Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 1386

٩٣ - بَابٌ
93. Bab


١٣٨٦ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا جَرِيرُ بۡنُ حَازِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ، عَنۡ سَمُرَةَ بۡنِ جُنۡدَبٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا صَلَّى صَلَاةً، أَقۡبَلَ عَلَيۡنَا بِوَجۡهِهِ، فَقَالَ: (مَنۡ رَأَى مِنۡكُمُ اللَّيۡلَةَ رُؤۡيَا؟) قَالَ: فَإِنۡ رَأَى أَحَدٌ قَصَّهَا، فَيَقُولُ: (مَا شَاءَ اللهُ). فَسَأَلَنَا يَوۡمًا فَقَالَ: (هَلۡ رَأَى أَحَدٌ مِنۡكُمۡ رُؤۡيَا؟) قُلۡنَا: لَا، قَالَ: (لَٰكِنِّي رَأَيۡتُ اللَّيۡلَةَ رَجُلَيۡنِ أَتَيَانِي فَأَخَذَا بِيَدِي، فَأَخۡرَجَانِي إِلَى الۡأَرۡضِ الۡمُقَدَّسَةِ، فَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ، وَرَجُلٌ قَائِمٌ، بِيَدِهِ كَلُّوبٌ مِنۡ حَدِيدٍ).

1386. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami: Jarir bin Hazim menceritakan kepada kami: Abu Raja` menceritakan kepada kami dari Samurah bin Jundab. Beliau berkata:

Dahulu, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila telah mengerjakan salat, beliau menghadapkan wajah kepada kami. Beliau bertanya, “Siapa di antara kalian yang tadi malam bermimpi?”

Perawi berkata: Apabila ada seseorang yang bermimpi, dia akan menceritakannya, lalu beliau mengatakan, “Masyaallah.”

Suatu hari beliau bertanya kepada kami, “Apakah salah seorang dari kalian ada yang bermimpi?”

Kami menjawab, “Tidak.”

Beliau bersabda, “Akan tetapi tadi malam aku bermimpi melihat dua lelaki mendatangiku lalu memegang tanganku. Keduanya membawaku keluar menuju tanah yang disucikan. Di sana ada seorang pria yang duduk dan seorang pria yang berdiri yang di tangannya ada semacam pengait dari besi.”

قَالَ بَعۡضُ أَصۡحَابِنَا عَنۡ مُوسَى: (إِنَّهُ يُدۡخِلُ ذٰلِكَ الۡكَلُّوبَ فِي شِدۡقِهِ حَتَّى يَبۡلُغَ قَفَاهُ، ثُمَّ يَفۡعَلُ بِشِدۡقِهِ الۡآخَرِ مِثۡلَ ذٰلِكَ، وَيَلۡتَئِمُ شِدۡقُهُ هَٰذَا، فَيَعُودُ فَيَصۡنَعُ مِثۡلَهُ، قُلۡتُ: مَا هَٰذَا؟ قَالَا: انۡطَلِقۡ،

Sebagian sahabat kami berkata dari Musa: Pria yang berdiri itu memasukkan pengait itu ke dalam sisi rahang pria yang duduk hingga sampai ke tengkuknya. Kemudian dia melakukan semisal itu ke sisi rahang yang lain. Lalu sisi rahang pria itu kembali normal, lalu pria yang berdiri itu mengulangi melakukan semisal tadi.

Aku bertanya, “Siapa pria ini?”

Kedua lelaki (yang membawaku) berkata, “Ayo pergi.”

فَانۡطَلَقۡنَا، حَتَّى أَتَيۡنَا عَلَى رَجُلٍ مُضۡطَجِعٍ عَلَى قَفَاهُ، وَرَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى رَأۡسِهِ بِفِهۡرٍ، أَوۡ صَخۡرَةٍ، فَيَشۡدَخُ بِهِ رَأۡسَهُ، فَإِذَا ضَرَبَهُ تَدَهۡدَهَ الۡحَجَرُ، فَانۡطَلَقَ إِلَيۡهِ لِيَأۡخُذَهُ، فَلَا يَرۡجِعُ إِلَى هَٰذَا، حَتَّى يَلۡتَئِمَ رَأۡسُهُ، وَعَادَ رَأۡسُهُ كَمَا هُوَ، فَعَادَ إِلَيۡهِ فَضَرَبَهُ، قُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَا: انۡطَلِقۡ،

Kami pun pergi hingga kami mendatangi seorang pria yang berbaring di atas tengkuknya dan seorang pria berdiri di atas kepalanya dengan memegangi batu lalu dia meremukkan kepala pria (yang berbaring) menggunakan batu tersebut. Setelah dia memukulnya, batu itu menggelinding. Dia pergi memungut kembali batu itu. Belum sampai dia kembali ke orang yang dia pukul, ternyata kepalanya sudah kembali utuh dan kembali seperti semula. Dia pun mengulangi memukulnya.

