Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4913

٢ - بَابُ ﴿تَبۡتَغِي مَرۡضَاةَ أَزۡوَاجِكَ﴾
﴿قَدۡ فَرَضَ اللهُ لَكُمۡ تَحِلَّةَ أَيۡمَانِكُمۡ وَاللهُ مَوۡلَاكُمۡ وَهُوَ الۡعَلِيمُ الۡحَكِيمُ﴾ 
2. Bab “Kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu?” “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” 

٤٩١٣ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ بِلَالٍ، عَنۡ يَحۡيَى، عَنۡ عُبَيۡدِ بۡنِ حُنَيۡنٍ: أَنَّهُ سَمِعَ ابۡنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يُحَدِّثُ أَنَّهُ قَالَ: مَكَثۡتُ سَنَةً أُرِيدُ أَنۡ أَسۡأَلَ عُمَرَ بۡنَ الۡخَطَّابِ عَنۡ آيَةٍ، فَمَا أَسۡتَطِيعُ أَنۡ أَسۡأَلَهُ هَيۡبَةً لَهُ، حَتَّى خَرَجَ حَاجًّا فَخَرَجۡتُ مَعَهُ، فَلَمَّا رَجَعۡتُ وَكُنَّا بِبَعۡضِ الطَّرِيقِ، عَدَلَ إِلَى الۡأَرَاكِ لِحَاجَةٍ لَهُ، قَالَ: فَوَقَفۡتُ لَهُ حَتَّى فَرَغَ، ثُمَّ سِرۡتُ مَعَهُ فَقُلۡتُ: يَا أَمِيرَ الۡمُؤۡمِنِينَ، مَنِ اللَّتَانِ تَظَاهَرَتَا عَلَى النَّبِيِّ ﷺ مِنۡ أَزۡوَاجِهِ؟ فَقَالَ: تِلۡكَ حَفۡصَةُ وَعَائِشَةُ، قَالَ: فَقُلۡتُ: وَاللهِ إِنۡ كُنۡتُ لَأُرِيدُ أَنۡ أَسۡأَلَكَ عَنۡ هَٰذَا مُنۡذُ سَنَةٍ، فَمَا أَسۡتَطِيعُ هَيۡبَةً لَكَ، قَالَ: فَلاَ تَفۡعَلۡ، مَا ظَنَنۡتَ أَنَّ عِنۡدِي مِنۡ عِلۡمٍ فَاسۡأَلۡنِي، فَإِنۡ كَانَ لِي عِلۡمٌ خَبَّرۡتُكَ بِهِ، 
4913. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sulaiman bin Bilal menceritakan kepada kami dari Yahya, dari ‘Ubaid bin Hunain: Bahwa beliau mendengar Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan bahwa beliau berkata: Aku menahan diri selama satu tahun ingin bertanya kepada ‘Umar bin Al-Khaththab tentang sebuah ayat. Aku tidak mampu bertanya kepada beliau karena segan terhadap beliau. Sampai ketika beliau keluar safar untuk haji, aku ikut keluar bersama beliau. Ketika kami telah pulang dan berada di tengah perjalanan, beliau berbelok menuju ke pohon Arak untuk menunaikan hajat beliau. Ibnu ‘Abbas berkata: Aku menunggui beliau hingga selesai kemudian aku berjalan bersama beliau. 
Aku bertanya, “Wahai amirulmukminin, siapakah dua wanita di antara para istri Nabi yang bantu-membantu untuk menyusahkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam?” 
Beliau menjawab, “Itu Hafshah dan ‘Aisyah.” 
Ibnu ‘Abbas berkata: Aku berkata kepada beliau, “Demi Allah, aku sebenarnya ingin bertanya kepada engkau tentang hal ini semenjak setahun lalu, namun aku tidak sanggup karena segan kepadamu.” 
‘Umar berkata, “Jangan engkau berlaku seperti itu, apa saja yang engkau kira bahwa aku memiliki suatu ilmu, maka bertanyalah kepadaku tentangnya. Jika aku mengetahuinya, maka aku akan kabarkan kepadamu.” 
