Ibnu Qudamah Al-Maqdisi (wafat 620 H) rahimahullah di dalam kitab
Lum'atul I'tiqad berkata,
وَقَوۡلُهُ: (يَعۡجَبُ رَبُّكَ مِنَ الشَّابِّ لَيۡسَتۡ لَهُ صَبۡوَةٌ).
Sabda beliau, “Rabb-mu takjub akan pemuda yang tidak memiliki kecondongan kepada hal yang sia-sia.”[1]
Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin (wafat 1421 H) rahimahullah
di dalam syarahnya berkata,
[1]
الصِّفَةُ الۡحَادِيَةُ عَشۡرَةَ: الۡعَجَبُ:
الۡعَجَبُ مِنۡ صِفَاتِ اللهِ الثَّابِتَةِ لَهُ بِالۡكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
وَإِجۡمَاعِ السَّلَفِ.
Sifat kesebelas: Takjub.
Takjub temasuk sifat-sifat Allah yang pasti bagi-Nya berdasarkan Alquran,
sunah, dan ijmak ulama salaf.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿بَلۡ عَجِبۡتَ وَيَسۡخَرُونَ﴾ [الصافات: ١٢] عَلَى
قِرَاءَةِ ضَمِّ التَّاءِ.
وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (يَعۡجَبُ رَبُّكَ مِنَ الشَّابِّ لَيۡسَتۡ لَهُ
صَبۡوَةٌ) رَوَاهُ أَحۡمَدُ وَهُوَ فِي الۡمُسۡنَدِ (٤/١٥١) عَنۡ عُقۡبَةَ بۡنِ
عَامِرٍ مَرۡفُوعًا وَفِيهِ ابۡنُ لَهِيعَةَ.
Allah taala berfirman, “Bahkan Aku takjub (akan keingkaran mereka) dan mereka
menghinakan kamu.” (QS. Ash-Shaffat: 12) sesuai qiraah dengan mendamah huruf
ta.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb-mu takjub akan pemuda yang
tidak memiliki kecondongan kepada hal yang sia-sia.” Diriwayatkan oleh Ahmad
di dalam
Al-Musnad nomor 17506
dari ‘Uqbah bin ‘Amir secara marfuk. Di dalam sanadnya ada Ibnu Lahi’ah.
وَأَجۡمَعَ السَّلَفُ عَلَى ثُبُوتِ الۡعَجَبِ لِلهِ.
فَيَجِبُ إِثۡبَاتُهُ لَهُ مِنۡ غَيۡرِ تَحۡرِيفٍ وَلَا تَعۡطِيلٍ وَلَا
تَكۡيِيفٍ وَلَا تَمۡثِيلٍ.
وَهُوَ عَجَبٌ حَقِيقِيٌّ يَلِيقُ بِاللهِ.
وَفَسَّرَهُ أَهۡلُ التَّعۡطِيلِ بِالۡمُجَازَاةِ وَنَرُدُّ عَلَيۡهِمۡ بِمَا
سَبَقَ فِي الۡقَاعِدَةِ الرَّابِعَةِ.
Ulama salaf telah bersepakat akan kepastian sifat takjub bagi Allah. Itu
merupakan sifat takjub yang hakiki yang layak bagi Allah.
Para penolak sifat menafsirkannya pemberian balasan. Kita bantah mereka dengan
kaidah keeempat yang telah lewat.
وَالۡعَجَبُ نَوۡعَانِ:
أَحَدُهُمَا: أَنۡ يَكُونَ صَادِرًا عَنۡ خَفَاءِ الۡأَسۡبَابِ عَلَى
الۡمُتَعَجِّبِ فَيَنۡدَهِشُ لَهُ وَيَسۡتَعۡظِمُهُ وَيَتَعَجَّبُ مِنۡهُ،
وَهَٰذَا النَّوۡعُ مُسۡتَحِيلٌ عَلَى اللهِ لِأَنَّ اللهَ لَا يَخۡفَى
عَلَيۡهِ شَيۡءٌ.
Takjub ada dua jenis.
Pertama: Rasa takjub yang muncul dari tersembunyinya sebab-sebab takjub tadi
bagi pelaku takjub. Sehingga dia terkejut karenanya, menganggapnya besar, dan
heran terhadapnya. Takjub ini mustahil bagi Allah, karena tidak ada sesuatu
pun yang tersembunyi bagi Allah.
الثَّانِي: أَنۡ يَكُونَ سَبَبُهُ خُرُوجَ الشَّيۡءِ عَنۡ نَظَائِرِهِ أَوۡ
عَمَّا يَنۡبَغِي أَنۡ يَكُونَ عَلَيۡهِ مَعَ عِلۡمِ الۡمُتَعَجِّبُ، وَهَٰذَا
هُوَ الثَّابِتُ لِلهِ تَعَالَى.
Kedua: Takjub yang sebabnya adalah perihal yang keluar dari keumuman atau
keluar dari keadaan yang semestinya, bersamaan adanya pengetahuan pelaku
takjub akan hal itu. Sifat takjub inilah yang pasti Allah taala miliki.