Cari Blog Ini

Tanda Ahli Bidah dan Penyebutan Sebagian Kelompok Mereka

Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat 260 H) di dalam kitab Lum'atul I'tiqad berkata:
وَكُلُّ مُحۡدَثَةٍ فِى الدِّينِ بِدۡعَةٌ.
وَكُلُّ مُتَّسِمٍ بِغَيۡرِ الۡإِسۡلَامِ وَالسُّنَّةِ مُبۡتَدِعٌ، كَالرَّافِضَةِ، وَالۡجَهۡمِيَّةِ، وَالۡخَوَارِجِ، وَالۡقَدَرِيَّةِ، وَالۡمُرۡجِئَةِ، وَالۡمُعۡتَزِلَةِ، وَالۡكَرَّامِيَّةِ، وَالسَّالِمَةِ، وَالۡكَلَامِيَّةِ، وَنُظَرَائِهِمۡ، فَهَٰذِهِ فِرَقُ الضَّلَالِ وَطَوَائِفُ الۡبِدَعِ، أَعَاذَنَا اللهُ مِنۡهَا.
Setiap perkara yang diada-adakan dalam agama adalah bidah. Setiap orang yang diberi label dengan selain Islam dan sunah adalah pengusung kebidahan, seperti Rafidhah, Jahmiyyah, Khawarij, Qadariyyah, Murji`ah, Mu’tazilah, Karramiyyah, Salimah, Kalamiyyah, dan yang semisal mereka. Ini adalah firkah-firkah sesat dan kelompok-kelompok bidah. Semoga Allah menyelamatkan kita darinya.[1]


Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin (wafat 1421 H) rahimahullah di dalam kitab Syarh Lum'atil I'tiqad berkata:

[1] عَلَامَةُ أَهۡلِ الۡبِدَعِ وَذِكۡرُ بَعۡضِ طَوَائِفِهِمۡ:

Tanda ahli bidah dan penyebutan sebagian kelompok mereka.

لِأَهۡل الۡبِدَعِ عَلَامَاتٌ مِنۡهَا:

Ahli bidah memiliki tanda-tanda. Di antaranya:

١ – أَنَّهُمۡ يُتَّصَفُونَ بِغَيۡرِ الۡإِسۡلَامِ وَالسُّنَّةِ بِمَا يُحَدِّثُونَهُ مِنَ الۡبِدَعِ الۡقَوۡلِيَّةِ وَالۡفِعۡلِيَّةِ وَالۡعَقِيدِيَّةِ.

1. Mereka disifati dengan selain Islam dan sunah karena mereka membuat sesuatu yang diada-adakan berupa bidah, baik berupa ucapan, perbuatan, atau keyakinan.

٢ – أَنَّهُمۡ يَتَعَصَّبُونَ لِآرَائِهِمۡ فَلَا يَرۡجِعُونَ إِلَى الۡحَقِّ وَإِنۡ تَبَيَّنَ لَهُمۡ.

2. Mereka fanatik kepada pendapat-pendapat mereka, sehingga mereka tidak rujuk kepada kebenaran meskipun kebenaran itu sudah jelas bagi mereka.

٣ – أَنَّهُمۡ يَكۡرَهُونَ أَئِمَّةَ الۡإِسۡلَامِ وَالدِّينِ.

3. Mereka membenci para imam dan tokoh Islam.

وَمِنۡ طَوَائِفِهِمۡ:

Di antara kelompok mereka:

١ – الرَّافِضَةُ:

1. Rafidhah.

وَهُمُ الَّذِينَ يَغۡلُونَ فِى آلِ الۡبَيۡتِ وَيُكَفِّرُونَ مَنۡ عَدَاهُمۡ مِنَ الصَّحَابَةِ أَوۡ يُفَسِّقُونَهُمۡ، وَهُمۡ فُرُقٌ شَتَّى فَمِنۡهُمُ الۡغُلَاةُ الَّذِينَ ادَّعَوۡا أَنَّ عَلِيًّا إِلٰهٌ وَمِنۡهُمۡ دُونَ ذٰلِكَ.

Mereka adalah orang-orang yang melampui batas terhadap ahli bait Nabi dan mengafirkan atau menganggap fasik para sahabat Nabi selain mereka. Mereka terpecah belah menjadi banyak firkah. Di antara mereka ada yang ekstrem. Yaitu orang-orang yang menyatakan bahwa ‘Ali adalah ilah. Di antara mereka ada yang tidak sampai demikian.

