Kitab ini sudah tidak asing lagi. Dipelajari hampir di seluruh penjuru negeri, di berbagai belahan bumi. Al Ushul Ats Tsalatsah, itulah judul kitab kecil yang membahas seputar akidah dan tauhid. Sebagaimana kebanyakan kitab salaf, membaca kitab ini akan mendapatkan untaian kata yang sarat makna. Ya, sebuah pemaparan yang ringkas dan sederhana. Namun, terkandung di sana faedah yang begitu besar.
Tidak heran, banyak para ulama sejak dahulu yang berupaya menjabarkan nilai maknanya. Dalam metode dan bentuk yang beragam. Ada sekadar catatan kaki, sampai penjelasan makna per kata. Dari yang ringkas sampai yang merinci panjang lebar.
Kitab agung yang sangat dibutuhkan oleh kaum muslimin dalam mengenal hak-hak Allah subhanahu wa ta’ala yang harus dilakukan sebagai kewajiban seorang hamba.
Ditulis oleh seorang imam, Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid, dari Bani Tamim.
Ibnu Abdil Wahhab memulai dakwahnya pada tahun 1143 H atau 1730 M. Beliau mengajak manusia kepada tauhid, demikian pula giat beramar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah beliau adalah pelopor kebangkitan baru di seluruh dunia Islam.
Beliau rahimahullah sangat memprioritaskan dakwahnya kepada tauhid yang merupakan tiang Islam. Memang, kondisi saat itu menghendaki demikian. Dimana, keagamaan mayoritas kaum muslimin telah tercampuri dengan kesyirikan dan kerusakan akidah yang sangat parah.
Beliau sangat lantang menyuarakan tauhid. Dengan segala kemampuan dan sarana yang ada beliau bergerak aktif. Termasuk dengan menulis. Sangat banyak tulisan beliau, terutama dalam bidang akidah. Risalah kecil ini, kitab Al Ushul Ats Tsalatsah, salah satu buktinya.
Apalagi, waktu itu kaum muslimin sangat butuh terhadap pengajaran terhadap tauhid. Di samping butuh juga bimbingan dalam bidang hokum syariat lainnya. Namun, tentu akidah harus didahulukan, karena lurusnya akidah merupakan syarat diterimanya amalan.
Berbagai bentuk penyimpangan dalam beragama waktu itu sangatlah fatal. Amalan kesyirikan melanda kaum muslimin. Kuburan orang shalih pun dimintai dan diibadahi. Demikian pula kubur para Nabi dan wali menjadi tujuan meminta dan beristighatsah.
Allah subhanahu wa ta’ala pun memberkahi dakwah beliau. Gelapnya kesyirikan berangsur mulai pudar dan berganti terangnya cahaya tauhid. Kuburan dan tempat-tempat kesyirikan diratakan dan dihancurkan.
Salah satu dakwah berkah beliau adalah dengan penulisan kitab ini. Kitab tentang akidah yang penting untuk dipelajari. Karya tulis yang sangat membantu kaum muslimin memahami tauhid. Kaum muslimin pun antusias untuk mempelajarinya. Bahkan dihafalkan di pondok-pondok pesantren. Diajarkan mulai kepada anak-anak, orang awamnya, dan semua kalangan yang menyambut dakwah tauhid.
Dengan perantaraan tulisan ini salah satunya. Allah subhanahu wa ta’ala pun menjaga akidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah dari berbagai subhat (kerancuan dalam memahami agama) dan fitnah (ujian yang menghadang kaum muslimin), yang berusaha menyelewengkan fitnah mereka dari jalan yang lurus.
Kitab kecil ini pun telah tercetak puluhan kali, dan manfaatnya begitu meluas kepada kaum muslimin. Alhamdulillah.
KANDUNGAN AL USHUL ATS TSALATSAH
Kitab ini dimulai dengan penyebutan kewajiban untuk berilmu, beramal, berdakwah, dan bersabar. Kemudian tentang kewajiban mengenal Allah, Agama-Nya, serta Nabi-Nya. Inilah kandungan pokok dari kitab ini; yaitu tiga landasan utama yang wajib diketahui oleh kaum muslimin.
