Cari Blog Ini

Syarh Al-Ushulus Sittah - Pendahuluan

الۡحَمۡدُ لِلهِ رَبِّ الۡعَالَمِينَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحۡبِهِ أَجۡمَعِينَ.
قَالَ الشَّيۡخُ مُحَمَّدُ بۡنُ عَبۡدِ الۡوَهَّابِ –إِمَامُ الدَّعۡوَةِ الۡإِسۡلَامِيَّةِ، وَحَامِي حِمَى الۡمِلَّةِ الۡحَنِيفِيَّةِ-:
Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta. Shalawat, salam, dan keberkahan semoga Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para shahabat beliau seluruhnya.
Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab –imam dakwah Islam dan penjaga ajaran tauhid- berkata:
مِنۡ أَعۡجَبِ الۡعُجَابِ، وَأَكۡبَرِ الۡآيَاتِ الدَّالَّةِ عَلَى قُدۡرَةِ الۡمَلِكِ الۡغَلَّابِ سِتَّةُ أٌصُولٍ بَيَّنَهَا اللهُ تَعَالَى بَيَانًا وَاضِحًا لِلۡعَوَّامِ فَوۡقَ مَا يَظُنُّ الظَّانُّونَ، ثُمَّ بَعۡدَ ذٰلِكَ غَلِطَ فِيهَا كَثِيرٌ مِنَ أَذۡكِيَاءِ الۡعَالِمِ وَعُقَلَاءِ بَنِي آدَمَ إِلَّا أَقَلُّ الۡقَلِيلِ.
Termasuk perkara yang paling menakjubkan dan ayat-ayat yang paling besar yang menunjukkan kekuasaan Allah adalah enam pondasi. Allah ta’ala telah menjelaskannya dengan sangat jelas bagi orang awam, melebihi persangkaan banyak orang. Akan tetapi, banyak yang keliru di dalam masalah ini dari kalangan orang-orang yang cerdas dan berakal kecuali sedikit sekali. 

﷽ 
الۡحَمۡدُ لِلهِ رَبِّ الۡعَالَمِينَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحۡبِهِ أَجۡمَعِينَ. 
لَا شَكَّ أَنَ اللهَ سُبۡحَانَهُ أَنۡزَلَ الۡقُرۡآنَ تِبۡيَانًا لِكُلِّ شَيۡءٍ، وَأَنَّ الرَّسُولَ ﷺ بَيَّنَ هٰذَا الۡقُرۡآنَ بَيَانًا شَافِيًا، وَأَعۡظَمُ مَا بَيَّنَهُ اللهُ وَرَسُولُهُ فِي هٰذَا الۡقُرۡآنِ قَضِيَّةُ التَّوۡحِيدِ وَالشِّرۡكِ؛ لِأَنَّ التَّوۡحِيدَ هُوَ أَصۡلُ الۡإِسۡلَامِ وَأَصۡلُ الدِّينِ، وَهُوَ الَّذِي تُبۡنَى عَلَيۡهِ جَمِيعُ الۡأَعۡمَالِ، وَالشِّرۡكُ يُبۡطِلُ هٰذَا الۡأَصۡلَ، وَيُفۡسِدُهُ وَلَا يَكُونُ لَهُ وُجُودٌ؛ لِأَنَّهُمَا أَمۡرَانِ مُتَضَادَّانِ وَمُتَنَاقِضَانِ لَا يَجۡتَمِعَانِ أَبَدًا، فَلِذٰلِكَ اللهُ سُبۡحَانَهُ بَيَّنَ هٰذَا الۡأَصۡلَ فِي كِتَابِهِ فِي جَمِيعِ الۡقُرۡآنِ، فَلَا تَكَادُ تَخۡلُو سُورَةٌ مِنۡ ذِكۡرِ التَّوۡحِيدِ وَذِكۡرِ الشِّرۡكِ، وَالنَّاسُ يَقۡرَؤُونَ هٰذَا الۡقُرۡآنَ وَيُرَدِّدُونَهُ. 
Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah berkata: Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta. Shalawat, salam, dan keberkahan semoga Allah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan shahabat beliau seluruhnya. 
