Cari Blog Ini

Istigasah

Syekh Shalih bin Fauzan bin 'Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah di dalam kitab Syarh Al-Jami' li 'Ibadatillah berkata:

الۡاسۡتِغَاثَةُ: نَوۡعٌ مِنَ الۡاسۡتِعَانَةِ لَكِنَّهَا أَخَصُّ، فَالۡاسۡتِعَانَةُ عَامَّةٌ وَالۡاسۡتِغَاثَةُ خَاصَّةٌ؛ لِأَنَّهَا لَا تَكُونُ إِلَّا فِي أُمُورِ الشِّدَّةِ، ﴿إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ﴾ [الأنفال: ٩]. 

Istigasah adalah satu jenis istianah, namun lebih khusus. Istianah umum sedangkan istigasah khusus karena istigasah hanya dilakukan dalam perkara-perkara yang genting. Allah berfirman yang artinya, “(Ingatlah), ketika kalian memohon pertolongan kepada Rabb kalian, lalu Dia perkenankan bagi kalian.” (QS. Al-Anfal: 9). 

هَٰذَا فِي وَقۡعَةِ بَدۡرٍ لَمَّا اشۡتَدَّ الۡأَمۡرُ بِالۡمُسۡلِمِينَ، اسۡتَغَاثُوا بِرَبِّهِمۡ، لَكِنَّهَا أَخَصُّ مِنَ الۡاسۡتِعَانَةِ لِأَنَّهَا لَا تَكُونُ إِلَّا فِي حَالِ الشِّدَّةِ، فَيَجِبُ إِخۡلَاصُ الۡاسۡتِغَاثَةُ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَلَا يَجُوزُ الۡاسۡتِغَاثَةُ بِالۡأَمۡوَاتِ، كَثِيرٌ مِمَّنۡ يَدَّعُونَ الۡإِسۡلَامَ، إِذَا وَقَعُوا فِي شِدَّةٍ يَسۡتَغِيثُونَ بِأَمۡوَاتِهِمۡ وَأَوۡلِيَائِهِمۡ، وَيَصۡرُخُونَ بِأَسۡمَائِهِمۡ فِي الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ، وَهَٰذَا مِنۡ غِلۡظَةِ شِرۡكِهِمۡ، فَصَارُوا أَغۡلَظَ شِرۡكًا مِنَ الۡأَوَّلِينَ؛ لِأَنَّ الۡمُشۡرِكِينَ الۡأَوَّلِينَ يُشۡرِكُونَ فِي حَالَةِ الرَّخَاءِ، لَكِنَّهُمۡ فِي حَالِ الشِّدَّةِ يُخۡلِصُونَ الدُّعَاءَ وَالۡأسۡتِغَاثَةَ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ؛ لِأَنَّهُمۡ يَعۡلَمُونَ أَنَّهُ لَا يُنۡقِذُ مِنَ الشَّدَائِدِ إِلَّا اللهُ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى، أَمَّا مُشۡرِكُو هَٰذَا الزَّمَانِ فَإِنَّهُمۡ عَلَى الۡعَكۡسِ، إِذَا وَقَعُوا فِي شِدَّةٍ اسۡتَغَاثُوا بِغَيۡرِهِ اللهِ، وَنَادُوا بِأَسۡمَاءِ مَعۡبُودَاتِهِمۡ كَمَا هُوَ مَعۡلُومٌ عَنۡهُمۡ. 

Ayat ini tentang perang Badr ketika kaum muslimin mengalami keadaan yang genting. Mereka beristigasah kepada Rabb mereka. Akan tetapi istigasah lebih khusus daripada istianah karena istigasah hanya dilakukan dalam keadaan genting. Sehingga, wajib untuk memurnikan istigasah untuk Allah azza wajalla dan tidak boleh istigasah dengan orang-orang mati. Banyak orang yang mengaku muslim ketika terjatuh dalam suatu peristiwa yang genting, mereka beristigasah dengan orang-orang mati dan wali-wali mereka. Mereka meneriakkan nama-nama mereka di daratan dan lautan. Ini termasuk parahnya kesyirikan mereka. Mereka menjadi lebih parah syiriknya daripada musyrikin jaman dahulu. Karena musyrikin jaman dahulu melakukan kesyirikan dalam keadaan lapang saja, sedangkan ketika keadaan genting, mereka memurnikan doa dan istigasah kepada Allah azza wajalla. Karena mereka mengetahui bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan dari keadaan-keadaan genting tersebut kecuali Allah subhanahu wa taala. Adapun musyrikin zaman ini, mereka kebalikannya. Ketika mereka mengalami keadaan genting, mereka malah beristigasah dengan selain Allah dan memanggil-manggil nama-nama sembahan-sembahan mereka, sebagaimana hal itu telah diketahui dari mereka.