(الۡعُجۡمَةُ): يَعۡنِي: الۡاسۡمَ الۡأَعۡجَمِيَّ، وَالۡاسۡمُ الۡأَعۡجَمِيُّ يُجَرُّ بِالۡفَتۡحَةِ، لَكِنۡ بِشَرۡطِ أَنۡ يَكُونَ عَلَمًا زَائِدًا عَنۡ ثَلَاثَةِ أَحۡرُفٍ؛ فَإِنۡ كَانَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَحۡرُفٍ سَاكِنَ الۡوَسَطِ، فَإِنَّهُ يَنۡصَرِفۡ، وَإِنۡ شِئۡتَ فَقُلۡ: عَلَمًا إِلَّا أَنۡ يَكُونَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَحۡرُفٍ، وَسَطُهُ سَاكِنٌ فَيَنۡصَرِفۡ.
‘Ujmah yakni nama ‘ajam/non arab. Isim ‘ajam di-jarr menggunakan harakat fatah namun dengan syarat harus berupa nama orang yang lebih dari tiga huruf. Jika terdiri dari tiga huruf dan huruf tengahnya disukun, maka kata tersebut ditanwin. Atau bisa engkau katakan: Semua nama orang non arab, dikecualikan yang ditanwin adalah yang terdiri dari tiga huruf dan huruf tengahnya disukun.
(إِبۡرَاهِيمُ) اسۡمٌ أَعۡجَمِيٌّ؛ وَلِهَٰذَا يُجَرُّ بِالۡفَتۡحَةِ؛ لِأَنَّهُ عَلَمٌ زَائِدٌ عَلَى ثَلَاثَةِ أَحۡرُفٍ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ﴾ [النساء: ١٦٣]، وَلَمۡ يَقُلۡ: إِلَى إِبۡرَاهِيمٍ؛ لِأَنَّهُ اسۡمٌ لَا يَنۡصَرِفُ؛ وَالۡمَانِعُ لَهُ مِنَ الصَّرۡفِ الۡعَلَمِيَّةُ وَالۡعُجۡمَةُ.
“إِبۡرَاهِيمُ (Ibrahim)” adalah nama non arab. Oleh karena itu, kata ini di-jarr menggunakan harakat fatah karena merupakan nama orang yang lebih dari tiga huruf.
Allah taala berfirman, “وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ (Dan Kami telah mewahyukan kepada Ibrahim).” (QS. An-Nisa`: 163). Allah tidak mengatakan, “إِلَى إِبۡرَاهِيمٍ” karena kata tersebut merupakan isim yang tidak ditanwin. Yang menghalanginya dari tanwin adalah nama orang dan non arab.
(إِسۡمَاعِيل) أَعۡجَمِيٌّ، يُجَرُّ بِالۡفَتۡحَةِ؛ لِأَنَّهُ عَلَمٌ أَعۡجَمِيٌّ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡمَـٰعِيلَ﴾ [النساء: ١٦٣]، وَلَمۡ يَقُلۡ: وَإِسۡمَاعِيلٍ؛ لِأَنَّ إِسۡمَاعِيلَ أَعۡجَمِيٌّ، وَزَائِدٌ عَنۡ ثَلَاثَةِ أَحۡرُفٍ.
“إِسۡمَاعِيل (Isma’il)” adalah non arab, di-jarr menggunakan fatah karena merupakan nama non arab. Allah taala berfirman, “وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡمَـٰعِيلَ (Dan Kami telah mewahyukan kepada Ibrahim dan Isma’il).” (QS. An-Nisa`: 163). Allah tidak mengatakan, “وَإِسۡمَاعِيلٍ,” karena Isma’il adalah nama non arab dan lebih dari tiga huruf.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿وَعَهِدۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِـۧمَ﴾ [البقرة: ١٢٥].
(إِلَى): حَرۡفُ جَرٍّ.
(إِبۡرَاهِيمَ): اسۡمٌ مَجۡرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الۡفَتۡحَةُ نِيَابَةً عَنِ الۡكَسۡرَةِ؛ لِأَنَّهُ اسۡمٌ لَا يَنۡصَرِفُ، وَالۡمَانِعُ لَهُ مِنَ الصَّرۡفِ الۡعَلَمِيَّةُ وَالۡعُجۡمَةُ.
Allah taala berfirman, “وَعَهِدۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِـۧمَ (Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim).” (QS. Al-Baqarah: 125).
“إِلَى” adalah huruf jarr.
“إِبۡرَاهِيمَ” adalah isim yang di-jarr dan tanda jarr-nya adalah harakat fatah sebagai ganti dari kasrah karena merupakan isim yang tidak ditanwin. Yang menghalanginya dari tanwin adalah nama orang dan non arab.
