Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3571

٢٥ - بَابُ عَلَامَاتِ النُّبُوَّةِ فِي الۡإِسۡلَامِ
25. Bab tanda-tanda kenabian (yang terjadi) di (zaman) Islam


٣٥٧١ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡوَلِيدِ: حَدَّثَنَا سَلۡمُ بۡنُ زَرِيرٍ: سَمِعۡتُ أَبَا رَجَاءٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عِمۡرَانُ بۡنُ حُصَيۡنٍ: أَنَّهُمۡ كَانُوا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي مَسِيرٍ، فَأَدۡلَجُوا لَيۡلَتَهُمۡ، حَتَّى إِذَا كَانَ وَجۡهُ الصُّبۡحِ عَرَّسُوا، فَغَلَبَتۡهُمۡ أَعۡيُنُهُمۡ حَتَّى ارۡتَفَعَتِ الشَّمۡسُ، فَكَانَ أَوَّلَ مَنِ اسۡتَيۡقَظَ مِنۡ مَنَامِهِ أَبُو بَكۡرٍ، وَكَانَ لَا يُوقَظُ رَسُولُ اللهِ ﷺ مِنۡ مَنَامِهِ حَتَّى يَسۡتَيۡقِظَ، فَاسۡتَيۡقَظَ عُمَرُ، فَقَعَدَ أَبُو بَكۡرٍ عِنۡدَ رَأۡسِهِ، فَجَعَلَ يُكَبِّرُ وَيَرۡفَعُ صَوۡتَهُ حَتَّى اسۡتَيۡقَظَ النَّبِيُّ ﷺ، فَنَزَلَ وَصَلَّى بِنَا الۡغَدَاةَ،

3571. Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami: Salm bin Zarir menceritakan kepada kami: Aku mendengar Abu Raja` berkata: ‘Imran bin Hushain menceritakan kepada kami bahwa mereka pernah bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam suatu perjalanan. Mereka melakukan perjalanan di awal malam hingga ketika menjelang subuh mereka singgah istirahat di akhir malam. Mata-mata mereka terkalahkan oleh kantuk hingga matahari sudah tinggi. Orang pertama yang bangun dari tidurnya waktu itu adalah Abu Bakr. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—biasa tidak dibangunkan dari tidurnya hingga beliau sendiri yang bangun. Lalu ‘Umar bangun. Lalu Abu Bakr duduk di sisi kepala Rasulullah. Beliau mulai bertakbir dan menyaringkan suaranya hingga Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bangun. (Kemudian kami melanjutkan perjalanan sebentar) lalu beliau berhenti singgah dan mengimami kami salat Subuh.

فَاعۡتَزَلَ رَجُلٌ مِنَ الۡقَوۡمِ لَمۡ يُصَلِّ مَعَنَا، فَلَمَّا انۡصَرَفَ قَالَ: (يَا فُلَانُ، مَا يَمۡنَعُكَ أَنۡ تُصَلِّيَ مَعَنَا؟) قَالَ: أَصَابَتۡنِي جَنَابَةٌ، فَأَمَرَهُ أَنۡ يَتَيَمَّمَ بِالصَّعِيدِ، ثُمَّ صَلَّى، وَجَعَلَنِي رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي رَكُوبٍ بَيۡنَ يَدَيۡهِ، وَقَدۡ عَطِشۡنَا عَطَشًا شَدِيدًا؛ فَبَيۡنَمَا نَحۡنُ نَسِيرُ، إِذَا نَحۡنُ بِامۡرَأَةٍ سَادِلَةٍ رِجۡلَيۡهَا بَيۡنَ مَزَادَتَيۡنِ، فَقُلۡنَا لَهَا: أَيۡنَ الۡمَاءُ؟ فَقَالَتۡ: إِنَّهُ لَا مَاءَ، فَقُلۡنَا: كَمۡ بَيۡنَ أَهۡلِكِ وَبَيۡنَ الۡمَاءِ؟ قَالَتۡ: يَوۡمٌ وَلَيۡلَةٌ، فَقُلۡنَا: انۡطَلِقِي إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، قَالَتۡ: وَمَا رَسُولُ اللهِ؟ فَلَمۡ نُمَلِّكۡهَا مِنۡ أَمۡرِهَا حَتَّى اسۡتَقۡبَلۡنَا بِهَا النَّبِيَّ ﷺ،

Seorang pria di antara kaum muslimin ada yang memencil tidak ikut salat bersama kami. Ketika Rasulullah selesai salat, beliau bertanya, “Wahai Polan, apa yang menghalangimu untuk ikut salat bersama kami?”

