الۡحَدِيثُ السَّادِسُ وَالۡخَمۡسُونَ
٥٦ – عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الۡجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيۡتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمۡسَةً[1] وَعِشۡرِينَ ضِعۡفًا، وَذٰلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحۡسَنَ الۡوُضُوءَ. ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الۡمَسۡجِدِ لَا يُخۡرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ. لَمۡ يَخۡطُ خُطۡوَةً إِلَّا رُفِعَتۡ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ، وَحُطَّ عَنۡهُ بِهَا خَطِيئَةٌ، فَإِذَا صَلَّى لَمۡ تَزَلِ الۡمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيۡهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ: اللّٰهُمَّ اغۡفِرۡ لَهُ، اللّٰهُمَّ ارۡحَمۡهُ، وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمۡ فِي صَلَاةٍ مَا انۡتَظَرَ الصَّلَاةَ)[2] مُتَّفَقٌ عَلَيۡهِ وَاللَّفۡظُ لِلۡبُخَارِيِّ.
56. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatnya seseorang bersama jama’ah dilipatgandakan atas shalatnya di rumah atau di pasarnya sebanyak dua puluh lima kali lipat. Hal itu karena apabila ia berwudhu` dengan membaguskan wudhu`nya, lalu keluar menuju masjid hanya untuk shalat, maka tidaklah ia melangkah satu langkah kecuali diangkat satu derajat untuknya dan dihapus satu kesalahan darinya. Apabila ia shalat, malaikat senantiasa bershalawat atasnya selama ia berada di tempat shalatnya dengan mendoakan: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, rahmatilah ia.’ Ia senantiasa dianggap dalam keadaan shalat selama ia menunggu dilaksanakan shalat berjama’ah.” Muttafaqun ‘alaih dan lafazh ini milik Al-Bukhari.
الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِيُّ:
يُشِيرُ هَٰذَا الۡحَدِيثُ إِلَى بَيَانِ فَضۡلِ صَلَاةِ الۡجَمَاعَةِ عَلَى صَلَاةِ الۡمُنۡفَرِدِ، وَأَنَّ مَنۡ صَلَّى فِي جَمَاعَةٍ ضُوعِفَتۡ حَسَنَاتُهُ، عَلَى مَنۡ صَلَّى وَحۡدَهُ، بِخَمۡسَةٍ وَعِشۡرِينَ ضِعۡفًا. وَأَنَّ السَّبَبَ فِي هَٰذِهِ الۡمُضَاعَفَةِ، هُوَ أَنَّ مَنۡ أَرَادَ الصَّلَاةَ، إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحۡسَنَ الۡوُضُوءَ، ثُمَّ خَرَجَ مِنۡ بَيۡتِهِ بِنِيَّةٍ خَالِصَةٍ، لَا يَخۡرُجُ لِأَيِّ غَرَضٍ إِلَّا لِأَدَاءِ الصَّلَاةِ، لَمۡ يَخۡطُ خُطۡوَةً إِلَّا رُفِعَتۡ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ، وَحُطَّ عَنۡهُ بِهَا خَطِيئَةٌ.
فَإِذَا صَلَّى فِي الۡمَسۡجِدِ مَعَ الۡجَمَاعَةِ، لَمۡ تَزَلِ الۡمَلَائِكَةُ تُصَلِّى عَلَيۡهِ وَتَدۡعُو لَهُ بِالرَّحۡمَةِ، مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ فَتَقُولُ فِي دُعَائِهَا وَتَرَحُّمِهَا: اللّٰهُمَّ اغۡفِرۡ لَهُ، اللّٰهُمَّ ارۡحَمۡهُ.
وَإِنَّ مِنۡ أَسۡبَابِ مُضَاعَفَةِ الۡجَمَاعَةِ عَلَى صَلَاةِ الۡمُنۡفَرِدِ أَنَّهُ مَا دَامَ يَنۡتَظِرُ الصَّلَاةَ مَعَ الۡجَمَاعَةِ، فَلَهُ مِنَ الۡأَجۡرِ فِي انۡتِظَارِهِ أَجۡرُ مَنۡ هُوَ فِي نَفۡسِ الصَّلَاةِ، لِأَنَّهُ لَمۡ يَحۡبِسۡهُ إِلَّا انۡتِظَارُ الۡجَمَاعَةِ.