وَأَوَّلُ مَا ظَهَرَتۡ بِدۡعَتُهُمۡ فِى خِلَافَةِ عَلِىِّ بۡنِ أَبِى طَالِبٍ حِينَ قَالَ لَهُ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ سَبَأٍ: أَنۡتَ الۡإِلٰهُ، فَأَمَرَ عَلِىٌّ رَضِىَ اللهُ عَنۡهُ بِإِحۡرَاقِهِمۡ وَهَرَبَ زَعِيمُهُمۡ عَبۡدُ اللهِ بۡنُ سَبَأٍ إِلَى الۡمَدَائِنِ.

Bidah mereka awal kali muncul pada masa kekhalifahan ‘Ali bin Abu Thalib. Yaitu, ketika ‘Abdullah bin Saba` berkata kepada beliau, “Engkau adalah ilah.”

‘Ali—radhiyallahu ‘anhu—memerintahkan agar mereka dibakar. Namun, pemimpin mereka, yaitu ‘Abdullah bin Saba` kabur ke kota Al-Mada`in.

وَمَذۡهَبُهُمۡ فِى الصِّفَاتِ مُخۡتَلِفٌ فَمِنۡهُمۡ الۡمُشَبِّهُ وَمِنۡهُمُ الۡمُعَطِّلُ وَمِنۡهُمۡ الۡمُعۡتَدِلُ.

وَسُمُّوا رَافِضَةً لِأَنَّهُمۡ رَفَضُوا زَيۡدَ بۡنَ عَلِىِّ بۡنِ الۡحُسَيۡنِ بۡنِ عَلِىِّ بۡنِ أَبِى طَالِبٍ حِينَ سَأَلُوهُ عَنۡ أَبِى بَكۡرٍ وَعُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنۡهُمَا فَتَرَحَّمَ عَلَيۡهِمَا فَرَفَضُوهُ وَأَبۡعَدُوا عَنۡهُ.

Mazhab mereka dalam masalah sifat Allah berbeda-beda. Di antara mereka ada yang menyerupakan dengan makhluk. Di antara mereka ada yang menolak sifat. Di antara mereka ada yang moderat.

Mereka dinamakan Rafidhah karena mereka rafadha (menolak) Zaid bin ‘Ali bin Al-Husain bin ‘Ali bin Abu Thalib ketika mereka meminta beliau (untuk berlepas diri) dari Abu Bakr dan ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Namun, beliau malah mendoakan kebaikan untuk mereka berdua. Lalu mereka menolak/menentang beliau dan menjauh dari beliau.

وَسَمَّوۡا أَنۡفُسَهُمۡ شِيعَةً لِأَنَّهُمۡ يَزۡعُمُونَ أَنَّهُمۡ يَتَشَيَّعُونَ لِآلِ الۡبَيۡتِ، وَيَنۡتَصِرُونَ لَهُمۡ، وَيُطَالِبُونَ بِحَقِّهِمۡ فِى الۡإِمَامَةِ.

Mereka menamakan diri mereka dengan nama Syi’ah karena mereka menyangka bahwa mereka memihak ahli bait dan membela mereka. Mereka juga menuntut hak kepemimpinan ahli bait.

٢ - الۡجَهۡمِيَّةُ:

نِسۡبَةٌ إِلَى الۡجَهۡمِ بۡنِ صَفۡوَانٍ الَّذِى قَتَلَهُ سَالِمُ أَوۡ سَلۡمُ بۡنُ أَحۡوَزَ سَنَةَ ١٢١ هـ.

مَذۡهَبُهُمۡ فِى الصِّفَاتِ التَّعۡطِيلُ وَالنَّفۡىُ، وَفِى الۡقَدۡرِ الۡقَوۡلُ بِالۡجَبۡرِ، وَفِى الۡإِيمَانِ الۡقَوۡلُ بِالۡإِرۡجَاءِ وَهُوَ أَنَّ الۡإِيمَانَ مُجَرَّدُ الۡإِقۡرَارِ بِالۡقَلۡبِ وَلَيۡسَ الۡقَوۡلُ وَالۡعَمَلُ مِنَ الۡإِيمَانِ، فَفَاعِلُ الۡكَبِيرَةِ عِنۡدَهُمۡ مُؤۡمِنٌ كَامِلُ الۡإِيمَانِ، فَهُمۡ مُعَطِّلَةٌ جَبۡرِيَّةٌ مُرۡجِئَةٌ وَهُمۡ فُرُقٌ كَثِيرَةٌ.

2. Jahmiyyah.

Nisbah kepada Al-Jahm bin Shafwan yang dibunuh oleh Salim atau Salm bin Ahwaz pada tahun 121 H.

