Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2047

١ - بَابُ مَا جَاءَ فِي قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى:
1. Bab riwayat tentang firman Allah taala:


﴿فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانۡتَشِرُوا فِي الۡأَرۡضِ وَابۡتَغُوا مِنۡ فَضۡلِ اللهِ وَاذۡكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ۞ وَإِذَا رَأَوۡا تِجَارَةً أَوۡ لَهۡوًا انۡفَضُّوا إِلَيۡهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلۡ مَا عِنۡدَ اللهِ خَيۡرٌ مِنَ اللَّهۡوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللهُ خَيۡرُ الرَّازِقِينَ﴾ [الجمعة: ١٠ - ١١] وَقَوۡلِهِ: ﴿لَا تَأۡكُلُوا أَمۡوَالَكُمۡ بَيۡنَكُمۡ بِالۡبَاطِلِ إِلَّا أَنۡ تَكُونَ تِجَارَةً عَنۡ تَرَاضٍ مِنۡكُمۡ﴾ [النساء: ٢٩]. 

“Apabila salat telah ditunaikan, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah mengingat Allah supaya kalian beruntung. Apabila mereka melihat suatu perdagangan atau permainan, mereka bubar menuju kepadanya dan meninggalkan engkau yang sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: ‘Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan itu.’ Dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Al-Jumu’ah: 10-11). 

Dan firman Allah, “Janganlah kalian memakan harta sesama kalian dengan cara yang batil kecuali dengan cara perdagangan atas dasar saling rela dari kalian.” (QS. An-Nisa`: 29). 

٢٠٤٧ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡيَمَانِ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ وَأَبُو سَلَمَةَ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: إِنَّكُمۡ تَقُولُونَ: إِنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ يُكۡثِرُ الۡحَدِيثَ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَتَقُولُونَ: مَا بَالُ الۡمُهَاجِرِينَ وَالۡأَنۡصَارِ لَا يُحَدِّثُونَ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ بِمِثۡلِ حَدِيثِ أَبِي هُرَيۡرَةَ، وَإِنَّ إِخۡوَتِي مِنَ الۡمُهَاجِرِينَ كَانَ يَشۡغَلُهُمۡ صَفۡقٌ بِالۡأَسۡوَاقِ، وَكُنۡتُ أَلۡزَمُ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَلَى مِلۡءِ بَطۡنِي، فَأَشۡهَدُ إِذَا غَابُوا، وَأَحۡفَظُ إِذَا نَسُوا، وَكَانَ يَشۡغَلُ إِخۡوَتِي مِنَ الۡأَنۡصَارِ عَمَلُ أَمۡوَالِهِمۡ، وَكُنۡتُ امۡرَءًا مِسۡكِينًا مِنۡ مَسَاكِينِ الصُّفَّةِ، أَعِي حِينَ يَنۡسَوۡنَ، وَقَدۡ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي حَدِيثٍ يُحَدِّثُهُ: (إِنَّهُ لَنۡ يَبۡسُطَ أَحَدٌ ثَوۡبَهُ حَتَّى أَقۡضِيَ مَقَالَتِي هَٰذِهِ، ثُمَّ يَجۡمَعَ إِلَيۡهِ ثَوۡبَهُ، إِلَّا وَعَى مَا أَقُولُ). فَبَسَطۡتُ نَمِرَةً عَلَيَّ، حَتَّى إِذَا قَضَى رَسُولُ اللهِ ﷺ مَقَالَتَهُ جَمَعۡتُهَا إِلَى صَدۡرِي، فَمَا نَسِيتُ مِنۡ مَقَالَةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ تِلۡكَ مِنۡ شَيۡءٍ. [طرفه في: ١١٨]. 

2047. Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syu’aib menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Sa’id bin Al-Musayyab dan Abu Salamah bin ‘Abdurrahman mengabarkan kepadaku bahwa Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: 

Kalian mengatakan bahwa Abu Hurairah banyak sekali menyampaikan hadis dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan kalian bertanya-tanya: Mengapa orang-orang Muhajirin dan Ansar tidak menceritakan dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—semisal hadis Abu Hurairah? 

Sesungguhnya saudara-saudaraku dari kalangan Muhajirin tersibukkan oleh jual beli di pasar-pasar. Sedangkan aku terus menyertai Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dengan seadanya isi perutku. Jadi aku hadir ketika mereka absen dan aku menghafal ketika mereka sudah lupa. 

Begitu pula saudara-saudaraku dari kalangan Ansar, mereka tersibukkan dengan pekerjaan mengurus ladang mereka. Sedangkan aku adalah salah seorang yang miskin dari kalangan ahli sufah yang miskin-miskin. Aku menghafal ketika mereka lupa. 

Apalagi Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah bersabda di sebuah hadis yang beliau sampaikan, “Sesungguhnya tidaklah ada seorang pun yang membentangkan pakaiannya hingga aku menyelesaikan ucapanku ini kemudian dia tangkupkan pakaiannya itu kecuali dia akan menghafal apa yang aku ucapkan.” 

Aku pun membentangkan selembar kain namirah (kain bergaris putih hitam) yang tadinya aku pakai, hingga ketika Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah menyelesaikan ucapannya, aku tangkupkan ke dadaku. Maka sejak saat itu, aku tidak lupa sedikitpun ucapan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.