Cari Blog Ini

Al-Ishabah - 9602. Abu Bisyr Al-Anshari

9602. Abu Bisyr Al-Anshari 


٩٦٠٢ - أَبُو بِشۡرٍ الۡأَنۡصَارِيُّ: ذَكَرَهُ ابۡنُ أَبِي خَيۡثَمَةَ، وَأَخۡرَجَ مِنۡ طَرِيقِ مَخۡرَمَةَ بۡنِ بُكَيۡرٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ نَافِعٍ، قَالَ: رَآنِي أَبُو الۡبِشۡرِ الۡأَنۡصَارِيُّ، صَاحِبُ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَأَنَا أُصَلِّي حِينَ طَلَعَتِ الشَّمۡسُ، فَعَابَ عَلَيَّ ذٰلِكَ، وَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَا تُصَلُّوا حَتَّى تَرۡتَفِعَ، فَإِنَّهَا إِنَّمَا تَطۡلُعُ بَيۡنَ قَرۡنَيۡ شَيۡطَانٍ)، 

Abu Bisyr Al-Anshari. Ibnu Abu Khaitsamah menyebutkan beliau dan meriwayatkan dari jalan Makhramah bin Bukair, dari ayahnya, dari Sa’id bin Nafi’. Beliau berkata: Abu Al-Bisyr Al-Anshari—sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam—melihatku salat ketika matahari terbit. Beliau mengkritik perbuatanku itu dan berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Janganlah kalian salat hingga (matahari) naik! Karena matahari terbit di antara dua tanduk setan.” 

وَغَايَرَ ابۡنُ أَبِي خَيۡثَمَةَ بَيۡنَهُ وَبَيۡنَ أَبِي بِشۡرٍ الۡأَنۡصَارِيِّ الۡآتِي الۡمُخَرَّجِ حَدِيثُهُ فِي الصَّحِيحَيۡنِ، فَهَٰذَا أَوَّلُهُ كَسۡرَةٌ، ثُمَّ سُكُونٌ وَالۡآتِي فَتۡحَةٌ ثُمَّ كَسۡرَةٌ، وَوَحَّدَ بَيۡنَهُمَا ابۡنُ عَبۡدِ الۡبَرِّ، 

Ibnu Abu Khaitsamah membedakan antara dia dengan Abu Bisyr Al-Anshari yang akan disebutkan yang hadisnya dikeluarkan di dalam dua kitab Shahih. Yang ini huruf pertamanya dikasrah kemudian disukun. Adapun yang nanti disebutkan, fatah lalu kasrah. Adapun Ibnu ‘Abdul Barr menyatakan kedua orang tersebut adalah satu orang yang sama. 

وَقَالَ: هُوَ الَّذِي رَوَى عُمَارَةُ بۡنُ غَزِيَّةَ عَنۡهُ حَدِيثَ: أَنَّ رَسُولَ اللهَ ﷺ حَرَّمَ مَا بَيۡنَ لَابَتَيۡهَا؛ 

Dia berkata: Beliau adalah yang hadisnya diriwayatkan oleh ‘Umarah bin Ghaziyyah: Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menjadikan daerah di antara dua tanah berbatu hitam Madinah sebagai tanah suci. 

قَالَ: وَمِنۡ حَدِيثِهِ: (الۡحُمَّى مِنۡ فَيۡحِ جَهَنَّمَ)، 

Dia berkata: Termasuk hadis beliau adalah, “Demam itu dari panasnya neraka Jahanam.” 

وَالرَّاجِحُ التَّفۡرِقَةُ. 

Pendapat yang lebih kuat adalah yang membedakan.