Syaikh Doktor Shalih bin Fauzan bin 'Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah berkata di dalam kitab Syarh Al-Jami' li 'Ibadatillah:
الۡاسۡتِعَانَةُ: طَلَبُ الۡعَوۡنِ عَلَى أَمۡرٍ مِنَ الۡأُمُورِ، وَطَلَبُ الۡعَوۡنِ عَلَى قِسۡمَيۡنِ:
الۡقِسۡمُ الۡأَوَّلُ: أَنۡ تَطۡلُبَ الۡعَوۡنَ مِمَّنۡ يَقۡدِرُ عَلَى إِعَانَتِكَ، وَهَٰذَا يَجُوزُ أَنۡ تَسۡتَعِينَ بِالۡمَخۡلُوقِ فِيمَا يَقۡدِرُ عَلَيۡهِ، وَاللهُ –جَلَّ وَعَلَا- يَقُولُ: ﴿وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِ ۚ﴾ [الۡمائدة: ٢].
Istianah artinya meminta pertolongan dalam suatu perkara. Permintaan pertolongan ini ada dua bagian:
Bagian pertama: Engkau meminta pertolongan dari siapa saja yang mampu untuk menolongmu. Hal ini boleh, yaitu engkau boleh meminta tolong kepada sesama makhluk dalam hal yang dia mampui. Allah jalla wa ‘ala berfirman yang artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Ma`idah: 2).
فَالتَّعَاوُنُ بَيۡنَ النَّاسِ فِيمَا يَقۡدِرُونَ عَلَيۡهِ وَيَنۡفَعُهُمۡ أَمۡرٌ طَيِّبٌ، إِذَا كَانَ الۡإِنۡسَانُ حَيًّا حَاضِرًا قَادِرًا عَلَى أَنۡ يُعِينَكَ فَهَٰذَا لَا بَأۡسَ بِهِ، كَأَنۡ تَطۡلُبَ مَنۡ يُسَاعِدُكَ بِالۡمَالِ، أَوۡ يُعِينُكَ عَلَى حَمۡلِ شَيۡءٍ، أَوۡ يُعِينُكَ عَلَى بِنَاءِ حَائِطٍ، أَوۡ يُعِينُكَ عَلَى حَصَادِ زَرۡعٍ، وَهَٰذِهِ أُمُورٌ يَقۡدِرُ عَلَيۡهَا النَّاسُ، لَا بَأۡسَ بِالۡاسۡتِعَانَةِ بِالۡمَخۡلُوقِينَ فِيهَا، وَلَا يَعُدُّ هَٰذَا شِرۡكًا (وَاللهُ فِي عَوۡنِ الۡعَبۡدِ مَا كَانَ الۡعَبۡدُ فِي عَوۡنِ أَخِيهِ).
Jadi tolong-menolong antara manusia dalam hal yang mereka mampu dan bermanfaat adalah perkara yang baik. Apabila orang itu hidup, ada di tempat, dan mampu untuk membantumu, maka ini tidak mengapa. Seperti apabila engkau meminta orang agar membantumu dengan harta, atau menolongmu membawakan sesuatu, atau menolongmu membangun dinding, atau membantumu memanen hasil tanaman. Ini adalah perkara-perkara yang manusia mampu melakukannya. Tidak mengapa meminta tolong kepada makhluk dalam hal ini dan hal ini tidak dianggap kesyirikan. Nabi bersabda, “Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim nomor 2699, Ahmad, Abu Dawud nomor 4946, At-Tirmidzi nomor 1425, dan Ibnu Majah nomor 225 dari hadis Abu Hurairah).
النَّوۡعُ الثَّانِي: الۡاسۡتِعَانَةُ بِغَيۡرِ اللهِ فِيمَا لَا يَقۡدِرُ عَلَيۡهِ إِلَّا اللهُ، كَالۡاسۡتِعَانَةِ فِي حُصُولِ الرِّزۡقِ، أَوِ الۡاسۡتِعَانَةِ بِحُصُولِ الۡوَلَدِ وَالذُّرِّيَّةِ، أَوِ الۡاسۡتِعَانَةِ فِي شِفَاءِ الۡمَرۡضَى، أَوۡ غَيۡرِ ذٰلِكَ، فَهَٰذَا لَا يُطۡلَبُ إِلَّا مِنَ اللهِ، قَالَ تَعَالَى: ﴿إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ﴾ [الفاتحة: ٥].
