Cari Blog Ini

Pembatal Keislaman - 2. Menjadikan Perantara antara Dia dengan Allah dalam Ibadah

Syekh Muhammad bin 'Abdul Wahhab--rahimahullah--dalam Nawaqidh Al-Islam berkata:
الثَّانِي: مَنۡ جَعَلَ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ اللهِ وَسَائِطَ يَدۡعُوهُمۡ وَيَسۡأَلُهُمۡ وَيَتَوَكَّلُ عَلَيۡهِمۡ؛ کَفَرَ إِجۡمَاعًا.
Kedua: Barang siapa menjadikan perantara antara dia dengan Allah yang dia seru, dia minta, dia bertawakal kepada mereka, maka dia kafir menurut ijmak.[1]


Syekh Shalih bin Fauzan bin 'Abdullah Al-Fauzan--hafizhahullah--dalam syarahnya berkata:

[1] هَٰذَا نَوۡعٌ مِنَ النَّاقِضِ الۡأَوَّلِ: وَهُوَ الَّذِي يَجۡعَلُ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ اللهِ وَسَائِطَ، وَلَٰكِنَّ الشَّيۡخَ أَفۡرَدَهُ وَجَعَلَهُ نَوۡعًا مُسۡتَقِلًّا لِكَثۡرَةِ وُقُوعِهِ؛ لِأَنَّ هَٰذَا يَقَعُ مِمَّنۡ يَدَّعُونَ الۡإِسۡلَامَ، وَهَٰذَا كَثِيرٌ عِنۡدَ الۡقُبُورِيِّينَ، يَتَقَرَّبُونَ إِلَى الۡوَلِيِّ لِيَشۡفَعَ لَهُمۡ عِنۡدَ اللهِ، أَوۡ يُوصِلَ حَوَائِجَهُمۡ إِلَى اللهِ، -بِزَعۡمِهِمۡ- هَٰذَا اتِّخَاذُ الۡوَسَائِلِ مِنۡ دُونِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، يَذۡبَحُ لَهُمۡ وَيَنۡذُرُ لَهُمۡ، وَيَسۡتَغِيثُ بِهِمۡ. 

Ini termasuk ke dalam pembatal keislaman yang pertama. Yaitu, menjadikan perantara antara dia dengan Allah. Syekh menyendirikan dan menjadikan jenis pembatal yang terpisah karena banyak yang terjatuh padanya. Perbuatan ini banyak dilakukan oleh orang-orang yang mengaku Islam. Perbuatan ini banyak dilakukan oleh para pemuja kubur. Mereka mendekatkan diri kepada wali agar memberi syafaat untuk mereka di sisi Allah, atau untuk menyampaikan hajat-hajat mereka kepada Allah—menurut sangkaan mereka—. Ini adalah menjadikan perantara-perantara dari selain Allah—‘azza wa jalla—. Pemuja kubur itu menyembelih untuk mereka, bernazar untuk mereka, dan beristigasah kepada mereka. 

وَيَقُولُ: هَٰذَا لَيۡسَ بِشِرۡكٍ، هَٰذَا إِنَّمَا هُوَ تَوَسُّطٌ، طَلَبُ وَاسِطَةٍ وَشَفَاعَةٍ تُوصِلُنِي إِلَى اللهِ، هَٰذَا رَجُلٌ صَالِحٌ لَهُ مَكَانَةٌ عِنۡدَ اللهِ، فَأَنَا أَتَقَرَّبُ إِلَيۡهِ مِنۡ أَجۡلِ أَنۡ يُقَرِّبَنِي إِلَى اللهِ، هَٰذِهِ حُجَّتُهُ، وَهِيَ حُجَّةُ الۡمُشۡرِكِينَ الۡأَوَّلِينَ ﴿وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَ مَا نَعۡبُدُهُمۡ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلۡفَىٰٓ﴾ [الزمر: ٣]. 

Pemuja kubur berkata: Ini bukan kesyirikan. Ini hanya perbuatan menjadikan perantara. Mengharapkan perantaraan dan syafaat yang bisa menghubungkan aku kepada Allah. Ini adalah pria yang saleh yang memiliki kedudukan di sisi Allah. Jadi aku mendekatkan diri kepadanya agar dia mendekatkanku kepada Allah. 

Ini alasannya. Alasan yang sama dengan alasan orang-orang musyrik zaman dahulu. “Orang-orang yang menjadikan pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak beribadah kepada mereka kecuali agar mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar: 3). 

