Cari Blog Ini

Penyembelihan

Syekh Shalih bin Fauzan bin 'Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah di dalam Syarh Al-Jami' li 'Ibadatillah berkata:

الذَّبۡحُ عَلَى قِسۡمَيۡنِ: 
الۡقِسۡمُ الۡأَوَّلُ: الذَّبۡحُ لِأَكۡلِ اللَّحۡمِ، هَٰذَا مُبَاحٌ وَلَيۡسَ هُوَ عِبَادَةً، وَإِنَّمَا هُوَ ذَبۡحٌ لِلۡأَكۡلِ، فَهُوَ مُبَاحٌ، إِلَّا أَنَّهُ لَا بُدَّ أَنۡ يَذۡكُرَ عَلَيۡهِ اسۡمَ اللهِ عِنۡدَ الذَّبۡحِ، ﴿وَلَا تَأۡكُلُوا۟ مِمَّا لَمۡ يُذۡكَرِ ٱسۡمُ ٱللَّهِ عَلَيۡهِ﴾ [الأنعام: ١٢١]. 

Penyembelihan ada dua bagian. Bagian pertama: Penyembelihan untuk makan daging. Ini hukumnya mubah dan bukan ibadah. Ini hanyalah penyembelihan untuk dimakan, jadi hukumnya mubah. Hanya saja harus menyebut nama Allah ketika hendak menyembelih. Allah berfirman yang artinya, “Dan janganlah kalian memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya.” (QS. Al-An’am: 121). 

النَّوۡعُ الثَّانِي: الذَّبۡحُ عَلَى وَجۡهِ التَّقَرُّبِ لِلهِ –جَلَّ وَعَلَا-، فَهَٰذَا نَوۡعٌ مِنۡ أَنۡوَاعِ الۡعِبَادَةِ، كَذَبۡحِ الۡأَضَاحِي، وَذَبۡحِ الۡهَدۡيِ، وَذَبۡحِ الۡعَقِيقَةِ لِلۡمَوۡلُودِ، هَٰذِهِ ذَبَائِحُ عِبَادَةٌ لَا يَجُوزُ التَّقَرُّبُ بِهَا إِلَّا لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَمَنۡ ذَبَحَ لِغَيۡرِ اللهِ عَلَى وَجۡهِ التَّقَرُّبِ فَإِنَّهُ يَكُونُ مُشۡرِكًا الشِّرۡكَ الۡأَكۡبَرَ، قَالَ تَعَالَى: ﴿قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ﴾ [الأنعام: ١٦٢]. النُّسُكُ: الذَّبۡحُ وَقَرَنَهُ مَعَ الصَّلَاةِ. 

Bagian atau jenis kedua adalah penyembelihan dalam bentuk takarub kepada Allah jalla wa ‘ala. Ini adalah salah satu jenis ibadah seperti penyembelihan kurban, penyembelihan hady (hewan kurban haji), dan akikah untuk anak yang baru lahir, ini adalah penyembelihan ibadah. Tidak boleh takarub dengannya kecuali kepada Allah azza wajalla. Sehingga, siapa saja yang menyembelih kepada selain Allah dalam bentuk takarub, maka dia menjadi seorang musyrik dengan kesyirikan yang besar. Allah taala berfirman yang artinya, “Katakanlah: sesungguhnya salatku, nusuk-ku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162). Nusuk adalah penyembelihan. Dan Allah menyandingkannya dengan salat. 

وَقَالَ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى: ﴿فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ﴾ [الكوثر: ٢]. قَرَنَ النَّحۡرَ مَعَ الصَّلَاةِ، فَكَمَا أَنَّهُ لَا تَجُوزُ الصَّلَاةُ لِغَيۡرِ اللهِ، فَكَذٰلِكَ الذَّبۡحُ وَالنَّحۡرُ عَلَى وَجۡهِ التَّقَرُّبِ لَا يَكُونُ إِلَّا لِلهِ، فَمَنۡ ذَبَحَ يَتَقَرَّبُ إِلَى مَيِّتٍ أَوۡ إِلَى قَبۡرٍ أَوۡ إِلَى ضَرِيحٍ كَمَا عَلَيۡهِ عُبَّادُ الۡقُبُورِ الۡيَوۡمَ، فَإِنَّهُ يَكُونُ مُشۡرِكًا الشِّرۡكَ الۡأَكۡبَرَ. 

Allah subhanahu wa taala berfirman yang artinya, “Maka salatlah karena Rabb-mu dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2). Allah menyandingkan kurban bersama salat, sehingga sebagaimana tidak boleh salat untuk selain Allah, maka demikian pula penyembelihan dan kurban dalam bentuk takarub, tidak boleh kecuali untuk Allah. Maka, siapa saja yang menyembelih dalam rangka mendekatkan diri kepada orang mati atau kuburan sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para penyembah kubur pada hari ini, maka dia menjadi seorang yang musyrik dengan kesyirikan yang besar. 