لَوۡ قُلۡتُ: (نَظَرۡتُ إِلَى آدَمَ): يَنۡصَرِفُ أَوۡ لَا يَنۡصَرِفُ؟ لَا يَنۡصَرِفُ؛ لِأَنَّهُ مَمۡنُوعٌ مِنَ الصَّرۡفِ لِلۡعَلَمِيَّةِ وَالۡعُجۡمَةِ.
Andai aku katakan, “نَظَرۡتُ إِلَى آدَمَ (Aku memandang Adam).” Ditanwin atau tidak? Tidak ditanwin. Karena kata آدَم terhalang dari tanwin dengan sebab nama orang dan non arab.
إِذَا كَانَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَحۡرُفٍ سَاكِنَ الۡوَسَطِ، فَإِنَّهُ يُصۡرَفُ وَيُجَرُّ بِالۡكَسۡرَةِ مِثۡلُ: نُوحٍ، لُوطٍ، هُودٍ، هَٰذِهِ تُصۡرَفُ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ كَمَآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ نُوحٍ﴾ [النساء: ١٦٣]، وَقَالَ تَعَالَى: ﴿وَلُوطًا ءَاتَيۡنَـٰهُ حُكۡمًا وَعِلۡمًا﴾ [الأنبياء: ٧٤] هَٰذَا مُنۡصَرِفٌ؛ لِأَنَّهُ مُنَوَّنٌ.
وَقَالَ تَعَالَى: ﴿أَلَا بُعۡدًا لِّعَادٍ قَوۡمِ هُودٍ﴾ [هود: ٦٠]، مَجۡرُورَةٌ بِالۡكَسۡرَةِ؛ لِأَنَّهُ ثُلَاثِيٌّ سَاكِنُ الۡوَسَطِ.
إِذَنۡ يُسۡتَثۡنَى مِنَ الۡأَعۡجَمِيِّ كُلُّ ثُلَاثِيٍّ سَاكِنِ الۡوَسَطِ، فَإِنَّهُ يَنۡصَرِفُ وَلَوۡ كَانَ أَعۡجَمِيًّا.
Apabila nama orang non arab terdiri dari tiga huruf yang huruf tengahnya disukun, maka ditanwin dan di-jarr menggunakan harakat kasrah. Contoh: نُوحٍ (Nuh), لُوطٍ (Luth), هُودٍ (Hud). Nama-nama ini ditanwin.
Allah taala berfirman, “إِنَّآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ كَمَآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ نُوحٍ (Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh).” (QS. An-Nisa`: 163). Allah taala berfirman, “وَلُوطًا ءَاتَيۡنَـٰهُ حُكۡمًا وَعِلۡمًا (Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu).” (QS. Al-Anbiya`: 74). Ini ditanwin.
Allah taala berfirman, “أَلَا بُعۡدًا لِّعَادٍ قَوۡمِ هُودٍ (Ingatlah kebinasaanlah bagi kaum 'Ad (yaitu) kaum Hud itu).” (QS. Hud: 60). Di-jarr menggunakan kasrah karena tiga huruf yang huruf tengahnya disukun.
Jadi dikecualikan dari nama non arab, setiap nama yang terdiri dari tiga huruf dan huruf tengahnya disukun. Nama yang keadaannya begini ditanwin walaupun non arab.
مِنۡ أَسۡمَاءِ الۡأَنۡبِيَاءِ: (صَالِحٌ)، (شُعَيۡبٌ)، أَسۡمَاءٌ مَصۡرُوفَةٌ قَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِلَىٰ مَدۡيَنَ أَخَاهُمۡ شُعَيۡبًا﴾ [الأعراف: ٨٥]، وَأَسۡمَاءُ الۡأَنۡبِيَاءِ مِثۡلُ غَيۡرِهَا إِنۡ كَانَتۡ أَعۡجَمِيَّةً، فَهِيَ غَيۡرُ مَصۡرُوفَةٍ، إِذَا تَجَاوَزَتۡ ثَلَاثَةَ أَحۡرُفٍ، وَإِنۡ كَانَتۡ عَرَبِيَّةً؛ فَإِنَّهَا مَصۡرُوفَةٌ.
(شُعَيۡبٌ) اسۡمٌ عَرَبِيٌّ، (صَالِحٌ) اسۡمٌ عَرَبِيٌّ. (مُحَمَّدٌ) اسۡمٌ عَرَبِيٌّ.
