Jazan merupakan sebuah kota kecil di Arab Saudi yang terletak di ujung barat daya negara tersebut. Demikianlah posisinya secara geografis. Sehingga kalau kita melihat peta Negara Arab Saudi, kita akan menjumpai lokasi Jazan terletak di paling ujung berbatasan langsung dengan Yaman. Beberapa tahun yang silam di provinsi tersebut, tercatat dalam lembaran sejarah seorang ulama besar pembela sunnah yang terkenal. Beliau adalah Asy Syaikh Al Allamah ahli hadis dan fikih sekaligus Mufti (Ulama ahli fatwa) wilayah Jazan, Ahmad bin Yahya bin Muhammad bin Syabir An Najmi Alu Syabir rahimahullah. Beliau berasal dari Bani Hummad yang merupakan salah satu kabilah yang terkenal di wilayah Jazan.
Beliau dilahirkan di Desa An Najamiyah pada tanggal 22 Syawal 1346 H. Beliau diasuh oleh kedua orang tua beliau yang saleh. Terbukti kedua orang tuanya telah bernazar kepada Allah azza wajalla untuk tidak akan membebankan pekerjaan dunia sedikit pun kepada putra tunggalnya tersebut. Sungguh orang tua beliau mempunyai komitmen yang begitu kuat agar sang putra bisa fokus dan maksimal dalam mendalami ilmu agama. Keduanya benar-benar menjaga sang putra dari berbagai pengaruh yang buruk sampai-sampai keduanya tidak membiarkan Ahmad kecil bermain-main dengan anak-anak sebayanya.
Pada awal perkembangan ilmiahnya, beliau membaca Al Quran di hadapan Syaikh Abduh bin Muhammad ‘Aqil An Najmi pada tahun 1355 H. Kemudian beliau juga membaca Al Quran di hadapan Syaikh Yahya Faqih ‘Absi yang berasal dari Yaman. Secara keseluruhan beliau mampu menghatamkan Al Quran sebanyak tiga kali selama belajar di desa ini. Namun tatkala Syaikh Abdullah Al Qar’awi datang, terjadilah diskusi tentang permasalahan istiwa’ (salah satu sifat Allah bahwa Allah di atas Arsy). Akhirnya Syaikh Yahya Faqih yang berpemahaman Asy’ariyah kalah dalam dialog tersebut dan pergi meninggalkan kediamannya. Setelah peristiwa itu, beliau bersama kedua pamannya senantiasa belajar dan menimba ilmu kepada Syaikh Abdullah Al Qar’awi di Kota Shamithah. Aktivitas beliau dengan kedua pamannya ini hanya berlangsung selama beberapa hari dan tidak berlanjut karena memang tuntutan kondisi yang sulit.
Pada bulan Shafar 1360 Syaihk Ahmad memutuskan untuk melanjutkan studi ke Madrasah As-Salafiyah atas bimbingan Syaikh Abdullah Al Qar’awy. Di madrasah ini beliau mampu memaksimalkan target untuk mempelajari qira’ah Al Quran (cara membaca Al Quran) dengan baik. Lebih dari itu beliau mampu menghafal beberapa matan kitab seperti Tuhfatul Athfal, Hidayatul Mustafid, Ushul Tsalatsah, Arbain An Nawawiyah, Al Hisab dan mendalami ilmu khath. Potensi besar dan kecerdasan pada diri Syaikh Ahmad memang sudah terlihat sejak kecil. Terbukti beliau mampu menguasai seluruh mata pelajaran, baik pelajaran untuk kelas beliau bersama dengan teman-teman sebayanya bahkan pelajaran tingkat atas yang diikuti oleh para murid senior.
Setelah berjalan selama empat bulan maka Syaikh Abdullah Al Qar’awi secara resmi mengizinkan beliau untuk mengikuti pelajaran level atas bersama murid-murid senior. Padahal usia beliau saat itu masih empat belas tahun. Sehingga beliau pun berkesempatan untuk mempelajari sekian banyak cabang ilmu dalam usia masih sangat muda. Seperti pelajaran faraidh, Musthalah Hadis, Fiqh, Aqidah, Sirah, Nahwu, dan selainnya. Pelajaran tersebut sangat banyak dan berbobot untuk penuntut ilmu seusia beliau. Namun beliau mampu mengikutinya dengan baik. Sebagaimana dipersaksikan dan diakui sebagian masyaikh yang langsung melihat langsung kecerdasan beliau tersebut. Syaikh Umar bin Ahmad Al Madkhali menyatakan, “Tatkala Syaikh Ahmad menghadiri majelis Syaikh Abdullah Al Qar’awi bersama murid-murid seniornya di Madrasah Salafiyah Shamitah, maka beliau ikut duduk dan mengikuti berbagai materi yang disampaikan. Beliau pun mampu menghafal dan menguasai berbagai pelajaran yang disampaikan dengan baik. Padahal saat itu beliau masih berusia belasan tahun.” Inilah sebabnya Syaikh Abdullah Al Qar’awi memberikan rekomendasi kepada beliau untuk mengikuti pelajaran santri-santri senior.
