Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 2831 dan 2832

٣١ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى:
21. Bab firman Allah taala:


﴿لَا يَسۡتَوِي الۡقَاعِدُونَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِينَ غَيۡرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالۡمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمۡوَالِهِمۡ وَأَنۡفُسِهِمۡ فَضَّلَ اللهُ الۡمُجَاهِدِينَ بِأَمۡوَالِهِمۡ وَأَنۡفُسِهِمۡ عَلَى الۡقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُلًّا وَعَدَ اللهُ الۡحُسۡنَى وَفَضَّلَ اللهُ الۡمُجَاهِدِينَ عَلَى الۡقَاعِدِينَ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿غَفُورًا رَحِيمًا﴾ [النساء: ٩٥، ٩٦].

“Tidaklah sama antara orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang) dari kalangan mukminin yang tidak memiliki uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah unggulkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan diri mereka satu derajat di atas orang-orang yang duduk. Semuanya Allah janjikan pahala yang baik. Allah unggulkan orang-orang yang berjihad di atas orang-orang yang duduk...” Sampai firman-Nya, “Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa`: 95-96).

٢٨٣١ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡوَلِيدِ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ قَالَ: سَمِعۡتُ الۡبَرَاءَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ يَقُولُ: لَمَّا نَزَلَتۡ: ﴿لَا يَسۡتَوِي الۡقَاعِدُونَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِينَ﴾ دَعَا رَسُولُ اللهِ ﷺ زَيۡدًا، فَجَاءَ بِكَتِفٍ فَكَتَبَهَا، وَشَكَا ابۡنُ أُمِّ مَكۡتُومٍ ضَرَارَتَهُ، فَنَزَلَتۡ: ﴿لَا يَسۡتَوِي الۡقَاعِدُونَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِينَ غَيۡرُ أُولِي الضَّرَرِ﴾. [الحديث ٢٨٣١ - طرفاه في: ٤٥٩٤، ٤٩٩٠].

2831. Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq. Beliau berkata: Aku mendengar Al-Bara`—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: Ketika ayat “Tidaklah sama orang-orang yang duduk (tidak berangkat berjihad) dari kalangan kaum mukminin” turun, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memanggil Zaid. Zaid datang membawa tulang belikat (untuk media tulis), lalu menulis ayat tersebut.

Ibnu Umi Maktum mengadukan cacat fisiknya (hingga tidak bisa berangkat berjihad). Lalu ayat “Tidaklah sama orang-orang yang duduk (tidak berangkat berjihad) yang tidak memiliki uzur dari kalangan kaum mukminin” turun.

٢٨٣٢ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ سَعۡدٍ الزُّهۡرِيُّ قَالَ: حَدَّثَنِي صَالِحُ بۡنُ كَيۡسَانَ عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ السَّاعِدِيِّ أَنَّهُ قَالَ: رَأَيۡتُ مَرۡوَانَ بۡنَ الۡحَكَمِ جَالِسًا فِي الۡمَسۡجِدِ، فَأَقۡبَلۡتُ حَتَّى جَلَسۡتُ إِلَى جَنۡبِهِ، فَأَخۡبَرَنَا أَنَّ زَيۡدَ بۡنَ ثَابِتٍ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ أَمۡلَى عَلَيۡهِ: ﴿لَا يَسۡتَوِي الۡقَاعِدُونَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِينَ وَالۡمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ﴾. قَالَ: فَجَاءَهُ ابۡنُ أُمِّ مَكۡتُومٍ وَهُوَ يُمِلُّهَا عَلَيَّ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، لَوۡ أَسۡتَطِيعُ الۡجِهَادَ لَجَاهَدۡتُ، وَكَانَ رَجُلًا أَعۡمَى، فَأَنۡزَلَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى رَسُولِهِ ﷺ، وَفَخِذُهُ عَلَى فَخِذِي، فَثَقُلَتۡ عَلَيَّ حَتَّى خِفۡتُ أَنۡ تَرُضَّ فَخِذِي، ثُمَّ سُرِّيَ عَنۡهُ، فَأَنۡزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿غَيۡرُ أُولِي الضَّرَرِ﴾. [الحديث ٢٨٣٢ - طرفه في: ٤٥٩٢].

2832. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Ibrahim bin Sa’d Az-Zuhri menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Shalih bin Kaisan menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab, dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi, bahwa beliau berkata: Aku melihat Marwan bin Al-Hakam duduk di dalam masjid. Aku mendekatinya hingga aku duduk di sampingnya. Beliau mengabarkan kepada kami bahwa Zaid bin Tsabit mengabarkan kepadanya:

Bahwa Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendiktenya, “Tidaklah sama antara orang-orang yang duduk (tidak ikut berjihad) dari kalangan mukminin dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah.”

Beliau berkata: Lalu Ibnu Umi Maktum datang kepada beliau dalam keadaaan beliau sedang mendiktekannya kepadaku. Ibnu Umi Maktum berkata, “Wahai Rasulullah, kalau aku mampu berjihad, niscaya aku akan berjihad.”

Sementara beliau adalah seorang yang buta. Lalu Allah—tabaraka wa ta’ala—menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam keadaan paha beliau berada di atas pahaku. Aku merasakan berat hingga aku mengkhawatirkan pahaku akan remuk. Kemudian beliau kembali tenang, lalu Allah—‘azza wa jalla—menurunkan ayat “yang tidak mempunyai uzur”.