Cari Blog Ini

Manhajus Salikin - Kitab Shalat (3)

Rukun-rukun yang berupa ucapan dari hal-hal yang telah disebutkan adalah takbiratul ihram, membaca Al-Fatihah bagi selain ma`mum, membaca tasyahhud akhir, dan salam.
Dan perbuatan-perbuatan shalat yang lainnya merupakan rukun-rukun fi’liyyah (berupa perbuatan), kecuali tasyahhud awal. Tasyahhud awal termasuk kewajiban-kewajiban shalat, seperti halnya takbir-takbir selain takbiratul ihram, ucapan
سُبۡحَانَ رَبِّيَ الۡعَظِيمِ
Subhaana rabbiyal ‘azhim (Maha Suci Rabbku yang Maha Agung)” ketika ruku’ dan ucapan
سُبۡحَانَ رَبِّيَ الۡأَعۡلَى
Subhaana rabbiyal a’laa (Maha Suci Rabbku yang Maha Tinggi)” sekali ketika sujud, dan ucapan
رَبِّ اغۡفِرۡ لِي
Rabbighfirli (Wahai Rabbku, ampunilah aku)” di antara dua sujud satu kali satu kali apabila ditambah maka itu sunnah, dan ucapan
سَمِعَ اللهُ لِمَنۡ حَمِدَهُ
Sami'allahu liman hamidah (Allah Maha Mendengar setiap orang yang memujiNya)” bagi imam dan orang yang shalat sendirian, dan ucapan
رَبَّنَا لَكَ الۡحَمۡدُ
Rabbana lakal hamdu (Wahai Rabb kami, hanya untuk Engkaulah segala pujian)” bagi semuanya. Ini adalah kewajiban-kewajiban shalat yang gugur karena lupa, dan sujud sahwi dapat menggantikannya.
Adapun rukun-rukun tidak bisa gugur karena lupa, tidak tahu, atau sengaja. Adapun yang lainnya merupakan sunnah-sunnah ucapan dan perbuatan yang menyempurnakan shalat.
Termasuk rukun adalah thuma'ninah di semua rukun-rukun shalat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قُمۡتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسۡبِغۡ الۡوُضُوءَ ثُمَّ اسۡتَقۡبِلۡ الۡقِبۡلَةَ فَكَبِّرۡ، ثُمَّ اقۡرَأۡ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الۡقُرۡآنِ، ثُمَّ ارۡكَعۡ حَتَّى تَطۡمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارۡفَعۡ حَتَّى تَعۡتَدِلَ قَائِمًا، ثُمَّ اسۡجُدۡ حَتَّى تَطۡمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارۡفَعۡ حَتَّى تَطۡمَئِنَّ جَالِسًا، ثُمَّ اسۡجُدۡ حَتَّى تَطۡمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ افۡعَلۡ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
“Jika engkau berdiri untuk shalat maka sempurnakanlah wudhu`, kemudian menghadaplah kiblat, lalu bertakbir. Kemudian membaca surat Al-Qur`an yang mudah bagimu. Kemudian ruku’ sampai engkau thuma`ninah dalam ruku’. Kemudian bangkit sampai berdiri lurus. Kemudian sujudlah sehingga engkau thuma`ninah dalam sujud. Kemudian bangkitlah sehingga engkau thuma`ninah duduk. Kemudian sujudlah sehingga engkau thuma`ninah dalam sujud. Kemudian lakukanlah hal-hal tersebut di dalam seluruh shalatmu.” (Muttafaqun ‘alaih[1]).
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيۡتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (Muttafaqun ‘alaih[2]).
Jika telah selesai dari shalat, beristighfar tiga kali, lalu mengucapkan,
اللَّهُمَّ أَنۡتَ السَّلَامُ وَمِنۡكَ السَّلَامُ تَبَارَكۡتَ يَا ذَا الۡجَلَالِ وَالۡإِكۡرَامِ، سُبۡحَانَ اللهِ وَالۡحَمۡدُ للهِ وَاللهُ أَكۡبَرُ
“Ya Allah, Engkau adalah As-Salaam, hanya dari Engkaulah keselamatan. Maha suci Engkau wahai yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar” (33 kali). Dan mengucapkan,
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الۡمُلۡكُ وَلَهُ الۡحَمۡدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٌ
“Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah, satu-satunya tidak ada sekutu bagiNya. MilikNyalah kekuasaan dan bagiNyalah pujian dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.” sempurna 100.
Shalat rawatib yang sunnah mu`akkadah mengikuti shalat-shalat wajib ada sepuluh, yaitu yang tersebut di dalam hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata,
حَفِظۡتُ عَنۡ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيۡهِ وَسَلَّمَ عَشَرَ رَكَعَاتٍ: رَكۡعَتَانِ قَبۡلَ الظُّهۡرِ وَرَكۡعَتَانِ بَعۡدَهَا وَرَكۡعَتَانِ بَعۡدَ الۡمَغۡرِبِ فِي بَيۡتِهِ وَرَكۡعَتَانِ بَعۡدَ الۡعِشَاءِ فِي بَيۡتِهِ وَرَكۡعَتَانِ قَبۡلَ صَلَاةِ الصُّبۡحِ
“Aku hafal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 10 raka’at: 2 raka’at sebelum zhuhur, 2 raka’at setelahnya, 2 raka’at setelah maghrib di rumah beliau, 2 raka’at setelah ‘isya` di rumah beliau, dan 2 raka’at sebelum shalat shubuh.” (Muttafaqun ‘alaih[3]).

[1] HR. Al-Bukhari (757) dan Muslim (397).
[2] HR. Al-Bukhari (631) dari hadits Malik bin Al-Huwairits. Dan konteks ini bukan riwayat Muslim.