٢٦٦٥ - ب د ع: عَاصِمُ بۡنُ ثَابِتِ بۡنِ أَبِي الۡأَقۡلَحِ، وَاسۡمُ أَبِي
الۡأَقۡلَحِ: قَيۡسُ بۡنُ عِصۡمَةَ بۡنِ النُّعۡمَانِ بۡنِ مَالِكِ بۡنِ أَمَةَ
بۡنِ ضُبَيۡعَةَ بۡنِ زَيۡدِ بۡنِ مَالِكِ بۡنِ عَوۡفِ بۡنِ عَمۡرِو بۡنِ
عَوۡفِ بۡنِ مَالِكِ بۡنِ الۡأَوۡسِ، الۡأَنۡصَارِيُّ الۡأَوۡسِيُّ ثُمَّ
الضُّبَعِيُّ، وَهُوَ جَدُّ عَاصِمِ بۡنِ عُمَرَ بۡنِ الۡخَطَّابِ لِأُمِّهِ،
وَهُوَ حَمِيُّ الدَّبۡرِ، شَهِدَ بَدۡرًا.
‘Ashim bin Tsabit bin Abu Al-Aqlah. Nama Abu Al-Aqlah adalah Qais bin ‘Ishmah
bin An-Nu’man bin Malik bin Amah bin Dhubai’ah bin Zaid bin Malik bin ‘Auf bin
‘Amr bin ‘Auf bin Malik bin Al-Aus. ‘Ashim adalah Al-Anshari Al-Ausi kemudian
Adh-Dhuba’i. Beliau adalah kakek ‘Ashim bin ‘Umar bin Al-Khaththab dari jalur
ibunya. Beliau adalah orang yang jasadnya dilindungi oleh tawon dan mengikuti
perang Badr.
رَوَى مَعۡمَرٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ أَبِي سُفۡيَانَ
الثَّقَفِيِّ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، قَالَ: بَعَثَ رَسُولُ اللهِ ﷺ سَرِيَّةً
عَيۡنًا، وَأَمَّرَ عَلَيۡهِمۡ عَاصِمَ بۡنَ ثَابِتٍ، فَانۡطَلَقُوا، حَتَّى
كَانُوا بَيۡنَ عُسۡفَانَ وَمَكَّةَ ذُكِرُوا لِحَيٍّ مِنۡ هُذَيۡلٍ، وَهُمۡ
بَنُو لِحۡيَانَ، فَتَبَعُوهُمۡ فِي قَرِيبٍ مِنۡ مِائَةَ رَجُلٍ رَامٍ، حَتَّى
لَحِقُوهُمۡ وَأَحَاطُوا بِهِمۡ،
Ma’mar meriwayatkan dari Az-Zuhri, dari ‘Amr bin Abu Sufyan Ats-Tsaqafi, dari
Abu Hurairah. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa
sallam—mengirim pasukan mata-mata dan mengangkat ‘Ashim bin Tsabit sebagai
pemimpin mereka. Lalu mereka berangkat sampai mereka berada di antara ‘Usfan
dan Makkah, keberadaan mereka diketahui oleh suatu kabilah dari Hudzail yang
disebut bani Lihyan. Orang-orang bani Lihyan sejumlah hampir seratus pemanah
memburu mereka sampai berhasil menyusul dan mengepung mereka.
وَقَالُوا: لَكُمُ الۡعَهۡدُ وَالۡمِيثَاقُ إِنۡ نَزَلۡتُمۡ إِلَيۡنَا أَنۡ
لَا نَقۡتُلَ مِنۡكُمۡ رَجُلًا، فَقَالَ عَاصِمٌ: أَمَّا أَنَا فَلَا أَنۡزِلُ
فِي جِوَارِ مُشۡرِكٍ، اللّٰهُمَّ فَأَخۡبِرۡ عَنَّا رَسُولَكَ. فَقَاتَلُوهُمۡ
فَرَمَوۡهُمۡ حَتَّى قَتَلُوا عَاصِمًا فِي سَبۡعَةِ نَفَرٍ، وَبَقِيَ خُبَيۡبُ
بۡنُ عَدِيٍّ، وَزَيۡدُ بۡنُ الدَّثِنَةِ، وَرَجُلٌ آخَرُ، فَأَعۡطَوۡهُمُ
الۡعَهۡدَ، فَنَزَلُوا إِلَيۡهِمۡ، فَأَخَذُوهُمۡ.
Orang-orang bani Lihyan berkata, “Jika kalian turun menyerah kepada kami,
kalian mendapat jaminan bahwa kami tidak akan membunuh salah seorang dari
kalian.”
‘Ashim berkata, “Aku tidak mau turun dalam jaminan seorang musyrik. Ya Allah,
kabarkanlah tentang kami kepada Rasul-Mu.”
Orang-orang bani Lihyan memerangi dan memanahi mereka sampai berhasil membunuh
‘Ashim bersama enam orang lainnya. Yang tersisa ada Khubaib bin 'Adi, Zaid bin
Ad-Datsinah, dan seorang lainnya. Ketiga orang ini menerima perjanjian dengan
orang-orang bani Lihyan, lalu ketiganya turun. Orang-orang bani Lihyan itu
menangkap mereka.
وَقَدۡ ذَكَرۡنَا خَبَرَ خُبَيۡبٍ عِنۡدَ اسۡمِهِ، وَأَمَّا عَاصِمٌ
فَأَرۡسَلَتۡ قُرَيۡشٌ إِلَيۡهِ لِيُؤۡتُوا بِهِ أَوۡ بِشَيۡءٍ مِنۡ جَسَدِهِ
لِيَعۡرِفُوهُ.
