Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat 260 H) di dalam kitab
Lum'atul I'tiqad berkata:
وَيُؤۡتَى بِالۡمَوۡتِ فِي صُورَةِ كَبۡشٍ أَمۡلَحَ، وَيُذۡبَحُ بَيۡنَ الۡجَنَّةِ وَالنَّارِ، ثُمَّ يُقَالُ: (يَا أَهۡلَ الۡجَنَّةِ خُلُودٌ وَلَا مَوۡتَ، وَيَا أَهۡلَ النَّارِ خُلُودٌ وَلَا مَوۡتَ).
Kematian akan didatangkan dalam bentuk seekor kibas berbulu putih campur hitam. Kibas tersebut akan disembelih di antara janah dan neraka kemudian dikatakan, “Wahai penghuni janah, kalian kekal dan tidak ada kematian. Wahai penghuni neraka, kalian kekal dan tidak ada kematian.”[1]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah di dalam kitab Syarh
Lum'atil I'tiqad berkata:
[1]
ذَبۡحُ الۡمَوۡتِ:
Penyembelihan kematian:
الۡمَوۡتُ: زَوَالُ الۡحَيَاةِ، وَكُلُّ نَفۡسٍ ذَائِقَةُ الۡمَوۡتِ.
Kematian adalah hilangnya kehidupan. Setiap jiwa akan merasakan kematian.
وَهُوَ أَمۡرٌ مَعۡنَوِيٌّ غَيۡرُ مَحۡسُوسٍ بِالرُّؤۡيَةِ وَلَكِنَّ اللهَ
تَعَالَى يَجۡعَلُهُ شَيۡئًا مَرۡئِيًّا مُجَسَّمًا وَيُذۡبَحُ بَيۡنَ
الۡجَنَّةِ وَالنَّارِ لِحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ
عَنۡهُ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: (يُؤۡتَى بِالۡمَوۡتِ كَهَيۡئَةِ كَبۡشٍ
أَمۡلَحَ فَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا أَهۡلَ الۡجَنَّةِ فَيَشۡرَئِبُّونَ
وَيَنۡظُرُونَ فَيَقُولُ: هَلۡ تَعۡرِفُونَ هٰذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ هٰذَا
الۡمَوۡتُ، وَكُلُّهُمۡ قَدۡ رَآهُ، ثُمَّ يُنَادِي: يَا أَهۡلَ النَّارِ
فَيَشۡرَئِبُّونَ وَيَنۡظُرُونَ فَيَقُولُ: هَلۡ تَعۡرِفُونَ هٰذَا؟
فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ هٰذَا الۡمَوۡتُ، وَكُلُّهُمۡ قَدۡ رَآهُ، فَيُذۡبَحُ
ثُمَّ يَقُولُ: يَا أَهۡلَ الۡجَنَّةِ خُلُودٌ فَلَا مَوۡتَ، وَيَا أَهۡلَ
النَّارِ خُلُودٌ فَلَا مَوۡتَ) ثُمَّ قَرَأَ: ﴿وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ
ٱلۡحَسۡرَةِ إِذۡ قُضِىَ ٱلۡأَمۡرُ وَهُمۡ فِى غَفۡلَةٍ وَهُمۡ لَا
يُؤۡمِنُونَ﴾ [مريم: ٣٩].
Kematian adalah sesuatu yang tidak berbentuk. Tidak bisa diindra oleh
penglihatan. Tetapi Allah taala akan menjadikan kematian sebagai sesuatu yang
bisa dilihat dan memiliki bentuk. Lalu kematian akan disembelih di antara
janah dan neraka berdasarkan hadis Abu Sa’id Al-Khudri—radhiyallahu ‘anhu—,
bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda,
Kematian akan didatangkan seperti wujud seekor kibas berbulu putih campur
hitam. Lalu ada yang berseru, “Wahai penghuni janah!”
Para penghuni janah mendongakkan kepala dan melihat. Penyeru tadi berkata,
“Apa kalian tahu ini?”
Mereka menjawab, “Iya. Itu adalah kematian.” Mereka semua pernah melihatnya.
Kemudian penyeru tadi berseru, “Wahai penghuni neraka!”
Penghuni neraka mendongakkan kepala dan melihat. Penyeru tadi berkata, “Apa
kalian tahu ini?”
Mereka menjawab, “Iya. Itu adalah kematian.” Mereka semua pernah melihatnya.
Lalu kematian itu disembelih. Kemudian penyeru tadi berkata, “Wahai penghuni
janah, kalian kekal dan tidak ada kematian. Wahai penghuni neraka, kalian
kekal dan tidak ada kematian.”
Kemudian Nabi membaca ayat, “Peringatkan mereka tentang hari penyesalan! Yaitu
ketika semua perkara telah diputuskan, sementara mereka lalai dan mereka tidak
beriman.” (QS. Maryam: 39).
أَخۡرَجَهُ الۡبُخَارِيُّ فِي تَفۡسِيرِ هٰذِهِ الۡآيَةِ، وَرَوَى نَحۡوَهُ
فِي صِفَةِ الۡجَنَّةِ وَالنَّارِ مِنۡ حَدِيثِ ابۡنِ عُمَرَ مَرۡفُوعًا.
Al-Bukhari meriwayatkannya dalam bab tafsir ayat ini (hadis nomor 4730).
Beliau juga meriwayatkan semisal hadis ini (nomor 6548) dalam bab sifat janah
dan neraka dari hadis Ibnu ‘Umar secara marfuk.