Nama kitab ini pun mengisyaratkan inti pembahasannya. Yaitu Tsalatsatul Ushul atau Al Ushul Ats Tsalatsah yang artinya tiga pokok (landasan) penting. Dengan mengilmui, meyakini, dan mengamalkan konsekuensi dari ketiga pokok agama ini, seseorang akan selamat dari fitnah (pertanyaan) kubur dan azab akhirat kelak.
Ketiga landasan ini merupakan masalah besar yang penting dan mendesak untuk dipelajari. Karena inilah agama Islam itu sendiri.
Adapun pengemasan materi dengan mengacu pada pembahasan tiga poin ini, karena itulah fitnah kubur. Selepas kita dikuburkan, masing-masing kita akan didatangi dua malaikat yang akan menanyakan tentang tiga perkara ini. “Siapa Rabb-mu, siapa Nabimu, dan apa agamamu?”
Dari situlah berawal, nikmat atau siksaan yang akan dirasakan di alam barzakh (kubur). Adapun seorang muslim yang telah mengenal dan mengimani Allah, Nabi,dan berislam dengan benar, maka ia akan diilhami untuk dapat menjawabnya. Ia pun akan selamat dari azab kubur, dan mendapatkan nikmat kubur. Kemudian di akhirat, ia akan menyambut masa depan yang lebih baik.
Sedangkan seorang munafik, maka ia tidak akan dapat mengucapkannya, walaupun dahulu di dunia dia dapat mengatakannya. Oleh karenanya, seorang muslim butuh untuk mempelajari ketiga perkara ini, kemudian mengimani, dan mengamalkannya, supaya Allah memudahkannya dalam menjawab tiga pertanyaan tadi.
Lebih jauh, kitab ini menerangkan masalah agama yang paling penting, berupa penetapan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyyah. Dan perkara paling berbahaya yang akan menghancurkan seseorang berupa syirik akbar dan syirik ashghar. Juga dibahas tentang pengertian Islam, Iman, dan Ihsan.
Di akhir kitab, dalam penjelasan dan pengenalan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, disinggung tentang kapan beliau diutus sebagai Nabi dan Rasul, ayat pertama yang diturunkan kepada beliau, dan seterusnya.
Dengan metode yang sederhana, beliau memudahkan pembaca untuk memahami pembahasan yang beliau sebutkan. Setiap pembahasan, tak lupa beliau sebutkan dalil-dalilnya. Inilah keistimewaan kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah, dibangun di atas hujjah yang kokoh. Beliau juga menerapkan metode pertanyaan sekaligus jawabannya, sebagaimana ini merupakan salah satu metode dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak lupa, beliau mendoakan kebaikan untuk pembaca pada setiap awal pembahasan masalah. Sehingga ini melengkapi usaha beliau dalam upaya mewujudkan kebaikan kepada umat.
Pembahasan secara khusus seputar permasalahan akidah dengan konsep semacam ini, tidak ada seorang ulama pun yang mendahului beliau. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan yang banyak dan berlipat kepada beliau.
Dalam Al Ushul Ats Tsalatsah ini, beliau telah menancapkan tonggak yang kokoh, sehingga dengannya kaum muslimin lebih mudah mengetahui pokok-pokok pembahasannya berdasarkan dalil kitab dan sunnah.
Sebagaimana disinggung, risalah ini telah disyarah (diuraikan maknanya) oleh banyak ulama. Seakan menjadi “buku wajib” bagi para thalibul ilmi. Terutama yang masih pemula dalam memahami tauhid, karena pembahasan yang mudah, dengan tanpa menghilangkan sisi keilmiahannya.
Cukuplah sebagai keutamaan penulis berikut karya tulis beliau, kesedihan yang diungkapkan para ulama karena berita wafatnya beliau. Ketika sampai berita kematian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah pun merangkai bait-bait syairnya,
“Telah wafat tonggak ilmu dan pusat kemuliaannya.Rujukan utama orang-orang pilihan yang mulia.Ilmu-ilmu agama nyaris hilang bersama wafatnya.Wajah kebenaran pun hampir lenyap tertelan derasnya arus sungai.”
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membalasi para ulama kita dengan pahala yang berlipat dan melimpah. Amin.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 8 vol.01 1434H/2013M rubrik Maktabah. Pemateri: Ustadz Abu Abdirrahman Hammam.