Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 4745

١ - بَابُ قَوۡلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَالَّذِينَ يَرۡمُونَ أَزۡوَاجَهُمۡ وَلَمۡ يَكُنۡ لَهُمۡ شُهَدَاءُ إِلَّا أَنۡفُسُهُمۡ فَشَهَادَةُ أَحَدِهِمۡ أَرۡبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللهِ إِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ﴾ ۝٦
1. Bab firman Allah—‘azza wa jalla—, “Orang-orang yang menuduh istri-istri mereka (berzina) namun tidak memiliki saksi-saksi kecuali diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu empat kali bersumpah dengan nama Allah bahwa dia termasuk orang-orang yang benar.” (QS. An-Nur: 6).


٤٧٤٥ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ يُوسُفَ: حَدَّثَنَا الۡأَوۡزَاعِيُّ قَالَ: حَدَّثَنِي الزُّهۡرِيُّ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ: أَنَّ عُوَيۡمِرًا أَتَى عَاصِمَ بۡنَ عَدِيٍّ، وَكَانَ سَيِّدَ بَنِي عَجۡلَانَ، فَقَالَ: كَيۡفَ تَقُولُونَ فِي رَجُلٍ وَجَدَ مَعَ امۡرَأَتِهِ رَجُلًا، أَيَقۡتُلُهُ فَتَقۡتُلُونَهُ، أَمۡ كَيۡفَ يَصۡنَعُ؟ سَلۡ لِي رَسُولَ اللهِ ﷺ عَنۡ ذٰلِكَ، فَأَتَى عَاصِمٌ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، فَكَرِهَ رَسُولُ اللهِ ﷺ الۡمَسَائِلَ، فَسَأَلَهُ عُوَيۡمِرٌ فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَرِهَ الۡمَسَائِلَ وَعَابَهَا، قَالَ عُوَيۡمِرٌ: وَاللهِ لَا أَنۡتَهِي حَتَّى أَسۡأَلَ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَنۡ ذٰلِكَ،

4745. Ishaq telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Yusuf menceritakan kepada kami: Al-Auza’i menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Az-Zuhri menceritakan kepadaku dari Sahl bin Sa’d: Bahwa ‘Uwaimir mendatangi ‘Ashim bin ‘Adi. ‘Ashim adalah tokoh bani ‘Ajlan.

‘Uwaimir berkata, “Bagaimana pendapat Anda tentang seorang pria yang mendapati istrinya bersamaan (berzina) dengan pria lain? Apakah dia membunuh pria itu lalu kalian menghukum bunuh dia? Atau bagaimana yang seharusnya dia lakukan? Tanyakanlah kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—untukku tentang hal itu!”

‘Ashim mendatangi Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu berkata, “Wahai Rasulullah…” Namun Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak menyukai pertanyaan itu.

‘Uwaimir bertanya kepada ‘Ashim, lalu ‘Ashim menjawab, “Sesungguhnya Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak menyukai pertanyaan itu dan mencelanya.”

‘Uwaimir berkata, “Demi Allah, aku tidak berhenti sampai aku bertanya kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tentang itu.”

فَجَاءَ عُوَيۡمِرٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، رَجُلٌ وَجَدَ مَعَ امۡرَأَتِهِ رَجُلًا، أَيَقۡتُلُهُ فَتَقۡتُلُونَهُ، أَمۡ كَيۡفَ يَصۡنَعُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (قَدۡ أَنۡزَلَ اللهُ الۡقُرۡآنَ فِيكَ وَفِي صَاحِبَتِكَ). فَأَمَرَهُمَا رَسُولُ اللهِ ﷺ بِالۡمُلَاعَنَةِ بِمَا سَمَّى اللهُ فِي كِتَابِهِ، فَلَاعَنَهَا، ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنۡ حَبَسۡتُهَا فَقَدۡ ظَلَمۡتُهَا، فَطَلَّقَهَا، فَكَانَتۡ سُنَّةً لِمَنۡ كَانَ بَعۡدَهُمَا فِي الۡمُتَلَاعِنَيۡنِ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (انۡظُرُوا، فَإِنۡ جَاءَتۡ بِهِ أَسۡحَمَ، أَدۡعَجَ الۡعَيۡنَيۡنِ، عَظِيمَ الۡأَلۡيَتَيۡنِ، خَدَلَّجَ السَّاقَيۡنِ، فَلَا أَحۡسِبُ عُوَيۡمِرًا إِلَّا قَدۡ صَدَقَ عَلَيۡهَا. وَإِنۡ جَاءَتۡ بِهِ أُحَيۡمِرَ كَأَنَّهُ وَحَرَةٌ، فَلَا أَحۡسِبُ عُوَيۡمِرًا إِلَّا قَدۡ كَذَبَ عَلَيۡهَا). فَجَاءَتۡ بِهِ عَلَى النَّعۡتِ الَّذِي نَعَتَ بِهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ مِنۡ تَصۡدِيقِ عُوَيۡمِرٍ، فَكَانَ بَعۡدُ يُنۡسَبُ إِلَى أُمِّهِ. [طرفه في: ٤٢٣].

‘Uwaimir datang seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ada seseorang mendapati istrinya bersama pria lain. Apakah dia membunuh pria itu lalu kalian menghukum bunuh dia? Atau apa yang mesti dia lakukan?”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Allah telah menurunkan ayat Alquran tentangmu dan tentang istrimu.” Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan keduanya agar melakukan lian seperti yang Allah sebutkan di dalam kitab-Nya.

‘Uwaimir pun melakukan lian dengan istrinya kemudian beliau berkata, “Wahai Rasulullah, jika aku masih menahannya, tentu aku menzaliminya.” ‘Uwaimir pun menceraikan istrinya. Kejadian itu menjadi sunah bagi orang setelah mereka berdua yang melakukan lian.

Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Perhatikan! Jika bayi yang lahir nanti hitam kulitnya, lebar matanya sangat putih skleranya dan sangat hitam pupilnya, besar pantatnya, gemuk kedua betisnya, aku menduga ‘Uwaimir yang jujur. Namun jika bayi yang lahir nanti pendek dan putih kulitnya seakan-akan waharah (binatang kecil dari jenis tokek yang biasa mengerubungi makanan atau daging lalu merusaknya), aku menduga ‘Uwaimir yang berdusta.”

Ternyata, bayi yang lahir sesuai dengan sifat yang digambarkan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang membenarkan ‘Uwaimir. Setelah itu, bayi tersebut dinisbahkan kepada ibunya.