Mazhab mereka dalam masalah sifat-sifat Allah adalah penolakan dan peniadaan. Dalam masalah takdir, mereka berpendapat jabr (meyakini bahwa seorang hamba dipaksa dan tidak bisa memilih karena perbuatannya sudah ditakdirkan). Dalam masalah iman, mereka berpendapat irja`, yaitu bahwa iman semata-mata pengakuan dengan hati dan bahwa ucapan dan perbuatan tidak termasuk iman. Jadi pelaku dosa besar menurut mereka adalah mukmin yang sempurna imannya. Jadi, mereka adalah Mu’aththilah (penolak sifat Allah), Jabriyyah, dan Murji`ah. Mereka berpecah menjadi banyak firkah.

٣ - الۡخَوَارِجُ:

وَهُمُ الَّذِينَ خَرَجُوا لِقِتَالِ عَلِىِّ بۡنِ أَبِى طَالِبٍ بِسَبَبِ التَّحۡكِيمِ.

3. Khawarij

Mereka adalah orang-orang yang memberontak untuk membunuh ‘Ali bin Abu Thalib dengan sebab beliau melakukan tahkim/arbitrase.

مَذۡهَبُهُمۡ التَّبَرُّؤُ مِنۡ عُثۡمَانَ وَعَلِىٍّ، وَالۡخُرُوجُ عَلَى الۡإِمَامِ إِذَا خَالَفَ السُّنَّةَ، وَتَكۡفِيرُ فَاعِلِ الۡكَبِيرَةِ وَتَخۡلِيدُهُ فِى النَّارِ، وَهُمۡ فُرُقٌ عَدِيدَةٌ.

Mazhab mereka adalah
  • berlepas diri dari ‘Utsman dan ‘Ali,
  • memberontak kepada pemimpin apabila menyelisihi sunah,
  • mengafirkan pelaku dosa besar dan menyatakan bahwa dia kekal di neraka.
Mereka ada banyak kelompok.

٤ - الۡقَدَرِيَّةُ:

وَهُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ بِنَفۡىِ الۡقَدَرِ عَنۡ أَفۡعَالِ الۡعَبۡدِ، وَأَنَّ لِلۡعَبۡدِ إِرَادَةً وَقُدۡرَةً مُسۡتَقِلِّينَ عَنۡ إِرَادَةِ اللهِ وَقُدۡرَتِهِ، وَأَوَّلُ مَنۡ أَظۡهَرَ الۡقَوۡلَ بِهِ مَعۡبَدٌ الۡجُهَنِىُّ فِى أَوَاخِرِ عَصۡرِ الصَّحَابَةِ تَلَقَّاهُ عَنۡ رَجُلٍ مَجُوسِىٍّ فِى الۡبَصۡرَةِ.

4. Qadariyyah

Mereka adalah orang-orang yang berpendapat bahwa penafian takdir dari perbuatan hamba dan bahwa hamba memiliki kehendak dan kemampuan yang terlepas dari kehendak dan kekuasaan Allah. Orang pertama yang mempropagandakan ini adalah Ma’bad Al-Juhani di akhir-akhir masa sahabat. Dia mengambil pendapat itu dari seorang Majusi di Bashrah.

وَهُمۡ فِرۡقَتَانِ: غُلَاةٌ وَغَيۡرُ غُلَاةٍ.

فَالۡغُلَاةُ: يُنۡكِرُونَ عِلۡمَ اللهِ وَإِرَادَتَهُ وَقُدۡرَتَهُ وَخَلۡقَهُ لِأَفۡعَالِ الۡعَبۡدِ وَهَٰؤُلَاءِ انۡقَرَضُوا أَوۡ كَادُوا.

Mereka ada dua kelompok: ekstrem dan tidak ekstrem.

Kelompok yang ekstrem mengingkari ilmu, kehendak, kekuasaan, dan penciptaan Allah pada perbuatan hamba. Kelompok ini sudah atau hampir punah.

وَغَيۡرُ الۡغُلَاةِ: يُؤۡمِنُونَ بِأَنَّ اللهَ عَالِمٌ بِأَفۡعَالِ الۡعِبَادِ لَكِنۡ يُنۡكِرُونَ وُقُوعَهَا بِإِرَادَةِ اللهِ وَقُدۡرَتِهِ وَخَلۡقِهِ، وَهُوَ الَّذِى اسۡتَقَرَّ عَلَيۡهِ مَذۡهَبُهُمۡ.

Kelompok yang tidak ekstrem mengimani Allah Maha Mengetahui perbuatan hamba namun mereka mengingkari perbuatan hamba itu terjadi atas kehendak, kekuasaan, dan penciptaan Allah. Mazhab mereka ini masih tetap ada.