يَقُولُونَ: مَا جَعَلۡنَاهُمۡ شُرَكَاءَ لِلهِ، وَلَكِنۡ جَعَلۡنَاهُمۡ وَسَائِطَ يُقَرِّبُونَنَا، وَاللهُ سَمَّاهُ شِرۡكًا ﴿وَيَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمۡ وَلَا يَنفَعُهُمۡ وَيَقُولُونَ هَـٰٓؤُلَآءِ شُفَعَـٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِ ۚ قُلۡ أَتُنَبِّـئُونَ ٱللَّهَ بِمَا لَا يَعۡلَمُ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلۡأَرۡضِ ۚ سُبۡحَـٰنَهُۥ وَتَعَـٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ﴾ [يونس: ۱۸]. فَسَمَّاهُ شِرۡكًا، مَعَ أَنَّهُمۡ يُسَمُّونَهُ تَشَفُّعًا، وَهَٰذَا هُوَ الۡوَاقِعُ، أَنَّ كَثِيرًا مِمَّنۡ يَدَّعُونَ الۡإِسۡلَامَ وَمَا يَفۡعَلُونَهُ مَعَ الۡقُبُورِ الۡآنَ، يَتَّخِذُونَهَا وَسَائِطَ بَيۡنَهُمۡ وَبَيۡنَ اللهِ، فَهَٰذِهِ الۡمَسۡأَلَةُ خَفِيَتۡ عَلَى كَثِيرٍ حَتَّى مِنۡ طَلَبَةِ الۡعِلۡمِ، وَهُنَاكَ عُلَمَاءُ يُدَافِعُونَ عَنۡ هَٰؤُلَاءِ. وَيَقُولُونَ: هَٰذَا لَيۡسَ بِشِرۡكٍ، الشِّرۡكُ عِبَادَةُ الۡأَصۡنَامِ، وَهَٰؤُلَاءِ مَا يَعۡبُدُونَ أَصۡنَامًا، یَا سُبۡحَانَ اللهِ!!، عِبَادَةُ الۡأَصۡنَامِ نَوۡعٌ مِنۡ أَنۡوَاعِ الشِّرۡكِ، الشِّرۡكُ هُوَ عِبَادَةُ غَيۡرِ اللهِ سَوَاءٌ، كَانَ صَنَمًا أَوۡ شَجَرًا أَوۡ حَجَرًا أَوۡ قَبۡرًا أَوۡ وَلِيًّا، أَوۡ مَلَكًا مِنَ الۡمَلَائِكَةِ، أَوۡ وَلِيًّا مِنَ الۡأَوۡلِيَاءِ، أَوۡ صَالِحًا مِنَ الصَّالِحِينَ، هَٰذَا هُوَ الشِّرۡكُ، وَلَيۡسَ الشِّرۡكُ عِبَادَةَ الۡأَصۡنَامِ فَقَطۡ. 

Mereka berkata: Kami tidak menjadikan sesembahan selain Allah itu sebagai tandingan bagi Allah, tetapi kami hanya menjadikan mereka sebagai perantara yang bisa mendekatkan diri kami. 

Allah menamakannya perbuatan tersebut sebagai kesyirikan. “Mereka beribadah kepada selain Allah, sesuatu yang tidak bisa memberikan mudarat dan manfaat kepada mereka. Mereka berkata: Sesembahan ini pemberi syafaat untuk kami di sisi Allah. Katakan: Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak Dia ketahui, baik di langit dan tidak pula di bumi? Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Yunus: 18). 

Allah menamainya dengan kesyirikan, sedangkan mereka menamainya permintaan syafaat. Ini nyata. Banyak dari orang yang mengaku Islam dan orang yang gemar melakukan ritual kubur di zaman sekarang ini, mereka menjadikan para penghuni kubur itu sebagai perantara antara mereka dengan Allah. 

Ini adalah permasalahan yang tersamarkan oleh banyak orang sampai pun sebagian penuntut ilmu. Di sana pun ada ulama yang membela orang-orang yang semacam itu. Para ulama itu mengatakan bahwa ini bukan kesyirikan. Kesyirikan adalah peribadahan kepada berhala. Adapun mereka itu tidak beribadah kepada berhala. 

Mahasuci Allah. Peribadahan kepada berhala adalah salah satu jenis kesyirikan. Kesyirikan adalah peribadahan kepada selain Allah. Sama saja, baik berupa berhala, pohon, batu, kuburan, wali, salah satu malaikat, salah satu wali, atau seorang yang saleh. Ini adalah kesyirikan. Kesyirikan bukan hanya peribadahan kepada berhala.