Cari Blog Ini

Kitab At-Tauhid - Keutamaan Tauhid

بَابُ فَضۡلِ التَّوۡحِيدِ وَمَا يُكَفِّرُ مِنَ الذُّنُوبِ
Bab Keutamaan Tauhid dan Tauhid Menghapus Dosa-dosa

وَقَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ ۝٨٢﴾ [الأنعام: ٨٢].
Firman Allah taala (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapatkan keamanan dan mereka orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82).
عَنۡ عُبَادَةَ بۡنِ الصَّامِتِ - رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَنۡ شَهِدَ أَنۡ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ. وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبۡدُهُ وَرَسُولُهُ. وَأَنَّ عِيسَى عَبۡدُ اللهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلۡقَاهَا إِلَى مَرۡيَمَ وَرُوحٌ مِنۡهُ، وَالۡجَنَّةَ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدۡخَلَهُ اللهُ الۡجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الۡعَمَلِ) أَخۡرَجَاهُ. وَلَهُمَا فِي حَدِيثِ عِتۡبَانَ: (فَإِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنۡ قَالَ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، يَبۡتَغِي بِذٰلِكَ وَجۡهَ اللهِ).
Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya; bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya; bersaksi bahwa ‘Isa adalah hamba Allah, rasul-Nya, kalimat-Nya yang disampaikan oleh-Nya kepada Maryam, dan ruh dari-Nya; surga itu benar; dan neraka itu benar; maka Allah akan masukkan ia ke dalam surga sesuai amalnya yang dahulu ia perbuat.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim[1]. Juga riwayat keduanya dalam hadis ‘Itban, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka untuk siapa saja yang mengatakan tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dalam keadaan dia mengharapkan wajah Allah dengannya.”[2]
وَعَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ – رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ -: عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (قَالَ مُوسَى: يَا رَبِّ عَلِّمۡنِي شَيۡئًا أَذۡكُرُكَ وَأَدۡعُوكَ بِهِ. قَالَ: قُلۡ يَا مُوسَى: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، قَالَ: يَا رَبِّ كُلُّ عِبَادِكَ يَقُولُونَ هَٰذَا، قَالَ: يَا مُوسَى لَوۡ أَنَّ السَّمَوَاتِ السَّبۡعَ وَعَامِرَهُنَّ غَيۡرِي، وَالۡأَرۡضِينَ السَّبۡعَ فِي كِفَّةٍ، وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ فِي كِفَّةٍ، مَالَتۡ بِهِنَّ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ) رَوَاهُ ابۡنُ حِبَّانَ وَالۡحَاكِمُ وَصَحَّحَهُ.
Dan dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Musa berkata: Wahai Rabb-ku ajarkan aku ucapan untuk berzikir dan berdoa kepada-Mu. Allah berkata: Katakanlah wahai Musa: La ilaha illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah). Musa berkata: Wahai Rabb-ku, setiap hamba-Mu mengucapkan kalimat ini. Allah berkata: Wahai Musa, andai tujuh langit beserta para penghuninya selain-Ku dan tujuh bumi diletakkan di satu piring timbangan dan la ilaha illallah di piring timbangan satunya, niscaya la ilaha illallah akan lebih berat.” Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim; beliau menilai hadis ini sahih.
وَلِلتِّرۡمِذِيِّ وَحَسَّنَهُ عَنۡ أَنَسٍ – رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ - سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا ابۡنَ آدَمَ، لَوۡ أَتَيۡتَنِي بِقُرَابِ الۡأَرۡضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشۡرِكُ بِي شَيۡئًا لَأَتَيۡتُكَ بِقُرَابِهَا مَغۡفِرَةً).
Hadis riwayat At-Tirmidzi dan dinilai hasan oleh beliau, dari Anas radhiyallahu ‘anhu: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah taala berkata: Wahai anak Adam, andai engkau datang kepadaku membawa kesalahan sepenuh bumi, lalu engkau menjumpai-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya Aku akan membawakan ampunan sepenuh bumi untukmu.”[3]
فِيهِ مَسَائِلُ:
الۡأُولَى: سِعَةُ فَضۡلِ اللهِ.
الثَّانِيَةُ: كَثۡرَةُ ثَوَابِ التَّوۡحِيدِ عِنۡدَ اللهِ.
الثَّالِثَةُ: تَكۡفِيرُهُ مَعَ ذٰلِكَ لِلذُّنُوبِ.