Aku bertanya, “Siapa orang ini?”

Kedua lelaki (yang membawaku) berkata, “Ayo pergi.”

فَانۡطَلَقۡنَا إِلَى ثَقۡبٍ مِثۡلِ التَّنُّورِ، أَعۡلَاهُ ضَيِّقٌ وَأَسۡفَلُهُ وَاسِعٌ، يَتَوَقَّدُ تَحۡتَهُ نَارًا، فَإِذَا اقۡتَرَبَ ارۡتَفَعُوا، حَتَّى كَادَ أَنۡ يَخۡرُجُوا، فَإِذَا خَمَدَتۡ رَجَعُوا فِيهَا، وَفِيهَا رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ، فَقُلۡتُ: مَنۡ هَٰذَا؟ قَالَا: انۡطَلِقۡ،

Kita pun pergi ke suatu lubang semisal tanur (besar). Bagian atasnya sempit dan bagian bawahnya luas. Di bawahnya dinyalakan api. Apabila api mendekat ke tanur, orang-orang di dalamnya berusaha naik sampai mereka hampir-hampir keluar. Apabila nyala apinya tenang, mereka kembali (turun) di dalam. Di dalam tanur itu ada pria-pria dan wanita-wanita yang telanjang.

Aku bertanya, “Siapa mereka ini?”

Kedua lelaki (yang membawaku) berkata, “Ayo pergi.”

فَانۡطَلَقۡنَا، حَتَّى أَتَيۡنَا عَلَى نَهَرٍ مِنۡ دَمٍ فِيهِ رَجُلٌ قَائِمٌ، عَلَى وَسَطِ النَّهَرِ – قَالَ يَزِيدُ وَوَهۡبُ بۡنُ جَرِيرٍ، عَنۡ جَرِيرِ بۡنِ حَازِمٍ: وَعَلَى شَطِّ النَّهَرِ - رَجُلٌ بَيۡنَ يَدَيۡهِ حِجَارَةٌ، فَأَقۡبَلَ الرَّجُلُ الَّذِي فِي النَّهَرِ، فَإِذَا أَرَادَ أَنۡ يَخۡرُجَ رَمَى الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِي فِيهِ، فَرَدَّهُ حَيۡثُ كَانَ، فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ لِيَخۡرُجَ رَمَى فِي فِيهِ بِحَجَرٍ، فَيَرۡجِعُ كَمَا كَانَ، فَقُلۡتُ: مَا هَٰذَا؟ قَالَا: انۡطَلِقۡ،

Kita pun pergi hingga kami mendatangi suatu sungai dari darah. Di sungai itu ada seorang pria yang berdiri di tengah sungai. Yazid dan Wahb bin Jarir berkata dari Jarir bin Hazim: Sementara di pinggir sungai ada seorang pria yang di depannya ada batu-batu. Dia menghadap ke arah pria yang berada di sungai. Ketika pria yang di sungai hendak keluar, pria (yang di pinggir sungai) melempar batu ke mulutnya hingga membuatnya kembali ke tempat semula. Setiap kali pria yang di sungai datang untuk keluar, pria yang di pinggir sungai melempari mulutnya dengan batu, lalu dia kembali ke tempat semula.

Aku bertanya, “Siapa orang ini?”

Kedua lelaki (yang membawaku) berkata, “Ayo pergi.”

فَانۡطَلَقۡنَا، حَتَّى انۡتَهَيۡنَا إِلَى رَوۡضَةٍ خَضۡرَاءَ، فِيهَا شَجَرَةٌ عَظِيمَةٌ، وَفِي أَصۡلِهَا شَيۡخٌ وَصِبۡيَانٌ، وَإِذَا رَجُلٌ قَرِيبٌ مِنَ الشَّجَرَةِ، بَيۡنَ يَدَيۡهِ نَارٌ يُوقِدُهَا، فَصَعِدَا بِي فِي الشَّجَرَةِ، وَأَدۡخَلَانِي دَارًا لَمۡ أَرَ قَطُّ أَحۡسَنَ مِنۡهَا، فِيهَا رِجَالٌ شُيُوخٌ، وَشَبَابٌ وَنِسَاءٌ وَصِبۡيَانٌ، ثُمَّ أَخۡرَجَانِي مِنۡهَا، فَصَعِدَا بِي الشَّجَرَةَ، فَأَدۡخَلَانِي دَارًا هِيَ أَحۡسَنُ وَأَفۡضَلُ، فِيهَا شُيُوخٌ وَشَبَابٌ،

Kita pun pergi hingga kami sampai ke suatu taman yang hijau. Di dalamnya ada sebuah pohon yang amat besar. Di dasar pohon itu ada seorang yang sudah tua dan ada anak-anak. Ada seorang pria yang berada di dekat pohon. Di hadapannya ada api yang dia nyalakan. Kedua lelaki membawaku naik di pohon tadi. Keduanya membawaku masuk ke suatu kampung yang aku belum pernah melihat yang lebih indah darinya. Di dalamnya ada pria-pria dewasa, orang-orang tua, pemuda-pemuda, wanita-wanita, dan anak-anak. Kemudian keduanya membawaku keluar darinya. Keduanya membawaku lebih naik pohon tadi. Keduanya membawaku masuk ke suatu kampung yang lebih indah dan lebih bagus. Di dalamnya ada orang-orang tua dan pemuda-pemuda.

