١ - بَابُ قَوۡلِهِ: ﴿وَكَانَ الۡإِنۡسَانُ أَكۡثَرَ شَيۡءٍ جَدَلًا﴾
[٥٤]
1. Bab firman Allah, “Manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah”
(QS. Al-Kahfi: 54)
٤٧٢٤ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ
إِبۡرَاهِيمَ بۡنِ سَعۡدٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنۡ صَالِحٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ
قَالَ: أَخۡبَرَنِي عَلِيُّ بۡنُ حُسَيۡنٍ: أَنَّ حُسَيۡنَ بۡنَ عَلِيٍّ
أَخۡبَرَهُ، عَنۡ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ طَرَقَهُ
وَفَاطِمَةَ، قَالَ: (أَلَا تُصَلِّيَانِ؟). [طرفه في:
١١٢٧].
4724. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Ya’qub bin Ibrahim
bin Sa’d menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami dari
Shalih, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: ‘Ali bin Husain mengabarkan kepadaku
bahwa Husain bin ‘Ali mengabarkan kepadanya dari ‘Ali—radhiyallahu ‘anhu—:
Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendatanginya dan Fathimah di malam
hari. Beliau bertanya, “Apa kalian berdua tidak salat?”
﴿رَجۡمًا بِالۡغَيۡبِ﴾ [٢٢] لَمۡ يَسۡتَبِنۡ. ﴿فُرُطًا﴾ [٢٨] نَدَمًا.
﴿سُرَادِقُهَا﴾ [٢٩] مِثۡلُ السُّرَادِقِ، وَالۡحُجۡرَةِ الَّتِي تُطِيفُ
بِالۡفَسَاطِيطِ. ﴿يُحَاوِرُهُ﴾ [٣٤-٣٧] مِنَ الۡمُحَاوَرَةِ. ﴿لَكِنَّا هُوَ
اللهُ رَبِّي﴾ [٣٨] أَيۡ لَكِنۡ أَنَا هُوَ اللهُ رَبِّي، ثُمَّ حَذَفَ
الۡأَلِفَ وَأَدۡغَمَ إِحۡدَى النُّونَيۡنِ فِي الۡأُخۡرَى. ﴿وَفَجَّرۡنَا
خِلَالَهُمَا نَهَرًا﴾ يَقُولُ: بَيۡنَهُمَا نَهَرًا. ﴿زَلَقًا﴾ [٤٠] لَا
يَثۡبُتُ فِيهِ قَدَمٌ. ﴿هُنَالِكَ الۡوَلَايَةُ﴾ [٤٤] مَصۡدَرُ الۡوَلِيِّ.
﴿عُقُبًا﴾ [٤٤] عَاقِبَةٌ وَعُقۡبَى وَعُقۡبَةٌ وَاحِدٌ، وَهِيَ الۡآخِرَةُ.
﴿قِبَلًا﴾ [٥٥] وَ ﴿قُبُلًا﴾، وَقَبَلًا: اسۡتِئۡنَافًا. ﴿لِيُدۡحِضُوا﴾ [٥٦]
لِيُزِيلُوا، الدَّحۡضُ الزَّلَقُ.
“Rajman bil gaib” (QS. Al-Kahf: 22) perkaranya tidak jelas.
“Furuṭan” (QS. Al-Kahf: 28) artinya penyesalan.
“Surādiquhā” (QS. Al-Kahf: 29) seperti as-surādiq (kemah) dan ruangan yang
dikelilingi oleh dinding dari bulu binatang.
“Yuḥāwiruhu” (QS. Al-Kahf: 34-37) dari kata “al-muḥāwarah (percakapan).”
“Lakinnā huwallāhu rabbī” (QS. Al-Kahf: 38) asalnya “lakin ana huwallāhu rabbī
(tetapi aku percaya bahwa Dialah Allah, Tuhanku)” kemudian huruf alif dihapus
dan salah satu huruf nun digabungkan ke huruf nun lainnya.
“Wa fajjarnā khilālahumā naharan” beliau berkata: (Kami alirkan) sungai di
antara keduanya.
“Zalaqan (licin)” (QS. Al-Kahf: 40) tidak ada satu telapak kaki pun yang bisa
kokoh di atasnya.
“Hunālikal walāyah” (QS. Al-Kahf: 44) (al-walāyah) adalah masdar dari kata
al-waliyy.
“’Uquban” (QS. Al-Kahf: 44), ‘āqibatun, ‘uqbā, dan ‘uqbatun memiliki arti
sama, yaitu akhir/kesudahan.
“Qibalan” (QS. Al-Kahf: 55), qubulan, dan qabalan berarti dimulai kembali.
“Liyudḥiḍū” (QS. Al-Kahf: 56) berarti melenyapkan. Ad-Daḥḍ berarti az-zalaq
(tempat yang licin).