Syekh Muhammad bin 'Abdul Wahhab--rahimahullah--di dalam
Nawaqidh Al-Islam berkata:
السَّابِعُ: السِّحۡرُ: وَمِنۡهُ الصَّرۡفُ وَالۡعَطۡفُ، فَمَنۡ فَعَلَهُ أَوۡ رَضِيَ بِهِ؛ کَفَرَ.
وَالدَّلِيلُ قَوۡلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنۡ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَآ إِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَةٌ فَلَا تَكۡفُرۡ ۖ﴾ [البقرة: ١٠٢].
Ketujuh: Sihir. Termasuk sihir adalah sharf dan ‘athf (ramuan yang bisa mempengaruhi akal, keinginan, dan kecenderungan dari orang yang disihir sehingga bisa menyebabkannya membenci atau mencintai pasangannya). Siapa saja yang mengerjakannya atau rida terhadapnya, maka dia kafir.
Dalilnya adalah firman Allah taala, “Keduanya tidaklah mengajari seorang pun hingga keduanya mengatakan, ‘Sesungguhnya kami hanyalah ujian, maka janganlah engkau kafir.’”(QS. Al-Baqarah: 102).[1]
Syekh Shalih bin Fauzan bin 'Abdullah Al-Fauzan--hafizhahullah--berkata
di dalam syarahnya:
[1]
النَّوۡعُ السَّابِعُ مِنۡ أَنۡوَاعِ الرِّدَّةِ: السِّحۡرُ، وَالسِّحۡرُ
عَمَلٌ يَعۡمَلُهُ السَّاحِرُ، وَهُوَ عَلَى نَوۡعَيۡنِ: سِحۡرٌ حَقِيقِيٌّ،
وَسِحۡرٌ تَخۡيِيلِيٌّ.
Jenis ketujuh dari macam-macam kemurtadan adalah sihir. Sihir adalah amalan
yang dikerjakan oleh tukang sihir. Sihir ada dua macam: sihir yang hakiki dan
sihir yang bersifat pengkhayalan.
النَّوۡعُ الۡأَوَّلُ: سِحۡرٌ حَقِيقِيٌّ: هُوَ عِبَارَةٌ عَنۡ عُقَدٍ
يُنۡفَثُ فِيهَا السَّاحِرُ، وَرُقًى وَكَلَامٍ يُتَمۡتَمُ بِهِ، وَيَسۡتَعِينُ
بِالشَّيَاطِينِ فِي كَلَامِهِ، وَعَزَائِمَ يُعَلَّقُونَهَا، وَكِتَابَاتِ
طَلَاسِمَ یَکۡتُبُونَهَا بِأَسۡمَاءِ الشَّيَاطِينِ، هَٰذَا هُوَ السِّحۡرُ
الۡحَقِيقِيُّ، هَٰذَا يُؤَثِّرُ فِي الۡمَسۡحُورِ، إِمَّا بِقَتۡلِهِ وَإِمَّا
بِإِمۡرَاضِهِ وَإِمَّا بِالۡإِخۡلَالِ بِعَقۡلِهِ.
Jenis sihir yang pertama adalah sihir yang hakiki. Yaitu ungkapan tentang
perbuatan tukang sihir yang meniup buhul-buhul. Begitu pula menggumamkan
jampi-jampi dan mantra-mantra. Tukang sihir itu meminta tolong kepada
setan-setan dengan ucapan-ucapannya. Begitu pula menggantungkan jimat-jimat
dan simbol-simbol yang mereka tulis dengan nama-nama setan. Ini merupakan
bentuk sihir yang hakiki. Sihir ini bisa berpengaruh kepada orang yang
disihir. Bisa membuatnya mati, membuatnya sakit, atau menghilangkan
akalnya.