Bagian kedua adalah meminta pertolongan kepada selain Allah pada perkara yang tidak ada yang mampu melakukannya kecuali Allah, seperti minta tolong untuk mendatangkan rezeki, atau minta tolong untuk memberikan anak dan keturunan, atau minta tolong untuk menyembuhkan orang sakit, atau selain itu. Ini tidak boleh diminta kecuali dari Allah. Allah taala berfirman yang artinya, “Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5).
﴿إِيَّاكَ نَعۡبُدُ﴾ أَيۡ: لَا نَعۡبُدُ سِوَاكَ؛ لِأَنَّ تَقۡدِيمَ الۡمَعۡمُولِ يُفِيدُ الۡحَصۡرَ، ثُمَّ قَالَ: ﴿وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ﴾ الۡاسۡتِعَانَةُ نَوۡعٌ مِنۡ أَنۡوَاعِ الۡعِبَادَةِ وَهِيَ طَلَبُ الۡعَوۡنِ مِنَ اللهِ تَعَالَى، وَعَطۡفُهَا عَلَيۡهَا مِنۡ بَابِ عَطۡفِ الۡخَاصِّ عَلَى الۡعَامِّ اهۡتِمَامًا بِهِ، فَالۡاسۡتِعَانَةُ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ فِيمَا لَا يَقۡدِرُ عَلَيۡهِ إِلَّا اللهُ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى: كَشِفَاءِ الۡمَرۡضَى وَإِنۡزَالِ الۡمَطَرِ، وَإِيجَادِ الرِّزۡقِ، وَغَيۡرِ ذٰلِكَ مِنَ الۡأُمُورِ الَّتِي لَا يَقۡدِرُ عَلَيۡهَا إِلَّا اللهُ، فَهَٰذِهِ لَا تُطۡلَبُ إِلَّا مِنَ اللهِ، لَا تُطۡلَبُ مِنَ الۡأَمۡوَاتِ، وَلَا مِنَ الۡقُبُورِ، وَلَا مِنَ الۡأَضۡرِحَةِ، وَلَا مِنَ الۡأَصۡنَامِ، وَلَا مِنَ الۡأَحۡجَارِ وَالۡأَشۡجَارِ، فَمَنۡ طَلَبَهَا مِنۡ غَيۡرِ اللهِ فَإِنَّهُ يَكُونُ مُشۡرِكًا الشِّرۡكَ الۡأَكۡبَرَ الۡمُخۡرِجَ مِنَ الۡمِلَّةِ.
“Hanya kepada Engkau kami beribadah,” artinya kami tidak beribadah kepada selain-Mu. Karena didahulukannya ma’mul (objek) memberi faedah pembatasan. Kemudian Allah berfirman yang artinya, “Hanya kepada Engkau kami minta pertolongan.” Istianah adalah salah satu jenis ibadah, yaitu meminta pertolongan dari Allah taala. Dikaitkannya istianah kepada ibadah adalah termasuk bab pengaitan yang khusus kepada yang umum dalam rangka agar menjadi perhatian. Jadi istianah kepada Allah azza wajalla dalam perkara yang hanya dimampui oleh Allah subhanahu wa taala, seperti: menyembuhkan orang sakit, menurunkan hujan, mendatangkan rezeki, dan perkara lain yang hanya Allah mampui, maka hal ini tidak diminta kecuali dari Allah. Tidak boleh diminta dari orang-orang mati, kuburan, berhala, bebatuan, dan pepohonan. Siapa saja yang memintanya dari selain Allah, maka dia menjadi musyrik dengan syirik akbar yang mengeluarkan dari agama.