Dia menjawab, “Aku sedang junub.”

Rasulullah memerintahkannya untuk bertayamum menggunakan tanah kemudian dia salat.

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menugaskanku (mencari air) di depan beliau dengan menaiki tunggangan. Kami sangat merasa kehausan. Ketika kami sedang berjalan, kami bertemu dengan seorang wanita yang menjulurkan kedua kakinya di antara kedua kantong (berisi air).

Kami bertanya kepadanya, “Dari mana air itu?”

Dia menjawab, “Tidak ada air (di sini).”

Kami bertanya, “Berapa lama perjalanan antara tempat keluargamu dengan air itu?”

Dia menjawab, “Sehari semalam.”

Kami berkata, “Ayo pergi ke tempat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—!”

Dia bertanya, “Siapakah Rasulullah?”

Kami tidak membiarkan dia melanjutkan urusannya hingga kami membawanya menghadap Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

فَحَدَّثَتۡهُ بِمِثۡلِ الَّذِي حَدَّثَتۡنَا، غَيۡرَ أَنَّهَا حَدَّثَتۡهُ أَنَّهَا مُؤۡتِمَةٌ، فَأَمَرَ بِمَزَادَتَيۡهَا، فَمَسَحَ فِي الۡعَزۡلَاوَيۡنِ، فَشَرِبۡنَا عِطَاشًا أَرۡبَعِينَ رَجُلًا حَتَّى رَوِينَا، فَمَلَأۡنَا كُلَّ قِرۡبَةٍ مَعَنَا وَإِدَاوَةٍ، غَيۡرَ أَنَّهُ لَمۡ نَسۡقِ بَعِيرًا، وَهِيَ تَكَادُ تَنِضُّ مِنَ الۡمِلۡءِ، ثُمَّ قَالَ: (هَاتُوا مَا عِنۡدَكُمۡ) فَجُمِعَ لَهَا مِنَ الۡكِسَرِ وَالتَّمۡرِ، حَتَّى أَتَتۡ أَهۡلَهَا. قَالَتۡ لَقِيتُ أَسۡحَرَ النَّاسِ، أَوۡ هُوَ نَبِيٌّ كَمَا زَعَمُوا، فَهَدَى اللهُ ذَاكَ الصِّرۡمَ بِتِلۡكَ الۡمَرۡأَةِ، فَأَسۡلَمَتۡ وَأَسۡلَمُوا.

Wanita itu menceritakan kepada Nabi seperti yang telah dia ceritakan kepada kami. Hanya saja dia menambahkan bahwa dia adalah seorang wanita yang memiliki anak-anak yatim.

Nabi memerintahkan agar kedua kantong wanita itu didekatkan kepada beliau lalu beliau usap kedua mulut kantong itu. Lalu kami berempat puluh minum (dari kantong itu) sampai puas. Lalu kami isi penuh semua kantong dan bejana yang kami bawa, hanya saja kami tidak memberi minum unta. Ternyata kantong itu malah hampir merekah saking penuhnya.

Kemudian Nabi bersabda, “Bawa kemari yang kalian miliki!”

Lalu dikumpulkanlah potongan roti dan kurma untuk wanita tersebut hingga dia bawa kepada keluarganya. Wanita itu berkata (kepada keluarganya), “Aku bertemu dengan orang yang paling pandai sihir atau dia adalah seorang Nabi sebagaimana yang mereka nyatakan.”

Lalu Allah memberi petunjuk kepada sekumpulan orang melalui wanita itu. Wanita itu dan mereka masuk Islam.