وَالنَّوۡعُ الثَّانِي: تَخۡیِیلِيٌّ: بِأَنۡ يَعۡمَلَ أَشۡيَاءَ يُخَيَّلُ
إِلَى النَّاسِ أَنَّهَا صَحِيحَةٌ، وَهِيَ غَيۡرُ صَحِيحَةٍ، يُخَيَّلُ
لِلنَّاسِ أَنَّهُ يُقَلِّبُ الۡحَجَرَ إِلَى حَيَوَانٍ، أَوۡ أَنَّهُ يَقۡتُلُ
شَخۡصًا وَيُحۡيِيهِ، يَقۡطَعُ رَأۡسَهُ ثُمَّ يَرُدُّهُ، أَوۡ أَنَّهُ يَجُرُّ
السَّيَّارَةَ بِشَعۡرِهِ أَوۡ بِأَسۡنَانِهِ، أَوۡ أَنَّ السَّيَّارَةَ
تَمۡشِي عَلَيۡهِ وَلَا تَضُرُّهُ، أَوۡ أَنَّهُ يَدۡخُلُ فِي النَّارِ، أَوۡ
يَأۡكُلُ النَّارَ، أَوۡ يَطۡعَنُ نَفۡسَهُ بِالۡحَدِيدِ، يَطۡعَنُ عَيۡنَهُ
بِأَسۡيَاخِ الۡحَدِيدِ، أَوۡ يَأۡكُلُ الزُّجَاجَ، كُلُّ هَٰذِهِ مِنۡ
أَنۡوَاعِ الشَّعۡوَذَةِ، وَهِيَ لَا حَقِيقَةَ لَهَا، مِثۡلُ سِحۡرِ سَحَرَةِ
فِرۡعَوۡنَ، قَالَ تَعَالَى: ﴿يُخَيَّلُ إِلَيۡهِ مِن سِحۡرِهِمۡ أَنَّهَا
تَسۡعَىٰ﴾ [طه: ٦٦]. وَقَالَ تَعَالَى: ﴿سَحَرُوٓا۟ أَعۡيُنَ ٱلنَّاسِ
وَٱسۡتَرۡهَبُوهُمۡ﴾ [الأعراف: ۱۱٦]. هَٰذَا سِحۡرٌ تَخۡيِيلِيٌّ، وَهَٰذَا
يُسَمُّونَهُ الۡقُمۡرَةَ، الَّتِي يَعۡمَلُهَا السَّاحِرُ عَلَى أَعۡيُنِ
النَّاسِ، ثُمَّ إِذَا انۡتَهَتِ الۡقُمۡرَةُ، عَادَتِ الۡأَشۡيَاءُ إِلَى
حَقِيقَتِهَا، وَالسِّحۡرُ كُفۡرٌ، وَالدَّلِيلُ قَوۡلُهُ تَعَالَی:
﴿وَلَـٰكِنَّ ٱلشَّيَـٰطِينَ كَفَرُوا۟ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحۡرَ﴾
[البقرة: ۱۰۲]. السِّحۡرُ تَعَلُّمُهُ وَتَعۡلِيمُهُ كُفۡرٌ بِاللهِ عَزَّ
وَجَلَّ، وَهُوَ نَوۡعٌ مِنۡ أَنۡوَاعِ الرِّدَّةِ، فَالسَّاحِرُ مُرۡتَدٌّ،
إِذَا كَانَ مُؤۡمِنًا ثُمَّ سَحَرَ فَإِنَّهُ يَرۡتَدُّ عَنۡ دِینِ
الۡإِسۡلَامِ، وَيُقۡتَلُ وَلَا يُسۡتَتَابُ، عِنۡدَ بَعۡضِ الۡعُلَمَاءِ؛
لِأَنَّهُ حَتَّى وَلَوۡ تَابَ فِي الظَّاهِرِ فَهُوَ يُخَادِعُ النَّاسَ،
وَلَا يَزُولُ عِلۡمُ السِّحۡرِ مِنۡ قَلۡبِهِ وَلَوۡ تَابَ.