Beliau juga sempat belajar kepada para ulama di masanya semisal Syaikh Ibrahim bin Muhammad Al Amudi dan Ali bin Syaikh Utsman As Shumali atas saran dari Syaikh Abdullah Al Qar’awi. Bahkan pada tahun 1384 H beliau menghadiri pelajaran-pelajaran Mufti Saudi saat itu yaitu Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh selama kurang lebih dua bulan untuk belajar Tafsir Ibnu Jarir Ath Thabari. Pada tahun yang sama beliau juga menimba ilmu dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz selama kurang lebih satu setengah bulan. Beliau belajar Shahih Al Bukhari dari Syaikh bin Baz yang memanfaatkan durasi waktu antara maghrib hingga Isya. Dari sekian syaikh yang pernah menjadi guru beliau, Syaikh Abdullah Al Qar’awi adalah guru beliau yang paling banyak memberikan faedah dan arahan-arahan sepanjang perjalanannya menuntut ilmu agama.
Seiring dengan berjalannya waktu, beliau pun mulai mendapatkan amanah dan kepercayaan untuk mengajar. Beliau mengawali perjalanan dakwah dengan mengajar secara sukarela di beberapa madrasah Syaikh Abdullah Al Qar’awi di An Najamiyah. Pada tahun 1367 H beliau ditunjuk oleh pemerintah sebagai pengajar di sebuah madrasah Desa An Najamiyah. Tidak lama kemudian beliau diberi amanah sebagai imam dan pengajar di Desa Abu Subailah yang terletak di ‘Aridhah. Kemudian ketika dibuka Ma’had ‘Ilmi di Kota Shamithah maka beliau pun ditunjuk sebagai pengajar di madrasah tersebut.
Setelah mengajar selama sekian tahun, beliau pun mengundurkan diri dan hendak pindah ke Madinah dengan harapan bisa melanjutkan studinya di Universitas Islam Madinah. Namun, akhirnya beliau mengurungkan niatannya karena suatu hal dan kembali ke desa tempat tinggalnya. Masih pada tahun yang sama, sepulang dari Kota Madinah beliau ditunjuk oleh Wizaratul ‘Adl sebagai pembimbing dan penasihat untuk penduduk wilayah Jazan. Namun atas inisiatif sendiri, selanjutnya beliau mengundurkan diri dan meminta kembali ke Ma’had Ilmi di Jazan untuk mengajar di sana. Pada awal tahun ajaran 1389 H beliau kembali mengajar di Ma’had Shamithah hingga pensiun. Namun bukan berarti aktivitas beliau berhenti seiring dengan datangnya masa pensiun.
Syaikh Ahmad tetap menyibukkan diri dengan dakwah, mengajar, dan berfatwa, baik di rumah kediaman beliau dan berbagai masjid. Para penuntut ilmu pun senantiasa mengunjungi rumah atau majelis-majelis ilmu untuk mengambil faedah ilmiah dari beliau. Tidak diragukan lagi, beliau memiliki andil yang sangat besar di Saudi dalam dunia dakwah terutama bagi kaum muslimin di Provinsi Jazan. Status beliau sebagai mufti (pemberi fatwa) di Jazan memang sangat dirasakan manfaatnya oleh mereka. Beliau sangat sabar dalam mendakwahkan sunnah dan membimbing umat untuk senantiasa berpegang teguh dengan Al Quran dan Sunnah dengan pemahaman ulama salaf. Bahkan lebih dari itu, beliau juga banyak membantah pemikiran sesat dan bid’ah baik yang mengatasnamakan perorangan maupun kelompok tertentu. Sehingga tidak mengherankan begitu banyak murid-murid beliau dari berbagai negeri terutama dari Jazan yang menelusuri jejaknya dalam berdakwah.
Di antara murid beliau yang terkenal adalah Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali, Syaikh Zaid bin Muhammad Al Madkhali, Syaikh Ali bin Nashir Al Faqihi, Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali, dan yang lainnya. Peranan beliau dalam dakwah yang dituangkan melalui karya tulis telah tercetak dan dibaca oleh kaum muslimin. Di antara karya tulis beliau adalah Audhahul Isyarah fir Radd ‘ala man abahal Mamnu’ minaz Ziyarah, Ta’sisul Ahkam Syarhu Umdatul Ahkam, Tanzihus Syari’ah ‘an ibahatil Aghani Al Khaliah, Risalatul Irsyad ila Bayanil haq fi Hukmil Jihad, Risalatun fi Hukmil Jahri bil Basmalah, Fathur Rabb Al Wadud fil fatawa war Rudud, Al Mauridul Zulal fimantuqida ‘ala ba’dhil Manahij Ad Da’wiyah minal Aqaid wal A’mal, dan karya tulis beliau yang lainnya.
Wafatnya seorang ulama adalah musibah bagi kaum muslimin Negeri Jazan pun bersedih dengan meninggalnya Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi. Beliau meninggal pada hari Rabu tanggal 20 Rajab 1429 H bertepatan dengan tanggal 23 Juli 2008 M. Syaikh meninggal di desa tempat kelahiran beliau, yaitu An Najamiyah pada usia 83 tahun. Semoga Allah azza wajalla melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepada beliau serta membalas jasa kebaikan beliau dengan balasan yang sebesar-besarnya. Allahu A’lam.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 45 vol.04 2017 rubrik Biografi. Pemateri: Al Ustadz Abu Hafy Abdullah.