٥ - الۡمُرۡجِئَةُ:

وَهُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ بِإِرۡجَاءِ الۡعَمَلِ عَنِ الۡإِيمَانِ أَىۡ: تَأۡخِيرُهُ عَنۡهُ فَلَيۡسَ الۡعَمَلُ عِنۡدَهُمۡ مِنَ الۡإِيمَانِ وَالۡإِيمَانُ مُجَرَّدُ الۡإِقۡرَارِ بِالۡقَلۡبِ، فَالۡفَاسِقُ عِنۡدَهُمۡ مُؤۡمِنٌ كَامِلُ الۡإِيمَانِ وَإِنۡ فَعَلَ مَا فَعَلَ مِنَ الۡمَعَاصِى أَوۡ تَرَكَ مَا تَرَكَ مِنَ الطَّاعَاتِ، وَإِذَا حَكَمۡنَا بِكُفۡرِ مَنۡ تَرَكَ بَعۡضَ شَرَائِعِ الدِّينِ فَذٰلِكَ لِعَدَمِ الۡإِقۡرَارِ بِقَلۡبِهِ لَا لِتَرۡكِ هَٰذَا الۡعَمَلِ، وَهَٰذَا مَذۡهَبُ الۡجَهۡمِيَّةِ وَهُوَ مَعَ مَذۡهَبِ الۡخَوَارِجِ عَلَى طَرۡفَىۡ نَقِيضٍ.

5. Murji`ah

Mereka adalah orang-orang yang berpendapat bahwa amalan tidak termasuk iman dan iman hanya sebatas pengakuan dengan hati. Jadi orang fasik, menurut mereka, adalah mukmin yang imannya sempurna, meskipun dia melakukan berbagai kemaksiatan dan meninggalkan berbagai ketaatan. Apabila kami menetapkan kekafiran orang yang meninggalkan sebagian syariat agama ini, hal itu karena tidak adanya pengakuan dengan hatinya. Bukan karena dia meninggalkan amalan ini. Ini adalah mazhab Jahmiyyah. Mazhab ini bertolak belakang dengan mazhab Khawarij.

٦ - الۡمُعۡتَزِلَةُ:

أَتۡبَاعُ وَاصِلِ بۡنِ عَطَاءٍ الَّذِى اعۡتَزَلَ مَجۡلِسَ الۡحَسَنِ الۡبَصۡرِىِّ، وَقَرَّرَ أَنَّ الۡفَاسِقَ فِى مَنۡزِلَةٍ بَيۡنَ مَنۡزِلَتَيۡنِ لَا مُؤۡمِنٌ وَلَا كَافِرٌ وَهُوَ مُخَلَّدٌ فِى النَّارِ وَتَابَعَهُ فِى ذٰلِكَ عَمۡرُو بۡنُ عُبَيۡدٍ.

6. Mu’tazilah

Para pengikut Washil bin ‘Atha` yang menjauhi majelis Al-Hasan Al-Bashri. Washil menetapkan bahwa orang fasik berada di suatu kedudukan di antara dua kedudukan. Bukan mukmin dan bukan kafir. Kelak dia kekal di dalam neraka. Pendapat ini diikuti oleh ‘Amr bin ‘Ubaid.

وَمَذۡهَبُهُمۡ فِى الصِّفَاتِ التَّعۡطِيلُ كَالۡجَهۡمِيَّةِ وَفِى الۡقَدَرِ قَدَرِيَّةٌ يُنۡكِرُونَ تَعَلُّقَ قَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ بِأَفۡعَالِ الۡعَبۡدِ، وَفِى فَاعِلِ الۡكَبِيرَةِ أَنَّهُ مُخَلَّدٌ فِى النَّارِ وَخَارِجٌ مِنَ الۡإِيمَانِ فِى مَنۡزِلَةٍ بَيۡنَ مَنۡزِلَتَيۡنِ الۡإِيمَانِ وَالۡكُفۡرِ، وَهُمۡ عَكۡسُ الۡجَهۡمِيَّةِ فِى هَٰذَيۡنِ الۡأَصۡلَيۡنِ.

Mazhab mereka dalam masalah sifat Allah adalah ta’thil (meniadakan sifat) seperti Jahmiyyah. Dalam masalah takdir, seperti Qadariyyah, mereka mengingkari keterkaitan qada dan takdir Allah dengan perbuatan hamba. Dalam masalah pelaku dosa besar, kekal di dalam neraka dan keluar dari keimanan. Berada di suatu kedudukan di antara kedudukan iman dan kufur. Kelompok ini berlawanan dengan Jahmiyyah pada dua prinsip ini.

