Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4725

٢ – بَابُ ﴿وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبۡرَحُ حَتَّىٰٓ أَبۡلُغَ مَجۡمَعَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ أَوۡ أَمۡضِىَ حُقُبًا﴾ ۝٦٠، زَمَانًا
2. Bab “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” (QS. Al-Kahfi: 60); huqub artinya waktu yang lama


وَجَمۡعُهُ أَحۡقَابٌ. 

Bentuk jamaknya adalah ahqāb

٤٧٢٥ - حَدَّثَنَا الۡحُمَيۡدِيُّ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ دِينَارٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ جُبَيۡرٍ قَالَ: قُلۡتُ لِابۡنِ عَبَّاسٍ: إِنَّ نَوۡفًا الۡبَكَالِيَّ يَزۡعُمُ أَنَّ مُوسَى صَاحِبَ الۡخَضِرِ لَيۡسَ هُوَ مُوسَى صَاحِبَ بَنِي إِسۡرَائِيلَ، فَقَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: كَذَبَ عَدُوُّ اللهِ: حَدَّثَنِي أُبَىُّ بۡنُ كَعۡبٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: 

4725. Al-Humaidi telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: ‘Amr bin Dinar menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sa’id bin Jubair mengabarkan kepadaku. Beliau berkata: Aku berkata kepada Ibnu ‘Abbas, “Sesungguhnya Nauf Al-Bakali menyatakan bahwa Musa yang menyertai Al-Khadhir bukanlah Musa nabi Bani Israil.” 

Ibnu ‘Abbas berkata: Musuh Allah itu telah berdusta. Ubai bin Ka’b menceritakan kepadaku bahwa beliau mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda: 

(إِنَّ مُوسَى قَامَ خَطِيبًا فِي بَنِي إِسۡرَائِيلَ، فَسُئِلَ: أَىُّ النَّاسِ أَعۡلَمُ؟ فَقَالَ: أَنَا، فَعَتَبَ اللهُ عَلَيۡهِ، إِذۡ لَمۡ يَرُدَّ الۡعِلۡمَ إِلَيۡهِ، فَأَوۡحَى اللهُ إِلَيۡهِ، إِنَّ لِي عَبۡدًا بِمَجۡمَعِ الۡبَحۡرَيۡنِ هُوَ أَعۡلَمُ مِنۡكَ، قَالَ مُوسَى: يَا رَبِّ فَكَيۡفَ لِي بِهِ؟ قَالَ: تَأۡخُذُ مَعَكَ حُوتًا فَتَجۡعَلُهُ فِي مِكۡتَلٍ، فَحَيۡثُمَا فَقَدۡتَ الۡحُوتَ فَهۡوَ ثَمَّ، فَأَخَذَ حُوتًا فَجَعَلَهُ فِي مِكۡتَلٍ، 

Sesungguhnya Musa berdiri berkhotbah di hadapan bani Israil. Lalu beliau ditanya, “Siapa manusia yang paling berilmu?” 

Musa menjawab, “Aku.” 

Lalu Allah menegurnya karena beliau tidak mengembalikan ilmu kepada-Nya. Allah mewahyukan kepada beliau, “Sesungguhnya Aku memiliki seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan yang lebih berilmu daripada engkau.” 

Musa bertanya, “Ya Rabi, bagaimana aku bertemu dengannya?” 

Allah mengatakan, “Bawalah seekor ikan bersamamu, lalu letakkanlah ikan itu di dalam keranjang. Di mana saja engkau kehilangan ikan itu, maka dia berada di situ.” 

Musa mengambil seekor ikan lalu beliau letakkan di dalam keranjang. 

ثُمَّ انۡطَلَقَ وَانۡطَلَقَ مَعَهُ بِفَتَاهُ يُوشَعَ بۡنِ نُونٍ، حَتَّى إِذَا أَتَيَا الصَّخۡرَةَ وَضَعَا رُءُوسَهُمَا فَنَامَا، وَاضۡطَرَبَ الۡحُوتُ فِي الۡمِكۡتَلِ فَخَرَجَ مِنۡهُ فَسَقَطَ فِي الۡبَحۡرِ، فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الۡبَحۡرِ سَرَبًا، وَأَمۡسَكَ اللهُ عَنِ الۡحُوتِ جِرۡيَةَ الۡمَاءِ فَصَارَ عَلَيۡهِ مِثۡلَ الطَّاقِ، فَلَمَّا اسۡتَيۡقَظَ نَسِيَ صَاحِبُهُ أَنۡ يُخۡبِرَهُ بِالۡحُوتِ، فَانۡطَلَقَا بَقِيَّةَ يَوۡمِهِمَا وَلَيۡلَتَهُمَا، حَتَّى إِذَا كَانَ مِنَ الۡغَدِ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ: آتِنَا غَدَاءَنَا، لَقَدۡ لَقِينَا مِنۡ سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبًا، 