قُلۡتُ: طَوَّفۡتُمَانِي اللَّيۡلَةَ، فَأَخۡبِرَانِي عَمَّا رَأَيۡتُ، قَالَا: نَعَمۡ، أَمَّا الَّذِي رَأَيۡتَهُ يُشَقُّ شِدۡقُهُ فَكَذَّابٌ، يُحَدِّثُ بِالۡكَذۡبَةِ، فَتُحۡمَلُ عَنۡهُ حَتَّى تَبۡلُغَ الۡآفَاقَ، فَيُصۡنَعُ بِهِ إِلَى يَوۡمِ الۡقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيۡتَهُ يُشۡدَخُ رَأۡسُهُ، فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ الۡقُرۡآنَ، فَنَامَ عَنۡهُ بِاللَّيۡلِ، وَلَمۡ يَعۡمَلۡ فِيهِ بِالنَّهَارِ، يُفۡعَلُ بِهِ إِلَى يَوۡمِ الۡقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيۡتَهُ فِي الثَّقۡبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيۡتَهُ فِي النَّهَرِ آكِلُو الرِّبَا،

Aku berkata, “Kalian berdua sudah membawaku berkeliling semalaman. Sekarang beri tahu aku tentang yang telah aku lihat.”

Kedua lelaki itu berkata, “Baiklah. Orang yang engkau lihat disobek rahangnya adalah tukang dusta. Dia biasa bercerita bohong, lalu darinya disebarkan hingga sampai ke berbagai penjuru dunia. Dia pun diperlakukan (demikian) hingga hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat diremukkan kepalanya adalah seseorang yang telah Allah ajari Alquran, namun di malam hari dia tidur (tidak mau membacanya) dan di siang hari dia tidak mengamalkanya. Dia diperlakukan demikian sampai hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat berada di dalam lubang, mereka adalah para pezina. Adapun orang yang engkau lihat berada di dalam sungai adalah pemakan riba.”

وَالشَّيۡخُ فِي أَصۡلِ الشَّجَرَةِ إِبۡرَاهِيمُ عَلَيۡهِ السَّلَامُ، وَالصِّبۡيَانُ حَوۡلَهُ فَأَوۡلَادُ النَّاسِ، وَالَّذِي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ، وَالدَّارُ الۡأُولَى الَّتِي دَخَلۡتَ دَارُ عَامَّةِ الۡمُؤۡمِنِينَ، وَأَمَّا هَٰذِهِ الدَّارُ فَدَارُ الشُّهَدَاءِ، وَأَنَا جِبۡرِيلُ، وَهَٰذَا مِيكَائِيلُ، فَارۡفَعۡ رَأۡسَكَ، فَرَفَعۡتُ رَأۡسِي، فَإِذَا فَوۡقِي مِثۡلُ السَّحَابِ، قَالَا: ذَاكَ مَنۡزِلُكَ، قُلۡتُ: دَعَانِي أَدۡخُلۡ مَنۡزِلِي، قَالَا: إِنَّهُ بَقِيَ لَكَ عُمۡرٌ لَمۡ تَسۡتَكۡمِلۡهُ، فَلَوِ اسۡتَكۡمَلۡتَ أَتَيۡتَ مَنۡزِلَكَ). [طرفه في: ٨٤٥].

“Orang tua yang ada di dasar pohon adalah Nabi Ibrahim—‘alaihis salam—. Anak-anak di sekitarnya adalah anak-anak manusia. Yang menyalakan api adalah malaikat Malik penjaga neraka. Kampung pertama yang engkau masuki adalah kampung keumuman kaum mukminin, sedangkan kampung ini adalah kampung syuhada. Aku adalah Jibril dan ini adalah Mikail. Angkatlah kepalamu!”

Akupun mengangkat kepalaku. Ternyata di atasku ada semacam awan.

Kedua malaikat itu berkata, “Itulah tempatmu.”

Aku berkata, “Tinggalkan aku agar aku bisa masuk ke tempatku.”

Keduanya berkata, “Engkau masih memiliki umur yang belum engkau sempurnakan. Kalau sudah engkau sempurnakan, engkau akan mendatangi tempatmu.”