Tidak diragukan bahwa Allah subhanahu telah menurunkan Al-Qur`an untuk menjelaskan segala sesuatu. Dan tidak diragukan bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan Al-Qur`an ini dengan penjelasan yang memuaskan. Perkara yang paling agung yang telah Allah dan RasulNya jelaskan di dalam Al-Qur`an ini adalah perkara tauhid dan syirik. Karena tauhid merupakan pondasi Islam dan pondasi agama. Di atas tauhid ini dibangun seluruh amal ibadah. Adapun syirik akan membatalkan pondasi ini, merusaknya, hingga menghilangkannya. Hal ini karena dua perkara ini saling berlawanan dan saling membatalkan. Keduanya tidak akan berkumpul selamanya. Atas hal ini, Allah subhanahu menjelaskan pondasi ini di dalam kitabNya, bahkan di dalam Al-Qur`an semuanya. Sehingga hampir-hampir tidak ada satu surat pun yang luput dari penyebutan tauhid dan syirik. Dan manusia pun membaca Al-Qur`an ini dan mengulang-ulanginya. 
وَلٰكِنۡ قَلَّ مَنۡ يَتَنَبَّهُ لِهٰذَا الۡبَيَانِ، وَلِذٰلِكَ تَجِدُ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ يَقۡرَءُونَ الۡقُرۡآنَ وَيَقَعُونَ فِي الشِّرۡكِ وَيُخِلُّونَ بِالتَّوۡحِيدِ، مَعَ أَنَّ هٰذَا الۡأَمۡرَ وَاضِحٌ فِي كِتَابِ اللهِ وَفِي سُنَّةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ؛ لِأَنَّهُمۡ يَمۡشُونَ عَلَى الۡعَوَائِدِ وَمَا وَجَدُوا عَلَيۡهِ آبَاءَهُمۡ وَمَشَايِخَهُمۡ، فَالۡأَصۡلُ عِنۡدَهُمۡ مَا وَجَدُوا عَلَيۡهِ آبَاءَهُمۡ وَمَشَايِخَهُمۡ وَأَهۡلَ بَلَدِهِمۡ، وَلَا يُفَكِّرُونَ فِي يَوۡمٍ مِنَ الۡأَيَّامِ أَنۡ يَتَأَمَّلُوا وَيَتَدَبَّرُوا الۡقُرۡآنَ، وَيَعۡرِضُوا عَلَيۡهِ مَا كَانَ عَلَيۡهِ النَّاسُ، هَلۡ هُوَ صَحِيحٌ أَوۡ غَيۡرُ صَحِيحٍ؟ 
Akan tetapi sedikit orang yang memperhatikan penjelasan ini, sehingga engkau akan mendapati banyak manusia yang membaca Al-Qur`an namun bersamaan itu juga terjatuh di dalam kesyirikan dan meremehkan tauhid. Padahal perkara tauhid dan syirik ini adalah perkara yang jelas di dalam Kitab Allah dan di dalam Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini dikarenakan mereka berjalan di atas adat kebiasaan dan apa yang mereka dapati dari ayah-ayah mereka dan tokoh-tokoh mereka. Sehingga yang menjadi patokan menurut mereka adalah apa yang mereka dapati bapak-bapak, tokoh-tokoh, dan penduduk negeri mereka. Mereka tidak berfikir walau sebentar untuk merenungi dan mentadaburi Al-Qur`an, kemudian mereka bandingkan dengan perilaku hidup manusia, apakah yang mereka lakukan itu benar atau tidak. 
بَلۡ أَخَذَهُمُ التَّقۡلِيدُ الۡأَعۡمَى لِآبَائِهِمۡ وَأَجۡدَادِهِمۡ، وَاعۡتَبَرُوا أَنَّ الۡقُرۡآنَ إِنَّمَا يُقۡرَأُ لِلۡبَرَكَةِ وَحُصُولِ الۡأَجۡرِ بِالتِّلَاوَةِ، وَلَيۡسَ الۡمَقۡصُودُ أَنَّهُ يُقۡرَأُ لِلتَّدَبُّرِ وَالۡعَمَلِ بِمَا فِيهِ. 
