat menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang berduyun-duyun menyambutku dan memberi selamat atas penerimaan tobat. Mereka mengatakan: Selamat atas penerimaan Allah atas tobatmu. Ka’b melanjutkan ucapannya: Sampai aku masuk masjid, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk dikelilingi orang-orang. Thalhah bin ‘Ubaidullah bangkit menyambutku dengan berlari kecil hingga menjabat tanganku dan memberi selamat kepadaku. Demi Allah, tidak ada seorang pun dari kalangan muhajirin yang berdiri selain dia. Aku tidak melupakan kejadian itu dari Thalhah. Ka’b mengatakan: Ketika aku mengucapkan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dengan wajah yang berseri-seri, “Bergembiralah dengan sebaik-baik hari yang engkau lewati sejak ibumu melahirkanmu.” Ka’b mengatakan: Aku bertanya: Apakah ini dari sisimu wahai Rasulullah atau dari sisi Allah? Beliau menjawab, “Tidak, bahkan dari sisi Allah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu apabila gembira, wajahnya bercahaya sampai seperti kepingan rembulan dan kami mengetahui kegembiraan beliau dari hal itu.
فَلَمَّا جَلَسۡتُ بَيۡنَ يَدَيۡهِ قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ مِنۡ تَوۡبَتِي أَنۡ أَنۡخَلِعَ مِنۡ مَالِي صَدَقَةً إِلَى اللهِ وَإِلَى رَسُولِ اللهِ، قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَمۡسِكۡ عَلَيۡكَ بَعۡضَ مَالِكَ فَهُوَ خَيۡرٌ لَكَ). قُلۡتُ: فَإِنِّي أُمۡسِكُ سَهۡمِي الَّذِي بِخَيۡبَرَ، فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ اللهَ إِنَّمَا نَجَّانِي بِالصِّدۡقِ، وَإِنَّ مِنۡ تَوۡبَتِي أَنۡ لَا أُحَدِّثَ إِلَّا صِدۡقًا مَا بَقِيتُ. فَوَاللّٰهِ مَا أَعۡلَمُ أَحَدًا مِنَ الۡمُسۡلِمِينَ أَبۡلَاهُ اللهُ فِي صِدۡقِ الۡحَدِيثِ مُنۡذُ ذَكَرۡتُ ذٰلِكَ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ، أَحۡسَنَ مِمَّا أَبۡلَانِي، مَا تَعَمَّدۡتُ مُنۡذُ ذَكَرۡتُ ذٰلِكَ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ إِلَى يَوۡمِي هَٰذَا كَذِبًا، وَإِنِّي لَأَرۡجُو أَنۡ يَحۡفَظَنِي اللهُ فِيمَا بَقِيتُ. وَأَنۡزَلَ اللهُ عَلَى رَسُولِهِ ﷺ: ﴿لَقَدۡ تَابَ اللهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالۡمُهَاجِرِينَ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ﴾ [التوبة: ١١٧-١١٩].
Ketika aku duduk di hadapan beliau, aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya dari bentuk tobatku, aku mengeluarkan hartaku untuk sedekah kepada Allah dan kepada Rasul-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahanlah sebagian hartamu karena itu lebih baik untukmu.” Aku mengatakan: Sesungguhnya aku menahan bagianku yang ada di Khaibar. Aku berkata lagi: Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah menyelamatkanku dengan kejujuran dan sungguh, dari bentuk tobatku, aku tidak akan mengucapkan kecuali kejujuran pada sisa hidupku. Demi Allah, aku tidak mengetahui seorang pun dari kalangan kaum muslimin yang Allah beri nikmat pada kejujuran ucapan—sejak aku menyebutkan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang lebih baik daripada nikmat yang telah diberikan Allah kepadaku. Aku tidak pernah sengaja berdusta sejak aku menyebutkan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai hari ini. Sungguh, aku benar-benar mengharap agar Allah menjagaku pada sisa umurku. Lalu, Allah menurunkan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam ayat (yang artinya), “Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi dan orang-orang muhajirin” sampai firman-Nya, “dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 117-119).