قَالَ: ثُمَّ قَالَ عُمَرُ: وَاللهِ إِنۡ كُنَّا فِي الۡجَاهِلِيَّةِ مَا نَعُدُّ لِلنِّسَاءِ أَمۡرًا، حَتَّى أَنۡزَلَ اللهُ فِيهِنَّ مَا أَنۡزَلَ وَقَسَمَ لَهُنَّ مَا قَسَمَ، قَالَ: فَبَيۡنَا أَنَا فِي أَمۡرٍ أَتَأَمَّرُهُ إِذۡ قَالَتِ امۡرَأَتِي: لَوۡ صَنَعۡتَ كَذَا وَكَذَا، قَالَ: فَقُلۡتُ لَهَا: مَا لَكَ، وَلِمَا هَا هُنَا، وَفِيمَ تَكَلُّفُكِ فِي أَمۡرٍ أُرِيدُهُ؟ فَقَالَتۡ لِي: عَجَبًا لَكَ يَا ابۡنَ الۡخَطَّابِ، مَا تُرِيدُ أَنۡ تُرَاجَعَ أَنۡتَ، وَإِنَّ ابۡنَتَكَ لَتُرَاجِعُ رَسُولَ اللهِ ﷺ حَتَّى يَظَلَّ يَوۡمَهُ غَضۡبَانَ، فَقَامَ عُمَرُ، فَأَخَذَ رِدَاءَهُ مَكَانَهُ حَتَّى دَخَلَ عَلَى حَفۡصَةَ فَقَالَ لَهَا: يَا بُنَيَّةُ إِنَّكِ لَتُرَاجِعِينَ رَسُولَ اللهِ ﷺ حَتَّى يَظَلَّ يَوۡمَهُ غَضۡبَانَ؟ فَقَالَتۡ حَفۡصَةُ: وَاللهِ إِنَّا لَنُرَاجِعُهُ، فَقُلۡتُ: تَعۡلَمِينَ أَنِّي أُحَذِّرُكِ عُقُوبَةَ اللهِ، وَغَضَبَ رَسُولِهِ ﷺ، يَا بُنَيَّةُ لَا تَغُرَّنَّكِ هَٰذِهِ الَّتِي أَعۡجَبَهَا حُسۡنُهَا حُبُّ رَسُولِ اللهِ ﷺ إِيَّاهَا، يُرِيدُ عَائِشَةَ، 
Ibnu ‘Abbas berkata: ‘Umar berkata, “Demi Allah, kami dahulu di masa jahiliah tidaklah menganggap para wanita memiliki kedudukan sampai Allah taala menurunkan ayat tentang mereka dan memberi bagian untuk mereka.” 
‘Umar bercerita: Ketika aku sedang berada di suatu urusan yang aku pikirkan, tiba-tiba istriku berkata kepadaku, “Andai engkau lakukan ini dan itu!” 
Aku berkata kepadanya, “Kenapa engkau begitu dan mengapa engkau di sini? Mengapa engkau membebani diri pada urusan yang aku inginkan?” 
Istriku berkata kepadaku, “Aku heran denganmu wahai putra Al-Khaththab. Engkau tidak ingin untuk dibantah, sementara putrimu telah membantah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai beliau jadi marah seharian.” 
‘Umar berkata: Aku mengambil baju atasku di tempatnya sampai aku masuk menemui Hafshah. Aku bertanya kepadanya, “Wahai putriku, apakah engkau membantah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai beliau menjadi marah seharian?” 
Hafshah berkata, “Demi Allah, sungguh kami memang membantah beliau.” 
Aku berkata, “Ketahuilah bahwa aku memperingatkan engkau dari hukuman Allah dan kemarahan Rasul-Nya. Wahai putriku, janganlah engkau teperdaya oleh wanita yang telah dikagumi kecantikannya yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Yang beliau maksud adalah ‘Aisyah. 
قَالَ: ثُمَّ خَرَجۡتُ حَتَّى دَخَلۡتُ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ لِقَرَابَتِي مِنۡهَا فَكَلَّمۡتُهَا، فَقَالَتۡ أُمُّ سَلَمَةَ: عَجَبًا لَكَ يَا ابۡنَ الۡخَطَّابِ، دَخَلۡتَ فِي كُلِّ شَيۡءٍ، حَتَّى تَبۡتَغِيَ أَنۡ تَدۡخُلَ بَيۡنَ رَسُولِ اللهِ ﷺ وَأَزۡوَاجِهِ، فَأَخَذَتۡنِي وَاللهِ أَخۡذًا كَسَرَتۡنِي عَنۡ بَعۡضِ مَا كُنۡتُ أَجِدُ، فَخَرَجۡتُ مِنۡ عِنۡدِهَا. 
‘Umar berkata: Kemudian aku keluar sampai aku masuk menemui Ummu Salamah karena dia adalah kerabatku. Aku berbicara kepadanya, lalu Ummu Salamah berkata kepadaku, “Aku heran denganmu wahai putra Al-Khaththab. Engkau ikut campur dalam semua perkara sampai engkau berharap untuk ikut campur urusan antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan para istrinya.” 
Dia benar-benar mencegahku sehingga meredakan sebagian kemarahanku, lalu aku keluar dari tempatnya. 