وَفِي الۡحَدِيثِ عَنۡ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَعَنَ اللهُ مَنۡ ذَبَحَ لِغَيۡرِ اللهِ، لَعَنَ اللهُ مَنۡ لَعَنَ وَالِدَيۡهِ، لَعَنَ اللهُ مَنۡ آوَى مُحۡدِثًا، لَعَنَ اللهُ مَنۡ غَيَّرَ مَنَارَ الۡأَرۡضِ). 

Di dalam hadis dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat siapa saja yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat siapa saja yang melaknat orang tuanya. Allah melaknat siapa saja yang melindungi orang yang berbuat dosa atau bidah dalam agama. Allah melaknat siapa saja yang mengubah tanda batas tanah.” (HR. Muslim nomor 1978 dan Ahmad nomor 855). 

فَمِنۡ هَٰذِهِ الۡأُمُورِ الۡمَلۡعُونِ مَنۡ فَعَلَهَا: الذَّبۡحُ لِغَيۡرِ اللهِ، مَنۡ ذَبَحَ لِغَيۡرِ اللهِ كَأَنۡ يَذۡبَحَ لِلۡقُبُورِ يَتَقَرَّبُ إِلَيۡهِمۡ لِيَقۡضُوا لَهُ حَوَائِجَهُ، أَوۡ يَذۡبَحَ لِلۡجِنِّ مِنۡ أَجۡلِ أَلَّا يَضُرُّوهُ، كَمَا يَفۡعَلُهُ بَعۡضُ النَّاسِ إِذَا نَزَلَ مَنۡزِلًا جَدِيدًا يَذۡبَحُ لِلۡجِنِّ مِنۡ أَجۡلِ أَنَّهُمۡ لَا يَضُرُّونَهُ فِي هَٰذَا الۡمَنۡزِلِ، يَذۡبَحُ عِنۡدَ الۡبَابِ وَيَرُشُّ مِنۡ دَمِهِ عَلَى الۡجُدۡرَانِ، يَتَقَرَّبُ إِلَى الۡجِنِّ، أَوۡ إِذَا أَقَامَ مَشۡرُوعًا مِنَ الۡمَشَارِيعِ كَالۡمَصَانِعِ يَذۡبَحُ عِنۡدَ أَوَّلِ حَرَكَةِ الۡآلِيَّاتِ لِأَجۡلِ أَنَّ الۡمَصَانِعَ تَسۡلَمُ، وَكَذٰلِكَ إِذَا قَدِمَ مَلَكٌ مِنَ الۡمُلُوكِ أَوۡ رَئِيسُ مِنَ الرُّؤَسَاءِ يَذۡبَحُونَ عِنۡدَ وُصُولِهِ، وَالسَّلَامُ عَلَيۡهِ تَعۡظِيمًا لَهُ، ذَبۡحَ تَحِيَّةٍ، أَمَّا لَوۡ كَانُوا يَذۡبَحُونَ لَهُ وَلِيمَةً، فَلَا بَأۡسَ، هَٰذَا مِنَ الۡمُبَاحَاتِ، لَكِنۡ يَذۡبَحُونَ تَعۡظِيمًا لَهُ، إِذَا نَزَلَ مِنَ الطَّائِرَةِ أَوۡ نَزَلَ مِنَ السَّيَّارَةِ يَذۡبَحُونَ تَحۡتَ السَّيَّارَةِ وَتَحۡتَ الطَّائِرَةِ، تَعۡظِيمًا لِهَٰذَا الۡوَافِدِ، هَٰذَا مِنَ الشِّرۡكِ؛ لِأَنَّهُ مِنۡ بَابِ التَّحِيَّةِ وَالتَّعۡظِيمِ. 

Di antara perbuatan-perbuatan yang dilaknat pelakunya ini adalah penyembelihan untuk selain Allah. (Dilaknat) siapa saja yang menyembelih untuk selain Allah, seperti: 
  • seseorang yang menyembelih untuk penghuni kubur dalam rangka mendekatkan diri kepada mereka agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dia.
  • Atau menyembelih untuk jin agar para jin tersebut tidak membahayakannya sebagaimana yang dilakukan sebagian orang ketika hendak tinggal di suatu rumah yang baru. Dia menyembelih untuk jin agar jin tersebut tidak dapat membahayakannya di rumah itu. Dia menyembelih di dekat pintu dan menyiramkan sebagian darah sembelihan ke dinding-dinding dalam rangka mendekatkan diri kepada jin.
  • Atau ketika memulai salah satu proyek seperti pabrik-pabrik, dia menyembelih ketika awal penggerakan mesin agar pabrik itu selamat.
  • Demikian pula ketika ada salah seorang raja atau pemimpin yang datang, mereka menyembelih ketika kedatangannya dan memberikan salam kepadanya sebagai bentuk penghormatan. Yakni penyembelihan penghormatan. Adapun seandainya mereka menyembelih dalam rangka jamuan makanan untuknya, maka tidak mengapa. Ini termasuk perkara yang mubah. Akan tetapi mereka menyembelih dalam rangka mengagungkannya. Yaitu ketika raja atau pemimpin itu turun dari pesawat atau mobil, mereka menyembelih di bawah kendaraan atau pesawat itu dalam rangka mengagungkan orang yang datang itu. Ini termasuk kesyirikan karena termasuk bentuk penyembelihan penghormatan dan pengagungan.