Kemudian Musa berangkat bersama muridnya, yaitu Yusya’ bin Nun. Hingga ketika keduanya sampai di sebuah batu, keduanya menyandarkan kepala mereka berdua dan tidur. Ikan itu bergerak-gerak di dalam keranjang lalu keluar darinya dan jatuh ke lautan. Ikan itu membuat jalannya di lautan. Allah menahan aliran air yang dilewati ikan itu sehingga menjadi seperti lengkungan. Ketika bangun, muridnya lupa untuk mengabarkan Musa tentang ikan itu. Keduanya melanjutkan perjalanan pada sisa hari dan malamnya. 

Hingga ketika keesokannya, Musa berkata kepada muridnya, “Bawa kemari makanan kita! Sungguh kita telah menjumpai keletihan dalam safar kita ini.” 

قَالَ: وَلَمۡ يَجِدۡ مُوسَى النَّصَبَ حَتَّى جَاوَزَا الۡمَكَانَ الَّذِي أَمَرَ اللهُ بِهِ، فَقَالَ لَهُ فَتَاهُ: أَرَأَيۡتَ إِذۡ أَوَيۡنَا إِلَى الصَّخۡرَةِ، فَإِنِّي نَسِيتُ الۡحُوتَ، وَمَا أَنۡسَانِيهِ إِلَّا الشَّيۡطَانُ أَنۡ أَذۡكُرَهُ، وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الۡبَحۡرِ عَجَبًا، قَالَ: فَكَانَ لِلۡحُوتِ سَرَبًا، وَلِمُوسَى وَلِفَتَاهُ عَجَبًا، فَقَالَ مُوسَى: ذٰلِكَ مَا كُنَّا نَبۡغِي، فَارۡتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا، قَالَ: رَجَعَا يَقُصَّانِ آثَارَهُمَا حَتَّى انۡتَهَيَا إِلَى الصَّخۡرَةِ، فَإِذَا رَجُلٌ مُسَجًّى ثَوۡبًا، 

Beliau berkata: Musa tidak mendapati keletihan hingga telah melewati tempat yang Allah perintahkan. Muridnya berkata kepadanya, “Ingatkah ketika kita berlindung di sebuah batu? Sungguh aku tadi lupa (menyebutkan) ikan itu. Tidak ada yang melupakanku untuk menyebutkannya kecuali setan.” 

Ikan itu membuat jalannya di laut dengan cara yang aneh. Perawi berkata: Ikan itu memiliki jalan dan membuat Musa dan muridnya heran. 

Musa berkata, “Itulah yang kita cari.” 

Lalu keduanya kembali menyusuri jejak mereka semula. Perawi berkata: Keduanya kembali menyusuri jejak mereka semula hingga keduanya sampai ke batu tadi, ternyata ada seorang pria yang berselimutkan baju. 

فَسَلَّمَ عَلَيۡهِ مُوسَى، فَقَالَ الۡخَضِرُ: وَأَنَّى بِأَرۡضِكَ السَّلَامُ؟! قَالَ: أَنَا مُوسَى، قَالَ: مُوسَى بَنِي إِسۡرَائِيلَ؟ قَالَ: نَعَمۡ، أَتَيۡتُكَ لِتُعَلِّمَنِي مِمَّا عُلِّمۡتَ رَشَدًا، قَالَ: إِنَّكَ لَنۡ تَسۡتَطِيعَ مَعِي صَبۡرًا، يَا مُوسَى إِنِّي عَلَى عِلۡمٍ مِنۡ عِلۡمِ اللهِ عَلَّمَنِيهِ لَا تَعۡلَمُهُ أَنۡتَ، وَأَنۡتَ عَلَى عِلۡمٍ مِنۡ عِلۡمِ اللهِ عَلَّمَكَ اللهُ لَا أَعۡلَمُهُ، فَقَالَ مُوسَى: سَتَجِدُنِي إِنۡ شَاءَ اللهُ صَابِرًا وَلَا أَعۡصِي لَكَ أَمۡرًا، فَقَالَ لَهُ الۡخَضِرُ: فَإِنِ اتَّبَعۡتَنِي فَلَا تَسۡأَلۡنِي عَنۡ شَىۡءٍ حَتَّى أُحۡدِثَ لَكَ مِنۡهُ ذِكۡرًا، 

Musa mengucapkan salam kepadanya. Al-Khadhir berkata, “Bagaimana bisa di tempatmu ada ucapan salam?” 

Musa berkata, “Aku adalah Musa.” 

Al-Khadhir bertanya, “Musa bani Israil?” 

