Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1077

١٠ - بَابُ مَنۡ رَأَى أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمۡ يُوجِبِ السُّجُودَ
10. Bab barang siapa berpandangan bahwa Allah—‘azza wa jalla—tidak mewajibkan sujud tilawah


وَقِيلَ لِعِمۡرَانَ بۡنِ حُصَيۡنٍ: الرَّجُلُ يَسۡمَعُ السَّجۡدَةَ وَلَمۡ يَجۡلِسۡ لَهَا؟ قَالَ: أَرَأَيۡتَ لَوۡ قَعَدَ لَهَا؟ كَأَنَّهُ لَا يُوجِبُهُ عَلَيۡهِ.

Ada yang bertanya kepada ‘Imran bin Hushain, “Seseorang mendengar ayat sujud dalam keadaan tidak sedang duduk untuk mendengarkannya. (Apakah dia bersujud?)”

‘Imran berkata, “Bagaimana menurutmu kalau dia duduk mendengarkannya?” Seakan-akan beliau tidak mewajibkan orang bersujud tilawah kalau duduk menyimaknya.

وَقَالَ سَلۡمَانُ: مَا لِهٰذَا غَدَوۡنَا.

Salman berkata, “Kami berangkat bukan untuk tujuan ini.”

وَقَالَ عُثۡمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: إِنَّمَا السَّجۡدَةُ عَلَى مَنِ اسۡتَمَعَهَا.

‘Utsman—radhiyallahu ‘anhu—berkata, “Sujud tilawah hanya disyariatkan untuk yang menyimaknya.”

وَقَالَ الزُّهۡرِيُّ: لَا يَسۡجُدُ إِلَّا أَنۡ يَكُونَ طَاهِرًا، فَإِذَا سَجَدۡتَ وَأَنۡتَ فِي حَضَرٍ فَاسۡتَقۡبِلِ الۡقِبۡلَةَ، فَإِنۡ كُنۡتَ رَاكِبًا فَلَا عَلَيۡكَ حَيۡثُ كَانَ وَجۡهُكَ.

Az-Zuhri berkata, “Tidaklah seorang bersujud kecuali dalam keadaan suci. Jika engkau tidak sedang bepergian, sujudlah dengan menghadap kiblat. Jika engkau sedang berkendara, tidak masalah engkau bersujud ke arah manapun wajahmu menghadap.”

وَكَانَ السَّائِبُ بۡنُ يَزِيدَ لَا يَسۡجُدُ لِسُجُودِ الۡقَاصِّ.

As-Sa`ib bin Yazid tidak bersujud karena sujud tilawahnya tukang cerita.

١٠٧٧ - حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ مُوسَى قَالَ: أَخۡبَرَنَا هِشَامُ بۡنُ يُوسُفَ: أَنَّ ابۡنَ جُرَيۡجٍ أَخۡبَرَهُمۡ قَالَ: أَخۡبَرَنِي أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي مُلَيۡكَةَ، عَنۡ عُثۡمَانَ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ التَّيۡمِيِّ، عَنۡ رَبِيعَةَ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ الۡهُدَيۡرِ التَّيۡمِيِّ - قَالَ أَبُو بَكۡرٍ: وَكَانَ رَبِيعَةُ مِنۡ خِيَارِ النَّاسِ - عَمَّا حَضَرَ رَبِيعَةُ مِنۡ عُمَرَ بۡنِ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: قَرَأَ يَوۡمَ الۡجُمُعَةِ عَلَى الۡمِنۡبَرِ بِسُورَةِ النَّحۡلِ، حَتَّى إِذَا جَاءَ السَّجۡدَةَ نَزَلَ فَسَجَدَ، وَسَجَدَ النَّاسُ، حَتَّى إِذَا كَانَتِ الۡجُمُعَةُ الۡقَابِلَةُ، قَرَأَ بِهَا، حَتَّى إِذَا جَاءَ السَّجۡدَةَ، قَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّا نَمُرُّ بِالسُّجُودِ، فَمَنۡ سَجَدَ فَقَدۡ أَصَابَ، وَمَنۡ لَمۡ يَسۡجُدۡ فَلَا إِثۡمَ عَلَيۡهِ. وَلَمۡ يَسۡجُدۡ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ. وَزَادَ نَافِعٌ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا: إِنَّ اللهَ لَمۡ يَفۡرِضِ السُّجُودَ إِلَّا أَنۡ نَشَاءَ.

1077. Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Hisyam bin Yusuf mengabarkan kepada kami bahwa Ibnu Juraij mengabarkan kepada mereka. Beliau berkata: Abu Bakr bin Abu Mulaikah mengabarkan kepadaku dari ‘Utsman bin ‘Abdurrahman At-Taimi, dari Rabi’ah bin ‘Abdullah bin Al-Hudair At-Taimi—Abu Bakr berkata: Rabi’ah adalah orang pilihan—tentang kehadiran Rabi’ah di majelis ‘Umar bin Al-Khaththab—radhiyallahu ‘anhu—:

Pada hari Jumat, ‘Umar membaca surah An-Nahl di atas mimbar. Hingga ketika sampai di ayat sujud, beliau turun lalu sujud tilawah dan orang-orang ikut bersujud.

Ketika Jumat berikutnya, beliau membacanya lagi. Ketika sampai ayat sujud, beliau berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kita akan melewati ayat sujud, barang siapa bersujud, dia sudah benar. Barang siapa tidak bersujud, tidak ada dosa baginya.”

Adapun ‘Umar—radhiyallahu ‘anhu—, saat itu beliau tidak bersujud.

Nafi’ menambahkan dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—, “Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan sujud tilawah. Sujud tilawah dilakukan apabila kita menghendakinya.”