Kami telah menyebutkan cerita Khubaib di bagian namanya. Adapun ‘Ashim,
orang-orang kafir Quraisy mengirim orang ke jenazah ‘Ashim untuk membawakan
sebagian jasadnya yang dikenali.
وَكَانَ قَتَلَ عُقۡبَةَ بۡنَ مُعَيۡطٍ الۡأُمَوِيَّ يَوۡمَ بَدۡرٍ، وَقَتَلَ
مُسَافِعَ بۡنَ طَلۡحَةَ، وَأَخَاهُ كِلَابًا، كِلَاهُمَا أَشۡعَرَهُ سَهۡمًا،
فَيَأۡتِي أُمَّهُ سُلَافَةَ وَيَقُولُ: سَمِعۡتُ رَجُلًا حِينَ رَمَانِي
يَقُولُ: خُذۡهَا وَأَنَا ابۡنُ الۡأَقۡلَحِ، فَنَذَرۡتُ إِنۡ أَمۡكَنَهَا
اللهُ تَعَالَى مِنۡ رَأۡسِ عَاصِمٍ لِتَشۡرَبَنۡ فِيهِ الۡخَمۡرَ،
Sebelumnya, ‘Ashim telah membunuh ‘Uqbah bin Mu’aith Al-Umawi pada hari perang
Badr. ‘Ashim juga telah membunuh Musafi’ bin Thalhah dan saudaranya, yaitu
Kilab. Masing-masing dari keduanya tertancapi oleh sebatang anak panah. Salah
satu dari dua bersaudara itu mendatangi ibunya dan berkata, “Aku mendengar
ucapan lelaki yang memanahku, ‘Ambil ini! Aku adalah putra Al-Aqlah.’ Lalu aku
bernazar, jika Allah taala memungkinkan ibu mendapatkan batok kepala ‘Ashim,
agar ibu minum khamar dari situ.”
فَلَمَّا أُصِيبَ عَاصِمٌ يَوۡمَ الرَّجِيعِ أَرَادُوا أَنۡ يَأۡخُذُوا
رَأۡسَهُ لِيُبِيعُوهُ مِنۡ سُلَافَةَ، فَبَعَثَ اللهُ سُبۡحَانَهُ عَلَيۡهِ
مِثۡلَ الظُّلَّةِ مِنَ الدَّبۡرِ، فَحَمَتۡهُ مِنۡ رُسُلِهِمۡ، فَلَمۡ
يَقۡدِرُوا عَلَى شَيۡءٍ مِنۡهُ، فَلَمَّا أَعۡجَزَهُمۡ قَالُوا: إِنَّ
الدَّبۡرَ سَيَذۡهَبُ إِذَا جَاءَ اللَّيۡلُ، فَبَعَثَ اللهُ مَطَرًا، فَجَاءَ
سَيۡلٌ فَحَمَلَهُ فَلَمۡ يُوجَدۡ، وَكَانَ قَدۡ عَاهَدَ اللهَ تَعَالَى أَنۡ
لَا يَمَسَّ مُشۡرِكًا، وَلَا يَمَسَّهُ مُشۡرِكٌ، فَحَمَاهُ اللهُ تَعَالَى
بِالدَّبۡرِ بَعۡدَ وَفَاتِهِ، فَسُمِّيَ حَمِيَّ الدَّبۡرِ، وَقَنَتَ
النَّبِيُّ ﷺ شَهۡرًا يَلۡعَنُ رِعۡلًا وَذَكۡوَانَ وَبَنِي لِحۡيَانَ،
Ketika ‘Ashim terbunuh pada hari Ar-Raji’, mereka ingin mengambil kepalanya
untuk dijual kepada Sulafah. Allah—subhanahu—mengirimkan kawanan tawon seperti
naungan. Tawon-tawon itu melindungi ‘Ashim dari para utusan orang-orang kafir
sehingga mereka tidak mampu mengambil sedikit saja dari jasadnya. Ketika
mereka gagal, mereka berkata, “Tawon ini akan pergi apabila malam datang.”
Allah menurunkan hujan lalu banjir datang menghanyutkan jasad ‘Ashim hingga
tidak bisa ditemukan.
‘Ashim ini dulunya berjanji kepada Allah taala tidak akan menyentuh seorang
musyrik dan tidak disentuh oleh seorang musyrik. Lalu Allah taala
melindunginya setelah mati dengan tawon sehingga beliau dijuluki hamiyyud
dabr.
Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melangsungkan doa kunut selama sebulan
melaknat kabilah Ri’l, Dzakwan, dan bani Lihyan.
وَقَالَ حَسَّانُ:
لَعَمۡرِي لَقَدۡ شَانَتۡ هُذَيۡلَ بۡنَ مُدۡرِكٍ أَحَادِيثُ كَانَتۡ فِي
خُبَيۡبٍ وَعَاصِمٍ
أَحَادِيثُ لِحۡيَان صَلَوۡا بِقَبِيحِهَا وَلِحۡيَانُ رَكَّابُونَ شَرَّ
الۡجَرَائِمِ
Hassan berkata, “Sungguh, peristiwa yang terjadi pada Khubaib dan ‘Ashim telah
mencemarkan Hudzail bin Mudrik. Cerita bani Lihyan yang telah terjerumus
dengan perbuatan jeleknya. Bani Lihyan para pelaku dosa yang sangat jahat.”
أَخۡرَجَهُ الثَّلَاثَةُ.
Biografi beliau disebutkan oleh tiga orang (Ibnu Mandah, Abu Nu’aim, dan Abu
‘Umar).