قَلَّ مِنَ النَّاسِ مَنۡ يَقۡرَأُ الۡقُرۡآنَ لِهٰذَا الۡغَرَضِ، إِنَّمَا يَقۡرَءُونَ لِلتَّبَرُّكِ بِهِ أَوِ التَّلَذُّذِ بِصَوۡتِ الۡقَارِئِ، وَالتَّرَنُّمِ بِهِ، أَوۡ لِقِرَاءَتِهِ عَلَى الۡمَرۡضَى لِلۡعِلَاجِ. 
Namun, taqlid buta kepada bapak-bapak dan kakek-kakek mereka telah mencengkeram mereka. Bahkan mereka hanya menganggap Al-Qur`an itu dibaca untuk mendapatkan berkah dan untuk meraih pahala ketika dibaca. Dan tidak dimaksudkan dibaca untuk tadabur dan beramal dengan apa yang terdapat di dalamnya. 
Sedikit manusia yang membaca Al-Qur`an untuk tujuan ini. Mereka membaca hanya untuk mencari berkah, menikmati suara qari`, mendendangkannya, atau membacakan kepada orang yang sakit dengan tujuan pengobatan. 
أَمَّا أَنۡ يُقۡرَأُ لِلۡعَمَلِ بِهِ وَالتَّدَبُّرِ وَالصُّدُورِ عَمَّا فِيهِ، وَعَرۡضِ مَا عَلَيۡهِ النَّاسُ عَلَى هٰذَا الۡقُرۡآنِ، فَهٰذَا لَا يُوجَدُ إِلَّا فِي قَلِيلٍ مِنَ النَّاسِ، لَا نَقُولُ: إِنَّهُ مَعۡدُومٌ، لَكِنَّهُ فِي أَقَلِّ الۡقَلِيلِ، وَلِذٰلِكَ تَجِدُ الۡقُرۡآنَ فِي وَادٍ، وَأَعۡمَالَ بَعۡضِ النَّاسِ فِي وَادٍ آخَرَ لَا يُفَكِّرُونَ فِي التَّغۡيِيرِ أَبَدًا، وَلَوۡ حَاوَلَ مُجَدِّدٌ أَوۡ دَاعٍ إِلَى اللهِ أَنۡ يُغَيِّرَ مَا هُمۡ عَلَيۡهِ، لَقَامُوا فِي وَجۡهِهِ وَاتَّهَمُوهُ بِالضَّلَالِ، وَاتَّهَمُوهُ بِالۡخُرُوجِ عَلَى الدِّينِ وَأَنَّهُ أَتَى بِدِينٍ جَدِيدٍ وَأَنَّهُ وَأَنَّهُ... 
Adapun Al-Qur`an itu dibaca untuk diamalkan, ditadaburi, diterapkan, dan dibandingkan dengan apa yang dijalani oleh manusia, maka ini tidak didapati kecuali pada sekelompok kecil manusia. Kita tidak mengatakan tidak ada sama sekali, akan tetapi sangat sedikit. Oleh karena itu, engkau dapati Al-Qur`an berada di sebuah lembah sedangkan amalan sebagian manusia berada di lembah yang lain. Mereka tidak berfikir untuk membuat perubahan sama sekali. Sekiranya ada seorang mujaddid atau da’i yang mengajak kepada Allah mencoba untuk mengubah kebiasaan mereka, niscaya mereka akan berdiri di hadapannya lalu menuduhnya dengan kesesatan. Mereka menuduhnya bahwa ia telah keluar dari agama atau ia membawa agama baru dan tuduhan-tuduhan lainnya. 
