٢ – بَابُ الۡمُكَاتَبِ، وَنُجُومِهِ فِي كُلِّ سَنَةٍ نَجۡمٌ
2. Bab mukatab (budak yang membuat perjanjian dengan majikannya untuk
menyerahkan sejumlah harta dengan mengangsur agar dia bisa merdeka) dan
angsuran dirinya dengan cara dibayarkan tiap tahun
وَقَوۡلِهِ: ﴿وَالَّذِينَ يَبۡتَغُونَ الۡكِتَابَ مِمَّا مَلَكَتۡ
أَيۡمَانُكُمۡ فَكَاتِبُوهُمۡ إِنۡ عَلِمۡتُمۡ فِيهِمۡ خَيۡرًا وَآتُوهُمۡ مِنۡ
مَالِ اللهِ الَّذِي آتَاكُمۡ﴾ [النور: ٣٣].
Dan firman Allah, “Budak-budak yang kalian miliki yang menginginkan
perjanjian, buatlah perjanjian dengan mereka apabila kalian mengetahui ada
kebaikan pada diri mereka. Berikan kepada mereka sebagian harta Allah yang
telah Dia berikan kepada kalian.” (QS. An-Nur: 33).
وَقَالَ رَوۡحٌ، عَنِ ابۡنِ جُرَيۡجٍ: قُلۡتُ لِعَطَاءٍ: أَوَاجِبٌ عَلَيَّ
إِذَا عَلِمۡتُ لَهُ مَالًا أَنۡ أُكَاتِبَهُ؟ قَالَ: مَا أُرَاهُ إِلَّا
وَاجِبًا.
وَقَالَهُ عَمۡرُو بۡنُ دِينَارٍ. قُلۡتُ لِعَطَاءٍ: أَتَأۡثُرُهُ عَنۡ
أَحَدٍ؟ قَالَ: لَا، ثُمَّ أَخۡبَرَنِي: أَنَّ مُوسَى بۡنَ أَنَسٍ أَخۡبَرَهُ:
أَنَّ سِيرِينَ سَأَلَ أَنَسًا الۡمُكَاتَبَةَ، وَكَانَ كَثِيرَ الۡمَالِ
فَأَبَى، فَانۡطَلَقَ إِلَى عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ فَقَالَ: كَاتِبۡهُ،
فَأَبَى، فَضَرَبَهُ بِالدِّرَّةِ وَيَتۡلُو عُمَرُ: ﴿فَكَاتِبُوهُمۡ إِنۡ
عَلِمۡتُمۡ فِيهِمۡ خَيۡرًا﴾ فَكَاتَبَهُ.
Rauh berkata, dari Ibnu Juraij: Aku bertanya kepada ‘Atha`, “Apakah wajib
bagiku untuk membuat perjanjian dengan budak apabila aku mengetahui dia
memiliki harta?”
‘Atha` menjawab, “Aku berpendapat wajib.”
Ini juga dikatakan oleh ‘Amr bin Dinar.
Aku bertanya kepada ‘Atha`, “Apakah engkau meriwayatkannya dari seseorang?”
‘Atha` menjawab, “Tidak.”
Kemudian ‘Atha` mengabarkan kepadaku: Bahwa Musa bin Anas mengabarkan
kepadanya: Bahwa Sirin meminta perjanjian kepada Anas (majikannya). Ketika
itu, Sirin memiliki banyak harta. Namun, Anas enggan membuat perjanjian
dengannya. Sirin pergi menemui ‘Umar—radhiyallahu ‘anhu—lalu ‘Umar berkata
(kepada Anas), “Buatlah perjanjian dengannya!”
Anas tetap tidak mau. ‘Umar pun menghukum cambuk Anas dan membaca, “Buatlah
perjanjian dengan mereka apabila engkau mengetahui ada kebaikan pada diri
mereka!”
Akhirnya, Anas pun membuat perjanjian dengan Sirin.
٢٥٦٠ - وَقَالَ اللَّيۡثُ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ: قَالَ
عُرۡوَةُ: قَالَتۡ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: إِنَّ بَرِيرَةَ دَخَلَتۡ
عَلَيۡهَا تَسۡتَعِينُهَا فِي كِتَابَتِهَا، وَعَلَيۡهَا خَمۡسَةُ أَوَاقٍ،
نُجِّمَتۡ عَلَيۡهَا فِي خَمۡسِ سِنِينَ، فَقَالَتۡ لَهَا عَائِشَةُ وَنَفِسَتۡ
فِيهَا: أَرَأَيۡتِ إِنۡ عَدَدۡتُ لَهُمۡ عَدَّةً وَاحِدَةً، أَيَبِيعُكِ
أَهۡلُكِ فَأُعۡتِقَكِ، فَيَكُونَ وَلَاؤُكِ لِي؟ فَذَهَبَتۡ بَرِيرَةُ إِلَى
أَهۡلِهَا، فَعَرَضَتۡ ذٰلِكَ عَلَيۡهِمۡ، فَقَالُوا: لَا، إِلَّا أَنۡ يَكُونَ
لَنَا الۡوَلَاءُ، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَدَخَلۡتُ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ
فَذَكَرۡتُ ذٰلِكَ لَهُ، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ: (اشۡتَرِيهَا
فَأَعۡتِقِيهَا، فَإِنَّمَا الۡوَلَاءُ لِمَنۡ أَعۡتَقَ). ثُمَّ قَامَ رَسُولُ
اللهِ ﷺ فَقَالَ: (مَا بَالُ رِجَالٍ يَشۡتَرِطُونَ شُرُوطًا لَيۡسَتۡ فِي
كِتَابِ اللهِ، مَنِ اشۡتَرَطَ شَرۡطًا لَيۡسَ فِي كِتَابِ اللهِ فَهُوَ
بَاطِلٌ، شَرۡطُ اللهِ أَحَقُّ وَأَوۡثَقُ). [طرفه في:
٤٥٦].
2560. Al-Laits berkata: Yunus menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab: ‘Urwah
berkata: ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—berkata:
Sesungguhnya Barirah masuk ke tempatnya dengan meminta bantuannya dalam
masalah perjanjian dengan majikannya tentang kemerdekaan dirinya. Barirah
masih punya tanggungan lima uqiyyah yang harus dia cicil selama lima tahun.
‘Aisyah berkata kepada Barirah dan ingin membantunya, “Apa pendapatmu apabila
aku siapkan pembayaran cicilan untuk mereka sekaligus? Apakah majikanmu mau
menjualmu lalu aku merdekakan engkau sehingga wala`(hak mendapatkan warisan
budak yang dimerdekakan apabila tidak ada ahli warisnya)-mu untukku?”
Barirah pergi menemui majikannya, lalu dia menawarkan hal itu kepada mereka.
Mereka menanggapi, “Tidak mau. Kecuali wala`-mu tetap untuk kami.”
‘Aisyah berkata: Aku masuk ke tempat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa
sallam—, lalu aku sebutkan kejadian itu kepada beliau. Rasulullah—shallallahu
‘alaihi wa sallam—berkata kepadanya, “Belilah Barirah lalu merdekakan dia!
Karena wala` milik orang yang memerdekakan.”
Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Apa urusan
orang-orang yang membuat syarat-syarat yang tidak ada di kitab Allah?! Siapa
saja yang membuat syarat yang tidak ada di kitab Allah, maka syarat itu batil.
Syarat Allah lebih berhak dan lebih kuat (untuk ditunaikan).”