١٦ - بَابُ الۡخَزِيرَةِ
16. Bab khazirah (makanan yang terbuat daging yang dipotong kecil-kecil
dimasak dengan air, lalu setelah masak ditaburi tepung)
وَقَالَ النَّضۡرُ: الۡخَزِيرَةُ مِنَ النُّخَالَةِ، وَالۡحَرِيرَةُ مِنَ
اللَّبَنِ.
An-Nadhr berkata: khazirah (terbuat) dari bekatul dan harirah (terbuat) dari
susu.
٥٤٠١ - حَدَّثَنِي يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ
عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مَحۡمُودُ بۡنُ الرَّبِيعِ
الۡأَنۡصَارِيُّ: أَنَّ عِتۡبَانَ بۡنَ مَالِكٍ، وَكَانَ مِنۡ أَصۡحَابِ
النَّبِيِّ ﷺ، مِمَّنۡ شَهِدَ بَدۡرًا مِنَ الۡأَنۡصَارِ: أَنَّهُ أَتَى
رَسُولَ اللهِ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي أَنۡكَرۡتُ بَصَرِي،
وَأَنَا أُصَلِّي لِقَوۡمِي، فَإِذَا كَانَتِ الۡأَمۡطَارُ سَالَ الۡوَادِي
الَّذِي بَيۡنِي وَبَيۡنَهُمۡ، لَمۡ أَسۡتَطِعۡ أَنۡ آتِيَ مَسۡجِدَهُمۡ
فَأُصَلِّيَ لَهُمۡ، فَوَدِدۡتُ يَا رَسُولَ اللهِ، أَنَّكَ تَأۡتِي فَتُصَلِّي
فِي بَيۡتِي فَأَتَّخِذُهُ مُصَلًّى، فَقَالَ: (سَأَفۡعَلُ إِنۡ شَاءَ اللهُ).
قَالَ عِتۡبَانُ: فَغَدَا رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَبُو بَكۡرٍ حِينَ ارۡتَفَعَ
النَّهَارُ، فَاسۡتَأۡذَنَ النَّبِيُّ ﷺ فَأَذِنۡتُ لَهُ، فَلَمۡ يَجۡلِسۡ
حَتَّى دَخَلَ الۡبَيۡتَ، ثُمَّ قَالَ لِي: (أَيۡنَ تُحِبُّ أَنۡ أُصَلِّيَ
مِنۡ بَيۡتِكَ؟) فَأَشَرۡتُ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنَ الۡبَيۡتِ، فَقَامَ
النَّبِيُّ ﷺ فَكَبَّرَ فَصَفَفۡنَا، فَصَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ ثُمَّ سَلَّمَ،
وَحَبَسۡنَاهُ عَلَى خَزِيرٍ صَنَعۡنَاهُ،
5401. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepadaku: Al-Laits menceritakan
kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab. Beliau berkata: Mahmud bin Ar-Rabi’
Al-Anshari mengabarkan kepadaku:
Bahwa
‘Itban bin Malik—beliau termasuk sahabat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang mengikuti
perang Badr dari kalangan Ansar—mendatangi Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa
sallam—seraya berkata, “Wahai Rasulullah, aku sudah tidak mengenali
penglihatanku (karena pandangan sudah melemah) sementara aku salat mengimami
kaumku. Namun apabila hujan turun, air mengaliri lembah yang ada antara aku
dengan mereka, sehingga aku tidak mampu untuk datang ke masjid mereka untuk
salat mengimami mereka. Aku sangat ingin, wahai Rasulullah, engkau datang lalu
engkau salat di rumahku. Lalu aku jadikan (tempat salatmu) sebagai tempat
salat.”
Rasulullah bersabda, “Akan aku lakukan insya Allah.”
‘Itban berkata: Keesokan hari, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan
Abu Bakr berangkat ketika sudah siang. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa
sallam—meminta izin masuk, lalu aku mengizinkan beliau. Beliau tidak duduk
sampai masuk ke dalam rumah. Kemudian beliau bersabda, “Di bagian rumahmu yang
mana engkau suka aku salat?”
Aku menunjukkan beliau ke salah satu sudut rumah. Rasulullah—shallallahu
‘alaihi wa sallam—berdiri dan bertakbir, lalu kami membuat saf. Beliau salat
dua rakaat kemudian salam.
Kami menahan beliau dengan hidangan khazir (makanan yang terbuat daging yang
dipotong kecil-kecil dimasak dengan air, lalu setelah masak ditaburi tepung)
yang kami buat.
فَثَابَ فِي الۡبَيۡتِ رِجَالٌ مِنۡ أَهۡلِ الدَّارِ ذَوُو عَدَدٍ
فَاجۡتَمَعُوا، فَقَالَ قَائِلٌ مِنۡهُمۡ: أَيۡنَ مَالِكُ بۡنُ الدُّخۡشُنِ؟
فَقَالَ بَعۡضُهُمۡ: ذٰلِكَ مُنَافِقٌ، لَا يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ، قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: (لَا تَقُلۡ، أَلَا تَرَاهُ قَالَ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ،
يُرِيدُ بِذٰلِكَ وَجۡهَ اللهِ؟). قَالَ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعۡلَمُ، قَالَ:
قُلۡنَا: فَإِنَّا نَرَى وَجۡهَهُ وَنَصِيحَتَهُ إِلَى الۡمُنَافِقِينَ،
فَقَالَ: (فَإِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنۡ قَالَ: لَا إِلٰهَ إِلَّا
اللهُ، يَبۡتَغِي بِذٰلِكَ وَجۡهَ اللهِ). قَالَ ابۡنُ شِهَابٍ؛ ثُمَّ سَأَلۡتُ
الۡحُصَيۡنَ بۡنَ مُحَمَّدٍ الۡأَنۡصَارِيَّ، أَحَدَ بَنِي سَالِمٍ - وَكَانَ
مِنۡ سَرَاتِهِمۡ - عَنۡ حَدِيثِ مَحۡمُودٍ، فَصَدَّقَهُ. [طرفه في:
٤٢٤].
Datanglah orang-orang dari penduduk desa itu berduyun-duyun ke rumah beliau,
lalu mereka berkumpul. Salah seorang mereka bertanya, “Di mana Malik bin Ad-Dukhsyun?”
Sebagian mereka menimpali, “Orang itu munafik yang tidak mencintai Allah dan
Rasul-Nya.”
Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Jangan berkata begitu.
Bukankah engkau melihat dia telah mengatakan, ‘Tidak ada sesembahan yang
berhak diibadahi kecuali Allah,’ yang ia harapkan wajah Allah dengan ucapan
itu?”
Orang itu berkata, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Dia berkata: Kami
berkata, “Karena kami melihat wajahnya dan nasihatnya condong ke arah
orang-orang munafik.”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi siapa
saja yang mengatakan, ‘Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali
Allah,’ yang ia harapkan wajah Allah dengan perkataan itu.”
Ibnu Syihab berkata: Kemudian aku bertanya kepada Al-Hushain bin Muhammad
Al-Anshari—beliau adalah salah seorang Bani Salim dan termasuk petinggi
mereka—tentang hadis Mahmud, maka beliau membenarkan hadis itu.