كَمَا حَصَلَ لِهٰذِهِ الشَّيۡخِ نَفۡسِهِ لَمَّا حَاوَلَ رَحِمَهُ اللهُ أَنۡ يَرُدَّ النَّاسَ إِلَى الۡقُرۡآنِ وَمَا دَلَّ عَلَيۡهِ الۡقُرۡآنُ، وَيُغَيِّرُ مَا هُمۡ عَلَيۡهِ مِنَ الۡعَادَاتِ وَالتَّقَالِيدِ الۡبَاطِلَةِ، ثَارُوا فِي وَجۡهِهِ وَبَدَّعُوهُ وَفَسَّقُوهُ، بَلۡ وَكَفَّرُوهُ وَاتَّهَمُوهُ بِاتِّهَامَاتٍ، لٰكِنۡ فِي الۡحَقِيقَةِ هٰذَا لَا يَضُرُّ وَلَيۡسَ بِغَرِيبٍ، فَإِنَّ الۡأَنۡبِيَاءَ قِيلَ فِيهِمۡ مَا هُوَ أَشَدُّ مِنۡ ذٰلِكَ، لَمَّا أَرَادُوا أَنۡ يُغَيِّرُوا مَا عَلَيۡهِ الۡأُمَمُ مِنۡ عِبَادَةِ غَيۡرِ اللهِ قِيلَ فِي حَقِّ الۡأَنۡبِيَاءِ مَا قِيلَ، فَكَيۡفَ بِالدُّعَاةِ وَالۡعُلَمَاءِ؟! فَلَا غَرَابَةَ فِي هٰذَا، وَهٰذَا لَا يُنۡقِصُ مِنۡ أَجۡلِ الۡعَالِمِ وَالدَّاعِيَةِ، بَلۡ هٰذَا يَزِيدُ فِي حَسَنَاتِهِ عِنۡدَ اللهِ سُبۡحَانَهُ وَتَعَالَى. 
Sebagaimana hal ini terjadi pada Syaikh sendiri. Tatkala beliau mencoba untuk mengembalikan manusia kepada Al-Qur`an dan petunjuk yang terdapat di dalamnya dan beliau mengubah kebiasaan mereka yang berupa adat dan taklid yang rusak, maka mereka marah kepada beliau, membid’ahkan beliau, dan menuduh beliau sebagai orang yang fasiq. Bahkan mereka mengkafirkannya dan menuduh beliau dengan berbagai tuduhan. Namun, pada hakikatnya hal ini tidak bermudharat dan bukan hal yang aneh. Karena para nabi telah dituduh dengan tuduhan yang lebih parah daripada itu. Ketika mereka ingin mengubah kebiasaan umat-umat terdahulu berupa ibadah kepada selain Allah, maka mereka pun dituduh berbagai tuduhan. Padahal mereka adalah para nabi, lalu bagaimana dengan para da’i dan ulama?! Maka ini tidak aneh lagi. Dan ini tidak merendahkan kehormatan para ulama dan da’i. Bahkan ini menambah kebaikan-kebaikan mereka di sisi Allah subhanahu wa ta’ala
وَإِنَّمَا يُرۡجَعُ بِالنَّقۡصِ عَلَى مَنۡ قَالَهُ وَمَنۡ تَفَوَّهَ بِهِ وَكَتَبَهُ، فَإِنَّ هٰذِهِ يَرۡجِعُ عَلَيۡهِ، أَمَّا الۡعُلَمَاءُ الۡمُخۡلِصُونَ وَالدُّعَاةُ إِلَى اللهِ، فَلَا يَضُرُّهُمۡ مَا قِيلَ فِيهِمۡ بَلۡ يُزِيدُ فِي دَرَجَاتِهِمۡ وَحَسَنَاتِهِمۡ، وَلَهُمۡ قُدۡوَةٌ بِالۡأَنۡبِيَاءِ وَمَا قِيلَ فِي حَقِّهِمۡ وَمَا اتُّهَمُوا بِهِ، وَاللهُ تَعَالَى يَقُولُ لِنَبِيِّهِ: ﴿مَّا يُقَالُ لَكَ إِلَّا مَا قَدۡ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنۡ قَبۡلِكَ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغۡفِرَةٍ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ ۝٤٣﴾ [فصلت: ٤٣]. 
