Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1419

١١ - بَابٌ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفۡضَلُ، وَصَدَقَةُ الشَّحِيحِ الصَّحِيحِ
11. Bab jenis sedekah yang paling utama dan sedekah orang yang dalam keadaan kikir dan sehat


لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَأَنۡفِقُوا مِمَّا رَزَقۡنَاكُمۡ مِنۡ قَبۡلِ أَنۡ يَأۡتِيَ أَحَدَكُمُ الۡمَوۡتُ﴾ [المنافقون: ١٠] الۡآيَةَ. وَقَوۡلِهِ: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنۡفِقُوا مِمَّا رَزَقۡنَاكُمۡ مِنۡ قَبۡلِ أَنۡ يَأۡتِيَ يَوۡمٌ لَا بَيۡعٌ فِيهِ﴾ [البقرة: ٢٥٤] الۡآيَةَ.

Berdasarkan firman Allah taala, “Infakkanlah sebagian yang Kami rezekikan kepada kalian sebelum kematian datang menjemput salah seorang kalian...” (QS. Al-Munafiqun: 10).

Dan firman Allah, “Wahai sekalian orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian yang Kami rezekikan kepada kalian sebelum datangnya suatu hari yang saat itu tiada lagi jual beli...” (QS. Al-Baqarah: 254).

١٤١٩ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَاحِدِ: حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بۡنُ الۡقَعۡقَاعِ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرۡعَةَ: حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعۡظَمُ أَجۡرًا؟ قَالَ: (أَنۡ تَصَدَّقَ وَأَنۡتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ، تَخۡشَى الۡفَقۡرَ وَتَأۡمُلُ الۡغِنَى، وَلَا تُمۡهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الۡحُلۡقُومَ، قُلۡتَ: لِفُلَانٍ كَذَا، وَلِفُلَانٍ كَذَا، وَقَدۡ كَانَ لِفُلَانٍ). [الحديث ١٤١٩ - طرفه في: ٢٧٤٨].

1419. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahid menceritakan kepada kami: ‘Umarah bin Al-Qa’qa’ menceritakan kepada kami: Abu Zur’ah menceritakan kepada kami: Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami. Beliau berkata:

Seorang pria datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah bagaimana yang paling besar pahalanya?”

Beliau menjawab, “Engkau bersedekah ketika engkau dalam keadaan sehat dan merasa berat untuk bersedekah. Yaitu, engkau mengkhawatirkan kefakiran dan mengangankan kekayaan. Engkau jangan menunda-nunda sedekah hingga ketika nyawa sudah sampai kerongkongan, engkau baru mengatakan: Untuk si Polan sekian, si Polan sekian. Padahal harta tersebut jatahnya untuk si Polan.”