Musa menjawab, “Iya. Aku datang kepadamu agar engkau mengajariku ilmu yang diajarkan kepadamu.” 

Al-Khadhir berkata, “Sesungguhnya engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku. Wahai Musa, sesungguhnya aku di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadaku dan tidak engkau ketahui. Engkau pun di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadamu dan tidak aku ketahui.” 

Musa berkata, “Insya Allah, engkau akan dapati aku orang yang bersabar dan aku tidak akan menentangmu dalam satu urusan pun.” 

Al-Khadhir berkata kepadanya, “Jika engkau mengikutiku, maka engkau tidak boleh bertanya sesuatu pun kepadaku hingga aku sendiri yang akan menceritakannya kepadamu.” 

فَانۡطَلَقَا يَمۡشِيَانِ عَلَى سَاحِلِ الۡبَحۡرِ، فَمَرَّتۡ سَفِينَةٌ فَكَلَّمُوهُمۡ أَنۡ يَحۡمِلُوهُمۡ، فَعَرَفُوا الۡخَضِرَ فَحَمَلُوهُ بِغَيۡرِ نَوۡلٍ، فَلَمَّا رَكِبَا فِي السَّفِينَةِ، لَمۡ يَفۡجَأۡ إِلَّا وَالۡخَضِرُ قَدۡ قَلَعَ لَوۡحًا مِنۡ أَلۡوَاحِ السَّفِينَةِ بِالۡقَدُومِ، فَقَالَ لَهُ مُوسَى: قَوۡمٌ حَمَلُونَا بِغَيۡرِ نَوۡلٍ عَمَدۡتَ إِلَى سَفِينَتِهِمۡ فَخَرَقۡتَهَا لِتُغۡرِقَ أَهۡلَهَا، لَقَدۡ جِئۡتَ شَيۡئًا إِمۡرًا، قَالَ: أَلَمۡ أَقُلۡ إِنَّكَ لَنۡ تَسۡتَطِيعَ مَعِي صَبۡرًا، قَالَ: لَا تُؤَاخِذۡنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرۡهِقۡنِي مِنۡ أَمۡرِي عُسۡرًا، قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (وَكَانَتِ الۡأُولَى مِنۡ مُوسَى نِسۡيَانًا)، 

Keduanya berjalan di tepi laut. Lalu ada sebuah kapal lewat. Keduanya berbicara kepada mereka agar mau mengangkut keduanya. Pemilik kapal itu mengenali Al-Khadhir sehingga mereka mengangkutnya tanpa upah. Ketika keduanya sudah naik di kapal, Musa belum sempat berbuat apa-apa tiba-tiba Al-Khadhir telah mencabut salah satu kulit kapal dengan beliung. 

Musa berkata kepada Al-Khadhir, “Ada orang yang mau mengangkut kita tanpa upah, namun engkau malah melubangi kapal mereka sehingga bisa menenggelamkan penumpangnya. Sungguh engkau telah berbuat kesalahan yang besar.” 

Al-Khadhir berkata, “Bukankah aku katakan bahwa engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?” 

Musa berkata, “Jangan engkau hukum aku karena kelupaanku dan jangan engkau bebankan kesulitan pada urusanku.” 

Perawi berkata: Dan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kejadian pertama ini adalah karena kelupaan dari Nabi Musa.” 

قَالَ: وَجَاءَ عُصۡفُورٌ فَوَقَعَ عَلَى حَرۡفِ السَّفِينَةِ، فَنَقَرَ فِي الۡبَحۡرِ نَقۡرَةً، فَقَالَ لَهُ الۡخَضِرُ: مَا عِلۡمِي وَعِلۡمُكَ مِنۡ عِلۡمِ اللهِ، إِلَّا مِثۡلُ مَا نَقَصَ هَٰذَا الۡعُصۡفُورُ مِنۡ هَٰذَا الۡبَحۡرِ، ثُمَّ خَرَجَا مِنَ السَّفِينَةِ، فَبَيۡنَا هُمَا يَمۡشِيَانِ عَلَى السَّاحِلِ، إِذۡ أَبۡصَرَ الۡخَضِرُ غُلَامًا يَلۡعَبُ مَعَ الۡغِلۡمَانِ، فَأَخَذَ الۡخَضِرُ رَأۡسَهُ بِيَدِهِ، فَاقۡتَلَعَهُ بِيَدِهِ فَقَتَلَهُ، فَقَالَ لَهُ مُوسَى: أَقَتَلۡتَ نَفۡسًا زَاكِيَةً بِغَيۡرِ نَفۡسٍ لَقَدۡ جِئۡتَ شَيۡئًا نُكۡرًا، قَالَ: أَلَمۡ أَقُلۡ لَكَ إِنَّكَ لَنۡ تَسۡتَطِيعَ مَعِي صَبۡرًا، قَالَ: وَهَٰذَا أَشَدُّ مِنَ الۡأُولَى، قَالَ: إِنۡ سَأَلۡتُكَ عَنۡ شَىۡءٍ بَعۡدَهَا فَلَا تُصَاحِبۡنِي قَدۡ بَلَغۡتَ مِنۡ لَدُنِّي عُذۡرًا، 