فَوَاللّٰهِ مَا أَنۡعَمَ اللهُ عَلَيَّ مِنۡ نِعۡمَةٍ قَطُّ، بَعۡدَ أَنۡ هَدَانِي لِلۡإِسۡلَامِ، أَعۡظَمَ فِي نَفۡسِي مِنۡ صِدۡقِي لِرَسُولِ اللهِ ﷺ، أَنۡ لَا أَكُونَ كَذَبۡتُهُ فَأَهۡلِكَ كَمَا هَلَكَ الَّذِينَ كَذَبُوا، فَإِنَّ اللهَ قَالَ لِلَّذِينَ كَذَبُوا - حِينَ أَنۡزَلَ الۡوَحۡيَ - شَرَّ مَا قَالَ لِأَحَدٍ، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: ﴿سَيَحۡلِفُونَ بِاللهِ لَكُمۡ إِذَا انۡقَلَبۡتُمۡ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿فَإِنَّ اللهَ لَا يَرۡضَى عَنِ الۡقَوۡمِ الۡفَاسِقِينَ﴾ [التوبة: ٩٥-٩٦].
Demi Allah, tidaklah sama sekali Allah memberikan suatu nikmat kepadaku—setelah menunjukiku kepada Islam—yang lebih besar untuk diriku daripada kejujuranku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu bahwa aku tidak menjadi orang yang berdusta kepadanya lalu aku celaka sebagaimana orang-orang yang berdusta itu celaka. Sesungguhnya Allah mengatakan untuk orang-orang yang berdusta—ketika wahyu telah turun—dengan seburuk-buruk ucapan yang ditujukan untuk seseorang. Allah tabaraka wa ta’ala berfirman (yang artinya), “Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada mereka,” sampai firman-Nya, “sesungguhnya Allah tidak rida kepada orang-orang yang fasik itu.” (QS. At-Taubah: 95-96).
قَالَ كَعۡبٌ: وَكُنَّا تَخَلَّفۡنَا أَيُّهَا الثَّلَاثَةُ عَنۡ أَمۡرِ أُولٰئِكَ الَّذِينَ قَبِلَ مِنۡهُمۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ حِينَ حَلَفُوا لَهُ، فَبَايَعَهُمۡ وَاسۡتَغۡفَرَ لَهُمۡ، وَأَرۡجَأَ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَمۡرَنَا حَتَّى قَضَى اللهُ فِيهِ، فَبِذٰلِكَ قَالَ اللهُ: ﴿وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا﴾ [التوبة: ١١٨]. وَلَيۡسَ الَّذِي ذَكَرَ اللهُ مِمَّا خُلِّفۡنَا عَنِ الۡغَزۡوِ، إِنَّمَا هُوَ تَخۡلِيفُهُ إِيَّانَا، وَإِرۡجَاؤُهُ أَمۡرَنَا، عَمَّنۡ حَلَفَ لَهُ وَاعۡتَذَرَ إِلَيۡهِ فَقَبِلَ مِنۡهُ. [طرفه في: ٢٧٥٧].
Ka’b mengatakan: Kami bertiga ditangguhkan dari perkara mereka. Yaitu orang-orang yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung menerima alasan mereka ketika mereka bersumpah kepada beliau, lalu beliau mengambil baiat dan memintakan ampunan untuk mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunda perkara kami sampai Allah yang memberi keputusan. Tentang itulah, Allah berfirman (yang artinya), “dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan tobat) mereka.” (QS. At-Taubah: 118). Bukanlah yang disebutkan Allah itu tentang ketidakikutan kami dari perang Tabuk, namun yang dimaksud adalah penangguhan dan penundaan Nabi terhadap urusan kami dari orang-orang yang bersumpah kepada beliau dan mengajukan alasannya lalu beliau menerima alasan mereka.