Di dalam keterangan di atas ada beberapa permasalahan:
1. Luasnya karunia Allah.
2. Banyaknya pahala tauhid di sisi Allah.
3. Bersamaan dengan itu, tauhid juga menghapus dosa-dosa.
الرَّابِعَةُ: تَفۡسِيرُ الۡآيَةِ الَّتِي فِي سُورَةِ الۡأَنۡعَامِ.
الۡخَامِسَةُ: تَأَمُّلُ الۡخَمۡسِ اللَّوَاتِي فِي حَدِيثِ عُبَادَةَ.
السَّادِسَةُ: أَنَّكَ إِذَا جَمَعۡتَ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ حَدِيثِ عِتۡبَانَ وَمَا بَعۡدَهُ؛ تَبَيَّنَ لَكَ مَعۡنَى: قَوۡلِ: (لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ)، وَتَبَيَّنَ لَكَ خَطَأُ الۡمَغۡرُورِينَ.
4. Tafsir ayat di surah Al-An’am.
5. Mencermati lima hal yang terdapat di dalam hadis ‘Ubadah.
6. Bahwa jika engkau mengumpulkan antara hadis ‘Ubadah dengan hadis ‘Itban dan setelahnya, akan jelas bagimu makna ucapan “tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah” dan akan jelas bagimu kekeliruan orang-orang yang terkecoh.
السَّابِعَةُ: التَّنۡبِيهُ لِلشَّرۡطِ الَّذِي فِي حَدِيثِ عِتۡبَانَ.
الثَّامِنَةُ: كَوۡنُ الۡأَنۡبِيَاءِ يَحۡتَاجُونَ لِلتَّنۡبِيهِ عَلَى فَضۡلِ (لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ).
التَّاسِعَةُ: التَّنۡبِيهُ لِرُجۡحَانِهَا بِجَمِيعِ الۡمَخۡلُوقَاتِ، مَعَ أَنَّ كَثِيرًا مِمَّنۡ يَقُولُهَا يَخِفُّ مِيزَانُهُ.
7. Perhatian terhadap syarat yang terdapat di dalam hadis ‘Itban.
8. Keadaan para nabi yang membutuhkan peringatan terhadap keutamaan “la ilaha illallah”.
9. Perhatian terhadap beratnya timbangan “la ilaha illallah” dibanding seluruh makhluk, bersamaan dengan itu, banyak pula di antara orang-orang yang mengucapkannya namun timbangannya ringan.
الۡعَاشِرَةُ: النَّصُّ عَلَى أَنَّ الۡأَرۡضِينَ سَبۡعٌ كَالسَّمَوَاتِ.
الۡحَادِيَةَ عَشۡرَةَ: أَنَّ لَهُنَّ عُمَّارًا.
الثَّانِيَةَ عَشۡرَةَ: إِثۡبَاتُ الصِّفَاتِ، خِلَافًا لِلۡأَشۡعَرِيَّةِ.
10. Dalil yang menunjukkan bahwa bumi ada tujuh sebagaimana langit.
11. Bahwa mereka memiliki penghuni.
12. Penetapan sifat bagi Allah, berbeda dengan aliran Asy’ariyyah.
الثَّالِثَةَعَشۡرَةَ: أَنَّكَ إِذَا عَرَفۡتَ حَدِيثَ أَنَسٍ؛ عَرَفۡتَ أَنَّ قَوۡلَهُ فِي حَدِيثِ عِتۡبَانَ: (فَإِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنۡ قَالَ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ؛ يَبۡتَغِي بِذٰلِكَ وَجۡهَ اللهِ)؛ أَنَّهُ تَرۡكُ الشِّرۡكِ، لَيۡسَ قَوۡلَهَا بِاللِّسَانِ.
الرَّابِعَةَ عَشۡرَةَ: تَأَمُّلُ الۡجَمۡعِ بَيۡنَ كَوۡنِ عِيسَى وَمُحَمَّدٍ عَبۡدَيِ اللهِ وَرَسُولَيۡهِ.
الۡخَامِسَةَ عَشۡرَةَ: مَعۡرِفَةُ اخۡتِصَاصِ عِيسَى بِكَوۡنِهِ كَلِمَةَ اللهِ.
13. Bahwa jika engkau telah mengerti hadis Anas, maka engkau mengerti bahwa sabda Nabi di dalam hadis ‘Itban, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi siapa saja yang mengucapkan: tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah; yang ia mengharap wajah Allah dengan ucapan tersebut,” artinya adalah meninggalkan kesyirikan dan bukan hanya ucapan dengan lisan.
14. Mencermati digandengkannya antara keadaan ‘Isa dengan Muhammad sebagai dua hamba Allah dan rasul-Nya.
15. Pengetahuan dikhususkannya ‘Isa dengan keadaan beliau sebagai kalimat Allah.
السَّادِسَةَ عَشۡرَةَ: مَعۡرِفَةُ كَوۡنِهِ رُوحًا مِنۡهُ.
السَّابِعَةَ عَشۡرَةَ: مَعۡرِفَةُ فَضۡلِ الۡإِيمَانِ بِالۡجَنَّةِ وَالنَّارِ.
الثَّامِنَةَ عَشۡرَةَ: مَعۡرِفَةُ قَوۡلِهِ: (عَلَى مَا كَانَ مِنَ الۡعَمَلِ).
16. Pengetahuan keadaan beliau sebagai ruh dari-Nya.
17. Pengetahuan keutamaan beriman kepada surga dan neraka.
18. Pengetahuan sabda beliau, “sesuai amalnya yang dahulu ia lakukan.”
التَّاسِعَةَ عَشۡرَةَ: مَعۡرِفَةُ أَنَّ الۡمِيزَانَ لَهُ كِفَّتَانِ.
الۡعِشۡرُونَ: مَعۡرِفَةُ ذِكۡرِ الۡوَجۡهِ.
19. Pengetahuan bahwa mizan (timbangan amal pada hari kiamat) memiliki dua kiffah (piring timbangan).
20. Pengetahuan penyebutan wajah Allah.

[2] HR. Al-Bukhari nomor 425 dan Muslim nomor 33/263 kitab Al-Masajid wa Mawadhi’ush Shalat
[3] HR. At-Tirmidzi nomor 3540, Ad-Darimi nomor 2791, Ahmad (5/172). Dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ nomor 4338 dan di dalam Silsilah Ash-Shahihah nomor 127.