وَهَٰذِهِ فَوَائِدُ جِسَامٌ، لَا يَتَهَاوَنُ فِي تَحۡصِيلِهَا إِلَّا مَحۡرُومٌ مَشۡؤُومٌ.
Makna secara umum:
Hadits ini mengisyaratkan kepada penjelasan keutamaan shalat berjama’ah di atas shalat sendirian. Dan sesungguhnya orang yang shalat bersama jama’ah, akan dilipatgandakan kebaikan-kebaikannya dibandingkan orang yang shalat sendirian sebanyak dua puluh lima kali lipat. Dan bahwasanya sebab pelipatgandaan ini adalah bagi orang yang hendak shalat, lalu wudhu` dengan memperbagus wudhu`nya, kemudian keluar dari rumah dengan niat yang murni. Dia tidak keluar karena tujuan apapun kecuali untuk menunaikan shalat. Sehingga tidaklah ia melangkah satu langkah, kecuali diangkat satu derajat untuknya dan dihapuskan satu kejelekan darinya.
Apabila ia shalat di masjid bersama jama’ah, malaikat senatiasa bershalawat padanya dan mendoakan rahmat untuknya. Selama ia masih berada di tempat shalatnya. Para malaikat mengucapkan dalam lantunan doa dan permintaan rahmat: “Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, rahmatilah ia.”
Termasuk sebab-sebab dilipatgandakannya balasan shalat jama’ah di atas shalat sendirian adalah bahwa selama orang itu menunggu shalat bersama jama’ah, maka dalam penantiannya itu ia mendapat pahala seperti pahala orang yang sedang shalat. Karena tidak ada yang menahan dia di tempat tersebut kecuali karena menunggu shalat jama’ah.
Dan ini merupakan faidah-faidah yang sangat besar. Tidak ada yang menyepelekannya kecuali orang yang celaka dan jelek.
اخۡتِلَافُ الۡعُلَمَاءِ:
اخۡتَلَفَ الۡعُلَمَاءُ فِي تَلَمُّسِ الۡجَمۡعِ بَيۡنَ حَدِيثِ (السَّبۡعِ وَالۡعِشۡرِينَ) وَحَدِيثِ (الۡخَمۡسِ وَالۡعِشۡرِينَ) وَكُلُّ تَلَمُّسَاتِهِمۡ تَخۡمِينَاتٌ وَظُنُونٌ.
وَأَقۡرَبُهَا أَنۡ يُقَالَ: الۡعَدَدُ الۡقَلِيلُ لَا يُنَافِي الۡعَدَدَ الۡكَثِيرَ، لِأَنَّ مَفۡهُومَ الۡعَدَدِ غَيۡرُ مُرَادٍ عَلَى الصَّحِيحِ مِنۡ أَقۡوَالِ الۡأُصُولِيِّينَ، فَهُوَ دَاخِلُ ضَمۡنِهِ.
Perselisihan ulama:
Para ulama berbeda pendapat dalam mencari-cari kompromi antara hadits “dua puluh tujuh” dengan hadits “dua puluh lima”. Setiap pencarian mereka ada taksiran dan perkiraan.
Dan yang paling mendekati kebenaran adalah: Bilangan yang sedikit tidak menafikan bilangan yang banyak, karena mafhum ‘adad (mengaitkan hukum dengan suatu bilangan) bukanlah yang dimaukan menurut pendapat yang sahih dari ucapan-ucapan ulama ushul. Dan hadits ini termasuk kasus ini.
مَا يُؤۡخَذُ مِنَ الۡحَدِيثِ:
١ – فَضِيلَةُ صَلَاةِ الۡجَمَاعَةِ فِي الۡمَسۡجِدِ وَمُضَاعَفَتُهَا وَفَضِيلَةُ الۡجَمَاعَةِ تَحۡصُلُ بِأَيِّ عَدَدٍ يَصۡدُقُ عَلَيۡهِ مَعۡنَى الۡجَمَاعَةِ، عَلَى أَنَّ كَثۡرَةَ الۡعَدَدِ أَدۡعَى لِحُصُولِ الزِّيَادَةِ فِي الثَّوَابِ، وَذٰلِكَ لِمَا رَوَاهُ أَصۡحَابُ السُّنَنِ وَأَحۡمَدُ مِنۡ حَدِيثِ أُبَيِّ بۡنِ كَعۡبٍ مَرۡفُوعًا مِنۡ أَنَّ صَلَاةَ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ أَزۡكَى مِنۡ صَلَاتِهِ وَحۡدَهُ وَصَلَاتَهُ مَعَ الرَّجُلَيۡنِ أَزۡكَى مِنۡ صَلَاتِهِ مَعَ الۡوَاحِدِ.
