١١ - بَابٌ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفۡضَلُ، وَصَدَقَةُ الشَّحِيحِ
الصَّحِيحِ
11. Bab jenis sedekah yang paling utama dan sedekah orang yang dalam keadaan
kikir dan sehat
لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَأَنۡفِقُوا مِمَّا رَزَقۡنَاكُمۡ مِنۡ قَبۡلِ أَنۡ
يَأۡتِيَ أَحَدَكُمُ الۡمَوۡتُ﴾ [المنافقون: ١٠] الۡآيَةَ. وَقَوۡلِهِ: ﴿يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنۡفِقُوا مِمَّا رَزَقۡنَاكُمۡ مِنۡ قَبۡلِ أَنۡ
يَأۡتِيَ يَوۡمٌ لَا بَيۡعٌ فِيهِ﴾ [البقرة: ٢٥٤] الۡآيَةَ.
Berdasarkan firman Allah taala, “Infakkanlah sebagian yang Kami rezekikan
kepada kalian sebelum kematian datang menjemput salah seorang kalian...” (QS.
Al-Munafiqun: 10).
Dan firman Allah, “Wahai sekalian orang-orang yang beriman, infakkanlah
sebagian yang Kami rezekikan kepada kalian sebelum datangnya suatu hari yang
saat itu tiada lagi jual beli...” (QS. Al-Baqarah: 254).
١٤١٩ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَاحِدِ:
حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بۡنُ الۡقَعۡقَاعِ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرۡعَةَ:
حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى
النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعۡظَمُ أَجۡرًا؟
قَالَ: (أَنۡ تَصَدَّقَ وَأَنۡتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ، تَخۡشَى الۡفَقۡرَ
وَتَأۡمُلُ الۡغِنَى، وَلَا تُمۡهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الۡحُلۡقُومَ،
قُلۡتَ: لِفُلَانٍ كَذَا، وَلِفُلَانٍ كَذَا، وَقَدۡ كَانَ لِفُلَانٍ). [الحديث
١٤١٩ - طرفه في: ٢٧٤٨].
1419. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Wahid
menceritakan kepada kami: ‘Umarah bin Al-Qa’qa’ menceritakan kepada kami: Abu
Zur’ah menceritakan kepada kami: Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan
kepada kami. Beliau berkata:
Seorang pria datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seraya bertanya,
“Wahai Rasulullah, sedekah bagaimana yang paling besar pahalanya?”
Beliau menjawab, “Engkau bersedekah ketika engkau dalam keadaan sehat dan
merasa berat untuk bersedekah. Yaitu, engkau mengkhawatirkan kefakiran dan
mengangankan kekayaan. Engkau jangan menunda-nunda sedekah hingga ketika nyawa
sudah sampai kerongkongan, engkau baru mengatakan: Untuk si Polan sekian, si
Polan sekian. Padahal harta tersebut jatahnya untuk si Polan.”