Jenis sihir kedua adalah sihir yang bersifat pengkhayalan, yaitu dengan
melakukan sesuatu yang dikhayalkan kepada manusia bahwa hal itu nyata padahal
tidak nyata. Misal, dikhayalkan kepada manusia bahwa dia bisa mengubah batu
menjadi hewan, atau dia bisa membunuh seseorang lalu menghidupkannya, dia
memotong kepalanya lalu mengembalikannya. Atau dia bisa menarik mobil dengan
rambut atau giginya, atau mobil menabraknya namun tidak mencelakainya, atau
dia masuk ke dalam api, atau makan api, atau menusuk dirinya dengan besi,
menusuk matanya dengan besi yang runcing, atau makan kaca. Semua ini termasuk
jenis permainan sulap yang tidak ada kenyataannya, semisal sihirnya para
tukang sihir Fir’aun.
Allah taala berfirman, “Dibayangkan kepada Musa bahwa tongkat-tongkat itu
merayap cepat lantaran sihir mereka.” (QS. Thaha: 66).
Allah taala berfirman, “Mereka menyihir mata-mata manusia dan menjadikan
mereka takut.” (QS. Al-A’raf: 116).
Ini adalah sihir pengkhayalan. Jenis sihir ini mereka namakan qumrah yang
dilakukan oleh tukang sihir terhadap mata-mata manusia. Apabila sihir qumrah
ini selesai, maka hal-hal yang dikhayalkan tadi kembali kepada bentuk
aslinya.
Sihir adalah kekufuran. Dalilnya adalah firman Allah taala, “Akan tetapi para
setan itu yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (QS.
Al-Baqarah: 102).
Mempelajari sihir dan mengajarkannya adalah perbuatan kufur kepada Allah—‘azza
wa jalla—dan merupakan salah satu jenis kemurtadan. Jadi tukang sihir adalah
orang yang murtad. Jika dia tadinya seorang mukmin lalu melakukan sihir, maka
dia murtad dari agama Islam. Dia dihukum bunuh tanpa dituntut untuk bertobat
menurut sebagian ulama karena andai dia lahirnya bertobat, namun dia biasanya
mengelabui orang-orang dan ilmu sihir tidak hilang dari hatinya walaupun dia
bertobat.
وَالدَّلِيلُ قَوۡلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنۡ أَحَدٍ حَتَّىٰ
يَقُولَآ إِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَةٌ فَلَا تَكۡفُرۡ ۖ﴾ [البقرة: ۱۰۲] اللهُ
–جَلَّ وَعَلَا- أَنۡزَلَ مَلَكَيۡنِ مِنَ السَّمَاءِ يُعَلِّمَانِ السِّحۡرَ،
ابۡتِلَاءً لِلنَّاسِ، وَامۡتِحَانًا لِلنَّاسِ، فَإِذَا جَاءَهُمۡ مَنۡ
يُرِيدُ تَعَلُّمَ السِّحۡرِ نَصَحَاهُ، وَقَالَا لَهُ: ﴿إِنَّمَا نَحۡنُ
فِتۡنَةٌ فَلَا تَكۡفُرۡ ۖ﴾ يَعۡنِي: لَا تَتَعَلَّمِ السِّحۡرَ فَدَلَّ عَلَى
أَنَّ تَعَلُّمَ السِّحۡرِ کُفۡرٌ.
Dalil (mempelajari sihir merupakan kekufuran) adalah firman Allah taala,
“Kedua malaikat itu tidaklah akan mengajari seorangpun sampai keduanya
berkata: Kami hanyalah ujian, maka janganlah engkau kufur.” (QS. Al-Baqarah:
102).
Allah—jalla wa ‘ala—menurunkan dua malaikat dari langit untuk mengajari sihir
sebagai cobaan dan ujian bagi manusia. Jika ada yang ingin belajar sihir
kepada keduanya, maka kedua malaikat itu menasihatinya dan berkata kepadanya,
“Kami hanyalah ujian, janganlah engkau kufur.” Yakni, janganlah engkau belajar
sihir. Ini menunjukkan bahwa belajar sihir merupakan kekufuran.