وَكَانَ لِي صَاحِبٌ مِنَ الۡأَنۡصَارِ إِذَا غِبۡتُ أَتَانِي بِالۡخَبَرِ، وَإِذَا غَابَ كُنۡتُ أَنَا آتِيهِ بِالۡخَبَرِ، وَنَحۡنُ نَتَخَوَّفُ مَلِكًا مِنۡ مُلُوكِ غَسَّانَ، ذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ يُرِيدُ أَنۡ يَسِيرَ إِلَيۡنَا، فَقَدِ امۡتَلَأَتۡ صُدُورُنَا مِنۡهُ، فَإِذَا صَاحِبِي الۡأَنۡصَارِيُّ يَدُقُّ الۡبَابَ، فَقَالَ: افۡتَحۡ افۡتَحۡ، فَقُلۡتُ: جَاءَ الۡغَسَّانِيُّ؟ فَقَالَ: بَلۡ أَشَدُّ مِنۡ ذٰلِكَ، اعۡتَزَلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَزۡوَاجَهُ، فَقُلۡتُ: رَغِمَ أَنۡفُ حَفۡصَةَ وَعَائِشَةَ، 
Dahulu, aku memiliki seorang sahabat ansar. Jika aku tidak hadir, dia yang membawa kabar berita kepadaku. Dan jika dia yang tidak hadir, maka aku yang membawa kabar berita kepadanya. Kami, ketika itu, waspada terhadap salah seorang raja Ghassan. Disebutkan kepada kami bahwa dia ingin menyerang kami, sehingga dada-dada kami waswas olehnya. 
Sahabatku ansar tadi datang mengetuk pintu seraya berkata, “Buka! Buka!” 
Aku bertanya, “Apakah raja Ghassan telah datang?” 
Dia menjawab, “Lebih genting daripada itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjauhi para istrinya.” 
Aku berkata, “Celaka Hafshah dan ‘Aisyah.” 
فَأَخَذۡتُ ثَوۡبِي فَأَخۡرُجُ حَتَّى جِئۡتُ، فَإِذَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي مَشۡرُبَةٍ لَهُ، يَرۡقَى عَلَيۡهَا بِعَجَلَةٍ، وَغُلَامٌ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ أَسۡوَدُ عَلَى رَأۡسِ الدَّرَجَةِ، فَقُلۡتُ لَهُ: قُلۡ: هَٰذَا عُمَرُ بۡنُ الۡخَطَّابِ فَأَذِنَ لِي، قَالَ عُمَرُ: فَقَصَصۡتُ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ هَٰذَا الۡحَدِيثَ، فَلَمَّا بَلَغۡتُ حَدِيثَ أُمِّ سَلَمَةَ تَبَسَّمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَإِنَّهُ لَعَلَى حَصِيرٍ مَا بَيۡنَهُ وَبَيۡنَهُ شَيۡءٌ، وَتَحۡتَ رَأۡسِهِ وِسَادَةٌ مِنۡ أَدَمٍ حَشۡوُهَا لِيفٌ، وَإِنَّ عِنۡدَ رِجۡلَيۡهِ قَرَظًا مَصۡبُوبًا، وَعِنۡدَ رَأۡسِهِ أَهَبٌ مُعَلَّقَةٌ، فَرَأَيۡتُ أَثَرَ الۡحَصِيرِ فِي جَنۡبِهِ فَبَكَيۡتُ، فَقَالَ: (مَا يُبۡكِيكَ؟) فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ كِسۡرَى وَقَيۡصَرَ فِيمَا هُمَا فِيهِ، وَأَنۡتَ رَسُولُ اللهِ! فَقَالَ: (أَمَا تَرۡضَى أَنۡ تَكُونَ لَهُمُ الدُّنۡيَا وَلَنَا الۡآخِرَةُ). [طرفه في: ٨٩]. 
Kemudian aku mengambil pakaianku lalu keluar hingga aku datang (kepada Nabi). Ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di kamar yang tinggi yang bisa dinaiki menggunakan tangga. Sementara budak berkulit hitam milik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di anak tangga paling atas. 
Aku berkata kepadanya, “Katakan: Ini ‘Umar bin Al-Khaththab.” Lalu Nabi mengizinkan aku. 
‘Umar berkata: Aku mengisahkan cerita ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika aku sampai pada cerita Ummu Salamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum. Beliau berada di atas tikar, tidak ada apapun antara beliau dengan tikar itu. Di bawah kepala beliau ada sebuah bantal dari kulit binatang yang sudah disamak, isinya serat pohon kurma. Di dekat kedua kaki beliau ada qarazh (daun pohon sejenis akasia untuk menyamak kulit binatang) yang sudah diguyur air dan di dekat kepala beliau ada kulit binatang yang digantung. Aku melihat bekas tikar itu di sisi tubuh beliau, lalu aku menangis. 
Beliau bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” 
Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Kisra dan Qaishar berada di istana mereka, sementara anda adalah Rasulullah?” 
Rasulullah bersabda, “Tidakkah engkau rida bahwa dunia menjadi milik mereka sedangkan akhirat menjadi milik kita?”