٧ - الۡكَرَّامِيَّةُ:

أَتۡبَاعُ مُحَمَّدِ بۡنِ كَرَّامٍ الۡمُتَوَفَّى سَنَةَ ٢٥٥ هـ، يَمِيلُونَ إِلَى التَّشۡبِيهِ وَالۡقَوۡلِ بِالۡإِرۡجَاءِ وَهُمۡ طَوَائِفُ مُتَعَدِّدَةٌ.

7. Karramiyyah

Pengikut Muhammad bin Karram yang wafat pada tahun 255 H. Mereka cenderung kepada pemikiran menyerupakan sifat Allah dengan makhluk dan pendapat Murji`ah. Mereka ada banyak kelompok.

٨ - السَّالِمَةُ:

أَتۡبَاعُ رَجُلٍ يُقَالُ لَهُ ابۡنُ سَالِمٍ يَقُولُونَ بِالتَّشۡبِيهِ.

8. Salimah

Pengikut seseorang yang bernama Ibnu Salim. Mereka juga berpemikiran menyerupakan sifat Allah dengan makhluk.

وَهَٰذِهِ هِىَ الطَّوَائِفُ الَّتِى ذَكَرَهَا الۡمُؤَلِّفُ ثُمَّ قَالَ: وَنَظَائِرُهُمۡ مِثۡلُ الۡأَشۡعَرِيَّةِ أَتۡبَاعُ أَبِى الۡحَسَنِ عَلِىِّ بۡنِ إِسۡمَاعِيلَ الۡأَشۡعَرِيِّ، كَانَ فِى أَوَّلِ أَمۡرِهِ يَمِيلُ إِلَى الۡاِعۡتِزَالِ حَتَّى بَلَغَ الۡأَرۡبَعِينَ مِنۡ عُمۡرِهِ ثُمَّ أَعۡلَنَ تَوۡبَتَهُ مِنۡ ذٰلِكَ، وَبَيَّنَ بُطۡلَانَ مَذۡهَبِ الۡمُعۡتَزِلَةِ وَتَمَسَّكَ بِمَذۡهَبِ أَهۡلِ السُّنَّةِ رَحِمَهُ اللهُ، أَمَّا مَنۡ يَنۡتَسِبُونَ إِلَيۡهِ فَبَقَوۡا عَلَى مَذۡهَبٍ خَاصٍّ يُعۡرَفُ بِمَذۡهَبِ الۡأَشۡعَرِيَّةِ لَا يُثۡبِتُونَ مِنَ الصِّفَاتِ إِلَّا سَبۡعًا زَعَمُوا أَنَّ الۡعَقۡلَ دَلَّ عَلَيۡهَا وَيُؤَوِّلُونَ مَا عَدَاهَا وَهِىَ الۡمَذۡكُورَةُ فِى هَٰذَا الۡبَيۡتِ:

حَىٌّ عَلِيمٌ قَدِيرٌ وَالۡكَلَامُ لَهُ إِرَادَةٌ وَكَذٰلِكَ السَّمۡعُ وَالۡبَصَرُ

Ini adalah kelompok-kelompok yang disebutkan oleh mualif. Kemudian beliau berkata: Ada juga kelompok yang menyerupai mereka; semisal Al-Asy’ariyyah. Yaitu para pengikut Abu Al-Hasan ‘Ali bin Isma’il Al-Asy’ari. Dahulu di masa mudanya, beliau cenderung kepada paham Mu’tazilah sampai umur empat puluh tahun. Kemudian beliau mengumumkan tobatnya dari paham itu. Beliau menerangkan kebatilan mazhab Mu’tazilah dan berpegang teguh dengan mazhab ahli sunah. Semoga Allah merahmatinya.

Adapun orang-orang yang mengaku dirinya mengikuti beliau, mereka tetap berada di atas mazhab tersendiri yang dikenal dengan mazhab Al-Asy’ariyyah. Mereka tidak menetapkan sifat Allah kecuali tujuh sifat. Mereka mengklaim bahwa dalil akal menunjukkan ketujuh sifat tersebut dan mereka menakwilkan sifat selain tujuh sifat tersebut. Tujuh sifat itu disebutkan dalam bait berikut:

Maha Hidup, Maha mengetahui, Maha Kuasa. Dia memiliki sifat berbicara dan memiliki keinginan. Begitu pula Dia memiliki sifat mendengar dan melihat.

وَلَهُمۡ بِدَعٌ أُخۡرَى فِى مَعۡنَى الۡكَلَامِ وَالۡقَدَرِ وَغَيۡرِ ذٰلِكَ.

Mereka juga memiliki bidah-bidah lain dalam makna kalam, takdir, dan selain itu.