Termasuk nama-nama para nabi adalah “صَالِحٌ (Shalih)”, “شُعَيۡبٌ (Syu’aib).” Nama-nama yang ditanwin. Allah taala berfirman, “وَإِلَىٰ مَدۡيَنَ أَخَاهُمۡ شُعَيۡبًا (Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu'aib).” (QS. Al-A’raf: 85). Dan nama-nama nabi selain contoh ini, jika non arab, maka tidak ditanwin apabila lebih dari tiga huruf. Jika nama arab, maka ditanwin.
“شُعَيۡبٌ” adalah nama yang berasal dari bahasa arab, “صَالِحٌ” adalah nama yang berasal dari bahasa arab, “مُحَمَّدٌ” adalah nama yang berasal dari bahasa arab.
فَإِنۡ كَانَ الۡاسۡمُ أَعۡجَمِيًّا، وَغَيۡرَ عَلَمٍ، فَإِنَّهُ يُصۡرَفُ لِفَوَاتِ الشَّرۡطِ؛ لِأَنَّا اشۡتَرَطۡنَا أَنۡ يَكُونَ عَلَمًا.
Jika suatu nama bukan dari bahasa Arab namun bukan nama orang, maka ditanwin karena tidak memenuhi syarat. Karena kita mensyaratkan nama orang.
يُقَالُ: إِنَّ عَلِيَّ بۡنَ أَبِي طَالِبٍ سَأَلَ شُرَيۡحًا عَنۡ مَسۡأَلَةٍ فِي الۡعِدَّةِ: امۡرَأَةٌ ادَّعَتۡ أَنَّ عِدَّتَهَا تَمَّتۡ فِي خِلَالِ شَهۡرٍ، وَعِدَّةُ الۡمَرۡأَةِ ثَلَاثُ حِيَضٍ. قَالَ عَلِيٌّ لِشُرَيۡحٍ: اقۡضِ فِيهَا. قَالَ: إِنۡ جَاءَتۡ بِبَيِّنَةٍ مِنۡ بِطَانَةِ أَهۡلِهَا مِمَّنۡ يُعۡرَفُ دِينُهُ؛ فَإِنَّهَا تُقۡبَلُ، فَقَالَ لَهُ عَلِيٌّ: قَالُونٌ –قَالُونٌ يَعۡنِي: جَيِّدًا بِاللُّغَةِ الرُّومِيَّةِ- (قَالُونٌ) هَٰذَا مَصۡرُوفٌ؛ لِأَنَّهُ لَيۡسَ عَلَمًا، وَنَحۡنُ نَشۡتَرِطُ فِي الۡأَعۡجَمِيِّ أَنۡ يَكُونَ عَلَمًا، إِذَا لَمۡ يَكُنۡ عَلَمًا، فَإِنَّهُ يَكُونُ مَصۡرُوفًا.
Dikatakan: Sesungguhnya ‘Ali bin Abu Thalib bertanya kepada Syuraih tentang masalah idah. Seorang wanita menyatakan bahwa idahnya telah sempurna dalam jangka waktu belum sebulan, padahal masa idah wanita adalah tiga kali haid. ‘Ali berkata kepada Syuraih, “Buatlah keputusan pada dia.” Syuraih berkata, “Jika ada orang dari kalangan keluarga dekatnya yang dikenal kebaikan agamanya datang membawa bukti, maka pernyataan wanita itu diterima.” ‘Ali berkata kepada Syuraih, “قَالُونٌ.” Qalun yakni bagus dalam bahasa Romawi. قَالُونٌ ini ditanwin karena bukan nama orang, sedangkan kita mensyaratkan pada bahasa non arab harus berupa nama orang. Jika bukan nama orang, maka ditanwin.
إِذَنۡ (الۡعُجۡمَةُ) لَا تَمۡنَعُ مِنَ الصَّرۡفِ إِلَّا إِذَا كَانَتۡ عَلَمًا؛ يَعۡنِي عِلَّتَهَا: الۡعَلَمِيَّةُ وَالۡعُجۡمَةُ.
أَمَّا الۡوَصۡفِيَّةُ وَالۡعُجۡمَةُ، أَوِ الۡاسۡمِيَّةُ وَالۡعُجۡمَةُ، فَلَا تُؤَثِّرَانِ؛ لَا بُدَّ مِنۡ أَنۡ يَكُونَ عَلَمًا.
Jadi ‘ujmah tidak menghalangi tanwin kecuali apabila berupa nama orang. Yakni faktornya adalah nama orang dan bahasa non arab.
Adapun sifat dan non arab atau isim dan non arab, maka tidak berpengaruh. Jadi harus berupa nama orang.