Perawi berkata: Lalu ada seekor burung datang dan hinggap di tepi kapal. Burung itu mematuk sekali patukan di laut. Al-Khadhir berkata kepada Musa, “Tidaklah ilmuku dan ilmumu dibanding ilmu Allah kecuali semisal air yang dikurangi oleh burung ini dari lautan ini.” 

Kemudian keduanya keluar dari kapal itu. Ketika keduanya sedang berjalan di tepi pantai, tiba-tiba Al-Khadhir melihat seorang anak sedang bermain bersama anak-anak lainnya. Al-Khadhir mengambil kepala anak itu dengan tangannya lalu beliau cabut dengan tangannya sehingga beliau membunuhnya. 

Musa berkata kepada Al-Khadhir, “Apakah engkau membunuh seorang jiwa yang suci bukan karena (membunuh) jiwa lainnya? Sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang mungkar.” 

Al-Khadhir berkata, “Bukankah aku katakan kepadamu bahwa engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?” Perawi berkata: Kali ini lebih tegas daripada yang pertama. 

Musa berkata, “Jika aku bertanya sesuatu lagi kepadamu setelah ini, maka janganlah engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau telah cukup memberikan uzur kepadaku.” 

فَانۡطَلَقَا حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهۡلَ قَرۡيَةٍ اسۡتَطۡعَمَا أَهۡلَهَا فَأَبَوۡا أَنۡ يُضَيِّفُوهُمَا، فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنۡ يَنۡقَضَّ – قَالَ: مَائِلٌ - فَقَامَ الۡخَضِرُ فَأَقَامَهُ بِيَدِهِ، فَقَالَ مُوسَى: قَوۡمٌ أَتَيۡنَاهُمۡ فَلَمۡ يُطۡعِمُونَا، وَلَمۡ يُضَيِّفُونَا، لَوۡ شِئۡتَ لَاتَّخَذۡتَ عَلَيۡهِ أَجۡرًا، قَالَ: ﴿هَٰذَا فِرَاقُ بَيۡنِي وَبَيۡنِكَ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿ذٰلِكَ تَأۡوِيلُ مَا لَمۡ تَسۡطِعۡ عَلَيۡهِ صَبۡرًا﴾ [٧٨-٨٢]، 

Keduanya kembali berangkat. Hingga ketika keduanya mendatangi penduduk suatu negeri, keduanya meminta dijamu oleh penduduk negeri tersebut. Namun mereka tidak mau menjamu keduanya. Kemudian keduanya mendapati di negeri itu ada sebuah dinding yang hampir roboh. Perawi berkata: Yang miring. Al-Khadhir bangkit dan menegakkan dinding itu dengan tangannya. 

Musa berkata, “Mereka adalah kaum yang kita datangi namun mereka tidak memberi kita makan, tidak pula menjamu kita. Andai engkau mau, engkau bisa mengambil upah dari perbuatan itu.” 

Al-Khadhir berkata, “Ini adalah perpisahan antara aku denganmu,” hingga ucapannya, “Itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak bersabar terhadapnya.” 

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: وَدِدۡنَا أَنَّ مُوسَى كَانَ صَبَرَ حَتَّى يَقُصَّ اللهُ عَلَيۡنَا مِنۡ خَبَرِهِمَا). 

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kami ingin agar Musa bersabar ketika itu, sehingga Allah akan mengisahkan cerita keduanya kepada kita.” 

قَالَ سَعِيدُ بۡنُ جُبَيۡرٍ: فَكَانَ ابۡنُ عَبَّاسٍ يَقۡرَأُ: وَكَانَ أَمَامَهُمۡ مَلِكٌ يَأۡخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ صَالِحَةٍ غَصۡبًا. وَكَانَ يَقۡرَأُ: وَأَمَّا الۡغُلَامُ فَكَانَ كَافِرًا وَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤۡمِنَيۡنِ. [طرفه في: ٧٤]. 

Sa’id bin Jubair berkata: Ibnu ‘Abbas membaca ayat dengan qiraah yang artinya, “Di depan mereka ada seorang raja yang mengambil paksa setiap kapal yang bagus.” Beliau juga membaca ayat dengan qiraah yang artinya, “Adapun anak itu, maka dia adalah orang kafir, sedangkan kedua orang tuanya adalah mukmin.”