Shahabat kita kali ini adalah shahabat yang berasal dari Negeri Yaman. Beliau adalah Fairuz Ad Dailamy. Beliau berkuniah Abu Abdillah atau Abu Abdirrahman atau Abu Dhahhak, seorang putra dari saudara perempuan Najasy Al Himyari. Terkadang beliau dipanggil dengan Ibnu Ad Dailamiy. Ayahnya berasal dari keturunan persia sedang ibu berasal dari bangsa Arab. Beliau dari qobilah Himyar Yaman sehingga beliau terkenal dengan Al Himyari, dinisbahkan kepada tempat beliau tinggal.
Bagaimana cerita keislaman beliau? Suatu ketika, Fairuz datang kepada Rasulullah dan mengatakan; ‘Sesungguhnya Kisra telah menulis surat kepada Baadzan (raja Yaman, red) yang berbunyi, “Sesungguhnya di negerimu ada seseorang yang mengaku-aku kenabian, maka tangkap dan bawalah ia kepadaku.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Sesungguhnya Rabbku telah murka kepada tuanmu (kisra) maka Ia pun mematikannya”. Maka Fairuz pun pulang ke negerinya dan mendengar khabar kematian Kisra. Maka ia pun masuk Islam dan menjadi baik keislamannya. Raja Yaman (Baadzan) pun melepaskan diri dari kekuasaan imperialis Persia dan memilih memeluk Islam bersama dengan rakyat Yaman.
Sesaat setelah kematian Baadzan, muncullah gerakan nabi palsu Al Aswad Al Ansy. Ia merebut kekuasaan negeri Yaman dari putra Baadzan dan membunuhnya. Selain banyak berbuat zalim, ia pun mengaku-aku mendapatkan kenabian dan menggunakan praktik perdukunan dan kecurangan demi melancarkan misi palsunya. Tak hanya itu, pembunuhan pun ia lakukan terhadap siapa saja yang berani merintanginya. Perlu diketahui bahwa nabi palsu yang mengaku mendapatkan kenabian saat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup adalah ‘Abhalah bin Kaab (Al Aswad Al Insiy), Tsumamah bin Qais (Musailamah Al Kadzdzab), dan Thulaikah bin Al Asady.
Ketika Rasulullah menerima laporan gerakan Aswad Al Ansy, beliau segera mengutus sepuluh orang shahabat untuk membawa surat kepada para shahabat yang dianggap berpengaruh di kawasan Yaman. Beliau memerintahkan mereka supaya segera bertindak menumpas bencana yang membahayakan Iman dan Islam. Beliau memerintahkan supaya menyingkirkan Aswad Al Ansy dengan cara yang sebaik-baiknya.
Perintah Rasulullah tersebut disambut antusias oleh para shahabat, termasuk Fairus Ad-Dailamy dan anak buahnya. Bahkan dialah orang yang pertama kali merespon perintah Rasulullah tersebut untuk memberangus para nabi palsu.
Fairuz akhirnya bisa membunuh Al Aswad Al Ansy dengan menyelinap masuk melalui bantuan anak paman beliau, Istri putra Baadzan yang dikawini paksa oleh Al Aswad, dan Qois bin Al Maksyuh. Maka Fairuzlah yang membunuh dan memenggal kepala Al Aswad. Kematian tersebut terjadi sesaat sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal. Beliau mendapat wahyu akan kematian Al Kadzdzab dan mengatakan;
قَتَلَهُ الۡعَبۡدُ الصَّالِحُ فَيۡرُوز الدَّيۡلَمِي
“Telah membunuhnya hamba yang saleh Fairuz Ad Dailamy.” Dalam riwayat lain,
قَتَلَهُ رَجُلٌ مُبَارَكٌ مِنۡ أَهۡلِ بَيۡتٍ مُبَارَكِينَ
“Yang membunuh Al Aswad Al ‘Insi adalah seorang lelaki yang diberkati yang berasal dari keluarga yang diberkati.”
Kematian Al Aswad Al Ansy ini terjadi sekitar 3 hingga 4 bulan setelah pengakuan kenabian tersebut. Alhamdulillah.
Yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah tiga putra beliau, Dhahhak bin Fairuz, Abdullah bin Fairuz seorang shahabat, dan Abu Imran Said bin Fairuz. Demikian juga Abu Khair Martsad bin Abdillah, Abul Kharras Ar Raiini (beliau adalah Tabiin) dan selain mereka.
KEDUDUKAN FAIRUZ DI HADAPAN UMAR
Umar menulis surat kepada Fairuz Ad Dailamy dalam rangka mengundang beliau pada suatu keperluan. Maka Fairuz pun datang dan meminta izin kepada Umar untuk masuk. Maka Umar pun mengizinkannya. Maka tiba-tiba ada seseorang pemuda dari suku Quraisy yang mendesaknya (untuk mendahului beliau masuk, red). Fairuz pun marah dan menampar hidung orang tersebut. Maka, orang tersebut mendahuluinya menemui Umar dengan hidung berdarah. Maka Umar bertanya, “Siapa yang bersamamu?” Maka dijawab Fairuz, sedang beliau berada di pintu masuk. Maka Umar pun mengizinkan beliau untuk masuk. Umar pun bertanya, “Apa yang terjadi wahai Fairuz?” Fairuz mengatakan, “Wahai Amirul mukminin, sesungguhnya aku adalah seorang yang baru mendapatkan kekuasaan, dan engkau menulis surat untukku (memanggilku), sedang engkau tidak memanggilnya. Engkau mengizinkanku untuk masuk sedang engkau belum mengizinkan dia masuk. Maka ia pun ingin masuk sebelumku dengan izinmu untukku.”
Maka Umar mengatakan, “(Apakah ditegakkan) qishash?” Fairuz pun mengatakan, ‘Ya, qishash’. Maka Fairuz pun duduk berdiri di atas lutut beliau siap untuk diqishash. Ketika si pemuda hendak mengqishashnya, Umarpun mengatakan, ‘Sebentar wahai pemuda, sampai aku khabarkan kepadamu apa yang aku dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Telah terbunuh si zalim Aswad Al Ansy. Telah membunuhnya seorang hamba yang saleh Fairuz Ad Dailamy.” Apakah engkau tetap akan menegakkan (qishash) kepadanya setelah mendengar ini dari Rasulullah.” Maka sang pemudapun mengatakan, ‘Sungguh aku telah memaafkannya setelah aku mendengarnya dari Rasulullah’. Maka Fairuz pun memberi untuk si pemuda pedang, kuda, dan tiga puluh ribu dari harta beliau sambil mengatakan, ‘Pemberian maafmu tentu akan berpahala wahai saudara Quraisy dan engkau pun akan mendapatkan harta’.
Beliau meninggal di Negeri Yaman, diperselisihkan apakah di masa khalifah Utsman bin Affan ataukah di masa Muawiyah radhiyallahu ‘anhu. Pada tahun 53 hijriyah, dimakamkan di Yaman. Wallahu a’lam. [Ustadz Hammam]
Sumber: Majalah Tashfiyah vol.07 1439H-2018H edisi 77 rubrik Figur.