Bahkan kerendahan itu kembali kepada yang mengucapkannya, yang membicarakannya, dan yang menulisnya. Sungguh ini akan kembali kepada mereka. Adapun ulama yang ikhlas dan para da’i yang mengajak kepada Allah, maka tuduhan-tuduhan ini tidak memudharatkan mereka, bahkan menambah derajat dan kebaikan mereka. Dan mereka memiliki teladan dari para nabi dan apa yang diucapkan dan dituduhkan kepada mereka. Dan Allah ta’ala berfirman kepada NabiNya, yang artinya, “Tidaklah yang diucapkan kepadamu, kecuali juga telah diucapkan kepada rasul-rasul sebelum engkau. Sesungguhnya RabbMu memiliki ampunan dan memiliki siksa yang pedih.” (QS. Fushshilat: 43). 
فَالشَّيۡخُ رَحِمَهُ اللهُ فِي هٰذِهِ الۡكَلِمَاتِ يُبَيِّنُ شَيۡئًا مِنۡ هٰذَا الۡأَمۡرِ الۡعَجِيبِ: أَنَّ النَّاسَ يَقۡرَءُونَ الۡقُرۡآنَ، وَيُكۡثِرُونَ مِنۡ قِرَاءَتِهِ وَيَخۡتِمُونَهُ وَيَحۡفَظُونَهُ وَيُرَتِّلُونَهُ، وَيَرۡكُزُونَ اهۡتِمَامَهُمۡ بِأَلۡفَاظِ الۡقُرۡآنِ وَتَجۡوِيدِهِ وَأَحۡكَامِ الۡمَدِّ، وَأَحۡكَامِ الۡإِدۡغَامِ، وَالۡغُنَّةِ، وَالۡإِقۡلَابِ، وَالۡإِظۡهَارِ، وَالۡإِخۡفَاءِ، وَيَعۡتَنُونَ بِهٰذَا عِنَايَةً فَائِقَةً، وَهٰذَا شَيۡءٌ طَيِّبٌ. 
وَلٰكِنَّ الۡأَهَمَّ وَالۡمَقۡصُودَ لَيۡسَ هٰذَا، الۡمَقۡصُودُ تَدَبُّرُ الۡمَعَانِي، والتَّفَقُّهُ فِي كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَرۡضُ أَعۡمَالِنَا وَأَعۡمَالِ النَّاسِ عَلَى كِتَابِ اللهِ: هَلۡ هِيَ مُوَافِقَةٌ لِكِتَابِ اللهِ أَوۡ مُخَالِفَةٌ؟ 
هٰذَا هُوَ الۡمَطۡلُوبُ: أَنۡ نُصَحِّحَ أَوۡضَاعَنَا، وَأَنۡ نُنَبِّهَ عَلَى أَخۡطَاءِ النَّاسِ، لَا بِقَصۡدِ التَّشۡهِيرِ وَقَصۡدِ النَّيۡلِ مِنَ النَّاسِ، بَلۡ بِقَصۡدِ الۡإِصۡلَاحِ وَالنَّصِيحَةِ. 
Maka Syaikh rahimahullah di dalam ungkapan ini, beliau menjelaskan perkara yang mengherankan ini, yaitu bahwa manusia itu membaca Al-Qur`an, memperbanyak membacanya, mengkhatamkannya, menghafalkannya, dan membacanya dengan tartil. Mereka memusatkan perhatiannya terhadap lafazh-lafazh Al-Qur`an dan tajwidnya, serta hukum-hukum mad, hukum-hukum idgham, ghunnah, iqlab, izhhar, ikhfa`. Dan mereka mengupayakan dengan upaya yang terbaik. Hal ini adalah perkara yang baik. 
Akan tetapi, maksud yang paling penting bukanlah itu. Akan tetapi maksud dari Al-Qur`an adalah untuk ditadaburi maknanya, memahami kitab Allah ‘azza wa jalla, kemudian membandingkan amalan kita dan amalan manusia kepada Kitab Allah, apakah cocok dengan Kitab Allah atau justru menyelisihinya? 
Inilah yang dituntut. Yaitu agar kita memperbaiki keadaan kita dan waspada dari kesalahan manusia. Bukan karena tujuan ingin menyebarkan aib dan ingin mendapatkan apa yang ada di sisi manusia, namun tujuannya untuk memperbaiki dan menasehati.