٢ – النَّقۡصُ فِي صَلَاةِ الۡمُنۡفَرِدِ وَتَأَخُّرُهَا فِي الۡفَضۡلِ عَنۡ صَلَاةِ الۡجَمَاعَةِ.
٣ – أَنَّ الۡجَمَاعَةَ لَيۡسَتۡ شَرۡطًا لِلصَّلَاةِ، فَتُجۡزِئُ مِنَ الۡمُنۡفَرِدِ، عَلَى نَقۡصٍ كَبِيرٍ فِي ثَوَابِهَا.
٤ – أَنَّ كُلَّ هَٰذَ الۡفَضۡلِ مِنۡ رِفۡعَةِ الدَّرَجَاتِ، وَحَطِّ الۡخَطَايَا، وَاسۡتِغۡفَارِ الۡمَلَائِكَةِ، مُتَرَتِّبٌ عَلَى إِحۡسَانِ الۡوُضُوءِ، وَالۡخُرُوجِ مِنَ الۡبَيۡتِ إِلَى الۡمَسۡجِدِ لِقَصۡدِ الصَّلَاةِ بِنِيَّةٍ خَالِصَةٍ فَالثَّوَابُ الۡمَذۡكُورُ مُرَتِّبٌ عَلَى مَجۡمُوعِ الۡأَعۡمَالِ، فَلَوۡ خَلَا مِنۡهُ جُزۡءٌ لَمۡ يَتَرَتَّبۡ عَلَيۡهِ مَا ذُكِرَ مِنَ الۡأَجۡرِ.
٥ – أَنَّ لِمُنۡتَظِرِ الصَّلَاةِ ثَوَابُ مَنۡ هُوَ فِي الصَّلَاةِ.
Faidah hadits:
- Keutamaan shalat jama’ah di masjid dan pelipatgandaan balasannya. Keutamaan jama’ah ini bisa diperoleh dengan jumlah berapapun yang sudah menepati makna jama’ah. Namun bilangan yang banyak lebih dapat mengantarkan untuk mendapatkan tambahan balasan. Hal itu berdasarkan riwayat penyusun kitab Sunan dan Imam Ahmad dari hadits Ubay bin Ka’b secara marfu’ bahwa shalat seseorang bersama seorang yang lain lebih banyak pahalanya daripada shalat sendirian. Dan shalatnya bersama dua orang lebih banyak pahalanya daripada shalatnya bersama satu orang saja.
- Lebih sedikitnya pahala shalat sendirian dan tingkatan keutamaannya lebih rendah daripada shalat berjama’ah.
- Bahwa jama’ah bukan syarat sahnya shalat. Jadi shalat munfarid sudah sah, namun pahalanya jauh lebih sedikit.
- Bahwa setiap keutamaan ini berupa diangkatnya derajat, dihapusnya kesalahan, dan dimintakan ampunan oleh malaikat merupakan konsekuensi dari memperbagus wudhu`, keluar dari rumah menuju masjid untuk tujuan shalat dengan niat yang murni. Jadi, balasan yang disebutkan merupakan konsekuensi dari seluruh amalan tadi. Sehingga, kalau ada satu amalan yang tidak terpenuhi, maka tidak berkonsekuensi pahala yang disebutkan dalam hadits ini.
- Bahwa orang yang menunggu shalat mendapat pahala seperti orang yang sedang shalat.
[1] جَاءَ فِي بَعۡضِ الرِّوَايَاتِ (خَمۡسًا وَعِشۡرِينَ) وَلَفۡظُ الۡبُخَارِيِّ (خَمۡسَةٌ وَعِشۡرُونَ) وَقَالَ ابۡنُ حَجَرٍ: إِنَّ (خَمۡسَة) هُوَ الَّذِي فِي الرِّوَايَاتِ الَّتِي وَقَعَتۡ عَلَيۡهَا.
[2] رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ (٦٤٧) فِي الۡأَذَانِ، وَمُسۡلِمٌ رَقۡم (٦٤٩) فِي الۡمَسَاجِدِ، وَرَوَاهُ أَيۡضًا أَبُو دَاوُدَ (٥٥٩) فِي الصَّلَاةِ، وَالتِّرۡمِذِيُّ (٦٠٣) فِي الصَّلَاةِ.